DEFINISI
Persalinan merupakan proses dimana bayi,plasenta dan selaput ketuban dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosenya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Persalinan adalah proses kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hamper cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Persalinan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Persalinan spontan yaitu bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu nya sendiri
2. Persalinan buatan yaitu bila proses persalinan dengan tenaga bantuan dari luar, misal ekstraksi vakum atau seksio sesarea
3. Persalinan anjuran yaitu persalinan yang berlangsung dengan pemberian obat untuk merangsang timbulnya kontraksi.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontrasi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
Tanda dan Gejala Inpartu termasuk :
© Penipisan dan pembukaan serviks
© Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
© Cairan lendir bercampur darah (Show) melalui vagina.
Empat Kala Dalam Persalinan
1. Kala I (kala pembukaan)
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
© Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat,sampai pembukaan menjadi 3 cm.
© Fase aktif : Berlangsung selama 6 jam, serviks membuka dari 3 cm – 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif. Fase ini dibagi atas 3 subfase, yaitu :
1. Fase Akselerasi : Berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm
2. Fase Dilatasi Maksimal : Selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm
3. Fase Deselerasi : Berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm.
Lamanya kala I : Pada primi berlangsung 12 jam sedangkan pada multi 8 jam.
2. Kala II (kala pengeluaran janin)
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Lamanya kala II pada primi 2 jam, pada multi 1 jam.
Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2 – 3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum menegang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala diikuti seluruh badan janin.
Tanda-tanda kala II
a. His menjadi lebih kuat dan cepat, kira-kira 2 – 3 menit sekali
b. Pasien mulai mengedan
c. Perineum menonjol dan menjadi lebih besar
d. Vulva membuka
e. Anus mengembang
3. Kala III (kala pengeluaran uri)
Ø Pendarahan sekonyong-konyong
Ø Perubahan ukuran dan betuk uterus, uterus teraba keras dan membulat
Ø Tali pusat semakin panjang
Dimulai segera dari setelah bayi lahir sampai dengan lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (10 menit pada primi dan multi).
Tanda-tanda pelepasan plasenta
Dalam waktu 5 – 10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir, pengluaran plasenta disetai pengeluaran darah kira-kira 100 – 200 cc.
Manajemen aktif kala III
Ø Pemberian suntikan oksitosin 10 unit IM dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir
Ø Melakukan penegangan tali pusat terkendali, dengan dorongan dorso karnial
Ø Pemijatan fundus uteri (massase) setelah plasenta lahir.
Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala III :
Ø Persalinan kala III yang lebih singkat
Ø Mengurangi jumlah kehilangan darah
Ø Mengurangi kejadian retensib plasenta.
4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post parlum. Kala ini diperlukan untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap banyak pendarahan post partum. Jangan meninggalkan ibu sedikitnya 2 jam setelah persalinan.
Sebelum meninggalkan ibu, adapun hal yang harus dilakukan yaitu :
Ø Pastikan tanda-tanda vital normal, kontraksi uterus kuat (posisinya normal): pendarahan / lokianya normal dan mampu berkemih tanpa dibantu
Ø Ajarkan ibu dan keluarganya cara menilai kontraksi dan melakukan massase uterus (jika lembek)
Ø Selesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir
Ø Pastikan bahwa bayi sudah disusukan
Ø Ajarkan ibu dan keluarganya untuk mencari asuhan segera bagi tanda-tanda bahaya berikut termasuk :
· Demam
· Pendarahan aktif
· Banyak keluar bekuan darah
· Bau busuk dari vagina
· Pusing
· Lemas luar biasa
· Penyulit menyusukan anaknya
· Nyeri panggul dan abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa
Lama persalinan pada primipara 14 jam sedangkan pada multipara 8 jam.
Factor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1.Power : Tenaga yang mendorong anak keluar
a. His (kontraksi otot rahim)
b. kekuatan mengedan
2.Pasanger : Gerakan janin pada persalinan dan persalinan
3.Passage : Perubahan-perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan
4.Penolong.
Sebab-sebab Persalinan
a. Teori Progesteron
Progesteron menyebabkan relaksasi otot-otot rahim dan estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga estrogen menjadi lebih tinggi sehingga timbullah His
b. Teori Oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim
c. Teori Keregangan Otot-otot
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu, setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai
d. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaklandin meningkat sejak umur hamil 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan
e. Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan. Portograf memberi peringatan kepada petugas kesehatan apakah berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin ataukah ibu perlu dirujuk.
Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi atau dalam persalinan dan alat penting khususnya untuk membuat keputusan klinis selama kala I persalinan.
Tujuan Utama Penggunaan Partograf adalah untuk :
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui persalinan dalam
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal, dengan demikian juga dapat melakukan secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
Hal-hal yang perlu dicatat pada partograf :
1. Informasi Tentang Ibu
Catat waktu kedatangan dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecahnya ketuban
2. Kesehatan dan Kenyamanan Janin
a. Denyut jantung janin (DJJ)
Catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin)
b. Warna dan adanya air ketuban
nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban jika ketuban pecah
· U : ketuban utuh (belum pecah)
· J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
· M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur dengan mekonium
· D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur dengan darah
· K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)
c. Molase (penusunan kepala janin)
penusunan adalah indicator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu.
· 0 : Tulang –tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dipalpasi
· 1 : Tulang –tulang kepala janin hanya sebagian bersentuhan
· 2 : Tulang –tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
· 3 : Tulang –tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat disahkan
3. Kemajuan Persalinan
a. Pembukaan serviks
nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit)
b. penurunan bagian terendah atau presentasi janin
mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemerksaan abdomen/luar) diatas simfisis pubis, catat dengan tanda lingkaran (o)
c. Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai dari garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada disebelah kanan garis bertindak maka hal menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.
4. Jam
Ø Waktu mulainya fase aktif persalinan
Ø Waktu aktual saat pemeriksaan yang sesungguhnya.
5. Kontrasi Uterus
Setiap ½ jam raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
::::: Beri titik-titik dikotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik
\\\\\ Beri garis-garis dikotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20 – 40 detik
…. Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya ≥ 40 detik.
6. Obat-obatan dan Cairan yang diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obatan lainya dan cairan IV
Ø Oksitosin
Jika tetesan (drip) aksi tosin sudah dimulai, dokomentasikan setiap 30 menit jumlah anti oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
Ø Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan / atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7. Kesehatan dan Kenyamanan Ibu
Ø Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
· Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. Beri tanda (•) pad kolom yang sesuai
· Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan. Beri tanda (↕) pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
· Nilai dan catat temperature tubuh ibu setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai
Ø Volume Urine, Protein atau Aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu sedikitnya 2 jam.
Bila temuan-temuan melintasi kearah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat.
Asuhan Persalinan Normal (APN)
Kegiatan | Dilakukan | Tidak dilakukan |
I. Melihat tanda dan gejala kala II | ||
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II · Ibu mempunyai keinginan persalinan kala II · Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan atau vaginanya · Perineum menonjol · Vulva dan vagina serta sfingterani terbuka | | |
II. Menyiapkan pertolongan persalinan | ||
2. Memastikan perlengkapan bahan dan obat – obatan sensial setiap digunakan. Mematahkan ampul oksi 10 unit dan menempatkan tabung sekali pakai. | | |
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih. | | |
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku , mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai. | | |
5. Memakai sarung tangan disenfeksi tingkat tinggi atau steril untuk pemeriksaan dalam. | | |
6. Ambil oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril dan meletakkan kembali ke partus set / wadah DTT / steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik). | | |
III. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik. | ||
7. Membersihkan vulva dan perineum menyekanya dengan hati – hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air DTT. Jika mulut vagina , perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu , membersihkan dengan seksama dengan cara menyeka dari depan belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar , mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar didalam larutan deontaminasi). | | |
8. Dengan menggunakan teknik aseptik , melakukan periksa dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban sudah pecah sedangkan pembukaan belum lengkap lakukan amniotomi. | | |
9. Mendekomentasikan sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Mencuci kedua tangan seperti di atas. | | |
10. Memeriksakan DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJ batas normal (100 – 180 x menit). · Mengambil indakan yang sesuai jika DJJ tidak normal · Mendokumentasikan hasil – hasil pemeriksaan dalam DJJ dan semua hasil – hasil penelitian serta asuhan pada partograf. | | |
IV. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran. | ||
11. Memberitahukan ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Bantu ibu berada pada posisi yang nyaman sesuai keinginannya. · Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjukan pemantaun kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan – temuan. · Menjelaskan kepda anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu pada saat mulai meneran | | |
12. Meminta bamntuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu meneran (pada saat his). Bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman. | | |
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran : · Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran. · Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran · Memmbantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang) · Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi · Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu · Menganjurkan asupan cairan per oral · Menilai DJJ setiap 5 menit · Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, rujuk ibu dengan segera. | | |
V. Persiapan pertolongan kelahiran bayi. | ||
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengna diameter 5 – 6 cm , meletakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. | | |
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu. | | |
16. Membuka partus set. | | |
17. Memakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan. | | |
VI. Menolong kelahiran bayi | | |
18. Saat kepala lahir membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi , meletakkan tangan lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat kepala bayi, membiarkan kepala bayi keluar perlahan – lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir. · Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar , lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. · Jika tali pusat melilit leher bayi dengan cara mengklemnya di dua tempat dan memotongnya. | | |
19. Dengan lembut menyeka muka , mulut hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih. | | |
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran. | | |
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. | | |
Lahirnya bahu. | ||
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar. Tempatkan kedua tangan di masing – masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk menekan saat kontraksi berikutnya dengan lembut menariknya ke arah luar hingga bahu anterior munculdibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembt menarik keras atau luar untuk melahirkan bahu posterior. | | |
Lahirnya Badan Bayi dan Tungkai | ||
23. setelah kedua bahu dilahirkan menelusurnya tangan mulai kepala bayiyang berada di bagian bawah ke arah perinium, tangan membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum. Gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanyan lahir. | | |
24. setelah tubuh dan tangan lahir , menelusurkan tangan yang berada di atas dari punggungke arah kaki untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati –hati membantu kelahiran bayi. | | |
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir. | ||
25. Menilai bayi dengan cepat kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya. | | |
26. Segera mengeringkan bayi , membungkus kepala bayi dan badan bayi kecuali bagian tali pusat. | | |
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira – kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem pertama (ke arah ibu). | | |
28. memegang tali pusat dengan satu tangan , melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara klem tersebut. | | |
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut atau yang bersih dan kering. Menuputi bagian kepala , membiarkan tali pusat terbuka. | | |
30. Membiarkan bayi pada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya. | | |
VIII. Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga | ||
Oksitosin | ||
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua. | | |
32. Memberi tahu ibu bahwa ia akan disuntik. | | |
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar , setelah mengaspirasikan terlebih dahulu. | | |
34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5 – 10 cm dari vulva. | | |
35. Meletakkan satu tangan ke atas tangan yang ada diperut ibu tetap di atas tulang pubis dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. | | |
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian pegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. | | |
Mengeluarkan plasenta | ||
37. Setelah plasenta terlepas , meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian atas , mengikuti arah jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. | | |
38. Jika plasenta tampak di introitus vagina melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan memegang plasenta dan dengan hati – hati memutar palsenta hingga selaput ketuban terpilin dengan lembut dan perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. | | |
Pemijatan uterus | ||
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir melakukan masase dengan gerakan melingkar lembut sehingga uterus berkontraksi. | | |
IX. Penilaian perdarahan | | |
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun ke janin dan selaput ketuban untk memastikan bahwa selaput ketuban lengakap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam tubuh kantung plastik atau tempat khusus. | | |
41. Mengawasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. | | |
X. Melakukan Prosedur Pasca persalinan | ||
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik mengawasi perdarahan vagina. | | |
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air DTT dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering. | | |
44. Menempatkan klem tali pusat DTT / steril / mengikat tali DTT dengan simpul mati disekeliling tali pusat dan sekitar klem dari tali pusat. | | |
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian kepalanya memastikan handuk atau lainya bersih dan kering. | | |
46. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk dan kainnya bersih dan kering. | | |
47. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya di dalam larutan klorin 0,5%. | | |
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI. | | |
EVALUASI | ||
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam · 2 – 3 x dalam 15 menit pertama pasca persalinan · Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca presalinan. · Setiap 20 -30 menit jam pasca persalinan | | |
50. Mengajarkan kepada ibu atau keluarga bagaiman melakukan masase uterus dan memeriksa konteraksi uterus. | | |
51. Mengevaluasi perdarahan. | | |
52. Memeriksa TD , N dan keadaan kandungan kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selam 2 jam pasca persalinan : · Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan. · Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal | | |
Kebersihan dan Keamanan | ||
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi selama 10 menit mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi. | | |
54. Membuang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai. | | |
55. Membersihkan ibu dengna menggunakan air DTT. Membersihkan cairan ketuban , lender dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. | | |
56. Memastikan ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI , menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu makanan dan minuman yang diinginkan. | | |
57. Mendekontaminasikan daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilasnya dengan air bersih. | | |
58. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% , membalikkan pakaian dalam keluar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. | | |
59. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. | | |
DOKUMENTASI | ||
60. Melengkapi patograf (halaman depan dan belakang). | | |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar