BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Psikiatri adalah tiap gangguan pada pikiran, perasaan dan
tindakan seseorang yang memerlukan intervensi terapeutik segera. Diantara
berbagai macam gangguan tersebut yang paling sering adalah suicide (bunuh diri)
dan violence and assaultive behavior (perilaku kekerasan dan
menyerang).
Kedaruratan Psikiatrik adalah Keadaan gangguan dalam proses fikir, alam
perasaan dan perbuatan yang memerlukan tindakan pertolongan segera. Kasus
kedaruratan psikiatrik yang sering ditemukan adalah percobaan bunuh diri dan
keadaan gaduh gelisah.
Sebagai suatu cabang ilmu kedokteran, ilmu psikiatri tidaklah berdiri
sendiri, melainkan selalu berkolaborasi dan segala aspeknya selalu berkaitan
dengan cabang-cabang ilmu kedokteran lainnya, misalnya dengan cabang ilmu saraf
(Neurologi) dan ilmu penyakit dalam (Internal Medicine).
Ilmu psikiatri
dibangun atas 4 fondasi dasar, yaitu:
- Dimensi Organo-biologis yaitu aspek pengetahuan tentang organ-organ tubuh serta fungsi fisiologis tubuh manusia khususnya yang berkaitan langsung dengan aspek kesehatan jiwa (seperti Sistem Susunan Saraf Pusat)
- Dimensi Psiko-edukatif yaitu aspek pengetahuan tentang perkembangan psikologis manusia serta pengaruh pendidikan-pengajaran terhadap seorang manusia sejak lahir hingga lanjut usia.
- Dimensi Sosial-Lingkungan yaitu aspek pengetahuan tentang pengaruh kondisi sosial-budaya serta kondisi lingkungan kehidupan terhadap derajat kesehatan jiwa manusia.
- Dimensi Spiritual-Religius yaitu aspek pengetahuan tentang pengaruh taraf penghayatan dan pengamalan nilai-nilai spiritual-religius terhadap derajat kesehatan jiwa manusia.
1
2
1.2 Tujuan
a)
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui apa itu kedaruratan psikiatri.
b) Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui pengertian
kedaruratan psikiatri.
2.
Mahasiswa
mengetahui gangguan pada kasus kedaruratan psikiatri seperti bunuh diri dan
prilaku kekerasan dan menyerang
1.3 Manfaat
1. Agar
mahasiswa mengetahui tentang organ-organ tubuh serta fungsi fisiologis tubuh
manusia khususnya yang berkaitan langsung dengan aspek kesehatan jiwa.
- Agar mahsiswa mengetahui tentang perkembangan psikologis manusia serta pengaruh pendidikan-pengajaran terhadap seorang manusia sejak lahir hingga lanjut usia.
- Agar menambah pengetahuan mahasiswa tentang pengaruh kondisi sosial-budaya serta kondisi lingkungan kehidupan terhadap derajat kesehatan jiwa manusia.
- Agar menambah pengetahuan mahasiswa tentang pengaruh taraf penghayatan dan pengamalan nilai-nilai spiritual-religius terhadap derajat kesehatan jiwa manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian kedaruratan psikiaatri
Adalah tiap gangguan pada
pikiran, perasaan dan tindakan seseorang yang memerlukan intervensi terapeutik
segera. Diantara berbagai macam gangguan tersebut yang paling sering adalah suicide
(bunuh diri) dan violence and assaultive behawor (perilaku kekerasan dan
menyerang).
Kedaruratan Psikiatrik adalah Keadaan gangguan
dalam proses fikir, alam perasaan dan perbuatan yang memerlukan tindakan
pertolongan segera. Kasus kedaruratan psikiatrik yang sering ditemukan adalah
percobaan bunuh diri dan keadaan gaduh gelisah.
1.2 Kasus Kedaruratan Psikiatri
a) Bunuh Diri
Di Amerika tiap tahun
kasus bunuh diri yang berhasil mencapai 30.000 orang per tahun. Angka ini
menunujukkan jumlah orang yang mencoba bunuh diri jauh lebih besar lagi,
diperkirakan 8 sampai 10 kali lebih besar dan jumlah tersebut. Di Indonesia
belum ada data mengenai hal ini.
Dan data yang ada, 95% kasus bunuh diri berkaitan
dengan masalah kesehatan jiwa diantaranya 80% mengalami Depresi, 10%
Skizofrenia dan 5% Dementia/Delirium. Sedangkan sekitar 25% lainnya mempunyai
diagnosa ganda yang berkaitan dengan Ketergantungan Alkohol.
Menurut Adam.K, mereka
yang mempunyai resikotinggi untuk terjadinya bunuh diri adalah pria, usia
diatas 45 tahun, tidak bekerja, bercerai atau ditinggal mati pasangan hidupnya,
mempunyai riwayat keluarga yang bermasalah, mempunyai penyakit fisik kronis,
mempunyai gangguan kesehatn jiwa, tidak mempunyai hubungan keluarga yang baik,
miskin dalam hubungan sosial atau cenderung mengisolasi diri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
menduga adanya resiko bunuh diri:
1.
Adanya ide bunuh diri atau percobaan bunuh
diri sebelumnya

2.
Adanya kecemasan yang tinggi,
depresi yang dalam dan kelelahan

3.
Adanya ide bunuh diri yang
diucapkan

4.
Ketersediaannya alat atau cara
untuk bunuh diri

3
4
5.
Memepersiapkan warisan terutama
pada pasien depresi yang agitatif

6.
Adanya krisis dalam kehidupan baik
fisik maupun mental

7.
Adanya riwayat keluarga yang
melakukan bunuh diri

8.
Adanya kecemasan terhadap keluarga
jika terjadi bunuh diri

9.
Adanya keputus-asaan yang mendalam

Didalam
menangani pasien yang mempunyai kecenderungan bunuh diri, pencegahan merupakan
hal utama yang perlu diperhatikan. Jika percobaan bunuh diri telah dilakukan dan
tidak berhasil , sebagai klinisi kita harus melakukan pemeriksaan yang
menyeluruh dan lengkap baik secara fisik dan mental. Pada saat itu juga harus
diputuskan apakah pasien perlu dirawatatau tidak.
Hospitalisasi
tergantung:
1.
Diagnosis

2.
Beratnya Depresi

3.
Kuatnya ide bunuh diri

4.
Kemampuan pasien dan keluarga
mengatasi masalahnya

5.
Keadaan kehidupan pasien

6.
Tersedianya support sosial
bagi pasien

7.
Ada tidaknya faktor resiko bunuh diri pada saat
kejadian
Yang bisa dilakukan oleh
tim medis adalah jika menjumpai pasien dengan percobaan bunuh diri sebaiknya
lakukan pertolongan pertama jika diperlukan, rujuk pasien ke rumah sakit
terdekat sambil membenkan penjelasan ke keluarganya bahwa kondisi pasien perlu
evaluasi dan pertolongan lebih jauh baik fisik maupun mentalnya (tergantung
kondisi pasien).
b) Perilaku Kekerasan Dan Menyerang
Pada keadaan seperti ini
yang paling utama kita harus bisa menentukan apakah karena gangguan fisik
ataukah karena masalah mental. Untuk masalah mentalnya bisa disebabkan oleh:
1. Gangguan
proses pikir misal Skizofrenia
2. Gangguan
Manik/Episode Manik
3. Depresi
Agitatif/Episode Depresi
5
4. Gangguan
Cemas
5. Reaksi
Ekstra Piramidal
Gambaran diatas tidak
selalu mudah untuk bisa langsung diidentifikasi karena bisa terjadi overlaping
gejala satu dengan yang lainnya.
Tanda-tanda adanya penilaku kekerasan yang
mengancam:
1.
Kata-kata keras /kasar atau ancaman akan kekerasa
2.
Adanya perilaku agitatif
3.
Membawa benda-benda tajam atau senjata
4.
Adanya pikiran dan perilaku paranoid
5.
Adanya penyalah gunaan zat/intoksikasi alkohol
6.
Adanya halusinasi dengar yang memerintahkan untuk
melakukan tindak kekerasan.
7.
Kegelisahan katatonik
8.
Episode Manik
9.
Episode DepresiAgitatif
10.
Gangguan Kepnibadian tertentu
11.
Adanya penyakit di Otak(terutama di lobus frontal)
Untuk menduga kemungkinan terjadinya
perilaku kekerasan pada seorang pasien tidak mudah. Namun ada beberapa hal yang
bisa menjadi petunjuk untuk diperhatikan, misalnya:
a.
Adanya ide-ide kekerasan disertai rencana dan sarana
yang tersedia
b.
Adanya riwayat kekerasan sebelumnya
c.
Adanya riwayat gangguan impuls termasuk penjudi,
pemabuk, penyalahgunaan zat psikoaktif,percobaan bunuh diri ataupun melukai
diri sendiri, Psikosis.
d.
Adanya masalah dalam kehidupan pribadi yang nyata.
Yang bisa dilakukan tim medis kesehatan
dalam menghadapai kasus perilaku kekerasan dan menyerang seperti ini adalah
rujuk ke Rumah Sakit Jiwa terdekat jika sudah bisa dipastikan bukan disebabkan
masalah fisik. Seandainya masih meragukan antara masalah fisik dan mental rujuk
ke Rumah Sakit Umum terdekat yang lengkap fasilitasnya.
6
Jika kondisi pasien tidak terlalu berat, masih
bisa dilakukan pemeriksaan
dengan cukup terang dan cukup kooperatif
serta kondisi gangguan fisik bisa disingkirkan , bisa diberikan:
Haloperidol oral 0.5 mg/3 x sehari
Atau Chlorpromazine oral 25 mg/3x sehari
Atau Bensodiasepin oral 5 mg /3 x sehari. Tergantung diagnosis pasien.
Dengan saran secepatnya konsul ke Ahlinya ( Psikiater).
Hal lain yang sangat
penting diingat adalah merupakan kontra indikasi memberikan obat antipsikotik
pada pasien dengan trauma kepala walaupun menunjukkan gejala gaduh gelisah.
Pada keadaan seperti ini secepatnya dinujuk ke Rumah Sakit Umum terdekat yang
lengkap fasilitasnya.
1.3 Penatalaksanaan
Penampilan kelakuan yang tak
disangka dan tak rasional pada seseorang secara tiba-tiba tanpa diduga,
dianggap suatu kedaruratan psikiatrik. Pasien ini membutuhkan tindakan segera
untuk mencegah menciderai dirinya sendiri atau orang disekitarnya.
a)
Prinsip
umum
Pasien bisa
terangsang, teragitasi, gelisah, menyerang, diam, menarik diri, atau membisu.
Yang terpenting bahwa kelakuannya tidak biasa untuk dia. Ia bisa disorientasi (tidak sadar akan tempat dan waktu),
atau orientasinya bias berubah-ubah sepanjang waktu. Sebaliknya, ia bisa
terorientasi tetapi kebingungan atau konfusi. Pikiran pasien bisa tak
berhubungan, sehingga pembicaraannya sedikit atau tidak mempunyai arti. Ia bisa
berbicara sangat cepat dan bisa berubah dari satu id eke ide lainnya tanpa atau
dengan sedikit hubungan logis di antara pemikiran.
Ia bisa juga
memperhatikan bukti halusinasi pendengaran atau penglihatan. Ia bereaksi
seakan-akan ia mendengar atau melihat sesuatu yang tidak ada disana. Ia bisa
juga memiliki kepercayaan yang palsu yang tetap (delusi). Pasien bisa panic sampai ke titik tidak
bisa berbicara atau menjerit serta memperlihatkan gerakan tak berarti dan tak
bertujuan pada badan dan ekstremitasnya. Ia bisa pula memperlihatkan tanda
keracunan yang lazim seperti bicara ‘slur red’ dan ataksia.
7
Orang yang
terganggu emosinya bisa ketakutan terhadap perasaannya sendiri dan apa yang
akan terjadi bila ia tidak mengontrolnya. Ia bisa ketakutan terhadap orang dan
kejadian di sekitarnya karena ia menerimanya dalam cara yang menyimpang dan
merasa akan dibahayakan. Aktivitas fisik hebat dari banyak, tapi tidak
semuanya, pasien yang terganggu emosinya bersifat umum, tidak tertuju pada
orang tertentu.
Sewaktu
pertama menemui orang yang terganggu emosinya, ambil waktu untuk mengamatinya.
Seorang anggota regu penolong herus menjadi pemimpin dan semua harus mengikuti
petunjuknya tanpa bertanya. Bicara kepada saksi, teman, dan keluarga pasien
serta minta bantuan mereka dalam berbicara dengan pasien. Usahakan berbicara dengan pasien untuk
bekerja sama. Pertahankan kontak verbal dan visual. Tunjukkan bahwa kamu
mengetahui pasien ketakutan dan menderita serta kamu hendak melihat bahwa
pasien mendapat apa yang dibutuhkan. Tegas dan jujur. Perlihatkan dengan
kata-kata dan tingkah laku bahwa kamu dapat mengatasi keadaan.
b)
Pengendalian
Fisik Pasien Yang Melawan
Bersiaplah untuk tindakan cepat bila
pasien tidak bereaksi terhadap permintaan verbal. Bila diperlukan pengendalian
fisik, pastikan telah mempunyai cukup orang untuk memegang pasien. Usungan dan
pengendali lain yang diperlukan, harus telah disiapkan sebelumnya. Keranjang
usungan biasanya bermanfaat dalam mengangkut pasien yang melawan.
c)
Usaha
Atau Ancaman Bunuh Diri
Pertimbangan bunuh
diri biasanya merupakan reaksi terhadap depresi menahun yang telah mencapai
titik krisis. Pasien yang bunuh diri tetap berorientasi terhadap waktu, tempat,
dan orang tetapi memperlihatkan perubahan pada tingkah laku seperti pikiran,
bicara, dan gerakan melambat atau agitasi.
Mula-mula ajak orang itu bercakap-cakap.
Kenali keputusasaannya dan kesulitannya untuk berpikir jernih. Coba mengenali
maslah dan berikan jawaban yang mungkin.penamwaran pemecahan terjelas dan
tersederhana bisa membantu pasien melihat sejumlah harapan dan bisa menunda
usaha bunuh dirinya. Walaupun pasien bisa sungguh bermaksud bunuh diri, namun
pada saat yang sama mungkin ia tidak benar-benar ingin mati.
8
Sekali ia setuju menerima pertolongan, ia
mungkin ingin bekerja sama, tetapi awasi terhadap perubahan apapun dalam
pernyataannya atau tingkah lakunya sementara di bawa ke rumah sakit.
d) Pengangkutan
Diperlukan pertimbangan khusus dalam
mengangkut orang yang sangat terganggu emosinya karena mereka mungkin akan
sadar dan waspada. Mereka bisa menolak diangkut dan mungkin diperlukan
pertolongan polisi dengan kekuasaannya yang lebih luas, untuk menangkap
seseorang yang menentang kemauannya. Biasakan diri dengan hukuman Negara bagian
tentang membawa seseorang ke rumah sakit yang melawan kemauannya. Sering
keluarga atau teman dapat meyakinkan pasien untuk pergi.
Sewaktu membawa pasien,
pastikan ia aman. Jaga sinar yang terang di dalam ambulans untuk membantu
pasien mempertahankan orientasinya. Seorang pembantu harus berada pada tempat,
darimana ia dapat melihat dan dilihat pasien kapanpun juga. Penentraman verbal
harus diteruskan untuk mempertahankan orientasi dan mengurangi kegelisahan.
Bila pasien menolak diangkut dan
keluarganya tidak akan atau tidak dapat meyakinkan pasien untuk pergi, maka ia
harus diingatkan akan akibatnya yang bisa terjadi, khususnya dalam pasien yang
ingin bunuh diri. Bermanfaat mengamati pengetahuan mengenai hokum tentang
tanggung jawab yang tak disengaja hingga dapat memulai pekerjaan dengan tepat.
e) Obat-Obatan
Obat
Antipsikotik
Haloperidol (Haldol) suatu trankuilizer
yang sangat berguna dalam kedaruratan psikiatrik karena ia relative tidak
menyebabkan sedative, ia tak ada atau sedikit menyebabkan kardiovaskular, dan
tersedia dalam bentuk parenteral,cairan, dan tablet. Dosis biasa haloperidol
5-10 mg intramuscular setiap 30 menit.
Obat
Antiansietas
Diazepam (Valium) mempunyai
efek antiansietas, antikejang serta pelemas otot, yang membuatnya berguna dalam
kedaruratan psikiatrik. Ia tersedia dalam bentuk parenteral dan tablet. Dosis
biasa 5-10 mg intravena dalam 2 menit setiap 30-60 menit atau 10 mg peroral
setiap jam sampai pasien terkontrol.
9
f) Penatalaksanaan
Percobaan Bunuh Diri :
a.
Mengamankan jalan
pernafasan.
b. Memperbaiki fungsi kardiovaskulair
c.
Mengeluarkan zat yang
digunakan dari saluaran pencernaan dan
Pengobatan toksikologik.
d.
Bila tindakan pertolongan
medik berhasil dengan baik, maka dilanjutkan dengan penatalaksanaan Psikiatrik.
e.
Bila tidak terdapat
perbaikan keadaan fisik pada penatalaksanaan medik, maka penderita segera
dirujuk kerumah sakit.
g) Penatalaksanaan
Keadaan Gaduh Gelisah :
1. Mendeteksi adanya tanda-tanda gangguan mental seperti
penurunan kesadaran gangguan daya ingat,diorientasi dan gangguan fungsi
intelektual.
2. Apabila terdapat salah satu tanda tesrsebut maka kemungkinan
keadaan gaduh gelisah dilatarbelakangi oleh gangguan mental organic (gangguan
kesehatan umum).
3. Selanjutnya pasien dirujuk ke Rumah Sakit .
4. Apabila tidak terdapat tanda organic kemungkinan kasus
dalam keadaan gaduh gelisah,psikiatrik harus diobati.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Yang bisa dilakukan jika menjumpai pasien dengan percobaan
bunuh diri sebaiknya lakukan pertolongan pertama jika diperlukan, rujuk pasien
ke rumah sakit terdekat sambil membenkan penjelasan ke keluarganya bahwa
kondisi pasien perlu evaluasi dan pertolongan lebih jauh baik fisik maupun
mentalnya (tergantung kondisi pasien).
Yang bisa dilakukan dalam menghadapai kasus perilaku kekerasan dan menyerang seperti ini adalah rujuk ke Rumah Sakit Jiwa terdekat jika sudah bisa dipastikan bukan disebabkan masalah fisik. Seandainya masih meragukan antara masalah fisik dan mental rujuk ke Rumah Sakit Umum terdekat yang lengkap fasilitasnya.Pasien dengan kedaruratan psikiatri akan ditangani oleh psikiater terlebih dahulu setelah dirujuk ke RS. Hal ini disebabkan karena pasien-pasien ini membutuhkan terapi medikamentosa untuk menstabilkan kondisinya. Apabila sudah lebih tenang dan dapat diajak bicara, dapat ditangani oleh psikiater ataupun psikolog.
Yang bisa dilakukan dalam menghadapai kasus perilaku kekerasan dan menyerang seperti ini adalah rujuk ke Rumah Sakit Jiwa terdekat jika sudah bisa dipastikan bukan disebabkan masalah fisik. Seandainya masih meragukan antara masalah fisik dan mental rujuk ke Rumah Sakit Umum terdekat yang lengkap fasilitasnya.Pasien dengan kedaruratan psikiatri akan ditangani oleh psikiater terlebih dahulu setelah dirujuk ke RS. Hal ini disebabkan karena pasien-pasien ini membutuhkan terapi medikamentosa untuk menstabilkan kondisinya. Apabila sudah lebih tenang dan dapat diajak bicara, dapat ditangani oleh psikiater ataupun psikolog.
3.2 Saran
Jika menemukan anggota keluarga yang memiliki tanda prilaku percobaan bunuh
diri atau prilaku menyerang sebaiknya segera bawa orang tersebut ke psikiatri
atau bawaa ke rumah sakit agar dapat ditangani lebih lanjut dan tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan
10
DAFTAR PUSTAKA
Boswick, John A. 1997. Perawatan Gawat
Darurat. EGC: Jakarta.
http://sisroom.blogspot.com, diakses tanggal 23 Maret 2010.
http://www.idijakbar.com, diakses tanggal 23 Maret
2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar