Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

POST EKSTRAKSI FORCEP



A.      PENGERTIAN
Cunam atau forceps adalah suatu alat obstetrik terbuat dari logam yang digunakan untuk melahirkan anak dengan tarikan kepala.
(Phantom:178)
Ekstraksi forceps adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya.
(Hanifa W,1991: 88)
Ekstraksi cunam adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin ( kepala ) dengan alat cunam.
( Bari Abdul, 2001: 501)

B.      KLASIFIKASI
       Pada tahun 1988, ACOG mengeluarkan klasifikasi ekstraksi forsep, yaitu :
1.    Outlet Forsep
·         Skalp terlihat pada introitus tanpa memisahkan labia
·         Kepala bayi telah mencapai dasar panggul
·         Sutura sagitalis pada posisi anteroposterior atau ubun-ubun kecil kiri/kanan depan atau belakang
·         Kepala bayi pada perineum
·         Rotasi tidak melebihi 45 derajat


2.    Low Forsep
·         Kepala pada station > +2, namun tidak pada dasar panggul
-   Rotasi kurang dari 45 derajat (ubun-ubun kecil kiri/kanan depan atau kiri/kanan belakang atau belakang)
-   Rotasi lebih dari 45 derajat
3.   Midforsep
              Station diatas +2 namun kepala engaged
4.       High
             Tidak dimasukkan kedalam klasifikasi

C.      TUJUAN
Menurut Rustam Mochtar 1998, persalinan dengan ekstraksi forceps bertujuan:
1.      Traksi yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan
2.   Koreksi yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun
kecil dikiri atau dikanan   depan atau sekali-kali UUK melintang kiri
dan kanan atau UUK ki /ka belakang menjadi UUK depan ( dibawah
symphisis pubis)
3.      Kompresor yaitu untuk menambah moulage kepala

D.      SYARAT
Keputusan untuk melakukan ekstaksi forsep sama pentingnya dibandingkan dengan keputusan untuk seksio sesarea. Terdapat persyaratan minimum untuk pekstraksi forsep, yaitu:
·      Kepala janin engaged
·      Selaput ketuban telah pecah
·      Pembukaan lengkap
·      Anak hidup termasuk keadaan gawat janin
·      Penurunan H III atau H III- H IV ( puskesmas H IV atau dasar panggul)
·      Kontraksi baik
·      Ibu tidak gelisah atau kooperatif    
·      Posisi janin diketahui dengan pasti
·      Panggul telah dinilai adekuat
·      Terdapat anestesi yang sesuai
·      Operator mempunyai ketrampilan dan pengetahuan mengenai peralatan
·      Adanya kemauan untuk membatalkan tindakan bila ekstraksi forsep tidak lancar
·      Informed consent baik oral meskipun lebih baik tertulis

E.      INDIKASI
Indikasi pertolongan ekstraksi forceps adalah
1.      Indikasi ibu
·         Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik band sudah setinggi 3 jari dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H III- H IV.
·         Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya oedema pada jalan lahir artinya partus sudah berlangsung lama.
·         Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia berbau.
·         Eklamsi yang mengancam
·         Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H IV,  pembukaan cervix lengkap, ketuban sudah pecah atau  2jam mengedan janin belum lahir juga
·         Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, misal  Ibu dengan
decompensasi kordis , ibu dengan Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat (Hb 6 gr % atau kurang),  pre eklamsi berat,  ibu dengan asma broncial.
·         Partus tidak maju-maju
·         Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga.
2.      Indikasi janin Gawat janin
Tanda-tanda gawat janin antara lain :
·         Cortonen menjadi cepat takhikardi 160 kali per menit dan
tidak teratur
·         DJJ menjadi lambat bradhikardi 160 kali per menit dan
tidak teratur
·         adanya mekonium (pada janin letak kepala) Prolapsus funikulli, walaupun keadaan anak masih baik.

F.       KONTRA INDIKASI
Kontra indikasi dari ekstraksi forceps meliputi:
1.      Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi sehingga kepala sulit dipegang oleh forceps
2.      Anencephalus
3.      Adanya disproporsi cepalo pelvik
4.      Kepala masih tinggi
5.      Pembukaan belum lengkap
6.      Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel
7.      Jika lingkaran kontraksi patologi  bandl sudah setinggi pusat atau lebih



G.     JENIS TINDAKAN
Berdasarkan pada jauhnya turun kepala, dapat dibedakan  beberapa
macam tindakan ekstraksi forceps, antara lain:
1.      Forceps rendah
Dilakukan setelah kepala bayi mencapai H IV, kepala bayi mendorong perineum, forceps dilakukan dengan ringan disebut outlet forceps.
2.      Forceps tengah
Pada kedudukan kepala antara H II atau H III, salah satu bentuk forceps
tengah adalah forceps percobaan untuk membuktikan disproporsi panggul
dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forceps berat membuktikan
terdapat disproporsi kepala panggul . Forceps percobaan dapat diganti
dengan ekstraksi vaccum.
3.      Forceps tinggi
Dilakukan pada kedudukan kepala diantara H I atau H II, forceps
tinggi sudah diganti dengan seksio cesaria.

H.     TEKNIK EKSTRAKSI  FORCEP
Pasien diposisikan dalam posisi litotomi dengan tungkai fleksi dan abduksi. Vulva dan perineum diberikan solusi antiseptik yang cukup. Kandung kemih dinilai, bila perlu dikosongkan. Pemeriksaan dalam dilakukan lagi, untuk meyakinkan bahwa semua syarat forsep telah terpenuhi.
Tujuan aplikasi forsep adalah untuk mencakup kepala secara simetris. Bilah forsep harus terpasang secara simetris pada sisi kepala bayi dan melewati malar eminensia. Setelah forsep terpasang, harus dilakukan pemeriksaan ulang apakah aplikasi telah tepat sebelum dilakukan traksi atau rotasi.
Penilaian untuk aplikasi forsep yang tepat adalah :
·         Sutura sagitalis tegak lurus dengan plana forsep
·         Ubun-ubun kecil berada satu jari diatas dari plana forsep,  dan mempunyai jarak yang sama dari kedua sisi bilah
·         Jika bilah yang dipakai merupakan yang fenstrated, fensetrasi hanya satu jari didepan dari kepala bayi

I.         KOMPLIKASI
Komplikasi atau penyulit ekstraksi forceps adalah sebagai berikut
1.      Komplikasi langsung akibat aplikasi forceps dibagi menjadi
·         Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:
-       Perdarahan
Dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta serta
trauma jalan lahir yang meliputi  ruptura uteri, ruptura cervix,
robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas,
robekan perineum.
-       Infeksi
Terjadi karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat
menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam.


·         Komplikasi segera pada bayi
-    Asfiksia
Karena terlalu lama di dasar panggul sehingga  terjadi rangsangan
pernafasan menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan langsung forceps yang menimbulkan perdarahan intra kranial, edema intra kranial, kerusakan pusat vital di medula oblongata atau trauma langsung jaringan  otak. Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi 
-       Trauma
langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang kepala; kerusakan pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada mata, telinga dan hidung; trauma langsung pada persendian tulang leher; gangguan fleksus brachialis atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan fasialis serta hematoma pada daerah tertekan.
2.      Komplikasi kemudian atau terlambat
-          Perdarahan
yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta
jahitan robekan jalan lahir yang terlepas.
-          Infeksi
-          Penyebaran infeksi makin luas
-          Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal,
terjadinya fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero
vaginal.
-          Komplikasi
terlambat pada bayi dalam bentuk:
-          Trauma
ekstraksi forceps dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forceps
-          Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta encefalitis sampai meningitis.
-          Gangguan susunan saraf pusat
-          Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan
gangguan intelektual.
-          Gangguan pendengaran dan keseimbangan.

J.        PERAWATAN POST EKSTRAKSI FORCEP
Pada prinsipnya tidak berbeda dengan perawatan post partum biasa, hanya
memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat, karena kemungkinan terjadi trias komplikasi lebih besar yaitu perdarahan robekan jalan lahir dan infeksi.Oleh karena itu perawatan setelah ekstraksi forceps memerlukan profilaksis pemberian infus sampai tercapai keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi rahim menjadi kuat dan pemberian anti biotika untuk menghindariinfeksi.
( Manuaba, 1998: 253)

K.         ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST FORCEPS EKSTRAKSI

Pada klien post forceps ekstraksi indikasi eklamsi perlu dilakukan
perawatan kebidanan secara intensif dengan menggunakan pendekatan
menejemen kebidanan secara terpadu dan berkesinambungan.
Untuk itu pada kesempatan ini, menejemen kebidanan yang kami terapkan
berdasarkan teori Helen Varney yang menggunakan 7 langkah,meliputi
pengkajian, analisa data, diagnosa, masalah, diagnosa potensial,
tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1.   Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal proses asuhan kebidanan yang
terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data yang diperoleh dari
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
1.1   Data subyektif
Biodata
identitas klien serta suami yang terdiri dari:
Nama yang jelas dan lengkap, bila perlu ditanyakan nama panggilan
sehari-hari.
Umur
dicatat dalam tahun, sebaiknya juga tanggal lahir klien, umur berguna
mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang
dilakukan.
Alamat
perlu dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak,
misalnya ibu yang dirawat memerluan bantuan keluarga. Dengan adanya alamat tersebut keluarga klien dapat segera dihubungi. Demikian juga alamat dapat memberikan petunjuk tentang keadaan lingkungan tempat tinggal klien.
Pekerjaan
dicatat untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pekerjaan dengan
permasalahan kesehatan klien dan juga pembiayaan.
Agama
perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh dalam kehidupan
termasuk kesehatan. Dengan diketahuinya agama klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam melakukan asuhan kebidanan.
Pendidikan
klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya, tingkat
pendidikan dan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
Status
perkawinan ditanyakan pada klien untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan.
1.2   Keluhan utama
Keluhan yang mungkin dapat terjadi dan dirasakan oleh ibu nifas post
ekstraksi forceps adalah:
Ibu
merasa mules-mules pada perut atau, ibu merasa sakit pada luka
jahitan perineum, adanya pengeluaran lochia rubra, merah, jumlah
lebih banyak dari keadaan fisiologis, ibu merasa pusing kepala, nyeri
ulu hati dan penglihatan kabur.
1.3   Riwayat Obstetri
Riwayat obstetri yang perlu dikaji adalah
Riwayat Haid
Riwayat menstruasi
yang perlu ditanyakan adalah menarche, siklus teratur atau
tidak, lamanya menstruasi, banyaknya darah yang keluar, menstruasi
terakhir, dismenorrhoe. Hal ini perlu ditanyakan terutama untuk
mengetahui usia kehamilan.

Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Yang perlu ditanyakan pada klien yang pernah hamil adalah untuk menentukan faktor risiko. Riwayat kehamilan yang lalu dengan pre eklamsi atau tidak. Pada klien yang pernah melahirkan yaitu tempat melahirkan, cara melahirkan BB anak saat lahir, PB anak saat lahir, usia saat ini, kelainan saat nifas dan riwayat meneteki.
Riwayat kehamilan sekarang
Yang perlu ditanyakan adalah para, abortus, umur kehamilan, tempat
pemeriksaan kehamilan, frekwensi pemeriksaan kehamilan, kelainan yang dialami waktu hamil, penggunaan obat dan jamu. Sewaktu usia kehamilan 20 minggu atau lebih apakah mengalami kenaikan tekanan darah, bengkak pada wajah, tungkai, tangan, pusing, nyeri ulu hati dan penglihatan kabur serta apakah ibu pernah kejang selama hamil.
Riwayat keluarga berencana
Perlu dicatat bagi ibu yang pernah mengikuti program keluarga berencana. Hal ini penting diketahui untuk mngetahui apakah kehamilan yang sekarang memang direncanakan atau tidak. Jenis kontrasepsi yang digunakan, lamanya menggunakan alat kontrasepsi dan rencana setelah melahirkan.
1.4     Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan  yang perlu dikaji meliputi:
Riwayat penyakit yang pernah atau sedang dialami
Data yang perlu dikaji meliputi apakah klien punya penyakit menular,
menahun serta menurun.
Perilaku kesehatan
Data yang dukaji meliputi tanggapan klien terhadap minum-minuman , merokok, personal hygiene, obat-obatan yang sering diminum.
Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan klien maupun bayinya, antara lain penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus, keturunan kembar dan koch pulmonum.
1.5     Keadaan psikososial
Yang perlu dikaji dari pasien adalah bagaimana sikap klien terhadap
interaksi yang diadakan bidan, bagaimana rencana meneteki bayinya,
rencana perawatan bayi, dirawat sendiri atau dirawat oleh keluarga.
Juga perlui ditanyakan pengetahuan ibu tentang kesehatan setelah
melahirkan meliputi mobilisasi dini, perawatan payudara, kebersihan
diri khususnya daerah genitalia. Fungsi psikososial khususnya peran
suami dalam mendukung kesembuhan klien.
1.6     Riwayat adat kebiasaan
Yang perlu dikaji adalah adat kebiasaan keluarga dalam pertolongan
persalinan dan pasca persalinan, demikian juga adanya kebiasaan lain
yang ada hubungannya dengan kesehatan klien dan janinnya.
1.7        Pola pemenuhan kebutuhan Nutrisi
Perlu ditanyakan pemenuhan nutrisi selama dirumah sakit apakah klien menghabiskan porsi yang dikonsumsi, kalau tidak apakah klien
dibawakan makanan dari rumah.
1.8   Aktifitas        
Ditanyakan kemampuan aktifitas klien selama dirumah sakit apakah mengalami hambatan atau tidak, karena pada ibu nifas post eklamsi  mobilisasi dini dapat mulai dilakukan saat keadaan klien berangsur membaik kira- kira 12 – 24 jam post partum.Mobilisasi dini dapat dimulai dengan tidur telentang, lalu miring kanan kiri, serta belajar duduk pada hari ke dua, hari ke tiga belajar berjalan dan hari ke empat atau kelima sudah boleh pulang.
1.9   Istirahat dan tidur
Selama dirumah sakit apakah klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidurnya yaitu kira-kira 7 – 8 jam sehari. Berapa jam klien tidur dalam sehari, bila tidak dapat tidur ditanyakan apakah sebabnya, apakah menimbulkan gangguan atau tidak.
1.10  Kebersihan diri
Selama melahirkan apakah dapat melakukan atau mandi sendiri di kamar mandi atau masih diseka. Tanyakan kapan ganti pembalut, berapa kali dan jumlah perdarahan.
1.11  Eleminasi alvi dan uri
Apakah selama dirumah sakit klien sudah buang air kecil, kalau belum mengapa. Karena pada klien dengan post operatif  vaginam selama proses persalinan kandung kemih mendapat tekanan sehingga dapat mengakibatkan gangguan eleminasi uri, kalau sudah apakah disertai rasa nyeri atu tidak, dan buang air kecil sudah harus terjadi secara spontan pada 8 jam post partum. Apakah sudah buang air besar atau belum, karena pada post partum BAB sudah harus terjadi pada hari ke 2- 3 post partum, kalau belum mengapa, kalau sudah bagaimana konsistensi dan warnanya, tanyakan juga kebiasaan buang air besar dirumah, karena kebiasaan buang air besar yang tidak tiap hari kadang tidak menimbulkan gangguan.

1.12  Pola persepsi
Bagaimana penerimaan klien tehadap tindakan yang dilakukan terhadap proses persalinan.
2.   Data obyektif
Merupakan data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Data obyektif yang dapat ditemukan pada ibu nifas adalah:
2.1  Riwayat persalinan
Yang perlu ditanyakan adalah tempat, tanggal, jam persalinan, penolong, jenis persalinan serta masalah- masalah yang timbul selama
persalinan.
2.2  Keadaan umum
kesadaran yang diperoleh dari pengamatan dan pemeriksaan umum pada klien saat pengkajian .Apakah klien terlihat pucat atau segar,apakah klien sadar penuh dan dapat beradaptasi dengan keadaan disekitarnya.
2.3  Tanda-tanda vital
Hal- hal yang diperiksa adalah tekanan darah, suhu rektal atau axiler,
denyut nadi dan pernafasan.
Tinggi badan dan berat badan
Dapat diperiksa apabila keadaan memungkinkan, apabila klien masih tiduran tidak perlu dicantumkan atau diukur.
2.4  Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan adalah
Muka:     Pucat, terdapat chloasma gravidarum atau tidak, ekspresi
wajah serta ada oedema atau tidak
Mata:      Conjungtiva warna pucat atu tidak, terdapat ikterus atau
tidak pada gigi terdapat caries atau tidak serta kebersihannya.
Mulut:    Terdapat stomatitis atau tidak, pada gigi terdapat caries
atau tidak ssrta kebersihannya.
Leher:     Pembesaran kelenjar tiroid ada atau tudak, pembesaran vena
jugularis ada atau tidak.
Dada:     Bentuk dada simetris atau tidak, pembesaran payudara,
keras, lembek, bentuk putting susu, serta colostrum keluar atau
belum.
Perut:      Inspeksi : apa ada luka bekas SC, striae, linea
Palpasi:   TFU secara normal pada hari pertama post partum
setinggi pusat serta kontraksi uterus untuk mengetahui proses
involusi.
Genitalia:   Inspeksi, Kebersihan, lochia rubra, warna merah, bau
serta banyaknya.
Perineum: Terdapat bekas episiotomi, banyaknya jahitan, oedema
atau tidak, ada tanda infeksi atau tidak serta luka tampak kering atau basah.
Anus:         Adakah haemorrhoid
ekstremitas:    atas: adakah oedema, terpasang infus atau tidak
bawah: adakah oedema, ada farices atau tidak serta reflek
patela.
2.5  Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi Hb, asam urat, fungsi ginjal,   Urine
2.6  Pemeriksaan
fisik Program pengobatan dokter Sesuai dengan terapi di konsep dasar eklamsi.

3.   Analisa Data Diagnosa Dan Masalah
Diagnosa potensial adalah masalah yang timbul dan bila tidak segera
diatasi akan mengancam keselamatan ibu.( Depkes RI, 1996: 6)
a.       Risiko terjadinya kejang berulang post partum
Dasar:
Ibu mekahirkan dengan forcps ekstraksi indikasi eklamsi hari ke….
Desakan darah sistole >160 mmHg dan diastole  > 110 mmHg
Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial: pusing, penglihatan kabur dan mual
b.      Risiko terjadinya perdarahan post partum
Dasar:
Post partum 24 jam debgan tindakan forceps ekstraksi
Kontraksi uterus lembek, TFU tidak sesuai dengan proses involusi pada hari ke…..
c.       Risiko terjadinya infeksi nifas
Dasar:
Post partum dengan tindakan forceps ekstraksi
Ibu tidak melakukan mobilisasi dini
Pembalut terlihat penuh oleh darah
Suhu tubuh > 37,5 0 C
Terdapat jahitan pada perineum dengan tanda-tanda infeksi yaitu kolor rubor dolor dan fungisiolase
d.      Risiko terjadinya bendungan ASI
Dasar:
Bayi dirawat terpisah dengan ibunya
Ibu belum meneteki bayinya
Putting susu terlihat kotor
Payudara teraba keras dan tegang
e.       Risiko terjadinya retensio urine sehubungan dengan trauman persalinan
Dasar:
Post partum dengan tindakan forceps ekstraksi
Ibu tidak kencing spontan
Kandung kencing penuh


DAFTAR PUSTAKA

Angsar M. Dikman, 1995, Hipertensi Dalam Kehamilan, Lab/UPF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNAIR/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
________, 1994, Obstetri Phantom, Fakultas Kedokteran Airlangga, Surabaya
Bennet R. Brown Linda K, 1996, Myles Text Book For Mmidwives, Chrurcchill Livingstone, Tokyo
Dennen C. Philip, 1994, Partus Forceps, Binarupa  Aksara, Jakarta
Hamilton PM, 1995, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC,
Jakarta
Hariadi R, 1991, Obstetri Williams, Airlangga University Press, Surabaya
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta
Long C Barbara, 1996, Perawatan Medika Bedah, YIA PendidikanKeperawatan Pajajaran Bandung, Bandung
Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Pengurus Ikatan Bidan Indonesia, Jakarta
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Santosa NI, 1995, Manajemen Kebidanan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta
Sastrawinata Sullaiman, 1983, Obstetri Fisiologi, Offset, Bandung
Sastra, Sulaiman, 1983, Obstetri Patologi, Elemen Banddung
Sweet BR, 1993, Mayes Midwifery A Text Book For Midwive, Bailiere Tindall, Tokyo
Wiknyosastro, H, 1991, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Hardjo, Jakarta


Tidak ada komentar: