PEMBAHASAN PERSALINAN
Ny.R usia 28 tahun G2P1A0 dengan TD 110/70 mmHg datang pukul 06.00 WIB dengan keluhan ingin melahirkan, keluar lendir bercampur darah dan belum keluar air- air. Ibu mengatakan perutnya terasa kencang kencang- kencang dan mulas setiap 10 menit sejak pukul 03.00 WIB. Ibu mengatakan hamil cukup bulan dan masih merasakan gerakan janin.
KALA 1
Tanda dan gejala inpartu termasuk
- Penipisan dan pembukaan serviks
- Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
- Keluar cairan lendir bercampur darah
(APN : 37)
Pada kasus ini ibu datang dengan mengeluh keluar lendir bercampur darah sejak pukul 03.00 WIB
Fase laten pada kala satu persalilnan ditandai dengan :
- dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
- berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm,
- berlangsung hampit atau hingga 8 jam
- kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih di antara 20-30 detik
Fase aktif ditandai dengan :
- frekuensi dn lamanya kontraksi akan meningkat secar bertahap
- dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata rata 1 cm per jam atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
- terjadi penurunan bagian terbawah janin
(APN : 38 )
Persalianan adalah hal yang menegangkan dan dapat menggugah emosi ibu dan keluarganya atau bahka menjadi suatu hal yang menakutkan dan menyakitkan pada ibu.
Prinsip prinsip asuhan sayang ibu adalah
- menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang
- jawab setiap pertanyaan yang daiajukan oleh ibu atau anggota keluarganya
- anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungan
- siap dengan rencana rujukan
Asuhan sayang ibu selama persalinan meliputi termasuk
- memberikan dukungan emosional
- membantu pengaturan posisi ibu
- memberikan cairan dan nutrisi
- keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur
- pencegahan infeksi
(APN: 53)
Pada pemeriksaan didapatkan hasil pembukaan 7 cm, ketuban belum pecah, presentasi kepala, penunjuk UUK, HIII, kekuatan his ibu 4x/ 10 menit, lamanya 30-40 detik.
Berdasarkan hal tersebut didapatkan diagnosa
- Diagnosa Ibu : Ibu G2 P1 A0 hamil 37 minggu 4 harui inpartu kal 1 fase aktif
- Diagnosa Janin : Janin tunggal, hidup intrauterine, presentasi kepala
Memantau denyut jantung janin.
Untuk memantau denyut jantung janin digunakan leenecs atau doppler. Gunakan jarum detik untuk menghitung jumlah denyut jantung janin per menit. Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen ibu dimana suara DJJ terdengar paling kuat. Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi utrerus. Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari 160 per menit.
(APN :41)
Pada kasus ini DJJ terdengar teratur dengan frekuensi 140 x/menit, punctum maksimum 2 jari dibawah pusat sebelah kiri perut ibu.
Menjelaskan proses persalinan yang akan dihadapinya, memberikan inform consebt kepada keluarga, memberikan informconsent dan memberitahu keluarga untuk persiapan donor darah.
menghadirkan orang terdekat untuk menemani ibu saat persalinan nanti. Salah satu asuhan sayang ibu adalah menghadirkan orang terdekat selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiaran bayinya maka ibu akan merasa nyaman dan aman.
Menganjurkan ibu untuk mencoba posisi posisi yang nyaman selama persalinan dan melahirkan bayi. Memberitahu ibu untuk tidak berbaring terlentang lebih dari 10 menit karena berbaring terlentang akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan mengekibatkan turunya aliran darah dari sirkulasi ibu keplasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan hipoksia atau kekurangan pasokan oksigen pada janin.
Memberiakn cairan dan nutrisi kepada ibu saat proses persalinan dapat memberikan energi dan mencegah dehidrasi.
Memantau kemajuan dengan patograf. Hasil tidak leawat garis waspada ( ibu dalam keadaan normal ).
Pada kala II
Gejala dan tanda kala II :
- ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
- ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau vagina
- perineum menonjol
- vulva vagina dan sfingter ani membuka
- meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi objektif) yang hasilnya adalah :
- pembukaan serviks telah lengkap
- terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
(APN : 75-76)
Ibu mengatakan ingin BAB, ingin mengedan, keluar air- air dari kemaluannya pada pukul 08.10 wib, his semakin sering dan kuat. Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan. Serviks tidak teraba, pembukaan 10 cm, presentasi belakang kepala, penunjuk UUK, posisi UUK depan, penurunan hodge III+. Adanya tanda- tanda persalinan yaitu dorongan untuk mengedan, tekanan dari anus, perineum menonjol, vulva membuka. His +, frekuensi 4x/ 10 menit, lamanya > 40 detik. DJJ + dengan frekuensi 135 x/menit, punctum maksimum 2 jari bawah pusat sebelah kiri perut ibu.
Hal ini sesuai dengan teori kala II pada multipara berlangsung 0,5-1 jam dan pada nulipara 1,5-2jam. Kala ini dimulai dari pembukaan lengkap hingga keluarnya bayi. ( Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal : 100 )
- Diagnosa Ibu : Ibu G2 P1 A0 hamil 37 minggu 4 harui inpartu kala II
- Diagnosa Janin : Janin tunggal, hidup intrauterine, presentasi kepala
Memberikan dukungan dan anjuran kepada suami serta anggota keluarga lain untuk mendampingi ibu selama persalinan. Anjuran mereka berperan aktif dalam mendukung dan mengenali berbagai upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu ( APN Revisi 2007 : 52 ).
