Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

PERUBAHAN SISTEM PERSYARAFAN PADA LANSIA DAN DAMPAKNYA


 BAB I
PENDAHULUAN

1. 1        Latar Belakang
Menurut sumber dari situs internet “penuaan adalah proses yang dinamis dan kompleks yang dihasilkan oleh perubahan-perubahan sel, fisiologis, dan psikologis” (Ahmad Fauzi dkk, 2002).

Menurut sumber lain mengatakan “penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga lebih rentan terhadap penyakit dan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang diderita oleh seseorang” (Muhammad Dharmautama, 2007).

Tanda-tanda  dari penuaan adalah dengan adanya perubahan anatomis, fisiologis, dan biomekanik di dalam sel tubuh sehingga mempengaruhi fungsi sel jaringan dan organ   tubuh.

Pengertian lain mengatakan “menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita” (Constantinides, 1994). “Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kejadian yang berkesinambungan dari lahir sampai meninggal”    (Ignativicus, Workman, Mishler,          1999).

Dengan makin lanjutnya usia maka kemungkinan akan terjadinya penurunan anatomik (dan fungsional) atas organ-organnya amakin besar. Peneliti Andres dan Tobin ( seperti dikutip oleh Kane et all) meng-intrroduksi “hukum 1%” yang menyatakan fungsi organ-organ akan menurun setiap tahunnya satu persen setelah usia 30 tahun. ( Geriatrti, 2004)

Proses menua ini tentunya berakibat terhadap penurunan dari fungsi sistem-sistem tubuh, diantara sistem tubuh yang terpengaruh atau terganggu adalah sistem persyarafan. Sistem persyarafan memiliki fungsi yang cukup vital dalam tubuh manusia, dikarenakan sistem syaraf mengatur koordinasi dari organ-organ vital dalam tubuh dan juga menjaga keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, masalah yang paling banyak dialami para lansia adalah  mudah jatuh, dan diantara faktor-faktor yang mempengaruhi seorang lansia mudah jatuh adalah adanya gangguan pada            susunan       sistem            syaraf.

1. 2.     Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada dewasa lanjut, perubahan yang dimaksud yaitu perubahan yang terjadi pada sistem persyarafan lansia dan juga dampaknya.
1.3.      Manfaat
1.3.1. Bagi Penyusun
meningkatkan kemampuan dalam pembuatan makalah dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia.

1.3.2.  Bagi Pembaca
Diharapkan dapat menjadi salah contoh pembuatan makalah pada mata ajar keperawatan herontik.


1.3.3.   Bagi Prodi Keperawatan Tanjungkarang
Menjadi bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa di Program Studi Keperawatan Tanjung karang tentang perubahan-perubahan sistem persyarafan pada lansia.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.        Proses Menua
2.1.1.       Pengertian Proses Menua

Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita” (Constantinides, 1994).

Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kejadian yang berkesinambungan dari lahir sampai meninggal (Ignativicus, Workman, Mishler, 1999).

Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan dewasa lanjut akan mengakhiri             hidup dengan episode       terminal.

2.1.2.   Batasan-Batasan Lanjut Usia
1. Menurut WHO
a. Usia pertengahan (middle age) : 45 – 59 tahun
b. Usia lanjut (elderly) : 60 – 74 tahun
c. Usia lanjut tua (old age) : 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) : > 90 tahun

2. Menurut Prof. Dr. Koesmarto Suryonegoro
a. Dewasa muda (elderly adulthood) : 18 / 20 – 25 tahun
b. Dewsa penuh (middle years) atau maturitas : 25 – 60 / 65 tahun
c. Lanjut usia : 75 - 80 tahun
d. Very old : > 80 tahun

3. Menurut UU No. 4 tahun 1965 lajut usia adalah seseorang yang usia 60 tahun (BAB I pasal 1 ayat 2)

4. Menurut Birren dan Jenner (1977), lansia dibedakan menjadi 3 kelompok umur :
a. Usia Psikologi : Yang menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang
dihadapi.
b. Usia Sosial : Yang menunjukkan kepada peran-[eran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya
c.  Usia Biologis                : Yang menunjukkan kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada di dalam keadaan hidup tidak mati.

5.  Menurut Dra. Nya Jos Maedani
a.  Fase inventus : 25 – 40 tahun
b.  Fase verilitas : 40 – 50 tahun
c.   Fase prasenium : 55 – 65 tahun

2.1.3.       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
1.   Herediter/keturunan
2.   Nutrisi/makanan
3.   Status kesehatan
4.   Pengalaman hidup
5.   Lingkungan
6.   Stress
(Keperawatan Gerontik, 2000)

2. 2.     Sistem Syaraf Pada Manusia
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meningen. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis. Ketiga lapisan membran meningen dari luar ke dalam adalah sebagai berikut; durameter merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak, Araknoid di dalamnya terdapat cairan serebrospinalis semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik, dan piameter merupakan lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat dengan permukaan          otak.

Otak terdiri dari beberapa bagian diantaranya serebrum (otak besar), diensefalon, serebellum, serta batang otak. Masing-masing memiliki fungsi. Serebrum terdiri atas 4 lobus, yaitu frontal berfungsi mengontrol prilaku, kepribadian, menahan diri. Lobus parietal berfungsi mengintepretasikan sensasi, mengatur individu mengetahui letak anggota tubuh, kemudian lobus temporal mengintegrasikan sensasi kecap, bau dan pendengaran, serta ingatan jangka pendek, dan lobus oksipital bertanggung jawab mengintepretasikan penglihatan. Diensefalon memiliki fungsi sebagai penyambung sensasi, mengatur sistem saraf otonom, pengaturan suhu dan keseimbangan cairan. Serebellum sebagai pusat pengontrol gerakan, keseimbangan dan koordinasi gerakan halus. Medula spinalis bertugas sebagai penghubung otak dan sarafv perifer, seperti kulit dan otot. (Brunner & Suddarth, 2002).


Sistem saraf bekerja secara sadar dan tidak sadar (otonom). Sistem saraf otonom dibagi menjadi sistem saraf simpatis (sistem siap siaga membantu pada        proses            kedaruratan)             dan             parasimpatis sebagai pengontrol dominan untuk kebanyakan efek viseral dalam waktu lama (pada saat tenang). (Brunner & Suddarth, 2002).

2. 3.     Perubahan Sistem Persyarafan Pada Lansia dan Dampaknya

Sistem syaraf pada lansia mengalami perubahan dari normal menuju proses penuaan dan rentan terhadap penyakit sistemik umum. Perubahan pada sistem bervariasi dalam derajat sesuai usia individu.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem saraf pada dewasa lanjut atau lansia yaitu berat otak menurun, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat dalam respon dan waktu untuk berpikir, Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium dan perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, kurang sensitif terhadap sentuhan, cepatnya menurunkan hubungan persyarafan, reflek tubuh akan semakin berkurang serta terjadi kurang koordinasi tubuh, dan membuat dewasa lanjut menjadi cepat pikun dalam mengingat sesuatu.

Perubahan-perubahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam perubahan beserta dampaknya, diantaranya :

a.    Perubahan struktural
Perubahan struktur yang terjadi di antaranya  adalah penurunan berat otak (10 – 20 %) dan jumlah sinaps, hilangnya neuron terjadi pada lapisan tertentu dan bagian otak, tetapi tidak selalu menyeluruh mengenai system syaraf pusat.

Hilangnya memori terutama kejadian baru dan reaksi berulang yang lambat dapat mengganggu individu lansia dan mereka juga mengalami kesulitan memilih beberapa respon pada suatu situasi, kecuali di beri waktu yang cukup untuk mencapai keputusan.

Terjadi penurunan sintesis dan metabolisme neurotransmitter utama.impuls syaraf di hantarkan lebih lambat, sehingga lansia memerlukan waktu yang lebih lama untuk merespon dan bereaksi, bersamaan dengan perubahan system syaraf adalah penurunan aliran darah otak.

Perubahan struktural lain yang terjadi pada proses penuaan adalah respon pupil menjadi lebih lambat atau tidak melihat jelas jika individu mengalami kontak, serta perubahan lain meliputi keterbatasan atau tidak adanya reflek Achilles, hilangnya kekuatan dan otot yang tidak di gunakan dapat mengakibatkan lansia menjadi lemah dan kurang berespon terhadap rangsangan motorik yang datang.

b.    Perubahan sensori
Berkurangnya penglihatan dan pendengaran menyebabkan konfusi, cemas, disorientasi, salah interpretasi, dan perasaan yang tidak adekuat. Perubahan sensori ini membutuhkan modifikasi lingkungan rumah  dan orientasi ekstra untuk hal – hal yang baru.

c.    Penururnan respon suhu dan persepsi nyeri
Manifestasi lain pada perubahan neurologic di hubungkan dengan pengaturan suhu dan kemempuan untuk merasa nyeri. Pasien lansia selalu merasakan lebih mudah kedinginan dari pada hangat dan membutuhkan ekstra selimut ketika di tempat tidur, ruanga yang diinginkan adalah suhu dengan lebih tinggi. Persepsi tentang reaksi terhadap stimulsi nyeri dapat menurun sesuai dengan usia, karena nyeri penting sebagai sinyal bahaya.

d.    Perubahan penghidu dan pengecap
Ketajaman sensori rasa pada pucuk pengecap menurun sesuai dengan perubahan usia bersamaan dengan perubahan sensasi olfaktorius yang menyebabkan penurunan nafsu makan. Pemberian ekstra bumbu dapat meningatkan asupan makanan, sepanjang tidak menyebabkan iritasi lambung. Penurunan sensasi olfaktorius bertambah akibat artrofi organ  olfaktorius

Penurunan sensasi penciuman atau bau dapat membahayakan karena lansia yang hidup sendiri tidak mampu mendeteksi kebocoran gas yang ada di rumah atau api akibat gas tersebut.

e.    Perubahan visual dan taktil
Perubahan sistem syaraf lain pada pasien lansia yaitu pada sensasi raba terhadap benda yang tumpul, akibat dari penurunan jumlah daerah tubuh yang berespon terhadap semua stimulus dan jumlah dan sensitivitas reseptor sensori. Hal ini dapat  menyebabkan kesukaran dalam mengidentifikasi objek yang di sentuh, karena sensasi isyarat raba ringan yang di terima dari dasar kaki. Individu yang mengalami hal tersebut menjadi bingung terhadap posisi dan lokasi mereka, faktor-faktor ini di kombinasi dengan sensitivitas terhadap cahaya yang menyilaukan, penurunan penglihatan perifer dan konstruksi lapang pandang.

f.    Perubahan Status mental
Delirium terlihat pada pasien lansia yang mengalami kerusakan sistem saraf pusat atau keadaan akut seperti infeksi dan dehidrasi.
Hal ini dapat mengakibatkan lansia/individu tidak sadar berkepanjangan yang dapat berpengaruh terhadap kondisi tubuh yang semakin melemah.




BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


3.1.        Kesimpulan

Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994)

Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem saraf pada dewasa lanjut atau lansia yaitu berat otak menurun, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat dalam respon dan waktu untuk berpikir, Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium dan perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, kurang sensitif terhadap sentuhan, cepatnya menurunkan hubungan persyarafan, reflek tubuh akan semakin berkurang serta terjadi kurang koordinasi tubuh, dan membuat dewasa lanjut menjadi cepat pikun dalam mengingat sesuatu. Sudah tentu akan banyak dampak yang terjadi akibat dari perubahan-perubahan tersebut, yang semuanya dapat berakibat buruk bagi lansia bila para lansia tidak dapat menyesuaikan diri.

Menjadi tua atau menua membawa pengaruh serta perubahan menyeluruh baik fisik, sosial, mental, dan moral spiritual, yang keseluruhanya saling kait mengait antara satu bagian dengan bagian yang lainya.
Dan perlu kita ingat bahwa tiap-tiap perubahan memerlukan penyesuaian diri, padahal dalam kenyataan semakin menua usia kita kebanyakan semakin kurang fleksibel untuk menyesuaikan terhadap berbagai perubahan yang terjadi dan disinilah terjadi berbagai gejolak yang harus dihadapi oleh setiap kita yang mulai menjadi manula. Gejolak-gejolak itu antara lain           perubahan    fisik     dan            perubahan   sosial.

3.2.        Saran
3.2.1.   Bagi Penulis
Agar dapat lebih meningkatkan kemampuan dalam pembuatan makalah, dengan lebih banyak mencari sumber-sumber dan memperhatikan kaidah penyusunan makalah.

3.2.2.   Bagi Pembaca
Agar dapat menyempurnakan kembali makalah yang telah disusun oleh penyusun dengan memperbanyak sumber dan memperhatikan kaidah penyusunan makalah.

3.2.3.   Bagi Prodi Keperawatan
Agar dapat meningkatkan mutu perkuliahan terutama dalam pemberian materi keperawatan gerontik mengenai perubahan-perubahan fisik pada lansia agar mahasiswa dapat menerapkannya dengan baik.




Lampiran

LEMBAR PENILAIAN MAKALAH

Judul laporan           : Perubahan Sistem Persyarafan Pada
                             Lansia dan Dampaknya
Tgl. Penyerahan      : 17 Maret 2009
Kelompok                  : 4 (Empat) Reguler


NO
UNSUR PENILAIAN
BOBOT
NILAI
1.
Sistematika Penulisan Laporan
10

2.
Kelengkapan isi makalah
20

3.
Kualitas isi makalah
30

4.
Penulisan makalah dengan menggunakan kaidah penulisan ilmiah
10

5.
Kebersihan dan kerapihan makalah
10

6.
Penggunaan buku minimal 3 buah
10

7.
Penyerahan tugas tepat waktu
10


Total nilai
100


                                                                        Bandar lampung,      Maret 2009
Penilai,



                                                                                    (………..………………)




DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 3. Jakarta : EGC.

Darmojo dan Martono. 2004. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta : EGC.

http://areasoft.wordpress.com. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia. 05/05/2008

http://situs.kesrepro.info. Aging. 06/08/2002.

http://www.kadnet.info. Dampak Menjadi Tua. 26/10/2008.


Tidak ada komentar: