BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Apabila taraf hidup masyarakat
meningkat, ditambah dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran, maka dapat memberikan dampak yang sangat luas bagi masyarakat.
Dampak yang timbul antara lain angka kejangkitan dan kematian penyakit-penyakit
infeksi menurun, sedangkan insidensi penyakit lain (misalnya kardiovaskuler)
meningkat. Dampak lainnya ialah usaha harapan hidup menjadi lebih meninggi dan
jumlah anggota masyarakat yang berusia lanjut lebih banyak (Mangunegoro, 1992).
Dengan pertambahan umur, ditambah dengan
adanya faktor-faktor lingkungan yang lain, terjadilah perubahan
anatomik-fisiologik tubuh. Pada tingkat awal perubahan itu mungkin merupakan
homeostasis normal, kemudian bisa timbul homeostasis abnormal atau reaksi
adaptasi yang paling akhir terjadi kematian sel (Kumar et al, 1992).
Penuaan adalah
konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantindes, 1994).
Salah satu organ tubuh yang mengalami
perubahan anatomik-fisiologik dapat timbul pula penyakit-penyakit pada sistem
pernapasan. Umumnya penyakit-penyakit yang diderita kelompok usia lanjut
merupakan: (1) kelanjutan penyakit yang diderita sejak umur muda; (2) akibat
gejala sisa penyakit yang pernah diderita sebelumnya; (3) penyakit akibat kebiasaan-kebiasaan
tertentu dimasa lalu (misalnya kebiasaaan merokok, minum alkohol, dsb); (4)
penyakit-penyakit yang mudah terjadi akibat usia lanjut. Penyakit-penyakit paru
yang diderita kelompok usia lanjut juga mengikuti pola penyebab atau kejadian
tersebut (Mangunegoro, 1992).
Menurut data yang ada, infeksi saluran
napas bagian bawah akut dan tuberkulosis paru masih menduduki lima penyakit
terbanyak yang diderita oleh masyarakat (Boedhi-Darmojo, 1992; DepKes RI/SKRT
tahun 1980, 1986, 1992). Beberapa peniliti lain menemukan data sebagai berikut:
1.
Roesdi tahun 1980
meneliti secara retrospektif terhadap 31.275 orang penderita yang dirawat di RS
Dr. Kariadi selama satu tahun (1980), ditemukn 226 orang penderita usia lanjut.
Di antara 226 orang penderita tersebut 67 orang (29,4%) menderita penyakit paru
dalam berbagai jenis.
2.
Pranarka tahun 1981,
mengadakan survey kesehatan kelompok usia lanjut di daerah pegunungan di Jawa
Tengah (berpenduduk 3.247 jiwa) menemukan sebanyak 274 orang (8,4%) penduduk
usia diatas 50 tahun, sebanyak 56 orang (1,7%) menderita penyakit paru, dan 29
orang (0,9%) diantaranya menderita tuberkulosis paru.
3.
Sutanegara di Bali
(1987) memeriksa sebanyak 196 orang kelompok pensiunan (usia lanjut) dikota
Denpasar Bali, menemukan 24,5% diantaranya dengan kelainan/penyakit paru.
4.
Sidharto diSemarang
(1987) mengadakan studi retrospektif terhadap penderita-penderita usia lanjut
yang diawatdi RS Dr. Kariadi Semarang yang menderita penyakit infeksi,
menemukan sebanyak 614 penderita usia lanjut menderita penyakit infeksi dan
61,9% diantaranya menderita infeksi saluran napas.
5.
Rahmatullah pada tahun
1993 mengadakan studi retospektif terhadap 55.655 orang penderita yang dirawat
di RS Dr. Kariadi menemukan sebanyak 522 orang usia lanjut menderita penyakit
paru dengan rincian ISPA/pneumoni 16,6%, tuberkulosis paru 25,2%, PPOM 5,6% dan
karsinoma paru 4,5%.
B. TUJUAN
1.
Tujuan umum
Untuk
mengetahui perubahan sistem pernafasan dan dampaknya pada lansia.
2.
Tujuan khusus
2.1
Untuk mengetahui
pengertian lansia
2.2
Untuk mengetahui pengertian proses penuaan (proces ageing)
2.3
Untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan
2.4
Untuk mengetahui
gambaran sistem pernafasan pada lansia
2.5
Untuk mengetahui
perubahan anatomik fisiologi sistem pernafasan pada lansia
2.6
Untuk mengetahui
faktor-faktor yang memperburuk fungsi paru pada lansia
2.7
Untuk mengetahui
penyakit sistem pernafasan yang timbul pada lansia
2.8
Untuk mengetahui
pencegahan penyakit pada lansia
2.9
Untuk mengetahui dampak
dari perubahan sistem pernafasan pada lansia
C. Manfaat
1. Bagi penyusun
Meningkatkan kemampuan dalam pembuatan makalah dengan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
2. Bagi pembaca
Diharapkan dapat menjadi salah satu contoh pembuatan
makalah pada mata ajar keperawatan gerontik.
3. Bagi jurusan keperawatan
Menjadi bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi
mahasiswa prodi keperawatn tanjungkarang tentang asuhan keperawatn gerontik
pada lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi
1.
Strukutr Sistem Respirasi
Sistem respirasi terdiri dari:
·
Saluran
nafas bagian atas
Pada bagian ini udara yang masuk
ke tubuh dihangatkan, disarung dan dilembabkan
·
Saluran nafas
bagian bawah
Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran
bagian atas ke alveoli
·
Alveoli
terjadi
pertukaran gas anatara O2 dan CO2
·
Sirkulasi paru
Pembuluh
darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena meninggalkan paru.
·
Paru terdiri dari :
a Saluran
nafas bagian bawah
b. Alveoli
c. Sirkulasi
paru
·
Rongga Pleura Terbentuk dari dua
selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga dada yang disebut pleura
parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura veseralis
·
Rongga
dan dinding dada Merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur
pertukaran gas dalam proses respirasi
2. Saluran
Nafas Bagian Atas
a.
Rongga hidung
Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami
tiga hal :
- Dihangatkan
- Disaring
- Dan dilembabkan
Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi
( terdiri dari : Psedostrafied ciliated columnar epitelium yang
berfungsi menggerakkan partikel partikel halus kearah faring sedangkan partikel
yang besar akan disaring oleh bulu hidung, sel golbet dan kelenjar
serous yang berfungsi melembabkan udara yang masuk, pembuluh darah yang
berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal tersebut dibantu dengan concha.
Kemudian udara akan diteruskan ke
b. Nasofaring
(terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)
c. Orofaring (merupakan pertemuan
rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah)
d. Laringofaring(terjadi
persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)
3. Saluran Nafas
Bagian Bawah
a. Laring
Terdiri dari tiga
struktur yang penting
- Tulang
rawan krikoid
- Selaput/pita
suara
- Epilotis
- Glotis
b Trakhea
Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk
¾ cincin tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran
fibroelastic menempel pada dinding depan usofagus.
c Bronkhi
Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat
percabangan ini disebut carina.
Brochus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan trachea.
Bronchus kanan bercabang menjadi : lobus superior, medius, inferior.
Brochus kiri terdiri dari : lobus
superior dan inferior
4. Alveoli
Terdiri dari : membran alveolar dan ruang interstisial.
Membran alveolar :
- Small
alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli
- Large
alveolar cell mengandung inclusion bodies yang
menghasilkan surfactant.
- Anastomosing
capillary, merupakan system vena dan arteri yang saling
berhubungan langsung, ini terdiri dari : sel endotel, aliran darah dalam
rongga endotel
-
Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh : endotel
kapiler, epitel alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen
dan sedikit serum.
5. Fungsi
Respirasi Dan Non Respirasi Dari Paru
1. Respirasi
: pertukaran gas O² dan CO²
2. Keseimbangan
asam basa
3. Keseimbangan
cairan
4. Keseimbangan
suhu tubuh
5. Membantu
venous return darah ke atrium kanan selama fase inspirasi
6. Endokrin : keseimbangan bahan vaso aktif, histamine,
serotonin, ECF dan angiotensin
7. Perlindungan
terhadap infeksi: makrofag yang akan membunuh bakteri.
B.
Perubahan anatomik-fisiologik sistem pernafasan
1.
Perubahan Anatomik sistem pernafasan
Yang mengalami perubahan adalah :
a.
Dinding dada: tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang-tulang rawan
mengalami osifikasi
b.
Otot-otot pernafasan : mengalami kelemahan akibat atrofi
c.
Saluran nafas : akibat kelemahan otot berkurangnya jaringan elastis bronkus
dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil, cincin-cincin tulang rawan
bronkus mengalami pengapuran (Widjayakusumah,1992;Bahar, 1990)
d.
Struktur jaringan parenkim paru: bronkiolus, duktus alveolaris dan alveolus
membesar secara progeseif terjadi emfisema senilis
2.
Perubahan-perubahan fisilogik sistem pernafasan
a.
Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun rongga dada
akan merubah mekanika pernafasan amplitudo pernafasan menjadi dangkal timbul
keluhan sesak bernafas
b.
Distribusi gas: perubahan struktur anatomik saluran gas akan menimbulkan
penumpukan udara dalam alveolus (air
traping) ataupun gangguan pendistribusian oksigen
c.
Volume dan kapasitas paru menurun
d.
Gangguan transport gas: pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2
secara bertahap, yang penyebabnya terutama disebabkan oleh adanya
tidakkeseimbangan ventilasi-perfusi,Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2
dalam darah dari alveoli (difusi) dan
transport O2 kejaringan –jaringan berkurang, terutama saat melakukan
olahraga
e.
Gangguan perubahan ventilasi paru : akibat adanya penurunan kepekaan
komoreseptor perifer, komoreseptor sentral ataupun pusat-pusat pernafasan pada
medula oblongata dan pons
C. Pengertian
Lansia
Ada beberapa klasifikasi dari
lanjut usia (lansia), diantaranya :
1. Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium ( 55-64 tahun )
dalam keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarakat pada umumnya.
2.
Kelompok usia lanjut
dalam masa senescens ( > 65tahun )
3.
Usia lanjut dengan
resiko tinggi ( > 70 tahun ) hidup sendiri, terencil, hidup dalam panti,
penderita penyakit berat, cacat dan lain-lain.
D. Pengertian
proses menua ( ageing process )
Penuaan adalah konsekuensi yang
tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes,
1994).
Untuk dapat
mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuh adalah disebabkan oleh proses
menua dan bukan disebabkan oleh penyakit yang menyertai proses menua , ada 4
kriteria yang harus dipenuhi (Widjayakusumah, 1992):
1. Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi
harus bersifta universal, artinya umum dialami pada setiap orang
2. Proses menua disebabkan oleh faktor
intristik, yang berarti perubahan fungsi sel dan jaringan disebabkan oleh
penyimpangan yang tejadi didalam sel dan bukan oleh faktor luar
3. Proses menua terjadi secara progesif,
berkelanjutan, berangsur lambat dan tidak dapat beralik lagi
4. Proses menua bersifat proses
kemunduran/kerusakan (injury)
E. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Ketuaan
Proses
proses yang mempengaruhi proses penuaan, meliputi:
·
Hereditas =
keturunan/genetik
·
Nutrisi = makanan
·
Status kesehatan
·
Pengalaman hidup
·
Lingkungan
·
Stres
F.
Gambaran sistem pernafasan pada lansia
1.
Otot pernafasan kaku dan kahilangan kekuatan, sehingga volume udara
inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dangkal
2.
Penurunan aktifitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga
potensial terjadi penumpukan sekret
3.
Penurunan aktifitas paru(mengembang dan mengempisnya), kapasitas residu
meningkat, menari nafas menjadi berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun
dan kedalaman bernafas menurun (jika pada pernafasan yag tenang kira-kira
500ml)
4.
Alveoli ukurannya melebar dan jumlahnya berkurang
5.
O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg
6.
CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2
dalam arteri juga rangmenurun yang kelamaan menjadi racun bagi tubuh sendiri
7.
Kemampualuran nari san batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret dan
corpus alium dari saluran nafas bekurang sehingga potensial terjadinya
obstruksi
8.
Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun
seiiringnya dengan bertambahnya usia
(Constantindes, 1994).
G. Faktor Faktor yang memperburuk fungsi paru
Selain
penurunan funsi paru akibat proses penuaan terdapat beberapa faktor yang
memperburuk fungsi paru yaitu antara lain:
1.
Faktor merokok
Merokok akan memperburuk fungsi paru yaitu
penyempitan saluran nafas.Pada tingkat awal saluran nafas mengalami penurunan
nilai VEP1 yang besarnya tergantung pada beratnya penyakit paru
tadi.
2.
Obesitas
Pada obesitas, biasanya terjadi penimbunan
lemak pada leher, dada dan dinding perut, akan dapat mengganggu compliance
dinding dada.
3.
Immobilitas
Immobilitas akan menimbulkan kekakuan atau
keterbatasan gerak saat otot-otot berkontraksi, sehingga kapasitas vital paksa
atau volume paru akan relatif berkurang
4.
Operasi
Dari pengalaman para ahli diketahui bahwa
yang pasti memberikan faal paru adalah: (1) pembedahan toraks (dada dan
jantung);(2) pembedahan abdomen bagian atas;(3)anastesi atau jenis obat
anastesi tertentu
H.
Aspek Klinik
Ada beberapa penyakit paru yang menyertai usia lanjut, yang penting ada 4
macam: Pnemoni, Tuberkulosis paru, Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) dan
Karsinoma Paru.
- Pnemonia
Kejadian Pnemonia pada usia lanjut tergantung pada tiga hal
yaitu
- Kondisi fisik penderita.
- Lingkungan dimana mereka berada.
- Kuman penyebabnya atau virulensinya.
Pnemoni pada usia lanjut mempunyai angka kematian yang
tinggi kira-kira 40%. Penyebabnya ada tiga hal
· Karena
pnemoninya sendiri.
· Pada
penderita yang sering disertai berbagai kondisi atau penyakit penyerta.
·
Pada
kenyataanya penderita pnemoni usia lanjut sulit di obati.
Penyebab Pnemonia pada usia
lanjut dapat bermacam-macam, yang paling sering penyebabnya adalah kombinasi
berbagai kuman. Pada usia lanjut, pnemoni kiomunitas yang disebabkan oleh
bakteri gram positif, sebgaian besar adalah kuman Strep. Pnemoniae.
Gambaran klinik penderita
pnemoni pada usia lanjut sering-sering tidak menunjukkan gambaran yang nyata.
Dilaporkan terdapat penurunan kesadaran pada 20% kasus, distensi abdomen pada
5% kasus tanda dehidrasi 50% pada kasus.
- Tuberkolosis Paru
Tuberkolosis pada usia lanjut sering dilupakan,
karena beberapa hal antara lain keluhan, gejala klinik maupun gambaran
radiologik tidak khas.Seperti lazimnya, penyebab infeksi adalah kuman tahan
asam, M.tuberculosis.
Gejala tersering yang dikeluhkan oleh para penderita
tuberkulosis usia lanjut adalah: sesak nafas, penurunan berat badan dan
gangguan mental. Bila tuberkulois
reaktivitas dari fokus infeksi sebelumnya, daerah paru yang sering terserang
adalah bagian daerah apeks paru dengan atau penyebaran kedaerah-daerah lain.
- Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM)
PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan
gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh
adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami banyak perubahan
dalam masa observasi beberapa waktu. Yang termasuk PPOM adalah Bronkitis kronis, emfisema paru dan penyakit
saluran nafas perifer.
Timbulnya penyakit ini
dikaitkan dengan faktor-faktor resiko
yang terdapat pada penderita, antara lain merokok sigaret yang berlangsung
lama, polusi udara, infeksi paru, berulang, umur, jenis kelamin, ras, difiensi
alfa-1 antitripsin, difiensi antioksidan.Gambaran klinik yang ditemukan adalah
gambaran penyakit paru yang mendasari di tambah tanda-tanda klinik akibat
terjadinya obstruksi bronkus.
- Karsinoma Paru
Beberapa faktor yang telah diketahui berpengaruh
terhadap timbulnya karsinoma paru antara lain,merokok, polusi udara dan bahan
industri yang bersifat karsinogenik.Perkiraan penyebabnya adalah irtasi
bahan-bahan yang bersifat karsinogenik dan berlangsung kronis.
Biasanya karsinoma paru tidak tidak memberikan
keluhan-keluhan, dan penyakit ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan umum
(general chek up). Karsinoma paru akan memberikan gejala klinik biasanya kalau
sudah lanjut, menimbulkan komplikasi, misalnya menberikan tekanan pada organ di
sekitarnya, metastasis jauh dan sebagainya, sehingga mengganggu fungsi organ lain.
Kadang-kadang gejala yang mencolok yaitu munculnya rasa nyeri pada daerah dada,
sesak nafas, hemotisis, timbul benjolan didada.
I.
Pencegahan
Penyakit Pada Usia Lanjut
Proses penuaan pada
seseorang tidak bisa dihindari. Perubahan struktur anatomik maupun fisiologik
alami juga tidak apat dihindari. Pencegahan terhadap timbulnya
penyakit-penyakit paru pada usia lanjut dilakukan pdaa prinsipnya dengan
meningkatkan daya tahan tubuhnya dengan memperbaiki keaadan gizi, menghilangkan
hal-hal yang dapat menurunkan daya tahan tubuh misalnya merokok, minum alkohol
dan sebagainya.
Pencegahan terhadap
timbulnya beberapa macam penyakit dilakukan dengan ucara yang lazim.
a.
Usaha
pencegahan infeksi/saluran nafas
Usaha untuk mencegahnya dilakukan dengan jalan menghambat
mengurangi atau meniadakan faktor-faktor yang mempenaruhi timbulnya infeksi.
b.
Usaha
menegah timbulnya TB paru.
Yang bisa dilakukan
adalah menghindari kontak person dengan penderitaTB paru atau menghindari
cara-cara penularan lainnya
c.
Usaha
pencegahan timbulnya PPOM atau karsinoma
Sejak usia muda
bagi orang-orang yang beresiko tinggi terhadap timbulnya kelainan paru (PPOM
dan karsinoma paru), perlu dilakukan pemantauan secara berkala:
1)
Pemeriksaan
foto rontgen toraks
2)
Pemeriksaan
faal paru, paling tidak setahun sekali
3)
Saat
dianjurkan bagi mereka yang beresiko tinggi tadi (perokok berat dan laki-laki)
menghindari atau segera berhenti
J.
Dampak
Akibat Perubahan Sistem Pernafasan Pada Lansia
1.
Dengan
adanya perubahan anatomik-fisiologik sistem pernafasan ditambah dengan adanya
faktor-faktor lainnya dapat memudahkan timbulnya macam penyakit paru yaitu :
Ø
Bronkitis
Kronis
Ø
Emfisema
Paru
Ø
PPOM
Ø
TB
paru
Ø
Kanker
paru
2.
Sulitnya
pendiagnosisan karena gejala-gejala klasik penyakit paru seperti batuk,nyeri
dada, pembentukan sputum, dan demam sering tidak tampak pada pasien lansia.
3.
Dengan
adanya perubahan sistem pernafasn pada usia lanjut, dapat menjadi
kontraindikasi Tindakan Intervensi Bedah
K. Gangguan
·
Pneumonia
1.
Definisi
Pneumonia merupakan
peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.
(Price, 1995)
Pneumonia adalah peradangan
yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Bronkopneumonia digunakan
unutk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur
dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim
paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia
terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).
2.
Etiologi
a.
Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia
lanjut. Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous,
dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
b.
Virus
Disebabkan
oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
c.
Jamur
Infeksi
yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara
yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta
kompos.
d.
Protozoa
Menimbulkan
terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami
immunosupresi. (Reeves, 2001)
3.
Tanda dan Gejala
a.
Kesulitan dan sakit
pada saat pernafasan
F Nyeri
pleuritik
F Nafas
dangkal dan mendengkur
F Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
F Mengecil,
kemudian menjadi hilang
F Krekels,
ronki, egofoni
c.
Gerakan dada tidak
simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
e.
Diafoesis
f.
Anoreksia
g.
Malaise
h.
Batuk kental, produktif
F Sputum
kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
i.
Gelisah
j.
Sianosis
F Area
sirkumoral
F Dasar
kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas,
takut mati
4.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan radiologis
Pola radiologis dapat berupa
pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram (airspace disease), misalnya
oleh streptococcus pneumonia; bronchopneumonia (segmental disease) oleh karena
staphylococcus, virus atau mikroplasma.
Bentuk lesi bisa berupa kavitas dengan air-fluid level
sugestif untuk
infeksi
anaerob, gram negatif atau amiloidosis.
b. Pemeriksaan
laboratorium
Leukositosis umumnya menandai
infeksi bakteri, lekosit normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi
virus/mikoplasma atau pada infeksi yang berata sehingga tidak terjadi respon
lekosit. Leukopeni menunjukkan adanya depresi imunitas.
c. Pemeriksaan
bakteriologis
Pemeriksaan
yang predominan pada sputum adalah yang disertai PMN yang kemungkinan merupakan
penyebab infeksi.
d. Pemeriksaan
khusus
Titer antibodi terhadap virus, legionela
dan mikoplasma dapat dilakukan. Nilai diagnostik didapatkan bila titer tinggi
atau ada kenaikan 4x.
Analisa gas
darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.
5.
Penatalaksanaan
a. Antibiotik
Antibiotik yang sering digunakan adalah
penicillin G. Mediaksi efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin dan
sefalosporin generasi pertama.
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan pada keadaan
sepsis berat.
c. Inotropik
Pemberian obat inotropik seperti dobutamin
atau dopamine kadang-kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan
sirkulasi atau gagal ginjal pre renal.
d. Terapi
oksigen
Terapi oksigen
diberikan dengan tujuan untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau
saturasi 95-96 % berdasarkan pemeriksaan analisa gas darah.
e. Nebulizer
Nebulizer digunakan untuk mengencerkan
dahak yang kental. Dapat disertai nebulizer untuk pemberian bronchodilator bila
terdapat bronchospasme.
f. Ventilasi
mekanis
Indikasi
intubasi dan pemasangan ventilator pada pneumonia :
¨ Hipoksemia
persisten meskipun telah diberikan oksigen 100 % dengan menggunakan masker
¨ Gagal
nafas yang ditandai oleh peningkatan respiratory distress, dengan atau didapat
asidosis respiratorik.
¨ Respiratory
arrest
¨
Retensi
sputum yang sulit diatasi secara konservatif.
6.
Diagnosa keperawatan
dan intervensi
1.
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Dapat dihubungkan dengan :
§ Inflamasi
trakeobronkial, pembentukan oedema, peningkatan produksi sputum
§ Nyeri
pleuritik
§ Penurunan
energi, kelemahan
Kemungkinan dibuktikan dengan :
§ Perubahan
frekuensi kedalaman pernafasan
§ Bunyi
nafas tak normal, penggunaan otot aksesori
§ Dispnea,
sianosis
§ Bentuk
efektif / tidak efektif dengan / tanpa produksi sputum
Kriteria Hasil :
§ Menunjukkan
perilaku mencapai kebersihan jalan nafas
§ Menunjukkan
jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea atau sianosis
Intervensi :
Mandiri
§ Kali
frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
§
Auskultasi
paru catat area penurunan / tak ada aliran udara dan bunyi nafas tambahan
(krakles, mengi)
§ Bantu
pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam
§ Penghisapan
sesuai indikasi
§ Berikan
cairan sedikitnya 2500 ml/hari
Kolaborasi
§
Bantu
mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain
§ Berikan
obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspetoran, bronkodilator, analgesik
§ Berikan
cairan tambahan
§
Awasi
seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri
§ Bantu
bronkoskopi / torakosintesis bila diindikasikan
2.
Kerusakan pertukaran
gas dapat dihubungkan dengan
§ Perubahan
membran alveolar – kapiler (efek inflamasi)
§ Gangguan
kapasitas oksigen darah
Kemungkinan dibuktikan oleh :
§ Dispnea,
sianosis
§ Takikandi
§ Gelisah
/ perubahan mental
§ Hipoksia
Kriteria Hasil :
§ Menunjukkan
perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan
tak ada gejala distress pernafasan
§ Berpartisipasi
pada tindakan untuk memaksimalkan oksigen
Intervensi :
Mandiri
§ Kaji
frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
§ Observasi
warna kulit, membran mukosa dan kuku
§ Kaji
status mental
§ Awasi
status jantung / irama
§ Awasi suhu tubuh, sesui indikasi. Bantu
tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam dan menggigil
§ Pertahankan
istirahat tidur
§ Tinggikan
kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif
§ Kaji
tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah / perasaan.
Kolaborasi
§ Berikan
terapi oksigen dengan benar
§ Awasi
GDA
3.
Pola nafas tidak
efektif
Dapat dihubungkan dengan :
§ Proses
inflamasi
§ Penurunan
complience paru
§ Nyeri
Kemungkinan dibuktikan oleh :
§ Dispnea,
takipnea
§ Penggunaan
otot aksesori
§ Perubahan
kedalaman nafas
§ GDA
abnormal
Kriteria Hasil :
§ Menunjukkan
pola pernafasan normal / efektif dengan GDA dalam rentang normal
Intervensi :
Mandiri
§
Kaji
frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
§ Auskultasi
bunyi nafas
§
Tinggikan
kepala dan bantu mengubah posisi
§ Observasi
pola batuk dan karakter sekret
§ Dorong
/ bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk efektif
Kolaborasi
§ Berikan
Oksigen tambahan
§ Awasi
GDA
4.
Peningkatan suhu tubuh
Dapat dihubungkan
: proses infeksi
Kemungkinan dibuktikan oleh :
§ Demam,
penampilan kemerahan
§ Menggigil,
takikandi
Kriteria Hasil :
§ Pasien
tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh
§ Tidak
menggigil
§ Nadi
normal
Intervensi :
Mandiri
§ Obeservasi
suhu tubuh (4 jam)
§ Pantau
warna kulit
§ Lakukan
tindakan pendinginan sesuai kebutuhan
Kolaborasi
§ Berikan
obat sesuai indikasi : antiseptik
§ Awasi
kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari
5.
Resiko tinggi
penyebaran infeksi
Dapat dihubungkan dengan :
§ Ketidakadekuatan
pertahanan utama
§ Tidak
adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun)
Kemungkinan dibuktikan oleh :
§
Tidak
dapat diterapkan tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual
Kriteria Hasil :
§ Mencapai
waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
§ Mengidentifikasikan
intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
Intervensi :
Mandiri
§ Pantau
TTV
§ Anjurkan
klien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan perubahan warna jumlah
dan bau sekret
§ Dorong
teknik mencuci tangan dengan baik
§ Ubah
posisi dengan sering
§ Batasi
pengunjung sesuai indikasi
§ Lakukan
isolasi pencegahan sesuai individu
§ Dorong
keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.
Kolaborasi
§ Berikan
antimikrobal sesuai indikasi
6.
Intoleran aktivitas
Dapat dihubungkan dengan
§ Ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
§ Kelemahan,
kelelahan
Kemungkinan dibuktikan dengan :
§ Laporan
verbal kelemahan, kelelahan dan keletihan
§ Dispnea,
takipnea
§ Takikandi
§ Pucat
/ sianosis
Kriteria Hasil :
§ Melaporkan
/ menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan
tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan TTV dalam rentang normal
Intervensi :
Mandiri
§ Evaluasi
respon klien terhadap aktivitas
§ Berikan
lingkungan terang dan batasi pengunjung
§ Jelaskan
pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat
§ Bantu
pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat / tidur
§ Bantu
aktivitas perawatan diri yang diperlukan
7.
Nyeri
Dapat dihubungkan dengan :
§ Inflamasi
parenkim paru
§ Reaksi
seluler terhadap sirkulasi toksin
§ Batuk
menetap
Kemungkinan dibuktikan dengan :
§ Nyeri
dada
§ Sakit
kepala, nyeri sendi
§ Melindungi
area yang sakit
§ Perilaku
distraksi, gelisah
Kriteria Hasil :
§ Menyebabkan
nyeri hilang / terkontrol
§ Menunjukkan
rileks, istirahat / tidur dan peningkatan aktivitas dengan cepat
Intervensi :
Mandiri
§ Tentukan
karakteristik nyeri
§ Pantau
TTV
§ Ajarkan
teknik relaksasi
§ Anjurkan
dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
8.
Resti nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Dapat dihubungkan dengan :
§ Peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi
§ Anoreksia
distensi abdomen
Kriteria Hasil :
§ Menunjukkan
peningkatan nafsu makan
§ Berat
badan stabil atau meningkat
Intervensi :
Mandiri
§ Indentifikasi
faktor yang menimbulkan mual atau muntah
§ Berikan
wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin
§ Auskultasi
bunyi usus
§ Berikan
makan porsi kecil dan sering
§ Evaluasi
status nutrisi
9.
Resti kekurangan volume
cairan
Faktor resiko :
§ Kehilangan
cairan berlebihan (demam, berkeringan banyak, hiperventilasi, muntah)
Kriteria Hasil :
§ Balance
cairan seimbang
§
Membran
mukosa lembab, turgor normal, pengisian kapiler cepat
Intervensi :
Mandiri
§ Kaji
perubahan TTV
§ Kaji
turgor kulit, kelembaban membran mukosa
§ Catat
laporan mual / muntah
§ Pantau
masukan dan keluaran, catat warna, karakter urine
§ Hitung
keseimbangan cairan
§ Asupan
cairan minimal 2500 / hari
Kolaborasi
§ Berikan
obat sesuai indikasi ; antipirotik, antiametik
§ Berikan
cairan tambahan IV sesuai keperluan
10.
Kurang pengetahuan
mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan
Dapat dihubungkan dengan :
§ Kurang
terpajan informasi
§ Kurang
mengingat
§ Kesalahan
interpretasi
Kemungkinan dibuktikan oleh :
§ Permintaan
informasi
§ Pernyataan
kesalahan konsep
§ Kesalahan
mengulang
Kriteria Hasil :
§ Menyatakan
permahaman kondisi proses penyakit dan pengobatan
§ Melakukan
perubahan pola hidup
Intervensi
Mandiri
§ Kaji
fungsi normal paru
§ Diskusikan
aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan dan harapan kesembuhan
§ Berikan
dalam bentuk tertulis dan verbal
§ Tekankan
pentingnya melanjutkan batuk efektif
§ Tekankan
perlunya melanjutkan terapi antibiotik selama periode yang dianjurkan.
·
Tuberkulosis
Paru
1.
Definsi
Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
basil mikobakterium tuberkulosa tipe humanus ( jarang oleh tipe M. Bovinus). TB paru merupakan penyakit infeksi penting saluran napas
bagian bawah. Basil mikobakterium tuberculosa tersebut masuk kedalam jaringan
paru melalui saluran napas (droplet infeksion) sampai alveoli, terjadilah
infeksi primer (ghon). Selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening setempat
dan terbentuklah primer kompleks (ranke). (ilmu penyakit paru, muhammad Amin). Tb
paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
dengan gejala yang sangat bervariasi.
2.
Etiologi
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosa.
Sejenis kuman yang berbentuk batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal
0,3-0,6 /mm. sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik. Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam
keadaan dingin (dapat bertahan-tahan dalam lemari es).
3.
Tanda
dan Gejala
· Batuk disertai dahak lebih dari 3 minggu
· Sesak napas dan nyeri dada
· Badan lemah, kurang enak badan
· Berkeringat pada malam hari walau tanpa
kegiatan berat badan menurun (Penyakit infeksi TB paru dan ekstra paru,
Misnadiarly)
4.
Pemeriksaan
Diagnostik
Ø Kultur Sputum adalah Mikobakterium Tuberkulosis Positif
pada tahap akhir penyakit
Ø Tes Tuberkalin adalah Mantolix test reaksi positif (area
indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam)
Ø Poto Thorak adalah Infiltrasi lesi awal pada area paru
atas : pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas
tidak jelas : pada kavitas bayangan, berupa cincin : pada klasifikasi tampak
bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
Ø Bronchografi adalah untuk melihat kerusakan bronkus atau
kerusakan paru karena Tb paru
Ø Darah adalah peningkatan leukosit dan laju Endap darah
(LED)
Ø Spirometri adalah Penurunan fungsi paru dengan kapasitas
vital menurun
5.
Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu :
Fase Intensif (2-3 bulan) dan Fase Lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang
digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid,
Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin,
Kulnolon, Makvolide, dan Amoksilin ditambah dengan asam klavulanat, derivat rifampisin
/ INH.
6.
Diagnosa
dan Intervensi Keperawatan
a.
Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah.
Kriteria hasil :
· Mempertahankan jalan nafas pasien
· Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Intervensi :
· Kaji fungsi pernapasan contoh : Bunyi nafas,
kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori
· Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa /
batuk efektif : catat karakter, jumlah sputum, adanya emoptisis
· Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi.
Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam
· Bersihkan sekret dari mulut dan trakea :
penghisapan sesuai keperluan
· Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
obat-obatan
Rasionalisasi :
· Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis
· Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal.
Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan paru atau
luka bronkal dan dapat memerlukan evaluasi
· Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru
dan menurunkan upaya pernapasan
· Mencegah obstruksi / aspirasi
b.
Pertukaran
gas, kerusakan dan resiko.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
sering batuk atau produksi sputum meningkat.
Kriteria hasil :
· BB meningkat
Intervensi :
· Catat status nutrisi pasien
· Pastikan pola diet biasa pasien, yang
disukai / tidak disukai
· Berikan makanan sedikit tapi sering
· Anjurkan keluarga klien untuk membawa makanan
dari rumah dan berikan pada klien kecuali kontra indikasi
· Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasionalisasi :
· Berguna dalam mendefinisikan derajat / luasnya
masalah dan pilihan intervensi yang tepat
· Pertimbangan keinginan dapat memperbaiki
masukan diet
· Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa
kelemahan
· Membantu memenuhi kebutuhan personal dan
kultural
c.
Kurang
pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan
tidak akurat dan tidak lengkap informasi yang ada.
Kriteria hasil :
· Menyatakan pemahaman proses penyakit /
prognosis dan kebutuhan pengobatan
Intervensi :
· Kaji kemampuan pasien untuk belajar
· Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke
perawat
· Berikan instruksi dan informasi tertulis
· Anjurkan klien untuk tidak merokok
· Kaji bagaimana TB ditularkan
Rasionalisasi :
· Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan
fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu
· Dapat menunjukkan kemajuan atu pengaktifan
ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut
· Infomasi tertulis menurunkan hambatan pasien
untuk mengingat sejumlah besar informasi
· Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya
TB tetapi meningkatkan disfungsi pernapasan
d.
Resiko
tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk
menghindari pemajanan patogen.
Kriteria hasil :
· Menurunkan resiko penyebaran infeksi
Intervensi :
· Kaji patologi penyakit
· Identifikasi orang lain yang berisiko
· Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan
mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah
· Kaji tindakan kontrol infeksi
· Awasi suhu sesuai indikasi
· Kolaborasi dengan tim medis
Rasionalisasi :
· Membantu pasien menyadari / menerima perlunya
mematuhi program pengobatan
· Orang-orang yang terpajan ini perlu program
terapi obat untuk mencegah penyebaran / terjadinya infeksi
· Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi
pasien
· Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut
· Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat
dihubungi untuk menurunkan penyebaran infeksi
BAB
III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Pada
usia lanjut terjadi perubahan anatomik fisiologik paru dan saluran nafas,
antara lain berupa pengurangan elastic recoil paru, kecepatan arus
ekspirasi, tekanan oksigen arteri serta respons pusat reflek pernafasan
terhadap rangasangan oksigen arteri atau hiperkapnia. Hal-hal itu berpengaruh
terhadap mekanisme pertahanan tubuh pada timbulnya penyakit paru.
Penyakit
paru yang sering timbul pada usia lanjut adalah infeksi saluran nafas akut
bagian bawah (khususnya pnemoni) tuberkulosis paru, PPPOM dan karsinoma paru.
Untuk mencegah
melanjutnya penurunan fungsi paru, antara lain dapat diatasi dengan melakukan
olah raga atau latihan fisik yang teratur, selain meningkatkan taraf kesehatan
usia lanjut. Laju penurunan fungsi paru dapat diketahui dengan pemeriksaan faal paru
secara berkala.
B.
Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan bagi
masyarakat pada umumnya dan pembaca pada khususnya adalah sebagai berikut :
1.
Diharapkan
masyarakat ataupun pembaca dapat lebih memperhatikan kebersihan para lansia
yang berada disekitar kita terkait kondisi penurunan sistem pernapasan pada
usia lansia.
2.
Diharapkan
masyarakat atau pembaca dapat merawat dengan baik para lansia dan tidak
mengucilkannya akibat kondisinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner and Sudarth, 2001, Keperawatan
Medikal Bedah edisi 8, Vol.1, Jakarta : EGC.
Darmojo, R. Boedhie & H. Hadi Martono, 2000, Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Handout Mata Kuliah Keperwatan
Gerontik, 2010, Perspektif Keperawatan
Gerontik.
Lueckenotte, 1998, Pengkajian Gerontologi
Edisi 2, Jakarta : EGC.
Nugroho,Wahjudi, 1991, Keperawatan
Gerontik, Jakarta : EGC.
StanlEy, Mickey & Patricia Gauntlett Beare, 2007, Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2, Jakarta : EGC.
http://www.google .com/telusuri ”Perubahan Sistem Pernafasan Pada Lansia”
PENUTUP
Atas
berkat rahmat Tuhan Y.M.E, kelompok telah menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Keperawatan Gerontik, sebagai penilaian tugas kelompok semester 6 ini .Makalah ini disusun, dengan harapan
dapat bermanfaat dan dapat dipahami bagi semua kalangan pendidik (dosen) dan
terdidik (seluruh mahasiswa Jurusan Keperawatan Tanjung Karang, khususnya bagi
teman teman kelas Ekstensi 1).
Kelompok
menyadari, dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan , maka
kelompok mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai tambahan
/ perbaikan bagi makalah yang kelompok 2 buat ini.
Selain
itu, kelompok memohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kepada Allah SWT. mohon ampun.
Lampiran
POLITEKNIK
KESEHATAN DEPKES RI TANJUNG KARANG
JURUSAN
KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
Alamat : Jl. Soekarno-Hatta no.01 Hajimena Bandar Lampung (0721703580)
PENILAIAN
MAKALAH
Judul Laporan :
Perubahan Sistem Pernafasan Pada Lansia
Tanggal Penyerahan : Maret 2011
Kelompok :
2 (Dua)
No
|
Unsur
Penilaian
|
Bobot
|
Nilai
|
1
|
Sistematika penulisan laporan
|
10
|
|
2
|
Kelengkapan isi makalah
|
20
|
|
3
|
Kualitas isi makalah
|
30
|
|
4
|
Penulisan makalah dengan menggunakan
kaidah penulisan ilmiah
|
10
|
|
5
|
Kebersihan dan kerapihan makalah
|
10
|
|
6
|
Penggunaan buku sumber minimal 3 buah
|
10
|
|
7
|
Penyerahan tugas tepat waktu
|
10
|
|
Total nilai
|
100
|
|
Bandar
Lampung, Maret 2011
Penilai
Sulastri, M.Kep.,Sp.Jiwa
POLITEKNIK KESEHATAN
DEPKES RI TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TANJUNG KARANG
Alamat : Jl. Soekarno-Hatta no.01 Hajimena Bandar Lampung (0721703580)
FORMAT PENILAIAN
PRESENTASI KASUS
Topik :
Perubahan Sistem Pernafasan Pada Lansia
Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik
Kelompok : 2 (Dua)
No
|
Kriteria Penilaian
|
Nilai Maksimal
|
Nilai Mahasiswa
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|||
1
|
Persiapan
|
30
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Penalaksanaan
|
30
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Cara penyampaian
|
30
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Evaluasi
|
10
|
|
|
|
|
|
|
TOTAL NILAI
|
100
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan
Nama Mahasiswa Nilai
- Amilia Mayang Segara A = 79 -100
- Eko Febriantoro B = 68 -78
- Galuh Widya KT C = 56 -67
- Noverita Gusmeta D = 45 -55
- Nur Aris Hendayanto E = 0 -44
Bandar lampung, Maret 2011
Pembimbing,
Sulastri, M.Kep.,Sp.Jiwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar