Merupakan gambaran tentang tingkat kemampuan hidup dalam beradaptasi dengan
masalah yang dihadapinya. (Lihat gambar)
I.
Faktor Predisposisi ( Faktor Pendukung )
Faktor-faktor yang menunjang klien mengalami
gangguan jiwa.
- Biologis
Genetik, status nutrisi, fisiologis tubuh, racun dalam tubuh.
- Psikologis
Kecerdasan, kemampuan verbal, moral, kepribadian, pengalaman yang lalu,
konsep diri, motivasi, kontrol diri.
- Sosiokultural
Umur, pendidikan, penghasilan, pekerjaan, posisi sosial, budaya, agama /
keyakinan, kondisi politis, pengalaman sosial, hubungan sosial.
II. Faktor Presipitasi ( F. pencetus
)
Faktor yang membuat klien akhirnya mengalami
gangguan jiwa setelah mengalami faktor-faktor pendukung. Penyebabnya bisa yang
ada dalam faktor predisposisi, baik yang ada dalam dirinya maupun yang di luar
dirinya. Yang perlu diperhatikan bagaimana kejadiannya, asal stresor, waktu
kejadian dan jumlah stresor.
1. Kejadian stresful.
Paling tinggi menyebabkan gangguan jiwa.
Misal : Kematian, Perceraian.
2. Ketegangan hidup / tekanan hidup
Gangguan jiwa bisa timbul karena sesuatu yang kronis, seperti kejenuhan,
kerumitan keluarga, ketidakpuasan kerja, kesepian. Bisa juga karena sering
mengalami stres, frustasi dan kepekaan atas perubahan yang cepat dalam
kehidupan sehari-hari, seperti : selalu
terlambat, dompet hilang, jalan macet
III.
Penanganan pertama terhadap stresor (
Primary Appraisal of a stresor ).
Individu akan menilai memproses dan menilai
stersor, apakah stres itu cukup kuat atau lemah. Proses ini memakai respon
kognitif, afektif, psikologis, perilaku
- Penggunaan kognitif.
Fungsi kognitif mempunyai peranan utama pada proses adaptasi. Individu akan
menilai kejadian, memilih koping, mengatur reaksi emosi, psikologis, prilaku.
Individu akan menghubungan stresor dengan kemampuan dan sumber di
lingkungan. Individu akan menilai dampak stresor.
Ada 3 penggolongan terhadap stresor :
a. Harm/loss : sudah menimbulkan
kerusakan
b. Ancaman : individu
mengantisipasi bahaya yang akan datang
c. Tantangan : individu akan
berjuang untuk mengatasinya.
Faktor yang mempengaruhi
proses penilaian kognitif.
* Komitmen
: Menilai kejadiannya apakah penting
untuk individu.
* Keyakinan : Individu akan mengevaluasi, kejadian setelah menggunakan
koping, respon emosi, apakah masih menyakit atau tidak.
- Respon afektif terhadap stresor.
Individu akan mengalami kecemasan karena adanya stresor sehingga ada respon
fisiologis yang bersifat “ Fight or
Flight “ (GAS/LAS)
3. Perilaku
Perilaku yang terlihat tergantung tingkat kecemasan, perubahan psikologis.
4. Sosial
-
Mencari
arti, informasi tentang masalahnya sebagai bahan untuk kopingnya.
-
Individu
akan mencari faktor-faktor yang menyebabkan masalah, apakah dari dirinya atau
dari luar dirinya.
-
membandingkan
keterampilan atau kemampuan orang lain dengan
dirinya pada saat menghadapi masalah yang sama. ( harga diri )
IV . Penanganan kedua ( Pengguanan sumber daya )
Individu menilai kemampuan dirinya, koping, sumber
daya dan strategi yang bisa dipakai dalam menghadapi masalah.
1. Mengevaluasi sumber daya untuk koping
Mechanik menyebutkan 5 sumber koping yang bisa dipakai :
a. Ekonomi
b. kemampuan dan ketrampilan individu.
c. Tehnik defensif
d. Dukungan sosial
e. Motivasi
Lazarus & Folkam menambahkan ke 5 faktor di atas dengan ;
- Kesehatan dan energi
- Kemampuan memecahkan masalah
Kemampuan mencari informasi, mengenali masalah,
menimbang alternatif, melaksanakan rencana.
- Keterampilan sosial
Melibatkan orang lain dalam memecahkan masalah,
mampu bekerja sama, mampu kontrol sosial.
- Sumber materi
Benda, Uang dan pelayanannya yang bisa dibeli dengan
uang sering membantu dalam menghadapi stres.
Pada fase ini, individu juga menggunakan respon kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan
respon sosial.
a. Kognitif : semakin digunakan dalam memilih dan menggunakan koping.
b. Afektif :
Emosi sudah terlihat dan dinyatakan seperti : cemas, sedih , marah .
c. Fisiologis : Hormon –
hormon yang berhubungan dengan stres sudah bekerja.
d. Perilaku : Terlihat nyata
* Fase I
: perilaku yang bertujuan mengubah lingkungan yang stresful atau
berusaha lepas dari stresor
* Fase II
: perilaku yang bertujuan
mempelajari kemampuan baru untuk mengatasi stres
*
Fase III : perilaku yang menunjukkan adanya usaha
bertahan dari stres
*
Fase IV : perilaku yang menunjukkan adanya konflik intrapsikis
2.
Sistem sosial
Bagaimana dukungan dari keluarga , teman , rekan kerja, masyarakat selama
individu mengalami stres.
Fungsi dukungan sosial.
- Dukungan emosional.
- Task – oriented – help (Sumber daya dalam menyelesaikan masalah).
- Umpan balik & Evaluasi
- hubungan sosial & Integrasi (merasa bagian dari masyarakat)
- sumber informasi
V. Mekanisme koping.
Usaha individu menangani
stres
3 jenis mekanisme koping
1. Fokus pada masalah
Berusaha menyelesaikan masalh : Negosiasi , konfrontasi, minta nasehat.
2.Fokus pada kognitif.
Individu mencoba mengontrol masalah. menetralkan, Membandingkan,
menyelesaikan, menilai masalah.
3. Fokus pada emosi
Individu berusaha meredakan dengan memakai mekanis pertahanan diri atau
mekanisme koping yang lain.
Koping bisa juga konstruktif
atau destruktif
Konstruktif : Menyelesaikan
masalah dengan positif.
Destruktif : Lari dari masalah
atau menyelesaikan dengan konflik, marah, menyerang.
VI. Diagnosa medis : DSM-III-R
VII. Kontinum Sehat – Sakit
Perawat menentukan status klien berdasarkan
rentang sehat - sakit
Respon Adaftif —
Respon Maladaptif
( Sehat ) ( Sakit
)
Dinilai dari ;
1. Status Fungsional
Kemampuan menjalani tugas sehari – hari dan kemampuan menjalani tugas/
peran sosial.,
2. Ststus psikologis.
Persepsi individu terhadap kesejahterannya, keadaan mental dan emosional,
persepsi terhadap kualitas hidup, kemampuan memakai sumber daya Merasa
sejahtera
3. Status klinik.
Meliputi faktor resiko terhadap kesehatan, seperti kebiasaan merokok
atau Penyakit yang sedang di deritanya.
VIII. Diagnosa Keperawatan
-
Resiko tinggi
-
Aktual.
Perspektif
keperawatan kesehatan jiwa
Pembangunan kesehatan di Indonesia
membuat umur harapan hidup meningkat.
Terjadi pergeseran masalah kesehatan,
pelayanan Kesehatan pada lanjut usia meningkat, pelayanan Kesehatan jiwa
meningkat.
UU Kes No : 23 tahun 1992 :
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan merupakan kondisi yang utuh
antara kesehatan badan ( fisik ), jiwa ( mental, emosi, psikologis ) serta
sosial yang tidak dapat di pisahkan. Semua aspek seimbang produktif.
Kesehatan jiwa Indonesia pendekatan :
Eklektik – holistik –
saat sehat – sakit.
Elektif manusia dipandang terdiri
dari aspek organobiologik psiko – eduktif ( psikologis ) dan sosial – kultural
( sosial ).
Holistik semua aspek elektik saling
terkait dan merupakan kesatuan yang utuh ( komprehensif ).
Masalah kesehatan jiwa
1.
Perkembangan
iptek, globalisasi perubahan cepat individu memerlukan kemampuan menyerap,
mengikuti. Beradaptasi mungkin gagal ( frustasi ), kehilangan ( putus asa ),
ketidak sesuaian ( konflik ), stres yang lebih berat ditangani.
2.
Kondisi
hubungan sosial masyarakat yang mudah bersinggungan aksi mogok, demonstrasi, tawuran, kerusuhan.”
Psiko – patologi masyarakat. Bahar ( 1995 ) masalah kesehatan jiwa ( ringan –
berat ) di Indonesia bertambah setiap tahunnya
3.
Pelayanan
Kesehatan jiwa masih berfokus di RSJ. Aspek pelayanan keperawatan yang mencakup
masalah psikososial / mental di RSU belum prioritas.
4.
Di
RSJ banyak pasien kronis, ditinggalkan keluarga & perawat RSU / puskesmas
tidak mampu melanjutkan.
Pendekatan pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa
Falsafah keperawatan
kesehatan jiwa.
Pelayanan keperawatan jiwa diberikan secara kontinum dan komprehensif pada
pasien ( individu, keluarga, kelompok, dan komunitas ) dengan respon bio –
psiko – sosial – spiritual dari adaptif sampai maladaptif sepanjang daur
kehidupan dengan menggunakan proses hubungan interpersonal, pengetahuan tentang
biologi, psikologi, kepribadian dan perilaku manusia, berbagai modalitas terapi
keperawatan dan menggunakan pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan respon adaptif serta mencegah & merehabilitasi
respon maladaptif dari pasien.
Visi : kesehatan jiwa sepanjang hayat bagi semua orang.
Misi : sesuai paradigma keperawatan.
A.
Manusia / Pasien / Klien
- Mendapat pelayanan Keperawatan jiwa sejak klien dikandung, lahir – meninggal.
- Mendapatkan pelayanan Keperawatan jiwa secara individu, keluarga, kelompok, komunitas.
- Mendapatkan pelayanan Keperawatan jiwa baik sehat – sakit jiwa – fisik.
B.
Lingkungan
- lingkungan fisik
- lingkungan psikologis
- lingkungan sosial
- lingkungan spiritual
C.
Kesehatan
- Respon psiko – sosial ditangani dimanapun pasien dirawat.
- pengembangan kemampuan respon psiko, sosial yang adaptif. ( pencegahan primer, sekunder, tersier )
D.
Keperawatan
- Menginteregasikan Iptek keperawatan jiwa
- meningkatkan kemampuan SDM / perawat.
Prinsip pelayanan
Keperawatan jiwa
A. keperawatan kesehatan jiwa kontinum (
continuity care )
- Mulai hamil, lahir meninggal.
a.
Parenting
class.
b.
Bounding
& Attachmant. Lahir secepatnya dekat ibu.
c.
Program
pola asuh anak.
d.
Program
yang terkait dengan remaja, dewasa, lansia.
- Diberikan pada individu, keluarga, kelompok & komunitas.
a.
Konsultasi
keperawatan kesehatan jiwa.
b.
Keperawatan
kesehatan jiwa keluarga, merawat klien, sertakan keluarga.
c.
Program
“ self help “ group, LSM.
Misal : ikatan keluarga pencinta kesehatan jiwa
Bogor.
d.
Program
pencegahan keperawatan jiwa.
Misal : Sekolah, tempat kerja, institusi ( TPA,
Penjara ).
e. Group home / residensial care / half way
house ( rumah penitipan mantan pasien jiwa )
- Diberikan pada saat sehat ( Pencegahan primer pada saat sakit fisik.
B. Pelayanan Keperawatan komprehensif
* melihat manusia itu unik.
C. Perawatan mandiri
Perawat memahami konsep perawatan mandiri.
Tujuannya untuk membuat perawatan membantu :
1.klien mengenali kebutuhan / masalah
2.
klien
mengembangkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan menyelesaikan masalah.
3.klien mampu menggunakan kemampuan.
4.klien memperagakan cara memecahkan
masalah.
Perspektif pelayanan keperawatan kesehatan jiwa di masa depan
- Hirarki pelayanan. Kesehatan jiwa
pel.
kes jiwa di RSJ
unit kes jiwa
pel. Kes. Jiwa di RSU
Pel. Kes. Jiwa di puskesmas
Pel. Kes. Jiwa di keluarga
Pel. Kes. Jiwa di masyarakat
Kegiatan :
- kesehatan jiwa di sekolah
- kesehatan jiwa kerja
- kesehatan jiwa institusi ( TPA, penjara )
- kesehatan jiwa di tempat umum
- hot line service
- kesehatan jiwa kelompok khusus
- pel. Kesehatan jiwa kerjasama dengan masyarakat
( foster
home, group home )
2. pel. Kesehatan jiwa dikeluarga
kesehatan jiwa keluarga, 0 – 4 keluarga
berisiko tinggi dikumpulkan dan dibina.
Misal : single parent,
keluarga korban kerusuhan.
3. pel. Kesehatan jiwa di puskesmas
a. integrasi prinsip keperawatan jiwa pada tiap program.
b. Follow up & after care pasien paska RSJ.
c. pel kes. Jiwa di keluarga & maasyarakat dikordinasi puskesmas.
4. pel. Kes jiwa di RSU
a. Integrasi prinsip keperawatan jiwa pada tiap pasien dengan gangguan
fisik di psikologis.
b. program kesehatan jiwa pada individu & kelompok untuk masalah resiko
: gawat darurat, operasi
5. pelayanan Kesehatan jiwa di RSJ
a. proses keperawatan yang paripurna untuk tiap pasien
b. perencanaan peluang untuk tiap pasien
c. peran serta kel sejak dirawt – pulang.
d. modalitas terapi keperawatan baik individu ataupun kelompok pasien.
e. pertemuan keluarga ( tentang aktifitas klien kepada keluarga )
f. program rujukan keperawatan.
g. kes jiwa masyarakat bekerja sama dengan pel. Kesehatan jiwa di
masyarakat, keluarga, puskesmas.
KONSEP KESEHATAN JIWA
KESEHATAN JIWA :
- kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan.
- Terwujudnya keharmonisan fungsi jiwa dan sanggup menghadapi problema yang biasa terjadi dan merasa bahagia dan mampu diri.
Ilmu kesehatan jiwa.
Ilmu kedokteran
spesialistik yang mengkhususkan diri dalam memperhatikan perilaku manusia dalam
kondisi sehat, sehat – sakit, sakit.
Keadaaan sehat –
sakit dapat dinilai.
Efektifitas/ Keharmonisan fungsi
perilaku dalam :
Ø
Prestasi
kerja
Ø
Hubungan
interpersonal
Ø
Penggunaan
waktu senggang
Ciri sehat mental ( WHO )
§
Menyesuaikan
diri secara konstruktif.
§
Memperoleh
kepuasan dari usahanya.
§
Merasa lebih puas memberi daripada
menerima.
Merasa puas dalam memberi
dan menerima
§
HAM saling tolong dan
memuaskan.
§
Menerima
kekecewaan untuk pelajaran yang akan datang.
§
Mengarahkan
rasa bermusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
§
Mempunyai
kasih sayang.
MOSLOW
- Memiliki persepsi realitas yang efektif.
- Menerima diri, orang lain, lingkungan.
- Spontan.
- Sederhana dan wajar.
JAHODA
- sikap positif terhadap diri.
Ø
Menerima,
sadar diri, obyektif, merasa berarti.
- Tumbuh, kembang, aktualitas.
Ø
Berfungsi
optimal, adaptif.
- Integrasi
Ø
Ekspresi
dan represi, ego yang kuat (stres dan koping yang adaptif).
- Otonomi
Ø
Tergantung
dan mandiri seimbang tanggung jawab terhadap diri sendiri menghargai otonomi
orang lain.
- Persepsi realita
Ø
Mau
berubah sesuai pengetahuan baru empati dan menghargai orang lain.
- Menguasai lingkungan
Ø
Sukses,
adaptif terhadap lingkungan dapat mengatasi : kesepian, agresif, frustasi.
Upaya memelihara kesehatan jiwa
- Asertif
Meminta sesuatu atau bertindak untuk mendapatkan sesuatu dengan tetap
respek pada orang lain.
- Solitude ( merenung, nyepi )
Perlu waktu untuk diri sendiri memahami apa yang terjadi waktu bersama
orang lain.
- Kesehatan diri sendiri.
Makanan, istirahat, olah raga.
- Merawat dan memperhatikan benda – benda stres internal.
Tim kes jiwa
-
Dokter
/ Psikiater
-
Perawat
-
Psikolog
-
Ahli
formasi
-
Pekerja
sosial
-
Occupational
therapist
-
Ahli
gizi
-
Ahli
agama
Dampak Gangguan Jiwa
-
Bila
tidak mendapatkan keperawatan yang benar.
- Gangguan aktivitas hidup sehari – hari
Kebersihan diri, makan – minum
sosialisasi
Klien : Sulit menyesuaikan diri
Dikucilkan,
dicurigai
Tidak
diperlakukan normal
- Gangguan hubungan interpersonal
-
Apatis,
menarik diri, isolasi.
-
- Gangguan konsep diri
-
Perilaku
berlebihan, harga diri rendah.
-
Klien
tidak mampu menyesuikan diri, diejek, dihina.
-
Takut
mencoba pengalaman baru.
Gagal
Tidak berdaya, hilang kekuasaan
Motivasi menurun
- Koping menurun
-
HDR
-
Sistem
pendukung kurang
-
Koping
-
Kecemasan
-
Panik
-
Maladaptif
-
- Kebutuhan terapi yang lama
Faktor Yang Mempengaruhi
Kambuh
Bila tidak
terawat dengan benar :
Sullinger ( 1988
)
SKIZOFRENIA, pada
tahun I kambuh 50% - 70%, di tahun ke 5.
Penyebab :
- Klien
* Tidak mampu beradaptasi
* Tidak patuh pada jadwal minum obat.
* Sullinger ( 1988 ) : 25% - 50% klien pulang dari rumah
sakit, kambuh karena minum obat
tidak teratur.
* Keluarga kurang dipersiapkan
* Tidak ada peralihan peran perawatan
ke keluarga
- Pemberi resep obat
Pemberian obat yang terlalu lama
gerakan klien tidak
terkontrol.
- Keluarga
Seringkali jadi faktor pencetus,
karena tidak memahami cara
merawat klien.
- Penanggung jawab kasus
Pulang dari RSJ, perawatan
dilanjutkan perawat Puskesmas
Puskesmas : Kunjungan rumah
Tempat konsultasi
Persiapan pulang
-
Disusun
oleh klien, keluarga, & tim kesehatan
Tujuannya :
* Klien dan keluarga memiliki :
§
Pengetahuan,
keterampilan, sikap dalam merawat klien.
* Di susun sejak awal dirawat.
MOTIVASI UNTUK MERAWAT KLIEN
DENGAN MASALAH KES. JIWA
1.
Gangguan
jiwa tidak pernah merusak seluruh kepribadian dan perilaku manusia.
2.
Perilaku
manusia selalu dapat diarahkan pada respon yang baru.
3.
Perilaku
manusia selalu dipengaruhi lingkungan sosial.
FENOMENA SEHAT SAKIT
Ciri – ciri sehat Mental ( Jahoda )
1. Memandang diri positif
2. Bertumbuh, berkembang,
aktualisasi diri
3. Integrasi
4. Otonomi
5. Realitas
6. Menguasai Lingkungan
1.
Memandang diri positif
Menerima dirinya apa adanya, sadar akan kemampuan
obyektif terhadap dirinya, realistis ( sesuai umur ). Memilik identitas diri,
utuh, mempunyai rasa memiliki, aman, dan merasa hidupnyabermakna.
2.
Bertumbuh, berkembang, aktualisasi diri.
1. Mampu menggali potensi
yang ada dalam dirinya.
2. Bebas menyatakan
perasaan, dan menghub
3. Bebas dari konflik dan
stres, bebas berinteraksi dengan orang
lain.
4. Dapat berbagi dengan
orang lain, belajar dari pengalaman.
3.
Integrasi
Ada keseimbangan antara apa yang diekspresikan
dengan apa yang direpresikan, keseimbangan antara konflik dan keinginan dari
dalam dengan dari luar dirinya dan mampu mengatur emosi dan mood nya
4. Otonomi
Ada keseimbangan antara ketergantungan – mandiri.
Mampu mempertanggungjawabkan perilaku,
keputusan, pikiran dan perasaan.
Berani menerima resiko dan bisa menghormati
otonomi orang lain
5. Realitas
Berfikir nyata, empiris, persepsi bisa dirubah
sesuai pengalaman baru.
Empati, sensitif pada lingkungan sosial dan bisa
menghormati perasaan dan sikap orang lain.
6.
Menguasai Lingkungan
Merasa sukses dan puas dengan perannya di masyarakat. Bisa
menyelesaikan pekerjaan, mampu
memecahkan masalah dan puas dengan kehidupan. Mampu mengontrol kesepian, keagresifan,
frustasi. Bisa memberikan respon yang tepat pada orang lain, mampu mencintai
dan membalas cinta. Mampu membentuk hubungan dan baru dan puas dengan kehidupan
sosialnya.
Pengaruh
budaya
Suku, keyakinan, kebiasaan keluarga, teknologi
bisa menyebabkan gangguan jiwa atau memberikan arti berbeda tentang apa itu
gangguan jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar