BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut sumber dari situs
internet “penuaan adalah proses yang dinamis dan kompleks yang dihasilkan oleh
perubahan-perubahan sel, fisiologis, dan psikologis” (Ahmad Fauzi dkk, 2002).
Pengertian lain mengatakan “menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita” (Constantinides, 1994). “Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kejadian yang berkesinambungan dari lahir sampai meninggal” (Ignativicus, Workman, Mishler, 1999).
Dengan makin lanjutnya usia
maka kemungkinan akan terjadinya penurunan anatomik (dan fungsional) atas
organ-organnya amakin besar. Peneliti Andres dan Tobin ( seperti dikutip oleh
Kane et all) meng-intrroduksi “hukum 1%” yang menyatakan fungsi organ-organ
akan menurun setiap tahunnya satu persen setelah usia 30 tahun. ( Geriatrti,
2004)
Tanda-tanda dari penuaan adalah dengan adanya perubahan
anatomis, fisiologis, dan biomekanik di dalam sel tubuh sehingga mempengaruhi
fungsi sel jaringan dan organ tubuh.
Proses menua ini tentunya
berakibat terhadap penurunan dari fungsi sistem-sistem tubuh, diantara sistem
tubuh yang terpengaruh atau terganggu adalah sistem transportasi
(kardiovaskuler). Berbagai macam penyakit kardiovaskuler akan bermunculan
seiring dengan penuaan sistem kardiovaskuler, salah satunya adalah
“hipertensi”.
Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
(Smeltzer,2001).
Menuruti Stanley (2007),
Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler.
Untuk itu hipertensi harus
diwaspadai secara dini, agar tidak muncul berbagai macam penyakit
kardiovaskuler yang tentunya dapat berbahaya bagi manusia itu sendiri. Semakin
dini diketahui dan diatasi semakin rendah risiko untuk terserang berbagai
penyakit sistem kardiovaskuler.
1. 2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada dewasa lanjut, perubahan yang dimaksud yaitu perubahan yang terjadi pada sistem persyarafan lansia dan juga dampaknya.
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada dewasa lanjut, perubahan yang dimaksud yaitu perubahan yang terjadi pada sistem persyarafan lansia dan juga dampaknya.
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Penyusun
Meningkatkan kemampuan
dalam pembuatan makalah dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
1.3.2. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat menjadi
salah contoh pembuatan makalah pada mata ajar keperawatan gerontik.
1.3.3. Bagi Prodi Keperawatan Tanjungkarang
Menjadi bahan
bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa di Program Studi Keperawatan Tanjung
karang tentang Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Hipertensi.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
2. 1. Pengertian
Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
(Smeltzer,2001).
Menurut WHO ( 1978 ),
tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi.
2. 2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut
dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )
- Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
- Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Secara klinis derajat
hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report
of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High
Blood Pressure “ (JNC – VI, 1997) sebagai berikut :
No
|
1.
|
2.
|
3.
|
4.
|
|||
Kategori
|
Optimal
|
Normal
|
High
Normal
|
Grade
1 (ringan)
|
Grade
2
(sedang)
|
Grade
3 (berat)
|
Grade
4 (sangat berat)
|
Sistolik
(mmHg)
|
<120
|
120–
129
|
130–
139
|
140–
159
|
160
– 179
|
180
– 209
|
>210
|
Diastolik
(mmHg)
|
<80
|
80
– 84
|
85
– 89
|
90
– 99
|
100
– 109
|
100
– 119
|
>120
|
Kalsifikasi hipertensi
berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
- Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
- Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
2. 3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada
orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
- Elastisitas dinding aorta menurun
- Katub jantung menebal dan menjadi kaku
- Kemampuan jantung memompa darah menurun
- 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
- Kehilangan elastisitas pembuluh darah
- Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
- Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer
belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut
adalah sebagai berikut :
- Faktor keturunan
Dari data statistik
terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
- Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang
mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
- Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
- Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
- Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
- Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering
menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
- Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
- Kegemukan atau makan berlebihan
- Stress
- Merokok
- Minum alkohol
- Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Penyebab hipertensi
sekunder adalah :
§ Ginjal
§ Glomerulonefritis
§ Pielonefritis
§ Nekrosis tubular akut
§ Tumor
§ Vascular
§ Aterosklerosis
§ Hiperplasia
§ Trombosis
§ Aneurisma
§ Emboli kolestrol
§ Vaskulitis
§ Kelainan endokrin
§ DM
§ Hipertiroidisme
§ Hipotiroidisme
§ Saraf
§ Stroke
§ Ensepalitis
§ SGB
§ Obat – obatan
§ Kontrasepsi oral
§ Kortikosteroid
2. 4. PatofisiologI
Mekanisme yang mengontrol
konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada
medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana
sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis
dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu
diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri
brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo,
1999).
2. 5. Tanda Dan
Gejala
Tanda dan gejala pada
hipertensi dibedakan menjadi :
- Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang
spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
- Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa
gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.
Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ),
manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
- Mengeluh sakit kepala, pusing
- Lemas, kelelahan
- Sesak nafas
- Gelisah
- Mual
- Muntah
- Epistaksis
- Kesadaran menurun
2. 6. Pemeriksaan
Penunjang
- Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan
dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan
factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
- BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
- Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes
mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh peningkatan
katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
·
Kalium serum
Hipokalemia dapat
megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping
terapi diuretik.
- Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium
serum dapat menyebabkan hipertensi
- Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek
kardiovaskuler )
- Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat
menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
- Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji
aldosteronisme primer ( penyebab )
- Urinalisa
Darah, protein, glukosa
mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
- Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi
implikasi faktor resiko hipertensi
- Steroid urin
Kenaikan dapat
mengindikasikan hiperadrenalisme
- IVP
Dapat mengidentifikasi
penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
- Foto dada
Menunjukkan obstruksi
kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
- CT scan
Untuk mengkaji tumor
serebral, ensefalopati
- EKG
Dapat menunjukkan
pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
2. 7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi
bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan
penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi
tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan
sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada
hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
b. Diet
Diet yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah :
§ Restriksi garam secara
moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
§ Diet rendah kolesterol dan
rendah asam lemak jenuh
§ Penurunan berat badan
§ Penurunan asupan etanol
§ Menghentikan merokok
c. Latihan
Fisik
Latihan fisik atau olah
raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah
olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
Macam olah raga yaitu
isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
Intensitas olah raga yang
baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar
antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya
3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
d. Edukasi
Psikologis
Pemberian edukasi
psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
§ Tehnik Biofeedback
Biofeedback
adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan
biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
§ Tehnik relaksasi
Relaksasi
adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan
atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
e. Pendidikan
Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan
yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
f. Terapi
dengan Obat
Tujuan pengobatan
hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan
mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
1.
Step
1
Obat pilihan
pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2.
Step
2
Alternatif yang
bisa diberikan :
§ Dosis obat pertama
dinaikkan
§ Diganti jenis lain dari
obat pilihan pertama
§ Ditambah obat ke –2 jenis
lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker,
clonidin, reserphin, vasodilator
3.
Step
3 : Alternatif yang bisa ditempuh
§ Obat ke-2 diganti
§ Ditambah obat ke-3 jenis
lain
4.
Step
4 : Alternatif pemberian obatnya
·
Ditambah
obat ke-3 dan ke-4
BAB
III
PROSES
KEPERAWATAN
3. 1. Pengkajian
1. Data Umum :
a)
Kepala
keluarga
b)
Komposisi
keluarga
c)
Genogram
d)
Tipe
keluarga
e)
Suku
bangsa
f)
Status
sosial-ekonomi
g)
Aktivitas
rekreasi keluarga
2. Riwayat Perkembangan
Keluarga :
a)
Tahap
perkembangan keluarga saat ini
b)
Tugas
perkembangan keluarga
c)
Tahap
perkembangan yang belum terpenuhi
d)
Riwayat
keluarga inti
e)
Riwayat
keluarga sebelumnya
3. Data Lingkungan :
a)
Karakteristik
rumah
b)
Karateristik
tetangga dan komunitas
c)
Mobilitas
geografis keluarga
d)
Perkumpulan
keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e)
Sistem
pendukung keluarga
4. Struktur Keluarga :
a)
Struktur
peran
b)
Nilai
dan norma keluarga
c)
Pola
komunikasi keluarga
d)
Struktur
kekuatan keluarga
5. Fungsi Keluarga :
a)
Fungsi
afektif
b)
Fungsi
sosial
c)
Fungsi
ekonomi
d)
Fungsi
perawatan kesehatan keluarga :
i.
Kemampuan
mengenal masalah
ii.
Kemampuan
keluarga mengambil keputusan
iii.
Kemampuan
keluarga merawat keluarga yang sakit
iv.
Kemampuan
keluarga memelihara lingkungan rumah
v.
Kemampuan
keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
6. Stress dan Koping
Keluarga :
a)
Stress
jangka pendek
b)
Stress
jangka panjang
c)
Kemampuan
keluarga berespon terhadap masalah
d)
Strategi
koping yang digunakan
e)
Strategi
adaptasi fungsional
7. Harapan Keluarga
a)
Terhadap
masalah kesehatan
b)
Terhadap
petugas ksehatan
8. Pemeriksaan Fisik
A.
Head
to Toe
Kepala, mata,
telinga, hidung, mulut, leher, thorak, abdomen, genetalia, ekstremitas,
integumen, status neurologi.
B.
Kebutuhan
Dasar Manusia
i.
Nutrisi
ii.
Eleminasi
iii.
Tidur
dan istirahat
iv.
Gerak
dan aktivitas
v.
Rasa
aman dan nyaman
vi.
Personal
hygiene
C.
Data
– Data yang Dapat Ditemukan
1.
Aktivitas
/ istirahat
§ Gejala :
Ø Kelemahan
Ø Letih
Ø Napas pendek
Ø Gaya hidup monoton
·
Tanda
:
Ø Frekuensi jantung meningkat
Ø Perubahan irama jantung
Ø Takipnea
2.
Sirkulasi
·
Gejala
: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup,
penyakit serebrovaskuler
·
Tanda
:
Ø Kenaikan TD
Ø Nadi : denyutan jelas
Ø Frekuensi / irama :
takikardia, berbagai disritmia
Ø Bunyi jantung : murmur
Ø Distensi vena jugularis
3.
Ekstermitas
Perubahan warna
kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat
4.
Integritas
Ego
·
Gejala
: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
·
Tanda
:
Ø Letupan suasana hati
Ø Gelisah
Ø Penyempitan kontinue
perhatian
Ø Tangisan yang meledak
Ø otot muka tegang (
khususnya sekitar mata )
Ø Peningkatan pola bicara
5.
Eliminasi
Gejala :
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit
ginjal )
6.
Makanan
/ Cairan
·
Gejala
:
Ø Makanan yang disukai yang
dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Ø Mual
Ø Muntah
Ø Riwayat penggunaan diuretik
·
Tanda
:
Ø BB normal atau obesitas
Ø Edema
Ø Kongesti vena
Ø Peningkatan JVP
Ø Glikosuria
7.
Neurosensori
·
Gejala
:
Ø Keluhan pusing / pening,
sakit kepala
Ø Episode kebas
Ø Kelemahan pada satu sisi
tubuh
Ø Gangguan penglihatan (
penglihatan kabur, diplopia )
Ø Episode epistaksis
·
Tanda
:
Ø Perubahan orientasi, pola
nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
Ø Respon motorik : penurunan
kekuatan genggaman
Ø Perubahan retinal optik
8.
Nyeri/ketidaknyamanan
·
Gejala
:
Ø nyeri hilang timbul pada
tungkai
Ø sakit kepala oksipital
berat
Ø nyeri abdomen
9.
Pernapasan
·
Gejala
:
Ø Dispnea yang berkaitan
dengan aktivitas
Ø Takipnea
Ø Ortopnea
Ø Dispnea nocturnal proksimal
Ø Batuk dengan atau tanpa
sputum
Ø Riwayat merokok
·
Tanda
:
Ø Distress respirasi/
penggunaan otot aksesoris pernapasan
Ø Bunyi napas tambahan (
krekles, mengi )
Ø Sianosis
10.
Keamanan
·
Gejala
: Gangguan koordinasi, cara jalan
·
Tanda
: Episode parestesia unilateral transien
11.
Pembelajaran
/ Penyuluhan
·
Gejala
:
Ø Factor resiko keluarga ;
hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler,
ginjal
Ø Faktor resiko etnik,
penggunaan pil KB atau hormon lain
Ø Penggunaan obat / alkohol
3. 2. Diagnosa
Keperawatan Dan Rencana Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan :
Tidak terjadi
penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam.
Kriteria hasil :
Ø Berpartisipasi dalam aktivitas
yang menurunkan TD
Ø Mempertahankan TD dalam
rentang yang dapat diterima
Ø Memperlihatkan irama dan
frekuensi jantung stabil
Intervensi :
1)
Pantau
TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
2)
Catat
keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3)
Auskultasi
tonus jantung dan bunyi napas
4)
Amati
warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5)
Catat
edema umum
6)
Berikan
lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.
7)
Pertahankan
pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
8)
Bantu
melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9)
Lakukan
tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat
tidur.
10)
Anjurkan
tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
11)
Pantau
respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
12)
Berikan
pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13)
Kolaborasi
untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
2.
Nyeri ( sakit kepala )
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan :
Nyeri atau
sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Ø Pasien mengungkapkan tidak
adanya sakit kepala
Ø Pasien tampak nyaman
Ø TTV dalam batas normal
Intervensi :
1)
Pertahankan
tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
2)
Minimalkan
gangguan lingkungan dan rangsangan
3)
Bantu
pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
4)
Hindari
merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
5)
Beri
tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin
pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan
imajinasi dan distraksi
6)
Hilangkan
/ minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya
mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
7)
Kolaborasi
pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan,
diazepam, valium )
3.
Resiko perubahan perfusi
jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan adanya tahanan pembuluh
darah
Tujuan :
Tidak terjadi
perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Ø Pasien mendemonstrasikan
perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang
dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai
laboratorium dalam batas normal.
Ø Haluaran urin 30 ml/ menit
Ø Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
1)
Pertahankan
tirah baring
2)
Tinggikan
kepala tempat tidur
3)
Kaji
tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan
arteri jika tersedia
4)
Ambulasi
sesuai kemampuan; hindari kelelahan
5)
Amati
adanya hipotensi mendadak
6)
Ukur
masukan dan pengeluaran
7)
Pertahankan
cairan dan obat-obatan sesuai program
8)
Pantau
elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program
4.
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan penurunan cardiac output
Tujuan :
Tidak terjadi
intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Ø Meningkatkan energi untuk
melakukan aktifitas sehari – hari
Ø Menunjukkan penurunan
gejala – gejala intoleransi aktifitas
Intervensi :
1)
Berikan
dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan
2)
Instruksikan
pasien tentang penghematan energi
3)
Kaji
respon pasien terhadap aktifitas
4)
Monitor
adanya diaforesis, pusing
5)
Observasi
TTV tiap 4 jam
6)
Berikan
jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang
tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore
5.
Gangguan pola tidur
berhubungan adanya nyeri kepala
Tujuan :
Tidak terjadi
gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Ø Mampu menciptakan pola
tidur yang adekuat 6 – 8 jam per hari
Ø Tampak dapat istirahat
dengan cukup
Ø TTV dalam batas normal
Intervensi :
1)
Ciptakan
suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
2)
Beri
kesempatan klien untuk istirahat / tidur
3)
Evaluasi
tingkat stress
4)
Monitor
keluhan nyeri kepala
5)
Lengkapi
jadwal tidur secara teratur
6)
Berikan
makanan kecil sore hari dan / susu hangat
7)
Lakukan
masase punggung
8)
Putarkan
musik yang lembut
9)
Kolaborasi
pemberian obat sesuai indikasi
6.
Kurangnya perawatan diri
berhubungan dengan adanya kelemahan fisik.
Tujuan :
Perawatan diri
klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil :
Ø Mampu melakukan aktifitas
perawatan diri sesuai kemampuan
Ø Dapat mendemonstrasikan
tehnik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Intervensi :
1)
Kaji
kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri
2)
Beri
pasien waktu untuk mengerjakan tugas
3)
Bantu
pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
4)
Berikan
umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien / atas
keberhasilannya
7.
Kecemasan berhubungan
dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien
Tujuan:
Kecemasan hilang
atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil :
Ø Klien mengatakan sudah
tidak cemas lagi / cemas berkurang
Ø Ekspresi wajah rilek
Ø TTV dalam batas normal
Intervensi :
1)
Kaji
keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya kemampuan
menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana
pengobatan
2)
Catat
laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka
rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk menyelesaikan
masalah
3)
Bantu
klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya
4)
Libatkan
pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam
rencana pengobatan
5)
Dorong
pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup
6)
Kaji
tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal
7)
Observasi
TTV tiap 4 jam
8)
Dengarkan
dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
9)
Berikan
support mental pada klien
10)
Anjurkan
pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien
8.
Kurangnya pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
Tujuan :
Klien terpenuhi
dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan tindakan ekperawatan
selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil:
Ø Pasien mengungkapkan
pengetahuan akan hipertensi
Ø Melaporkan pemakaian
obat-obatan sesuai program
Intervensi :
1)
Jelaskan
sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
2)
Jelaskan
pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
3)
Diskusikan
tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping
atau efek toksik
4)
Jelaskan
perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
5)
Diskusikan
gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala,
pusing, pingsan, mual dan muntah.
6)
Diskusikan
pentingnya mempertahankan berat badan stabil
7)
Diskusikan
pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
8)
Diskusikan
perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program
9)
Jelaskan
penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta
alcohol
10)
Jelaskan
perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
11)
Berikan
support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien
Tidak ada komentar:
Posting Komentar