Kemudian menolong persalinan dengan APN. Hal ini sesuai dengan APN Revisi 2008
- posisi ibu saat melahirkan
- pencegahan laserasi
- melahirkan kepala
- melahirkan bahu
- melahirkan seluruh tubuh bayi
- memotong dan menjepit tali pusat
bayi lahir spontan pervaginam tanggal 10 Juli 2010 pukul 08.25 WIB, jenis kelamin laki- laki. Menangis dan bernafas spontan, warna kulit kemerahan, dan tonus otot baik.
Pada kala III
Ibu mengatakan perutnya terasa mulas, ibu mengatakan lemas, dan lelah setelah melahirkan. Bayi lahir spontan pukul 08.25 wib. Jenis kelamin laki- laki, menangis spontan, warna kulit kemerahan, dan tonus otot baik.
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, dan keadaan emosional stabil. TD 100/60 mmhg, nadi 78 x/menit, pernafasan 20 x/ menit, suhu 36,5 c. Kontraksi uterus baik, TFU sepusat. Hal ini sesuai dengan teori kala III persalinan, uterus teraba keras, otot uterus berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukukran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan terlipat, menebal, dan kemudian lepas dari dinding uterus. ( APN Revisi 2007 : 123 )
Tanda- tanda lepasnya plasenta
- perubahan tinggi dan bentuk uterus
- tali pusat memanjang
- semburan darah mendadak dan singkat.
- Diagnosa Ibu : Ibu P2 A0 kala III
Setelah plasenta terlepas, keluarkan plasenta searah jalan lahir. Plasenta tampak di depan vulva, tangkap plasenta dan pilin dengan satu arah putaran. Melakukan masase uterus dan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta. Melakukan pemeriksaan perineum apakah ada robekan atau tidak.
Pada kala IV
Ibu mengatakan perutnya tidak terasa mulas, dan lemas. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, dan keadaan emosional stabil. TD 100/60 mmhg, nadi 78 x/menit, pernafasan 18 x/ menit, suhu 36,5 c. TFU tak teraba, kandung kemih kosong, kontraksi uterus jelek.
Diagnosa : Ny.R 28 tahun P2A0 kala IV persalinan dengan atonia uteri
Masalah : Uterus lembek dan tidak berkontraksi
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV yang lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir.(Sinopsis Obstetri : 300)
Atonia uteri merupakan perdarahan pasca persainan yang dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta dari uterus dan sebagian lagi belum terlepas. Atonia uteri terjadi bila miometrium tidak berkontraksi. Uterus menjadi lunak dan pembuluh darah pada bekas perlekatan plasenta terbuka lebar. Perdarahan karena atonia uteri, uterus tampak membesar dan lembek.
(Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan : 111)
Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri yang terkait dengan dengan perdarahan post partum:
- Uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, misalnya pada polihidramnion, gemelli, dan makrosomia.
- Kala satu/kala dua memanjang
- Persalinan cepat ( partus presipitatus)
- Persalinan yang diinduksi dengan oksitosin
- Infeksi intrapartum
- Multiparitas tinggi
(APN:132)
Penatalaksanaan atonia uteri:
1. Segera lakukan kompresi bimanual interna
· Pakai sarung tangan DTT, dengan lembut masukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke introitus dan kedalam vagina ibu
· Periksa kandung kemih, jika penuh lakukan kateterisasi
· Letakkan kepalan tangan pada forniks anterior, tekan dinding anterior uterus, sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus kearah kepalan tangan dalam sehingga uterus ditekan dari arah depan dan belakang
· Tekan uterus pada kedua tangan secara kuat. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga meragsang miometrium untuk berkontraksi.
· Evaluasi keberhasilan : Uterus belum berkontraksi dan perdarahan masih berlangsung setelah dilakukan KBI selama 5 menit, ajarkan asisten atau keluarga melakukan KBE dengan cara meletakkan tangan pada abdomen di depan uterus, tepat dibawah simpisis pubis. Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus uteri), usahan memegang seluruh bagian belakang uterus seluas mungkin lalu lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi pembuluh darah dinding uterus dengan cara menekan uterus diantara kedua tangan tersebut dan tekanan ini akan membantu uterus berkontraksi dan menekan pembuluh darah.
· Keluarkan tangan kanan penolong dari uterus
· Suntikkan ergometrin 0,2 mg IM
2. Memasang infus dengan menggunakan jarum berdiameter 18 dengan larutan RL 500 mg + oksitosin 20 unit dengan tetesan guyur
3. Pakai sarung tangan steril, ulangi KBI selama 1-2 menit, jika uterus tidak berkontraksi. Bearti hal ini buka atonia sederhana dan membutuhkan perawatan kegawatdaruratan.
4. Siapkan rujukan
5. dampingi ibu ke tempat rujukan
6. Lanjutkan KBI
7. lanjutkan infus Ringer Laktat 500 ml + 20 unit oksitosin dengan laju 500/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga menghabiskan 1,5 liter infus. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 500cc kedua dengan kecepatan sedang dan beri minuman untuk rehidrasi.
(APN:132-136)
Lakukan evaluasi ulang, hasilnya uterus berkontraksi, dan perdarahan normal. Setelah dievaluasi ulang, perdarahan tampak berkurang. Masase uterus dilakukan, uterus teraba keras, kontraksi baik. Ibu dan keluarga diajarkan untuk memasase perut ibu agar kontraksi tetap baik. Kemudian ibu dibersihkan dari lendir dan darah serta dipakaikan duk, kain dan pakaian bersih. Pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam dilanjutkan:
- 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
- Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
- Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
sambil memonitor keadaan umum ibu, tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus dan jumlah perdarahan.
Setelah persalinan, dekontaminasikan dengan larutan klorin 0,5%, cuci dengan deterjen dan bilas dengan air bersih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar