BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk
biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling
berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat.
Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai
kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif
Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri, misalnya “saya kuat dalam
matematika”.
Konsep diri adalah citra subjektif dari diri
dan percampuran yang kompleks dari perasaan, sikap & persefsi bawah sadar
maupun sadar. Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi
manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai
membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis
ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri. Jika seseorang
mempunyai masa kanak-kanak yang aman dan stabil, maka konsep diri masa remaja
anak tersebut secara mengejutkan akan sangat stabil. Ketidaksesuaian antara
aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi sumber stres atau
konflik.
1.
Tujuan
Umum
Dengan keperawatan Jiwa perawat dapat meningkatkan aktualisasi diri klien dengan membantu
menumbuhkan, mengembangkan, menyadari potensi sambil mencari kompensasi ketidak mampuan.
2.
Tujuan Khusus
Klien dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan konsep diri daan membantu klien agar lebih mengerti akan dirinya secara tepat
Klien dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan konsep diri daan membantu klien agar lebih mengerti akan dirinya secara tepat
Dengan melihat hal-hal di atas
maka untuk dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, perawat
harus memahami pengertian diagnosa keperawatan, komponen-komponen diagnosa
kepeawatan , dan metode-metodenya. Sehingga dengan terbentuknya makalah ini
dapat membantu meningkatkan pengetahuan perawat khususnya mahasiswa tentang keperawat
jiwa yang baik dan benar.
C.
Manfaat Penulisan
Dengen tersusunnya makalah ini, perawat khususnya
mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian dalam praktek keperawatan khususya
kegiatan-kegiatan yang bersifat analisi dan diagnosis keperawatan, sehingga
dapat dijadikan pedoman dalam menjalankan kegiatan selanjutnya dan dapat
memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan optimal.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
PSIKOSOSIAL
A.
ResponsPsikologisTerhadapPenyakitFisik
1. Pengertian
Manusia yang utuhmempunyaiintegrasiaspek
bio-psiko-sosial- spiritual yang kokoh.Kliendengangangguanpenyakitfisik,
sumberstresorutamaadalahresponklienpadaaspek bio-psiko-sosialdan
spiritual.Dalamhaliniperawatperlu yang tanggapmenanganiresponspsikososialklien
agar polakopingkliendalammenyelesaikanmasalahlebihadekuat.
2. RentangRespon
Responsindividuterhadappenyakitfisik,
berkaitandenganpengalamanmasalalu, persepsiterhadappenyakit,
keyakinanterhadappenyembuhandansistempelayanankesehatan.Rentangresponindividuberfluktuasidariresponadaptifsampai
mal adaptif.
a. Harapan
Harapanakanmempngaruhiresponspsikologisterhadappenyakitfisik.
Kurangnyaharapandapatmeningkatkanstresdanberakhirdenganpenggunaanmekanismekoping
yang tidakadekuat.Padabeberapakasus, koping yang
tidakadekuatdapatmenimbulkanmasalahkesehatanjiwa.
b. Ketidakpastian
Ketidakpastianadalahsuatukeadaandimanaindividutidakmampumemahamikejadian
yang terjadi. Hal
iniakanmempengaruhikemmapuanindividumengkajisituasidanmemperkirakanupaya yang
akandilakukan. Ketidakpastianmenjadiberbahayajikadisertai rasa
pesimisdanputusasa.
c. Putusasa
Putusasaditandaidenganperilakupasif,
perasaansedihdanharapanhampa, kondisi inidapatmembawakliendalamupayabunuhdiri.
B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Faktor
predisposisi
Respon
psikologis pada penyakit fisik dipengaruhi beberapa faktor yang terkait
dengan
pengalaman masa lalu dan sistem pendukung klien, yaitu :
1)
Pengetahuan tentang penyakit
Kurang informasi atau salah pengertian dapat meningkatkan
ansietas yang akan
mempengaruhi pemulihan
2)
Pengalaman lalu tentang penyakit
3)
Harapan pemulihan penyakit, tergantung pada pengalaman langsung dan tidak
langsung terhadap penyakit baik yang posistif maupun
negatif
4)
Persepsi dan pandangan terhadap diri
Sikap
positif terhadap diri sendiri dan pengembangan keterampilan menggunakan koping
adaptif akan membantu kemampuan individu menghadapi penyakitnya.
5)
Keuletan
Keuletan
merupakan kekuatan individu untuk mengembalikan aspek psikososial pada keadaan
adaptif yang terdiri dari kekuatan ego, keintiman sosial dan sumber daya yang
ada.
b. Faktor
predisposisi
Faktor pencetus adalah hal
utama yang digunakan dalam penetapan gejala atau diagnosis penyakit. Aspek yang
dapat mempengaruhi beratnya pengalaman stress adalah :
1)
Peralihan sehat ke sakit
Terjadinya serangan penyakit yang mendadak atau
tidak diduga dapat menimbulkan stress. Proses terjadinya penyakit yang lama
akan memberi kesempatan pada klien untuk mepersiapkan diri menerima penyakit.
2)
Prognosis penyakit
Beberapa
diagnosis seperti AIDS dan kanker yang dianggap fatal dan diagnosa yang tidak
fatal tetapi sulit untuk diobati seperti kecacatan yang tidak terduga akan
menimbulkan stress.
3)
Tindakan pengobatan
Tindakan
operasi dan pengobatan jangka panjang seperti dialisis akan
menambah
stress
4)
Respon orang berarti/ terdekat
Respons
orang yang dicintai dan berarti bagi klien akan membantu pemulihan. Sebaliknya
jika orang yang dicintai memberi respons emosional yang datar atau tanpa emosi
dapat emningkatkan stres pada klien.
c. Perilaku
Perilaku yang berhubungan dengan respons
psikologis terhadap penyakit fisik berkaitan dengan diagnosis penyakit,
pengobatan dan pemulihan penyakit terminal adalah :
1) Diagnosis penyakit : rasa jengkel, syok dan tidak
berdaya, marah, sedih,
menarik diri, mencari informasi pengobatan ke beberapa dokter/
paranormal
2)
Pengobatan : mengikuti instruksi pengobatan dengan baik, menolak pengobatan,
menarik diri, putus asa, tergantung terhadap pengobatan, perilaku bunuh diri
3) Pemulihan : ansietas, mudah tersinggung, sukar
konsentrasi, konsep diri
berubah
4) Penyakit terminal : Denial (mengingkari kenyataan),
marah ( keinginan
merusak
diri), tawar menawar dan depresi
d. Mekanisme koping
Mekanisme koping menggambarkan upaya klien
untuk mengatasi anxietas yang ditimbulkan oleh penyakit fisik. Ada empat
mekanisme koping yang sering digunakan klien yaitu : pengingkaran, regresi,
represi dan kompensasi. Klien cenderung menggunakan koping yang berarti baginya
termasuk mencari informasi, menyendiri atau melakukan hobinya.
2. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan
yang dapat diidentifkasi pada penyakit fisik yang berkaitan dengan respons
psikologis klien adalah :
a.
Kerusakan komunikasi verbal
b.
Koping keluarga inefektif
c.
Koping individu inefektif
d.
Harga diri rendah
e.
Ketidak berdayaan
f.
Perubahan proses piker
g.
Kerusakan interaksi social
h.
Perubahan penampilan peran
i.
Distres spiritual
j.
Konflik peran orang tua
Berdasarkan masalah keperawatan tersebut maka
dapat dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan. Rumusan diagnosa keperawatan
harus memperhatikan respon psikososial khususnya fungsi kognitif, alam perasaan
dan konsep diri.
Klien dirawat dirumah sakit
umum dengan masalah fisik juga mengalami masalah psikososial seperti, berdiam
diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain, merasa kecewa/putus asa, malu dan
tidak berguna disertai keragu-raguan dan percaya diri yang kurang.

Klien dan keluarga sering
tidak diajak berkomunikasi, kurang diberi informasi yang dapat mengakibatkan
perasaan sedih, ansietas, takut, marah, frustasi, tidak berdaya karena
informasi yang tidak jelas disertai ketidakpastian. Mereka tidak mengetahui
proses yang terjadi, sewaktu-waktu mereka dipanggil untuk membeli obat atau
alat. Mereka tidak berani bertanya atau jika bertanya akan mendapat jawaban
yang tidak memuaskan.
KONSEP DIRI
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain ( Stuart & Sundeen, 1995 ).
Termasuk persepsi indvidu akan
sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai
yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Lebih menjelaskan bahwa konsep
diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh : fisikal, emosional,
intelektual, sosial, dan spiritual
Konsep diri belum ada saat
dilahirkan, tetapi dipelajari dari pengalaman unik melalui eksplorasi diri
sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya. Dipelajari
melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan
individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan
pandangan orang lain tentang dirinya.
Konsep diri berkembang dengan
baik apabila : budaya dan pengalaman di keluarga dapat memberikan perasaan
positif, memperoleh kemampuan yang berarti bagi individu / lingkungan dan dapat
beraktualissasi, sehingga individu menyadari potensi dirinya.
Respons individu terhadap konsep dirinya
berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri yaitu dari adaptif sampai
maladaptive ( gambar 1 )
RENTANG RESPONS KONSEP
DIRI

Gambar I : Rentang
respon terhadap konsep diri
- Aktualisasi diri adalah : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
- Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal –hal positif maupun yang negative dari dirinya
- Harga diri rendah adalah ; individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dari orang lain
- Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek identitas masa kanak – kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis
- Depersonalisasi adalah ; perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
Konsep diri terdiri dari 5 ( lima ) komponen
( Stuart dan Sundeen, 1991 ) :
- Citra diri,
- Ideal diri,
- Harga diri,
- Penampilan peran / Peran diri
- Identitas diri.
CITRA TUBUH (Body image)
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara
sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur,
fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara terus menerus (
anting, make up, kontak lensa, pakaian, kursi roda) dengan tubuh.
Pandangan ini terus berubah
oleh pengalaman dan persepsi baru. Gambaran tubuh yang diterima secara realistis
akan meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam menjalani
kehidupan.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang
sering kontak dengan tubuh.
Pada klien yang dirawat dirumah sakit umum,
perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi. Stressor pada tiap perubahan
adalah :
a.
Perubahan ukuran tubuh : berat badan
yang turun akibat penyakit
- Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah pemasangan infus
- Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan pemasanagn alat di dalam tubuh
- Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh
- Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
- Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll)
IDEAL DIRI
Ideal diri adalah persepsi individual tentang bagaimana dia harus berperilaku
berdasarkan standart, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering
disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri
sendiri. Ideal diri diperlukan oleh individu untuk memacu pada tingkat yang
lebih tinggi.
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak
realistis. Ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut.
Pada klien yang dirawat
dirumah sakit karena sakit fisik maka ideal dirinya dapat terganggu. Atau ideal
diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
- Mengungkapkan keputusasaan akibat penyakitnya , misalnya : saya tidak bisa ikut ujian karena sakit, saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas operasi di muka saya, kaki saya yang dioperasi tidak dapat main bola.
- Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya : saya pasti bisa sembuh padahal prognosa penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah.
HARGA DIRI ( Self-Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal
diri/cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga.
Harga diri yang tinggi berakar
dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, sebagai individu yang berarti dan
penting, walaupun salah, gagal atau kalah. Harga diri diperoleh dari
penghargaan diri sendiri dan orang lain. Faktor yang mempengaruhi harga diri
tinggi adakah perasaan diterima, dicintai, dihormati serta frekwensi
kesuksesan.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut harga diri
rendah dan dapat terjadi secara :
- Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
a. Privacy
yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter,
pemeriksaan perneal).
- Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
- Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
Kondisi ini banyak ditemukan
pada klien gangguan fisik
- Kronik, yaitu perasan negatif terhadap
diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini
mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negarif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons
yang maladaptive.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
Gangguan gejala yang dapat dikaji :
- Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri
- Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
- Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
- Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan
- Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
PERAN DIRI
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan
dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap individu mempunyai
berbagai peran yang terintregrasi dalam pola fungsi individu.
Menurut Stuart dan Sundeen ada 5 ( lima )
factor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan peran :
- Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
- Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran individu
- Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan
- Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan peran
- Kesesuaian situasi yang dapat mendukung pelaksanaan peran
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau terhenti fungsi peran yang disebabkan oleh
penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja
Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit
otomatis peran sosial klien berubah menjadi peran sakit. Peran klien yang
berubah adalah :
a.
Peran dalam keluarga
- Peran dalam pekerjaan/sekolah
- Peran dalam berbagai kelompok
Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa
dilakukan selama dirawat dirumah sakit. Atau setelah kembali dari rumah sakit,
klien tidak mungkin melakukan perannya yang biasa.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
- Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
- Ketidakpuasan peran
- Kegagalan menjalankan peran yang baru
- Ketegangan menjalankan peran yang baru
- Kurang tanggung jawab
- Apatis/bosan/jenuh dan putus asa
Masalah keperawatan yang mungkin muncul :
- Perubahan penampilan peran
- Gangguan harga diri rendah
- Keoutusasaan
- ketidakberdayaan
IDENTITAS DIRI
Identitas diri pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, berkesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.
Pembentukan identitas dimulai
pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas
utama pada masa remaja.
Mempunyai konotasi otonomi dan meliputi
persepsi seksualitas seseorang.
Gangguan identitas adalah kekaburan / ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh dengan
keraguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
- Tidak ada percaya diri
- Sukar mengambil keputusan
- Ketergantungan
- Masalah dalam hubungan interpersonal
- Ragu / tidak yakin terhadap keinginan
- Projeksi ( menyalahkan orang lain )
Masalah keperawatan yang mungkin timbul :
- Gangguan identitas personal
- Perubahan penampilan peran
- Ketidakberdayaan
- Keputusasaan
Kepribadian Yang Sehat
Individu dengan kepribadian yang sehat akan
mengalami hal – hal berikut ini :
- Citra tubuh yang positif dan sesuai
- Ideal diri yang realistic
- Konsep diri yang positif
- Harga diri yang tinggi
- Penampilan peran yang memuaskan
- Rasa identitas yang jelas
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
- Faktor predisposisi
a. Faktor
yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistik
- Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaa
- Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur social yang berubah
- Faktor Presipitasi
- Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu ( internal or eksternal sources ), yang dibagi 5 ( lima ) kategori :
1. Ketegangan
peran, adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu
dalam peran atau posisi yang diharapkan seperti konsep berikut ini :
- Konflik peran : ketidaksesuaian peran antar yang dijalankan dengan yang diinginkan
- Peran yang tidak jelas: kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya
- Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang kompleks
- Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri
- Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti
- Transisi peran sehat – sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat disebabkan :
- Kehilangan bagian tubuh
- Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
- Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan
- Prosedur pengobatan dan perawata
- Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidakseimbangan bio – kimia, gangguan penggunaan obat, alkoholdan zat.
- Perilaku
Data yang dikumpulkan oleh seorang perawat, hendaknya data perilaku yang obyektif dan dapat diamati. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendaha ( Stuart dan Sundeen, 1995 ) yaitu identitas kacau dan depersonalisasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Perilaku dengan harga diri
yang rendah
a.
Mengkritik diri sendiri atau
orang lain
b.
Produktifitas menurun
c.
Destruktif pada orang lain
d.
Gangguan berhubungan
e.
Merasa diri lebih penting
f.
Merasa tidak layak
g.
Rasa bersalah
h.
Mudah marah dan tersinggung
i.
Perasaan negative terhadap diri
sendiri
|
j.
Pandangan hidup yang pesimis
k.
Keluhan – keluhan fisik
l.
Pandangan hidup terpolarisasi
m.
Mengingkari kemampuan diri
sendiri
n.
Mengejek diri sendiri
o.
Mencederai diri sendiri
p.
Isolasi social
q.
Penyalahgunaan zat
r.
Menarik diri dari realitas
s.
Khawatir
t.
Ketegangan peran
|
Perilaku dengan Identitas
kacau
u.
Tidak mengindahkan moral
v.
Mengurangi hubungan
interpersonal
w.
Perasaan kosong
x.
Perasaan yang berubah – ubah
y.
Kekacauan identitas seksual
z.
Kecemasan yang tinggi
|
aa. Tidak mampu berempati
bb. Kurang keyakinan diri
cc.
Mencintai diri sendiri
dd. Masalah hubungan intim
ee.
Ideal diri tidak realistik
|
Perilaku dengan
Depersonalisasi
Afek
|
ff.
Identitas hilang
gg.
Asing dengan diri sendiri
hh. Perasaan tidak aman, rendah diri, takut, malu
ii.
Perasaan tidak realistic
jj.
Merasa sangat terisolasi
|
Persepsi
|
kk. Halusinasi pendengaran dan penglihatan
ll.
Tidak yakin akan jenis
kelaminnya
mm.
Sukar membedakan diri dengan
orang lain
|
Kognitif
|
nn. Kacau
oo. Disorientasi waktu
pp. Penyimpangan pikiran
qq. Daya ingat terganggu
rr.
Daya penilaian terganggu
|
Perilaku
|
ss.
Afek tumpul
tt.
Pasif dan tidak ada respon emosi
uu. Komunikasi tidak selaras
vv. Tidak dapat mengontrol perasaan
ww. Tidak ada inisiatif dan tidak mampu mengambil keputusan
xx. Menarik diri dari lingkungan
yy. Kurang bersemangat
|
- Mekanisme Koping
Jangka Pendek
|
Jangka Panjang
|
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari
sementara dari krisis : pemakaian obat – obatan, kerja keras, nonton TV terus
menerus
|
1. Menutup Identitas :
Terlalu cepat mengadopsi identitas yang
disenangi daro orang – orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat,
aspirasi atau potensi diri sendiri
|
2. Kegiatan mengganti identitas sementara :
(ikut kelompok social, keagamaan, politik )
|
2. Identitas Negatif :
Asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat
|
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara :
( kompetisi olah raga kontes popularitas )
|
|
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti
identitas sementara : (penyalahgunaan obat – obat)
|
|
- Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri daan orang lain
B. Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang berhubungan dengan
konsep diri
Masalah keperawatan
uatama
|
Contoh diagnosa
keperawatan yang lengkap
|
1. Gangguan gambaran diri
|
a. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan
harga diri rendah
b. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan
defisit perawatan diri
|
2. Gangguan identitas diri
|
a.
Gangguan identitas diri berhubungan dengan perubahan penampilan peran
b. Gangguan identitas berhubungan dengan
keracunan obat yang dimanifestasika dengan control impuls yang kacau dan
hilang
|
3. Gangguan penampilan peran
|
a. Gangguan penampilan peran berhubungan
dengan harga diri rendah
|
4. Gangguan harga diri
|
a. Harga diri rendah berhubungan dengan ideal
diri yang tidak realistik
b. Harga diri rendah berhubungan dengan ideal
diri terlalu tinggi
|
C. Perencanaan Tindakan Keperawatan
- Tujuan Umum
Meningkatkan aktualisasi diri klien : dengan membantu menumbuhkan, mengembangkan, menyadari potensi sambil mencari kompensasi ketidakmampuan - Tujuan Khusus
Klien dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan massalaha yang berhubungan dengan konsep diri daan membantu klien agar lebih mengerti akan dirinya secara tepat - Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan membantu klien mengidentifikasikan penilaian tentang situasi dan perasaan yang terkait, guna meningkatkan penilaian diri dan kemudian melakukan perubahan perilaku. Pendekatan penyelesaian masalah ini memerlukan tindakan yang bertahap sebagai berikut : - Memperluas kesadaran diri; Tahap memperluas kesadaran diri
Prinsip
|
Rasional
|
Tindakan
|
Membina hubungan saling percaya
|
Sikap perawat yang terbuka dapat mengurangi
perasaan terancam dan membantu klien menerima semua aspek dirinya
|
1.
Menerima klien apa adanya
2.
Dengarkan klien
3.
Dorong klien mendiskusikan
pikiran dan perasaannya
4.
Respon yang tidak mengadili
5.
Katakan bahwa klien adalah
individu yang berharga, bertanggung jawab dan dapat menolong diri sendiri
|
Bekerja dengan kemampuan yang dimiliki klien
|
Tingkat kemampuan menilai realitas dan
control diri diperlukan sebagai landasan asuhan keperawatan
|
6.
Identitas kemampuan klien
7.
Arahkan klien sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
8.
Meyakinkan identitas klien
9.
Beri dukungan untuk menurunkan
panic
10. Pendekatan tanpa menuntut
11. Menerima dan mengklarifikasikan komunikasi verbal dan non verbal
12. Cegah klien mengisolasi diri
13. Ciptakan kegiatan rutin ( ADL )
14. Buat batasan perilaku yang tidak pantas
15. Orientasikan klien ke dunia yang nyata
16. Beri pujian pada perilaku yang tepat
17. Tingkatkan kegiatan dan tugas secara bertahap untuk menimbulkan
pengalaman positif
|
- Menyelidiki diri; Membantu klien menyelidiki diri
Prinsip
|
Rasional
|
Tindakan
|
Bantu klien menerima perasaan dan pikirannya
|
Dengan menunjukkan sikap menerima perasaan
dan pikiran klien, maka klien akan melakukan hal yang sama
|
1.
Motivasi klien mengekspresikan
emosi, keyakinan perilaku dan pikirannya
2.
Gunakan komunikasi terapeutik
dan empati
3.
Catat pikiran yang logis,
observasi respon emosi
|
Menolong klien menjelaskan konsep dirinya dan
hubungannya dengan orang lain secara terbuka
|
Keterbukaan persepsi diri adalah awal untuk
merubah suasana sepi dan dapat mengurangi ansietas
|
4.
Tumbuhkan persepsi klien
terhadap kekuatan dan kelemahannya
5.
Bantu klien menurunkan self
idealnya
6.
Bantu klien menjelaskan
hubungannya dengan orang lain
|
Menyadari dan mengontrol perasaan perawat
|
Kesadaran diri akan membantu penampilan model
perilaku dan membatasi efek negative dalam berhubungan dengan orang lain
|
7.
Sadari perasaan sendiri baik
perasaan negative dan positif dalam berhubungan
|
Empati pada klien, tekankan bahwa kekuatan
untuk berubah ada pada klien
|
Rasa empati dapat menguatkan pandangan klien
memahami perasaan orang lain
|
8.
Gunakan respon empati dan
observasi apakah perasaan perawat simpati atau empati
9.
Jelaskan bahwa klien berguna
dalam memecahkan masalahnya
10. Libatkan keluarga dan kelompok menyelidiki diri klien
11. Bantu klien mengenal konflik dan koping maladaptive
|
- Mengevaluasi diri; Mambantu klien mengevaluasi diri
Prinsip
|
Rasional
|
Tindakan
|
Membantu klien mengidentifikasi masalahnya
secara jelas
|
Setelah mengetahui masalah dengan jelas
alternative pemecahan dapat dibuat klien
|
1.
bersama klien identifikasi
stressor dan bagaimana penilaiannya
2.
Jelaskan bahwa keyakinan klien
mempengaruhi perasaan dan perilakunya
|
Kaji respon koping adaptif dan maladaptif
klien terhadap masalah yang dihadapi
|
Dengan mengetahui koping yang dipilih klien
dapat mengevaluasi konsekwensi positif dan negatif
|
3.
Bersama klien mengidentifikasi
4.
Keyakinan, ilusi, tujuan yang
tidak realistic
5.
Identifikasi kekuatan klien
6.
Tunjukkan konsep sukses dan
gagal dalam persepsi yang cocok
7.
Teliti sumber koping yang
digunakan klien
8.
Uraikan pada klein bahwa respon
koping dapat dipilih dengan bebas dan mempunyai dampak positif maupun
negative
9.
Bersama klien mengidentifikasi respon
koping yang maladaptif
10. Komunikasi yang memfasilitasi konfrontasi yang mendukung
11. Kalrifikasi peran
|
- Membuat perencanaan yang realistik; Membantu klien membuat rencana yang realistik
Prinsip
|
Rasional
|
Tindakan
|
Bantu klien mengidentifikasi pemecahan
masalah
|
Jika semua alternative sudah dievaluasi,
perubahan menjadi efektif
|
1.
Jelaskan bahwa yang dapat
merubah dirinya adalah klien bukan orang lain
2.
Bantu keyakinan dan ide klien ke
dalam kenyataan
3.
Gunakan lingkungan membantu
keyakinan klien jadi konsisten
|
Bantu klien mengkonsep tujuan yang realistic
|
Dengan tujuan yang jelas dapat merubah
harapan yang diinginkan
|
4.
Bantu klien merumuskan tujuan
5.
Bantu klien untuk menetapkan
perubahan yang diinginkan
6.
Anjurkan klien menggunakan
pengalaman baru untuk mengembangkan potensinya
7.
Gunakan role model, role play,
visualisasi dan redemonstrasi yang sesuai
|
- Bertanggung jawab dalam bertindak
Prinsip
|
Rasional
|
Tindakan
|
Mengeksplorasi koping adaptif dan maladaptif
klien dalam memecahkan masalahnya
|
Sangat penting bagi klien mengetahui koping
yang digunakan dalam pemecahan masalahnya baik yang negative maupun yang
poitif
|
1.
Beri kesempatan klien untuk
memilih koping yang ingin digunakan dan konsekwensinya
2.
Bantu klien mengidentifikasi
keuntungan kerugian mekanisme koping yang dipilih
3.
Diskusikan bila klien memilih
mekanisme koping negative berikut konsekwensinya
4.
Berikan dukungan positif untuk
mempertahankan kemajuannya
|
Untuk meningkatkan penerimaan klien secara unuk
di dalam keluarga, diperlukan pendidikan kesehatan mental yang dapat dilihat
pada table berikut ini
Pendidikan kesehatan
mental bagi keluarga
Tujuan
|
Kegiatan
Instruksional
|
Evaluasi
|
Menegaskan konsep keunikan anggota keluarga
|
Diskusikan keunikan masing – masing anggota
keluarga. Bantu klien mengidentifikasikan tingkat kemampuannya di antar
anggota keluarga
|
|
Uraikan karakteristik perpaduan emosi
|
Analisa tipe dan pola hubungan dalam
keluarga. Gunakan kertas dan pensil untuk menggambarkan pola keluarga
|
|
Diskusikan pembentukan dan pelaksanaan peran
dalam keluarga
|
Sintesa dinamika keluarga dan manifestasi
stress pasien, akan mendorong komunikasi dalam keluarga
|
|
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Pada makalah ini akan diuraikan tindakan
keperawatan pada 2 ( dua ) diagnosa, yaitu :
- Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah
- Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
Rencana Tindakan Keperawatan pada :
1. Diagnosa : Perubahan penampilan perab
berhubungan dengan harga diri rendah
a.
Tujuan Umum :
1. Klien
dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawabnya
- Tujuan Khusus :
1. Klien
dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
- Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Klian dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan
- Klien dapat menetapkan ( merencanakan ) kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki
- Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuan
- Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
- Tindakan Keperawatan
1.
Bina hubungan saling percaya
a. Salam
terapeutik
b. Perkenalkan diri
c.
Jelaskan tujuan interaksi
d. Ciptakan lingkungan yang tenang
e.
Buat kontrak yang jelas (apa yang
akan dilakukan/dibicarakan, waktu)
1. Beri
kesemapatan untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit yang diderita
2. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
3. Katakan pada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2.
Diskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien. Dapat dimulai dari bagian tubuh yang masih
berfungsi dengan baik, kemampuan lain yang dimiliki oleh klien, aspek positif (
keluarga, lingkungan ) yang dimiliki klien. Jika klien tidak mampu
mengidentifikasi, maka dimulai oleh perawat memberi “ reinforcement “ ( pujian
terhadap aspek positif klien
3.
Setiap bertemu klien, hindarkan
memberi penilaian negative. Utamakan memberi pujian yang realistik
4.
Diskusikan dengan klien kemampuan
yang masih dapat digunakan selama sakit. Misalnya : penampilan klien dalam
“self-care”, latihan fisik dan ambulasi secara aspek asuhan terkait dengan
gangguan fisik yang dialami klien
5.
Diskusikan pula kemampuan yang
dapat dilanjutkan pengguanaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit
klien.
6.
Rencanakan bersama klien aktifitas
yang dapat dilakukan setiap kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan
bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total
7.
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi klien
8.
Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh klien lakukan ( sering klien takut melaksanakannya )
9.
Beri kesempatan pada klien untuk
mencoba kegiatan yang telah direncanakan
10.
Beri pujian atas keberhasilan
klien
11.
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
di rumah
12.
Berikan pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah
13.
Bantu keluarga memberi dukungan
selama klien dirawat
14.
Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah
Hasil Yang Diharapkan :
a. Klien
mengungkapkan perasaannya terhadap penyakit yang diderita
b. Klien
menyebutkan aspek positif dan kemampuan dirinya ( fisik, intelektual, system
pendukung )
c.
Klien berperan serta dalam perawatan
dirinya
d. Percaya
diri klien dengan menetapkan keinginan atau tujuan yang realistis
2. Diagnosa : Gangguan harga diri : harga diri
rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
a.
Tujuan Umum
1.
Klien menunjukkan pengingkatan harga
diri
- Tujuan Khusus :
1. Klien
dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya
- Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
- Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
- Klien dapat menyusun rencana cara – cara menyelesaikan masalah yang dihadapi
- Klien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas tubuh
- Tindakan keperawatan :
1.
Bina hubungan saling percaya
a. Salam
terapeutik
b. Komunikasi terbuka, jujur, empati
c.
Beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan klien terhadap perubahan tubuh.
d. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
e.
Lakukan kontrak untuk program
asuhan keperawatan ( pendidikan kesehatan, dukungan, konseling dan rujukan )
2.
Diskusikan perubahan struktur, bentuk
atau fungsi tubuh
3.
Observasi ekspresi klien pada saat
diskusi
4.
Diskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien ( tubuh, intelektual, keluarga ) oleh klien di luar
perubahan yang terjadi
5.
Setiap bertemu klien, hindarkan
memberi penilaian negative. Utamakan memberi pujian yang realistik
6.
Beri pujian atas aspek posirtif
dan kemampuan yang masih dimiliki klien
7.
Dorong klien untuk merawat diri
dan berperan serta dalam asuhan klien secara bertahap
8.
Libatkan klien dalam kelompok
klien dengan masalah gangguan citra tubuh
9.
Tingkatkan dukungan keluarga pada
klien terutama pasangan
10.
Diskusikan cara – cara ( booklet,
leaflet sebagai sumber informasi ) yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh
11.
Dorong klien memilih cara sesuai
bagi klien
12.
Bantu klien melakukan cara yang
dipilih
13.
Membantu klien mengurangi
perubahan citra tubuh. Misalnya : protesa untuk bagian tubuh tertentu, tongkat
14.
Rehabilitasi bertahap bagi klien
15.
Diskusikan dengan klien kemampuan
yang masih dapat digunakan selama sakit. Misalnya : penampilan klien dalam
“self-care”, latihan fisik dan ambulasi secara aspek asuhan terkait dengan
gangguan fisik yang dialami klien
16.
Diskusikan pula kemampuan yang
dapat dilanjutkan pengguanaannya setelah pulang sesuai dengan kondisi sakit
klien.
17.
Rencanakan bersama klien aktifitas
yang dapat dilakukan setiap kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan
bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total
18.
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi klien
19.
Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh klien lakukan ( sering klien takut melaksanakannya )
20.
Beri kesempatan pada klien untuk
mencoba kegiatan yang telah direncanakan
21.
Beri pujian atas keberhasilan
klien
22.
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
di rumah
23.
Berikan pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah
24.
Bantu keluarga memberi dukungan
selama klien dirawat
25.
Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah
Hasil Yang Diharapkan :
1.
Klien menerima perubahan tubuh yang
terjadi
2.
Klien memilih beberapa cara mengatasi
perubahan yang terjadi
3.
Klien adaptasi dengan cara – cara yang
dipilih dan digunakan
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Keperwatan jiwa adalah tindakan yang dikhususkan untuk klien
yang mengalami ganguan psikososial. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan
dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain
Termasuk persepsi indvidu akan sifat dan
kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
B.
SARAN
Dalam rangka
memajukan keperawatan jiwa dan menciptakan keserasian antara perawat dan pasien
alangkah baiknya :
1. Perawat mampu menganalisa dan mendiagnosa
penyakit yang diderita pasien secara psikologi dan fissiologi.
2. Perawat selalu memberikan tindakan keperawatan
yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dan berdasarkan ilmu pengetahuan.
Sehingga dapat
tercipta hubungan yang harmonis dalam kehidupan khususnya antara perawat dan
pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar