A.
PENGERTIAN
Cunam atau forceps
adalah suatu alat obstetrik terbuat dari logam yang digunakan untuk melahirkan
anak dengan tarikan kepala.
(Phantom:178)
Ekstraksi forceps
adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan
cunam yang dipasang pada kepalanya.
(Hanifa W,1991: 88)
Ekstraksi cunam
adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran
dengan jalan menarik bagian bawah janin ( kepala ) dengan alat cunam.
( Bari Abdul, 2001:
501)
B.
KLASIFIKASI
Pada tahun 1988, ACOG mengeluarkan klasifikasi ekstraksi
forsep, yaitu :
1.
Outlet Forsep
·
Skalp
terlihat pada introitus tanpa memisahkan labia
·
Kepala
bayi telah mencapai dasar panggul
·
Sutura
sagitalis pada posisi anteroposterior atau ubun-ubun kecil kiri/kanan depan
atau belakang
·
Kepala
bayi pada perineum
·
Rotasi
tidak melebihi 45 derajat
2.
Low Forsep
·
Kepala
pada station > +2, namun tidak pada dasar panggul
- Rotasi
kurang dari 45 derajat (ubun-ubun kecil kiri/kanan depan atau kiri/kanan
belakang atau belakang)
- Rotasi
lebih dari 45 derajat
3. Midforsep
Station diatas +2 namun kepala
engaged
4.
High
Tidak dimasukkan kedalam klasifikasi
C.
TUJUAN
Menurut Rustam
Mochtar 1998, persalinan dengan ekstraksi forceps bertujuan:
1. Traksi
yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan
2. Koreksi
yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun
kecil dikiri atau dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri
dan kanan atau UUK ki /ka belakang menjadi UUK depan ( dibawah
symphisis pubis)
kecil dikiri atau dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri
dan kanan atau UUK ki /ka belakang menjadi UUK depan ( dibawah
symphisis pubis)
3. Kompresor
yaitu untuk menambah moulage kepala
D.
SYARAT
Keputusan untuk melakukan ekstaksi forsep sama pentingnya
dibandingkan dengan keputusan untuk seksio sesarea. Terdapat persyaratan minimum untuk pekstraksi forsep,
yaitu:
·
Kepala
janin engaged
·
Selaput
ketuban telah pecah
·
Pembukaan
lengkap
·
Anak hidup termasuk keadaan gawat janin
·
Penurunan H III atau H III- H IV ( puskesmas H
IV atau dasar panggul)
·
Kontraksi baik
·
Ibu tidak gelisah atau kooperatif
·
Posisi
janin diketahui dengan pasti
·
Panggul
telah dinilai adekuat
·
Terdapat
anestesi yang sesuai
·
Operator
mempunyai ketrampilan dan pengetahuan mengenai peralatan
·
Adanya
kemauan untuk membatalkan tindakan bila ekstraksi forsep tidak lancar
·
Informed
consent baik oral meskipun lebih baik tertulis
E.
INDIKASI
Indikasi pertolongan ekstraksi forceps
adalah
1.
Indikasi ibu
·
Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran
retraksi patologik band sudah setinggi 3 jari dibawah pusat, sedang kepala
sudah turun sampai H III- H IV.
·
Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya
oedema pada jalan lahir artinya partus sudah berlangsung lama.
·
Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan
meninggi, lochia berbau.
·
Eklamsi yang mengancam
·
Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H
IV, pembukaan cervix lengkap, ketuban sudah pecah atau 2jam
mengedan janin belum lahir juga
·
Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama,
misal Ibu dengan
decompensasi kordis , ibu dengan Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat (Hb 6 gr % atau kurang), pre eklamsi berat, ibu dengan asma broncial.
decompensasi kordis , ibu dengan Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat (Hb 6 gr % atau kurang), pre eklamsi berat, ibu dengan asma broncial.
·
Partus tidak maju-maju
·
Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga.
2.
Indikasi
janin Gawat janin
Tanda-tanda
gawat janin antara lain :
·
Cortonen menjadi cepat takhikardi 160 kali per
menit dan
tidak teratur
tidak teratur
·
DJJ menjadi lambat bradhikardi 160 kali per
menit dan
tidak teratur
tidak teratur
·
adanya mekonium (pada janin letak kepala)
Prolapsus funikulli, walaupun keadaan anak masih baik.
F.
KONTRA
INDIKASI
Kontra indikasi dari ekstraksi forceps
meliputi:
1.
Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan
keras lagi sehingga kepala sulit dipegang oleh forceps
2.
Anencephalus
3.
Adanya disproporsi cepalo pelvik
4.
Kepala masih tinggi
5.
Pembukaan belum lengkap
6.
Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel
7.
Jika lingkaran kontraksi patologi bandl sudah
setinggi pusat atau lebih
G.
JENIS
TINDAKAN
Berdasarkan pada
jauhnya turun kepala, dapat dibedakan beberapa
macam tindakan ekstraksi forceps, antara lain:
macam tindakan ekstraksi forceps, antara lain:
1. Forceps
rendah
Dilakukan setelah
kepala bayi mencapai H IV, kepala bayi mendorong perineum, forceps dilakukan
dengan ringan disebut outlet forceps.
2. Forceps
tengah
Pada kedudukan
kepala antara H II atau H III, salah satu bentuk forceps
tengah adalah forceps percobaan untuk membuktikan disproporsi panggul
dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forceps berat membuktikan
terdapat disproporsi kepala panggul . Forceps percobaan dapat diganti
dengan ekstraksi vaccum.
tengah adalah forceps percobaan untuk membuktikan disproporsi panggul
dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forceps berat membuktikan
terdapat disproporsi kepala panggul . Forceps percobaan dapat diganti
dengan ekstraksi vaccum.
3. Forceps
tinggi
Dilakukan pada
kedudukan kepala diantara H I atau H II, forceps
tinggi sudah diganti dengan seksio cesaria.
tinggi sudah diganti dengan seksio cesaria.
H.
TEKNIK
EKSTRAKSI FORCEP
Pasien diposisikan dalam posisi litotomi dengan tungkai
fleksi dan abduksi. Vulva dan perineum diberikan solusi antiseptik yang cukup.
Kandung kemih dinilai, bila perlu dikosongkan. Pemeriksaan dalam dilakukan
lagi, untuk meyakinkan bahwa semua syarat forsep telah terpenuhi.
Tujuan aplikasi forsep adalah untuk mencakup kepala
secara simetris. Bilah forsep harus terpasang secara simetris pada sisi kepala
bayi dan melewati malar eminensia. Setelah forsep terpasang, harus dilakukan
pemeriksaan ulang apakah aplikasi telah tepat sebelum dilakukan traksi atau
rotasi.
Penilaian untuk aplikasi forsep yang tepat adalah :
·
Sutura
sagitalis tegak lurus dengan plana forsep
·
Ubun-ubun
kecil berada satu jari diatas dari plana forsep, dan mempunyai jarak yang
sama dari kedua sisi bilah
·
Jika
bilah yang dipakai merupakan yang fenstrated, fensetrasi hanya satu jari
didepan dari kepala bayi
I.
KOMPLIKASI
Komplikasi atau penyulit ekstraksi forceps
adalah sebagai berikut
1. Komplikasi
langsung akibat aplikasi forceps dibagi menjadi
·
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat
berupa:
- Perdarahan
Dapat disebabkan
karena atonia uteri, retensio plasenta serta
trauma jalan lahir yang meliputi ruptura uteri, ruptura cervix,
robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas,
robekan perineum.
trauma jalan lahir yang meliputi ruptura uteri, ruptura cervix,
robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas,
robekan perineum.
- Infeksi
Terjadi karena sudah
terdapat sebelumnya, aplikasi alat
menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam.
menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam.
·
Komplikasi segera pada bayi
- Asfiksia
Karena terlalu lama
di dasar panggul sehingga terjadi rangsangan
pernafasan menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan langsung forceps yang menimbulkan perdarahan intra kranial, edema intra kranial, kerusakan pusat vital di medula oblongata atau trauma langsung jaringan otak. Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi
pernafasan menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan langsung forceps yang menimbulkan perdarahan intra kranial, edema intra kranial, kerusakan pusat vital di medula oblongata atau trauma langsung jaringan otak. Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi
- Trauma
langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang kepala; kerusakan pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada mata, telinga dan hidung; trauma langsung pada persendian tulang leher; gangguan fleksus brachialis atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan fasialis serta hematoma pada daerah tertekan.
langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang kepala; kerusakan pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada mata, telinga dan hidung; trauma langsung pada persendian tulang leher; gangguan fleksus brachialis atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan fasialis serta hematoma pada daerah tertekan.
2. Komplikasi
kemudian atau terlambat
-
Perdarahan
yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta
jahitan robekan jalan lahir yang terlepas.
yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta
jahitan robekan jalan lahir yang terlepas.
-
Infeksi
-
Penyebaran infeksi makin luas
-
Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko
vaginal,
terjadinya fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero
vaginal.
terjadinya fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero
vaginal.
-
Komplikasi
terlambat pada bayi dalam bentuk:
terlambat pada bayi dalam bentuk:
-
Trauma
ekstraksi forceps dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forceps
ekstraksi forceps dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forceps
-
Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat
menyebabkan kematian serta encefalitis sampai meningitis.
-
Gangguan susunan saraf pusat
-
Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan
gangguan intelektual.
gangguan intelektual.
-
Gangguan pendengaran dan keseimbangan.
J.
PERAWATAN
POST EKSTRAKSI FORCEP
Pada prinsipnya
tidak berbeda dengan perawatan post partum biasa, hanya
memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat, karena kemungkinan terjadi trias komplikasi lebih besar yaitu perdarahan robekan jalan lahir dan infeksi.Oleh karena itu perawatan setelah ekstraksi forceps memerlukan profilaksis pemberian infus sampai tercapai keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi rahim menjadi kuat dan pemberian anti biotika untuk menghindariinfeksi.
memerlukan perhatian dan observasi yang lebih ketat, karena kemungkinan terjadi trias komplikasi lebih besar yaitu perdarahan robekan jalan lahir dan infeksi.Oleh karena itu perawatan setelah ekstraksi forceps memerlukan profilaksis pemberian infus sampai tercapai keadaan stabil, pemberian uterotonika sehingga kontraksi rahim menjadi kuat dan pemberian anti biotika untuk menghindariinfeksi.
( Manuaba, 1998:
253)
K.
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN POST FORCEPS EKSTRAKSI
Pada klien post
forceps ekstraksi indikasi eklamsi perlu dilakukan
perawatan kebidanan secara intensif dengan menggunakan pendekatan
menejemen kebidanan secara terpadu dan berkesinambungan.
perawatan kebidanan secara intensif dengan menggunakan pendekatan
menejemen kebidanan secara terpadu dan berkesinambungan.
Untuk itu pada
kesempatan ini, menejemen kebidanan yang kami terapkan
berdasarkan teori Helen Varney yang menggunakan 7 langkah,meliputi
pengkajian, analisa data, diagnosa, masalah, diagnosa potensial,
tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
berdasarkan teori Helen Varney yang menggunakan 7 langkah,meliputi
pengkajian, analisa data, diagnosa, masalah, diagnosa potensial,
tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.
Pengkajian
Pengkajian merupakan
langkah awal proses asuhan kebidanan yang
terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data yang diperoleh dari
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data yang diperoleh dari
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
1.1
Data subyektif
Biodata
identitas
klien serta suami yang terdiri dari:
Nama yang jelas dan
lengkap, bila perlu ditanyakan nama panggilan
sehari-hari.
sehari-hari.
Umur
dicatat dalam tahun, sebaiknya juga tanggal lahir klien, umur berguna
mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang
dilakukan.
dicatat dalam tahun, sebaiknya juga tanggal lahir klien, umur berguna
mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang
dilakukan.
Alamat
perlu dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak,
misalnya ibu yang dirawat memerluan bantuan keluarga. Dengan adanya alamat tersebut keluarga klien dapat segera dihubungi. Demikian juga alamat dapat memberikan petunjuk tentang keadaan lingkungan tempat tinggal klien.
perlu dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak,
misalnya ibu yang dirawat memerluan bantuan keluarga. Dengan adanya alamat tersebut keluarga klien dapat segera dihubungi. Demikian juga alamat dapat memberikan petunjuk tentang keadaan lingkungan tempat tinggal klien.
Pekerjaan
dicatat untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pekerjaan dengan
permasalahan kesehatan klien dan juga pembiayaan.
dicatat untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pekerjaan dengan
permasalahan kesehatan klien dan juga pembiayaan.
Agama
perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh dalam kehidupan
termasuk kesehatan. Dengan diketahuinya agama klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam melakukan asuhan kebidanan.
perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh dalam kehidupan
termasuk kesehatan. Dengan diketahuinya agama klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam melakukan asuhan kebidanan.
Pendidikan
klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya, tingkat
pendidikan dan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya, tingkat
pendidikan dan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
Status
perkawinan ditanyakan pada klien untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan.
perkawinan ditanyakan pada klien untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan.
1.2
Keluhan utama
Keluhan yang mungkin
dapat terjadi dan dirasakan oleh ibu nifas post
ekstraksi forceps adalah:
ekstraksi forceps adalah:
Ibu
merasa mules-mules pada perut atau, ibu merasa sakit pada luka
jahitan perineum, adanya pengeluaran lochia rubra, merah, jumlah
lebih banyak dari keadaan fisiologis, ibu merasa pusing kepala, nyeri
ulu hati dan penglihatan kabur.
merasa mules-mules pada perut atau, ibu merasa sakit pada luka
jahitan perineum, adanya pengeluaran lochia rubra, merah, jumlah
lebih banyak dari keadaan fisiologis, ibu merasa pusing kepala, nyeri
ulu hati dan penglihatan kabur.
1.3
Riwayat Obstetri
Riwayat obstetri
yang perlu dikaji adalah
Riwayat
Haid
Riwayat
menstruasi
yang perlu
ditanyakan adalah menarche, siklus teratur atau
tidak, lamanya menstruasi, banyaknya darah yang keluar, menstruasi
terakhir, dismenorrhoe. Hal ini perlu ditanyakan terutama untuk
mengetahui usia kehamilan.
tidak, lamanya menstruasi, banyaknya darah yang keluar, menstruasi
terakhir, dismenorrhoe. Hal ini perlu ditanyakan terutama untuk
mengetahui usia kehamilan.
Riwayat
kehamilan dan persalinan yang lalu
Yang perlu
ditanyakan pada klien yang pernah hamil adalah untuk menentukan faktor risiko.
Riwayat kehamilan yang lalu dengan pre eklamsi atau tidak. Pada klien yang
pernah melahirkan yaitu tempat melahirkan, cara melahirkan BB anak saat lahir,
PB anak saat lahir, usia saat ini, kelainan saat nifas dan riwayat meneteki.
Riwayat
kehamilan sekarang
Yang perlu
ditanyakan adalah para, abortus, umur kehamilan, tempat
pemeriksaan kehamilan, frekwensi pemeriksaan kehamilan, kelainan yang dialami waktu hamil, penggunaan obat dan jamu. Sewaktu usia kehamilan 20 minggu atau lebih apakah mengalami kenaikan tekanan darah, bengkak pada wajah, tungkai, tangan, pusing, nyeri ulu hati dan penglihatan kabur serta apakah ibu pernah kejang selama hamil.
pemeriksaan kehamilan, frekwensi pemeriksaan kehamilan, kelainan yang dialami waktu hamil, penggunaan obat dan jamu. Sewaktu usia kehamilan 20 minggu atau lebih apakah mengalami kenaikan tekanan darah, bengkak pada wajah, tungkai, tangan, pusing, nyeri ulu hati dan penglihatan kabur serta apakah ibu pernah kejang selama hamil.
Riwayat
keluarga berencana
Perlu dicatat bagi
ibu yang pernah mengikuti program keluarga berencana. Hal ini penting diketahui
untuk mngetahui apakah kehamilan yang sekarang memang direncanakan atau tidak.
Jenis kontrasepsi yang digunakan, lamanya menggunakan alat kontrasepsi dan
rencana setelah melahirkan.
1.4
Riwayat
kesehatan
Riwayat
kesehatan yang perlu dikaji meliputi:
Riwayat
penyakit yang pernah atau sedang dialami
Data yang perlu
dikaji meliputi apakah klien punya penyakit menular,
menahun serta menurun.
menahun serta menurun.
Perilaku
kesehatan
Data yang dukaji
meliputi tanggapan klien terhadap minum-minuman , merokok, personal hygiene, obat-obatan
yang sering diminum.
Riwayat
kesehatan keluarga
Data ini diperlukan
untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan kesehatan klien maupun bayinya, antara lain penyakit jantung,
hipertensi, diabetes militus, keturunan kembar dan koch pulmonum.
1.5
Keadaan
psikososial
Yang perlu dikaji
dari pasien adalah bagaimana sikap klien terhadap
interaksi yang diadakan bidan, bagaimana rencana meneteki bayinya,
rencana perawatan bayi, dirawat sendiri atau dirawat oleh keluarga.
Juga perlui ditanyakan pengetahuan ibu tentang kesehatan setelah
melahirkan meliputi mobilisasi dini, perawatan payudara, kebersihan
diri khususnya daerah genitalia. Fungsi psikososial khususnya peran
suami dalam mendukung kesembuhan klien.
interaksi yang diadakan bidan, bagaimana rencana meneteki bayinya,
rencana perawatan bayi, dirawat sendiri atau dirawat oleh keluarga.
Juga perlui ditanyakan pengetahuan ibu tentang kesehatan setelah
melahirkan meliputi mobilisasi dini, perawatan payudara, kebersihan
diri khususnya daerah genitalia. Fungsi psikososial khususnya peran
suami dalam mendukung kesembuhan klien.
1.6
Riwayat adat
kebiasaan
Yang perlu dikaji
adalah adat kebiasaan keluarga dalam pertolongan
persalinan dan pasca persalinan, demikian juga adanya kebiasaan lain
yang ada hubungannya dengan kesehatan klien dan janinnya.
persalinan dan pasca persalinan, demikian juga adanya kebiasaan lain
yang ada hubungannya dengan kesehatan klien dan janinnya.
1.7
Pola
pemenuhan kebutuhan Nutrisi
Perlu ditanyakan
pemenuhan nutrisi selama dirumah sakit apakah klien menghabiskan porsi yang
dikonsumsi, kalau tidak apakah klien
dibawakan makanan dari rumah.
dibawakan makanan dari rumah.
1.8 Aktifitas
Ditanyakan kemampuan
aktifitas klien selama dirumah sakit apakah mengalami hambatan atau tidak,
karena pada ibu nifas post eklamsi mobilisasi dini dapat mulai dilakukan
saat keadaan klien berangsur membaik kira- kira 12 – 24 jam post
partum.Mobilisasi dini dapat dimulai dengan tidur telentang, lalu miring kanan
kiri, serta belajar duduk pada hari ke dua, hari ke tiga belajar berjalan dan
hari ke empat atau kelima sudah boleh pulang.
1.9 Istirahat dan tidur
Selama dirumah sakit
apakah klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidurnya yaitu kira-kira 7
– 8 jam sehari. Berapa jam klien tidur dalam sehari, bila tidak dapat tidur
ditanyakan apakah sebabnya, apakah menimbulkan gangguan atau tidak.
1.10 Kebersihan diri
Selama melahirkan
apakah dapat melakukan atau mandi sendiri di kamar mandi atau masih diseka.
Tanyakan kapan ganti pembalut, berapa kali dan jumlah perdarahan.
1.11 Eleminasi alvi dan uri
Apakah selama
dirumah sakit klien sudah buang air kecil, kalau belum mengapa. Karena pada
klien dengan post operatif vaginam selama proses persalinan kandung kemih
mendapat tekanan sehingga dapat mengakibatkan gangguan eleminasi uri, kalau
sudah apakah disertai rasa nyeri atu tidak, dan buang air kecil sudah harus
terjadi secara spontan pada 8 jam post partum. Apakah sudah buang air besar
atau belum, karena pada post partum BAB sudah harus terjadi pada hari ke 2- 3
post partum, kalau belum mengapa, kalau sudah bagaimana konsistensi dan
warnanya, tanyakan juga kebiasaan buang air besar dirumah, karena kebiasaan
buang air besar yang tidak tiap hari kadang tidak menimbulkan gangguan.
1.12 Pola persepsi
Bagaimana penerimaan
klien tehadap tindakan yang dilakukan terhadap proses persalinan.
2.
Data obyektif
Merupakan data yang
diperoleh melalui pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.
Data obyektif yang dapat ditemukan pada ibu
nifas adalah:
2.1 Riwayat
persalinan
Yang perlu
ditanyakan adalah tempat, tanggal, jam persalinan, penolong, jenis persalinan
serta masalah- masalah yang timbul selama
persalinan.
persalinan.
2.2 Keadaan
umum
kesadaran yang
diperoleh dari pengamatan dan pemeriksaan umum pada klien saat pengkajian
.Apakah klien terlihat pucat atau segar,apakah klien sadar penuh dan dapat
beradaptasi dengan keadaan disekitarnya.
2.3 Tanda-tanda
vital
Hal- hal yang
diperiksa adalah tekanan darah, suhu rektal atau axiler,
denyut nadi dan pernafasan.
denyut nadi dan pernafasan.
Tinggi
badan dan berat badan
Dapat diperiksa
apabila keadaan memungkinkan, apabila klien masih tiduran tidak perlu
dicantumkan atau diukur.
2.4 Pemeriksaan
fisik
Pada
pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan adalah
Muka: Pucat, terdapat chloasma gravidarum atau
tidak, ekspresi
wajah serta ada oedema atau tidak
wajah serta ada oedema atau tidak
Mata: Conjungtiva warna pucat atu tidak,
terdapat ikterus atau
tidak pada gigi terdapat caries atau tidak serta kebersihannya.
tidak pada gigi terdapat caries atau tidak serta kebersihannya.
Mulut: Terdapat stomatitis atau tidak, pada gigi
terdapat caries
atau tidak ssrta kebersihannya.
atau tidak ssrta kebersihannya.
Leher: Pembesaran kelenjar tiroid ada atau tudak,
pembesaran vena
jugularis ada atau tidak.
jugularis ada atau tidak.
Dada: Bentuk dada simetris atau tidak, pembesaran
payudara,
keras, lembek, bentuk putting susu, serta colostrum keluar atau
belum.
keras, lembek, bentuk putting susu, serta colostrum keluar atau
belum.
Perut: Inspeksi : apa ada luka bekas SC, striae,
linea
Palpasi: TFU secara normal pada hari pertama post
partum
setinggi pusat serta kontraksi uterus untuk mengetahui proses
involusi.
setinggi pusat serta kontraksi uterus untuk mengetahui proses
involusi.
Genitalia: Inspeksi, Kebersihan, lochia rubra, warna
merah, bau
serta banyaknya.
serta banyaknya.
Perineum:
Terdapat bekas episiotomi, banyaknya jahitan, oedema
atau tidak, ada tanda infeksi atau tidak serta luka tampak kering atau basah.
atau tidak, ada tanda infeksi atau tidak serta luka tampak kering atau basah.
Anus: Adakah haemorrhoid
ekstremitas: atas:
adakah oedema, terpasang infus atau tidak
bawah:
adakah oedema, ada farices atau tidak serta reflek
patela.
patela.
2.5 Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
laboratorium meliputi Hb, asam urat, fungsi ginjal, Urine
2.6 Pemeriksaan
fisik Program pengobatan dokter Sesuai dengan terapi di konsep dasar eklamsi.
fisik Program pengobatan dokter Sesuai dengan terapi di konsep dasar eklamsi.
3.
Analisa Data Diagnosa Dan Masalah
Diagnosa potensial
adalah masalah yang timbul dan bila tidak segera
diatasi akan mengancam keselamatan ibu.( Depkes RI, 1996: 6)
diatasi akan mengancam keselamatan ibu.( Depkes RI, 1996: 6)
a. Risiko
terjadinya kejang berulang post partum
Dasar:
Ibu
mekahirkan dengan forcps ekstraksi indikasi eklamsi hari ke….
Desakan
darah sistole >160 mmHg dan diastole > 110 mmHg
Adanya tanda-tanda
peningkatan tekanan intra kranial: pusing, penglihatan kabur dan mual
b. Risiko
terjadinya perdarahan post partum
Dasar:
Post
partum 24 jam debgan tindakan forceps ekstraksi
Kontraksi uterus
lembek, TFU tidak sesuai dengan proses involusi pada hari ke…..
c. Risiko
terjadinya infeksi nifas
Dasar:
Post
partum dengan tindakan forceps ekstraksi
Ibu
tidak melakukan mobilisasi dini
Pembalut
terlihat penuh oleh darah
Suhu
tubuh > 37,5 0 C
Terdapat jahitan
pada perineum dengan tanda-tanda infeksi yaitu kolor rubor dolor dan
fungisiolase
d. Risiko
terjadinya bendungan ASI
Dasar:
Bayi
dirawat terpisah dengan ibunya
Ibu
belum meneteki bayinya
Putting
susu terlihat kotor
Payudara
teraba keras dan tegang
e. Risiko
terjadinya retensio urine sehubungan dengan trauman persalinan
Dasar:
Post
partum dengan tindakan forceps ekstraksi
Ibu
tidak kencing spontan
Kandung
kencing penuh
DAFTAR
PUSTAKA
Angsar
M. Dikman, 1995, Hipertensi Dalam
Kehamilan, Lab/UPF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
UNAIR/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
________,
1994, Obstetri Phantom,
Fakultas Kedokteran Airlangga, Surabaya
Bennet
R. Brown Linda K, 1996, Myles Text Book For Mmidwives,
Chrurcchill Livingstone, Tokyo
Dennen
C. Philip, 1994, Partus Forceps,
Binarupa Aksara, Jakarta
Hamilton
PM, 1995, Dasar-Dasar Keperawatan
Maternitas, EGC,
Jakarta
Jakarta
Hariadi
R, 1991, Obstetri Williams,
Airlangga University Press, Surabaya
Ibrahim,
Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan
(Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta
Long
C Barbara, 1996, Perawatan Medika Bedah,
YIA PendidikanKeperawatan Pajajaran Bandung, Bandung
Manuaba,
1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan
dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan,
Pengurus Ikatan Bidan Indonesia, Jakarta
Mochtar,
Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri,
EGC, Jakarta
Saifudin,
Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Santosa NI, 1995, Manajemen
Kebidanan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta
Sastrawinata
Sullaiman, 1983, Obstetri Fisiologi,
Offset, Bandung
Sastra, Sulaiman,
1983, Obstetri Patologi,
Elemen Banddung
Sweet BR, 1993, Mayes
Midwifery A Text Book For Midwive, Bailiere Tindall,
Tokyo
Wiknyosastro, H,
1991, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiro Hardjo, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar