Pada data Objektif yaitu didapatkan hasil keadaan umum ibu baik, TD ibu masih 130/90, konjungtiva pucat, adanya oedema pada extremitas bagian bawah, TFU 2 jari dibawah pusat, perdarahan normal, pengeluaran lochea adalah lochea rubra, perineum tidak ada luka jahitan, Hb 7,3 gr %
Pueperium (nifas) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandunagn kembali seperti keadaan sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu : 6 – 8 minggu.
(Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002 : 122)
Pemeriksaan Postnatal meliputi
1.) Keadaan umum (kesadaran, keadaan emosi, selera makan, dll)
2). Keadaan payudara dan puttingnya
3). Dinding perut apakah ada hernia
4). Keadaan perineum
5). Kandung kencing apakah ada sistokel dan uretrokel
6). Rectum, apakah ada rektokel dan pemeriksaan tonus muskulus sfingter ani
7). Adanya fluor albus
8). Keadaan serviks, uterus dan adneksa harus pula diperiksa secara seksama
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan : 192)
Perubahan-perubahan fisiologis pada masa nifas (Obstetri Fisiologi UNPAD, hal 315 – 318) :
1. Involusi Uterus
Uterus berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Untuk mengembalikan uterus ke bentuk semula ini, otot-otot uterus berkontraksi. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah janin dan plasenta lahir namun mengakibatkan after pains atau rasa mules pada perut ibu terutama pada 2-3 hari pertama postpartum. (Ilmu Kebidanan : 238)
Involusi | TFU | Berat Uterus |
Bayi Lahir Uri Lahir 1 Minggu 2 Minggu 6 Minggu 8 Minggu | Setinggi pusat 2 jari bawah pusat Pertengahan pusat simfifis Tidak teraba diatas simfifis Bertambah kecil Sebesar normal | 1000 gr 750 gr 500 gr 350 gr 50 gr 30 gr |
TFU 2 jari di bawah pusat
2. Involusi tempat plasenta
Proses involusin uteri pada bekas implantasi plasenta terdapat gambaran sebagai berikut :
- Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 15 cm, permukaan kasar dimana pembuluh darah bermuara.
- Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose disamping pembuluh darah tertutup karena kontaksi rahim.
- Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke 2 sebesar 6 – 8 cm dan akhirnya puerperium sebesar 2 cm.
- Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama lochea
- Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh kerena pembuluh endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.
3. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus banyak mempunyai pembuluh-pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah plasenta tidak dibutuhkan lagi peredaran darah yang banyak, maka arteri harus mengecil lagi pada masa nifas.
4. Perubahan pada serviks dan vagina
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak dan setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim. Setelah 2 jam dapat dilalui 2 - 3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 2 jari.
5. Dinding perut dan Peritonitis
Setelah persalinan, dinding perut longgar karena direnggang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam waktu 6 minggu.
6. Saluran kencing
Dinding saluran kencing memperlihatkan odema dan hiperamia, kandung kemih dalam masa puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau BAK masih ada urine resiolual. Sisa urine ini dan trauma pada dinding kantung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pylium normal kembali dalam waktu 2 minggu.
7. Laktasi
Setelah partus, pengaruh penekanan dari estrogen dan progesteron teehadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hipofisis kembali, antara lain lactogenic hormone (prolaktin)yang akan dihasilkan pula. Mammae yang telah dipersiapkan pada masa kehamilan terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga pengeluaran susu dihasilkan. Umumnya produksi air susu baru berlangsung betul pada hari 2-3 postpartum. Pada hari-hari pertama air susu mengandung kolostrum, yang merupakan cairan kuning yang lebih kental daripada air susu, mengandung lebih banyak protein albumin dan globulin dan benda-benda kolostrum dengan diameter 0,001-0,025 mm yang berfungsi sebagai imunoglobulin pada tubuh bayi. Salah satu rangsangan terbaik pengeluaran air susu itu adalah isapan bayi itu sendiri. Kadar prolaktin akan meningkat denagn perangsangan fisik pada puting. Dengan menyusui bayi akan megakibatkan peningkatan produksi prolaktin dan dengan demikian akan mengakibatkan peningkatan produksi ASI dan dengan isapan bayi maka oksitosin akan dikeluarkan juga dan hal ini akan membantu kontraksi uterus dalam berinvolusi. (Ilmu Kebidanan : 240)
Tanda dan gejala anemia:
- pucat pada konjungtiva
- kekuningan pada mata
- cepat lelah, sering pusing, dan sakit kepala
- sering terjadi kram kaki
- terjadi sariawan, peradangan gusi, lidah, dan sudut mulut
- pemeriksaan haemoglobin <11 gr %
- tekanan darah turun
( Anemia pada Ibu Hamil : 70)
Akibat dari anemia pada pascapartus :
1. Atonia uteri yang menyebabkan perdarahan
2. Retensio placenta
- Placenta adhesive
- Placenta akreta
- Placenta inkreta
- Placenta perkreta
3. Perlukaan sukar sembuh
4. Mudah terjadi febris puerperalis
5. Gangguan involusi uteri
6. Kematian ibu tinggi
- Perdarahan
- Infeksi puerperalis
- Gestosis
(Kapita Selecta Penatalaksanaan Obstetri Ginekologi dan KB, 52)
Tanda – tanda preeklampsi ringan :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali dengan jarak periksa 1 jam
b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih perminggu
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih perliter, kwalitatif + 1 atau + 2
Asuhan yang diberikan pada ibu untuk mengatasi preeklampsi adalah memberikan fenobarbital 3 x 30 mg sampai 48 jam postpartum untuk mencegah naiknya tekanan darah dan amoxillin 3 x 500 mg untuk mencegah terjadinya infeksi Sebab setelah kelahiran ada kemungkinan setelah persalinan berakhir, tekanan darah naik dan eklampsi timbul. Namun, bila tekanan darah turun maka pemberian obat penenang dapat dikurangi setelah 24 jam postpartum untuk kemudian lambat laun dihentikan. Biasanya diuresis bertambah 24-48 jam setelah kelahiran dan edema serta protein urin berkurang. Selain itu, karena pada preeklampsi pada kehamilan maupun persalinan masih berpotensi terjadinya perdarahan postpartum, infeksi nifas atau trauma akibat pertolongan obstetric.
(Ilmu Kebidanan, 294-296 dan Sinopsis Obstetri 208 )
Serta anjurkan ibu untuk istirahat dan berikan ibu makanan dengan diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, dan garam, yaitu Ibu diberikan nasi, ikan, sayur bayam dan kacang panjang, pisang, dan susu (Ilmu Kebidanan : 290)
Pengatasan anemia dilakukan dengan tablet Fe 1 x 200 mg untuk membantu pembentukan hemoglobin sehingga membantu mengatasi, dan analgetik berupa paracetamol 3 x 500 mg untuk mengurangi rasa serta memberikan ibu makanan sedikitnya 1800 kkal dengan kandungan rendah garam, tinggi protein, rendah lemak, serta kandungan vitamin dan mineral yang tinggi, yaitu Ibu diberikan nasi, ikan, sayur bayam dan kacang panjang, pisang, dan susu. Jika penyebab anemia adalah karena infeksi malaria atau cacing maka putuskan mata rantai dari sumber penginfeksi tersebut dan lakukan pengobatan parasit. (Kapita Selecta Penatalaksanaan Obstetri Ginekologi dan KB, 52)
Sedangkan perawatan konservatif terhadap atonia uteri yaitu pemberian antibiotik amoxillin 3 x 500 mg, melanjutkan pemberian infus RL plabottle ke 4 menggunakan jarum ukuran 16-18 dengan kecepatan 20 tetes/menit pada vena radialis di tangan kiri sampai keadaan ibu benar-benar stabil tanpa ditambahkan oksitosin serta, pemberian tablet Fe 1 x 200 mg dan nutrisi yang adekuat.
(Pengantar Kuliah Obstetri, 813)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar