Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

FENOMENA SEHAT – SAKIT




Merupakan gambaran tentang tingkat kemampuan hidup dalam beradaptasi dengan masalah yang dihadapinya. (Lihat gambar)

I.                   Faktor Predisposisi ( Faktor Pendukung )
Faktor-faktor yang menunjang klien mengalami gangguan jiwa.

  1. Biologis
Genetik, status nutrisi, fisiologis tubuh, racun dalam tubuh.

  1. Psikologis
Kecerdasan, kemampuan verbal, moral, kepribadian, pengalaman yang lalu, konsep diri, motivasi, kontrol diri.

  1. Sosiokultural
Umur, pendidikan, penghasilan, pekerjaan, posisi sosial, budaya, agama / keyakinan, kondisi politis, pengalaman sosial, hubungan sosial.

II.  Faktor Presipitasi ( F. pencetus )
Faktor yang membuat klien akhirnya mengalami gangguan jiwa setelah mengalami faktor-faktor pendukung. Penyebabnya bisa yang ada dalam faktor predisposisi, baik yang ada dalam dirinya maupun yang di luar dirinya. Yang perlu diperhatikan bagaimana kejadiannya, asal stresor, waktu kejadian dan jumlah stresor.

1. Kejadian stresful.
Paling tinggi menyebabkan gangguan jiwa.
Misal : Kematian, Perceraian.

2. Ketegangan hidup / tekanan hidup
Gangguan jiwa bisa timbul karena sesuatu yang kronis, seperti kejenuhan, kerumitan keluarga, ketidakpuasan kerja, kesepian. Bisa juga karena sering mengalami stres, frustasi dan kepekaan atas perubahan yang cepat dalam kehidupan sehari-hari,  seperti : selalu terlambat, dompet hilang, jalan macet

III.             Penanganan pertama terhadap stresor ( Primary Appraisal of a stresor ).
Individu akan menilai memproses dan menilai stersor, apakah stres itu cukup kuat atau lemah. Proses ini memakai respon kognitif, afektif, psikologis, perilaku

  1. Penggunaan kognitif.
Fungsi kognitif mempunyai peranan utama pada proses adaptasi. Individu akan menilai kejadian, memilih koping, mengatur reaksi emosi, psikologis, prilaku.

Individu akan menghubungan stresor dengan kemampuan dan sumber di lingkungan. Individu akan menilai dampak stresor.

Ada 3 penggolongan terhadap stresor :
a. Harm/loss  : sudah menimbulkan kerusakan
b. Ancaman   : individu mengantisipasi bahaya yang akan datang
c. Tantangan  : individu akan berjuang untuk mengatasinya.

Faktor yang mempengaruhi proses penilaian kognitif.

*   Komitmen :  Menilai kejadiannya apakah penting untuk individu.
* Keyakinan : Individu akan  mengevaluasi, kejadian setelah menggunakan koping, respon emosi, apakah masih menyakit atau tidak.
  1. Respon afektif terhadap stresor.
Individu akan mengalami kecemasan karena adanya stresor sehingga ada respon fisiologis yang bersifat  “ Fight or Flight “ (GAS/LAS)

    3. Perilaku
Perilaku yang terlihat tergantung tingkat kecemasan, perubahan psikologis.

    4. Sosial
-          Mencari arti, informasi tentang masalahnya sebagai bahan untuk kopingnya.

-          Individu akan mencari faktor-faktor yang menyebabkan masalah, apakah dari dirinya atau dari luar dirinya.

-          membandingkan  keterampilan atau kemampuan orang lain dengan dirinya pada saat menghadapi masalah yang sama. ( harga diri )

IV . Penanganan kedua ( Pengguanan sumber daya )
Individu menilai kemampuan dirinya, koping, sumber daya dan strategi yang bisa dipakai dalam menghadapi masalah.

1. Mengevaluasi sumber daya untuk koping

Mechanik menyebutkan 5 sumber koping yang bisa dipakai :
a. Ekonomi
b. kemampuan dan ketrampilan individu.
c. Tehnik defensif
d. Dukungan sosial
e. Motivasi

Lazarus & Folkam menambahkan ke 5 faktor di atas dengan ;

  1. Kesehatan dan energi
  2. Kemampuan memecahkan masalah
Kemampuan mencari informasi, mengenali masalah, menimbang alternatif, melaksanakan rencana.

  1. Keterampilan sosial
Melibatkan orang lain dalam memecahkan masalah, mampu bekerja sama, mampu kontrol sosial.

  1. Sumber materi
Benda, Uang dan pelayanannya yang bisa dibeli dengan uang sering membantu dalam menghadapi  stres.


Pada fase ini, individu juga menggunakan respon  kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan respon sosial.
a. Kognitif : semakin digunakan dalam memilih dan menggunakan koping.

b. Afektif        :  Emosi sudah terlihat dan dinyatakan seperti : cemas, sedih , marah .

c. Fisiologis : Hormon – hormon yang berhubungan dengan stres sudah bekerja.

d. Perilaku     : Terlihat nyata
    * Fase I    : perilaku yang bertujuan mengubah lingkungan yang stresful atau berusaha lepas dari stresor

    * Fase II   :   perilaku yang bertujuan mempelajari kemampuan baru untuk mengatasi stres

   *  Fase III  :  perilaku yang menunjukkan adanya usaha bertahan dari stres

   *  Fase IV  :  perilaku yang menunjukkan adanya  konflik intrapsikis

 2. Sistem sosial
Bagaimana dukungan dari keluarga , teman , rekan kerja, masyarakat selama individu mengalami stres.

Fungsi dukungan sosial.
  1. Dukungan emosional.
  2. Task – oriented – help (Sumber daya dalam menyelesaikan masalah).
  3. Umpan balik & Evaluasi
  4.  hubungan sosial & Integrasi (merasa bagian dari masyarakat)
  5. sumber informasi

V. Mekanisme koping.
               Usaha individu menangani stres

3 jenis mekanisme koping

1. Fokus pada masalah
Berusaha menyelesaikan masalh : Negosiasi , konfrontasi, minta nasehat.

2.Fokus pada kognitif.
Individu mencoba mengontrol masalah. menetralkan, Membandingkan, menyelesaikan, menilai masalah.

3. Fokus pada emosi
Individu berusaha meredakan dengan memakai mekanis pertahanan diri atau mekanisme koping yang lain.

Koping bisa juga konstruktif atau destruktif
Konstruktif     : Menyelesaikan masalah dengan positif.
Destruktif        : Lari dari masalah atau menyelesaikan dengan konflik, marah, menyerang.

VI. Diagnosa medis : DSM-III-R
               VII. Kontinum Sehat –  Sakit
                Perawat menentukan status klien berdasarkan rentang sehat - sakit

Respon Adaftif                                                   Respon Maladaptif
( Sehat )                                                                          ( Sakit )

Dinilai dari ;
1. Status Fungsional
Kemampuan menjalani tugas sehari – hari dan kemampuan menjalani tugas/ peran sosial.,
2. Ststus psikologis.
Persepsi individu terhadap kesejahterannya, keadaan mental dan emosional, persepsi terhadap kualitas hidup, kemampuan memakai sumber daya Merasa sejahtera
3. Status klinik.
Meliputi faktor resiko terhadap kesehatan, seperti kebiasaan merokok atau  Penyakit yang sedang di deritanya.


VIII. Diagnosa Keperawatan
-          Resiko tinggi
-          Aktual.


                                               























Perspektif keperawatan kesehatan jiwa

Pembangunan kesehatan di Indonesia  membuat umur harapan hidup meningkat.
Terjadi pergeseran masalah  kesehatan,  pelayanan Kesehatan pada lanjut usia meningkat, pelayanan Kesehatan jiwa meningkat.


UU Kes No : 23 tahun 1992 :
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan merupakan kondisi    yang utuh antara kesehatan badan ( fisik ), jiwa ( mental, emosi, psikologis ) serta sosial yang tidak dapat di pisahkan. Semua aspek seimbang produktif.

Kesehatan jiwa Indonesia pendekatan :

                       Eklektik – holistik – saat sehat – sakit.

Elektif  manusia dipandang terdiri dari aspek organobiologik psiko – eduktif ( psikologis ) dan sosial – kultural ( sosial ).
Holistik  semua aspek elektik saling terkait dan merupakan kesatuan yang utuh ( komprehensif ).


Masalah kesehatan jiwa

1.        Perkembangan iptek, globalisasi perubahan cepat individu memerlukan kemampuan menyerap, mengikuti. Beradaptasi mungkin gagal ( frustasi ), kehilangan ( putus asa ), ketidak sesuaian ( konflik ), stres yang lebih berat ditangani.

2.        Kondisi hubungan sosial masyarakat yang mudah bersinggungan  aksi mogok, demonstrasi, tawuran, kerusuhan.” Psiko – patologi masyarakat. Bahar ( 1995 ) masalah kesehatan jiwa ( ringan – berat ) di Indonesia bertambah setiap tahunnya

3.        Pelayanan Kesehatan jiwa masih berfokus di RSJ. Aspek pelayanan keperawatan yang mencakup masalah psikososial / mental di RSU belum prioritas.

4.        Di RSJ banyak pasien kronis, ditinggalkan keluarga & perawat RSU / puskesmas tidak mampu melanjutkan.


Pendekatan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa

Falsafah keperawatan kesehatan jiwa.
Pelayanan keperawatan jiwa diberikan secara kontinum dan komprehensif pada pasien ( individu, keluarga, kelompok, dan komunitas ) dengan respon bio – psiko – sosial – spiritual dari adaptif sampai maladaptif sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan proses hubungan interpersonal, pengetahuan tentang biologi, psikologi, kepribadian dan perilaku manusia, berbagai modalitas terapi keperawatan dan menggunakan pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan respon adaptif serta mencegah & merehabilitasi respon maladaptif dari pasien.

Visi         : kesehatan jiwa sepanjang hayat bagi semua orang.
Misi        : sesuai paradigma keperawatan.


A.    Manusia / Pasien / Klien
  1. Mendapat pelayanan Keperawatan jiwa sejak klien dikandung, lahir – meninggal.
  2. Mendapatkan pelayanan Keperawatan jiwa secara individu, keluarga, kelompok, komunitas.

  1. Mendapatkan pelayanan Keperawatan jiwa baik sehat – sakit jiwa – fisik.

B.     Lingkungan

  1. lingkungan fisik
  2. lingkungan psikologis
  3. lingkungan sosial
  4. lingkungan spiritual

C.    Kesehatan

  1. Respon psiko – sosial ditangani dimanapun pasien dirawat.
  2. pengembangan kemampuan respon psiko, sosial yang adaptif. ( pencegahan primer, sekunder, tersier )

D.    Keperawatan
  1. Menginteregasikan Iptek keperawatan jiwa
  2. meningkatkan kemampuan SDM / perawat.

Prinsip pelayanan Keperawatan jiwa

A.      keperawatan kesehatan jiwa kontinum ( continuity care )

  1. Mulai hamil, lahir meninggal.
a.                   Parenting class.
b.                  Bounding & Attachmant. Lahir secepatnya dekat ibu.
c.                   Program pola asuh anak.
d.                  Program yang terkait dengan remaja, dewasa, lansia.


  1. Diberikan pada individu, keluarga, kelompok & komunitas.
a.                   Konsultasi keperawatan kesehatan jiwa.
b.                  Keperawatan kesehatan jiwa keluarga, merawat klien, sertakan keluarga.
c.                   Program “ self help “ group, LSM.
Misal : ikatan keluarga pencinta kesehatan jiwa Bogor.
d.                  Program pencegahan keperawatan jiwa.
Misal : Sekolah, tempat kerja, institusi ( TPA, Penjara ).
e.           Group home / residensial care / half way house ( rumah penitipan mantan pasien jiwa )

  1. Diberikan pada saat sehat ( Pencegahan primer pada saat sakit fisik.

B.       Pelayanan Keperawatan komprehensif
* melihat manusia itu unik.
C.       Perawatan mandiri
Perawat memahami konsep perawatan mandiri.

Tujuannya untuk membuat perawatan membantu :
1.klien mengenali kebutuhan / masalah
2.                  klien mengembangkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan menyelesaikan masalah.
3.klien mampu menggunakan kemampuan.
4.klien memperagakan cara memecahkan masalah.

Perspektif pelayanan keperawatan kesehatan jiwa di masa depan
  1. Hirarki pelayanan. Kesehatan jiwa  

                                           pel. kes jiwa di RSJ
                                               unit kes jiwa

                                           pel. Kes. Jiwa di RSU

                                     Pel. Kes. Jiwa di puskesmas

                                     Pel. Kes. Jiwa di keluarga

                                     Pel. Kes. Jiwa di masyarakat

Kegiatan :
    1. kesehatan jiwa di sekolah
    2. kesehatan jiwa kerja
    3. kesehatan jiwa institusi ( TPA, penjara )
    4. kesehatan jiwa di tempat umum
    5. hot line service
    6. kesehatan jiwa kelompok khusus
    7. pel. Kesehatan jiwa kerjasama dengan masyarakat
    ( foster home, group home )

2.   pel. Kesehatan jiwa dikeluarga
          kesehatan jiwa keluarga, 0 – 4 keluarga  berisiko tinggi dikumpulkan dan dibina.
         Misal : single parent, keluarga korban kerusuhan.



3.  pel. Kesehatan jiwa di puskesmas
a. integrasi prinsip keperawatan jiwa pada tiap program.
b. Follow up & after care pasien paska RSJ.
c. pel kes. Jiwa di keluarga & maasyarakat dikordinasi puskesmas.

     4. pel. Kes jiwa di RSU
a. Integrasi prinsip keperawatan jiwa pada tiap pasien dengan gangguan fisik di psikologis.
b. program kesehatan jiwa pada individu & kelompok untuk masalah resiko : gawat darurat, operasi

5. pelayanan  Kesehatan jiwa di RSJ
a. proses keperawatan yang paripurna untuk tiap pasien
b. perencanaan peluang untuk tiap pasien
c. peran serta kel sejak dirawt – pulang.
d. modalitas terapi keperawatan baik individu ataupun kelompok pasien.
e. pertemuan keluarga ( tentang aktifitas klien kepada keluarga )
f. program rujukan keperawatan.
g. kes jiwa masyarakat bekerja sama dengan pel. Kesehatan jiwa di masyarakat, keluarga, puskesmas.
           
KONSEP KESEHATAN JIWA

KESEHATAN JIWA :

  • kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan.
  • Terwujudnya keharmonisan fungsi jiwa dan sanggup menghadapi problema yang biasa terjadi dan merasa bahagia dan mampu diri.


Ilmu kesehatan jiwa.
Ilmu kedokteran spesialistik yang mengkhususkan diri dalam memperhatikan perilaku manusia dalam kondisi sehat, sehat – sakit, sakit.

Keadaaan sehat – sakit dapat dinilai.
            Efektifitas/ Keharmonisan fungsi perilaku dalam : 
Ø  Prestasi kerja
Ø  Hubungan interpersonal
Ø  Penggunaan waktu senggang

 Ciri sehat mental ( WHO )

§  Menyesuaikan diri secara konstruktif.
§  Memperoleh kepuasan dari usahanya.
§  Merasa lebih puas memberi daripada menerima.
Merasa puas dalam memberi dan menerima
§  HAM       saling tolong dan memuaskan.
§  Menerima kekecewaan untuk pelajaran yang akan datang.
§  Mengarahkan rasa bermusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
§  Mempunyai kasih sayang.

MOSLOW
  • Memiliki persepsi realitas yang efektif.
  • Menerima diri, orang lain, lingkungan.
  • Spontan.
  • Sederhana dan wajar.

JAHODA
  1. sikap positif terhadap diri.
Ø  Menerima, sadar diri, obyektif, merasa berarti.

  1. Tumbuh, kembang, aktualitas.
Ø  Berfungsi optimal, adaptif.

  1. Integrasi
Ø  Ekspresi dan represi, ego yang kuat (stres dan koping yang  adaptif).

  1. Otonomi
Ø  Tergantung dan mandiri seimbang tanggung jawab terhadap diri sendiri menghargai otonomi orang lain.

  1. Persepsi realita
Ø  Mau berubah sesuai pengetahuan baru empati dan menghargai orang lain.

  1. Menguasai lingkungan
Ø  Sukses, adaptif terhadap lingkungan dapat mengatasi : kesepian, agresif, frustasi.


Upaya memelihara kesehatan  jiwa

  1. Asertif
Meminta sesuatu atau bertindak untuk mendapatkan sesuatu dengan tetap respek pada orang lain.

  1. Solitude ( merenung, nyepi )
Perlu waktu untuk diri sendiri memahami apa yang terjadi waktu bersama orang lain.

  1. Kesehatan diri sendiri.
Makanan, istirahat, olah raga.

  1. Merawat dan memperhatikan benda – benda stres internal.


 Tim kes jiwa
-          Dokter / Psikiater
-          Perawat
-          Psikolog
-          Ahli formasi
-          Pekerja sosial
-          Occupational therapist
-          Ahli gizi
-          Ahli agama



Dampak Gangguan Jiwa
-          Bila tidak mendapatkan keperawatan yang benar.

  1. Gangguan aktivitas hidup sehari – hari
          Kebersihan diri, makan – minum sosialisasi
          Klien :      Sulit menyesuaikan diri
                                    Dikucilkan, dicurigai
                                    Tidak diperlakukan normal 

  1. Gangguan hubungan interpersonal
-          Apatis, menarik diri, isolasi.
-           
  1. Gangguan konsep diri
-          Perilaku berlebihan, harga diri rendah.
-          Klien tidak mampu menyesuikan diri, diejek, dihina.
-          Takut mencoba pengalaman baru.

Gagal

Tidak berdaya, hilang kekuasaan

Motivasi menurun

  1. Koping menurun
-          HDR
-          Sistem pendukung kurang
-          Koping
-          Kecemasan
-          Panik
-          Maladaptif
-           
  1. Kebutuhan terapi yang lama





Faktor Yang Mempengaruhi Kambuh

Bila tidak terawat dengan benar :
Sullinger ( 1988 )
SKIZOFRENIA, pada tahun I kambuh 50% - 70%, di tahun ke 5.
Penyebab :
  1. Klien
* Tidak mampu beradaptasi
         * Tidak patuh pada jadwal minum obat.
         * Sullinger ( 1988 ) :    25% - 50% klien pulang dari rumah
            sakit, kambuh karena minum obat tidak teratur.
         * Keluarga kurang dipersiapkan
         * Tidak ada peralihan peran perawatan ke keluarga

  1. Pemberi resep obat
         Pemberian obat yang terlalu lama gerakan klien tidak
         terkontrol.

  1. Keluarga
         Seringkali jadi faktor pencetus, karena tidak memahami cara
         merawat klien.
  1. Penanggung jawab kasus
         Pulang dari RSJ, perawatan dilanjutkan  perawat Puskesmas 
         Puskesmas : Kunjungan rumah
                                   Tempat konsultasi

Persiapan pulang

-          Disusun oleh klien, keluarga, & tim kesehatan
     Tujuannya :
      * Klien dan keluarga memiliki :
§  Pengetahuan, keterampilan, sikap dalam merawat klien.
       * Di susun sejak awal dirawat.



MOTIVASI UNTUK MERAWAT KLIEN DENGAN MASALAH KES. JIWA


1.      Gangguan jiwa tidak pernah merusak seluruh kepribadian dan perilaku manusia.

2.      Perilaku manusia selalu dapat diarahkan pada respon yang baru.


3.      Perilaku manusia selalu dipengaruhi lingkungan sosial.
  



                 FENOMENA SEHAT SAKIT

Ciri – ciri sehat Mental ( Jahoda )

1.     Memandang diri positif
2.     Bertumbuh, berkembang, aktualisasi diri
3.     Integrasi
4.     Otonomi
5.     Realitas
6.     Menguasai Lingkungan


1. Memandang diri positif
Menerima dirinya apa adanya, sadar akan kemampuan obyektif terhadap dirinya, realistis ( sesuai umur ). Memilik identitas diri, utuh, mempunyai rasa memiliki, aman, dan merasa hidupnyabermakna.


2. Bertumbuh, berkembang, aktualisasi diri.
1.     Mampu menggali potensi yang ada dalam dirinya.
2.     Bebas menyatakan perasaan, dan menghub

3.     Bebas dari konflik dan stres, bebas berinteraksi dengan orang  lain.
4.     Dapat berbagi dengan orang lain, belajar dari pengalaman.


3. Integrasi
Ada keseimbangan antara apa yang diekspresikan dengan apa yang direpresikan, keseimbangan antara konflik dan keinginan dari dalam dengan dari luar dirinya dan mampu mengatur emosi dan mood nya


4. Otonomi
Ada keseimbangan antara ketergantungan – mandiri. Mampu mempertanggungjawabkan  perilaku, keputusan, pikiran dan perasaan.
Berani menerima resiko dan bisa menghormati otonomi orang lain

5. Realitas
Berfikir nyata, empiris, persepsi bisa dirubah sesuai pengalaman baru.
Empati, sensitif pada lingkungan sosial dan bisa menghormati perasaan dan sikap orang lain.
6. Menguasai Lingkungan

Merasa sukses  dan puas dengan perannya di masyarakat. Bisa menyelesaikan pekerjaan,  mampu memecahkan masalah dan puas dengan kehidupan. Mampu mengontrol kesepian, keagresifan, frustasi. Bisa memberikan respon yang tepat pada orang lain, mampu mencintai dan membalas cinta. Mampu membentuk hubungan dan baru dan puas dengan kehidupan sosialnya.



Pengaruh budaya

Suku, keyakinan, kebiasaan keluarga, teknologi bisa menyebabkan gangguan jiwa atau memberikan arti berbeda tentang apa itu gangguan jiwa.




Tidak ada komentar: