Asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistim pernafasan merupakan bagian dari
keperawatan medical bedah yang menerapkan prinsip asuhan yang komprehensif
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan . Proses keperawatan ini menggunakan
langkah – langkah mulai dari pengkajian ,diagnosa keperawatan , intervensi , implementasi
dan evaluasi, sehingga memungkinkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien dapat optimal
PENGKAJIAN
Pengkajiann Umum Sistim
Pernafasan
Proses pengkajian keperawatan harus dilakukann sangat
individual ( sesuai dengan masalah dan
kebutuhan klien saat ini ). Dalam menelaaah status pernafasan klien perawat
dapat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan data ynag
dikumpulkan tanpa harus menambah distress pernafasan klien . Karena tubuh tergantung pada sistim pernafasan
mengandung aspek penting dalam mengevaluasi kesehatan klien. Sistim pernafasan
terutama berfungsi untuk mempertahanankan pertukaran oksigen dan karbondioksida
dalam paru – paru dan jaringan serta untuk mengatur keseimbangan asam basa ,
setiap perubahan dalam sistim ini akan memepengaruhi sistim lain dalam tubuh .
Pada penyakit pernafasan perubahan status pulmonal terjadi secara lambat,
sehingga memungkinkan klien dapat beradaptasi terhadap hipoksia. Namun
perubahan seperti pneumotoraks aspirasi,
hipoksia yang terjadi secara mendadak dan tubuh tidak mempunyai waktu untuk
beradaptasi, sehinggga bisa menimbulkan kematian.
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan diawali dengan mengumpulkan data
tentang biografi, yang mencakup nama, usia, jenis kelamin, dan situasi
kehidupan klien. Data demografi biasanya dicatat pada formulir pengkajian yang
ada rumah sakit atau klinik. Perhatikan usia biologik klien dan bandingkan dengan
penampilannya.Apakah klien tampak sesuai dengan usianya, kelainan seperti
kanker paru, dan penyakit paru kronis, klien tampak lebih tua dari usianya. Riwayat
pernafasan mengandung informasi tentang kondisi klien saat ini dan masalah –
masalah pernafasan sebelumnya. Wawancarai klien dan keluarga dan fokus kan pada
manifestasi klinik tentang keluhan utama, peristiwa yang mengarah pada kondisi
saat ini , riwayat kesehatan terdahulu, riwayat keluarga, riwayat psikososial.
Berikan pertanyaan dengan sederhana , menggunakan kalimat pendek yang mudah
dipahami. Bilamana diperlukan ulangi pertanyaan untuk memperjelas pertanyaan
yang sudah dimengerti . Kumpulkan riwayat pernafasan yang lengkap sesuai denga
kondisi klien.
Gejala saat ini
Keluhan saat ini
Keluhan utama
Keluhan utama dikumpulkan untuk menetapkan prioritas
intervensi keperawatan dan untuk mengkaji pemahaman klien tentang kondisi
kesehatannya saat ini . Keluhan umum penyakit pernafasan mencakup dipsnea
, batuk, pembentukan sputum, hemoptisis, mengi dan nyeri dada. Fokuskan pada
manifestasi dan prioritaskan pertanyaan untuk mendapatkan suatu analisis
gejala.
Dispnea
Dispnea adalah kesulitan bernafas dan merupakan
persepsif subjektif kesulitan bernafas, yan mencakup komponen fisisologis dan
kognitif. Dipsnea sering menjadi salah satu manifestasi klinis dialami klien
dengan gangguan pulmonal dan jantung. Dipsnea yang berkaitan dengan penyakit
pernafasan terjadi akibat perubahan patologi yang menyebabkan tekanan pada
jalan nafas. Penurunan kompliens paru, dan perubahan sistim vaskuler pulmonal
atau melemahnya otot pernafasan. Bedakan dipsnea dengan gejala lain seperti
takipnea yaitu frekwensi pernfasan lebih dari normal yang mungkin terjadi
dengan dipsnea atau tanpa dipsnea. Hyperventilasi mengacu pada ventilasi yang
lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan eliminasi normal
karbondioksida hiperventilasi diidentifikasi dengan mengamati tekanan parsial
karbondiosida, arteri, Pa CO2 yang kurang dari 40 mmhg,
Klien dengan keluhan dipsnea sebagai gejala utama
biasanya mempunyai salah satu dari kondisi: penyakit kardiovaskuler, emboli
pulmonal, penyakit paru intertitial, gangguan pada dinding, otot dada, penyakit
paru obstruktif atau ansietas.
Batuk
Batuk adalah reflek protektif yang disebabakan
oleh iritasi pada percabangan trakeobronkial. Kemamapuan batuk merupakan
mekanisme penting dalam membersihkan jalan nafas bagian bawah. Dan pada orang
dewasa batuk pada pagi hari untuk membrsihkan trakea dan faring dari sekresi
yang telah menumpuk selama tidur. Batuk juga merupakan gejala umum dari
penyakit gangguan sistim pernafasan
Pada penderita penyakit kronis sulit mengetahui
awitan terjadinya batuk. Klien biasanya tidak menyadari kapan batuknya timbul .
Identifikasi dengan klien kapan batuknya timbul dan penyebabnya .Hal –hal yang
perlu dikaji adalah aktifitas, posisi tubuh, iritan, dilingkungan ( rumah /
tempat kerja ), vokalisasi ( bicara normal, berteriak, bernyanyi, atau
berbisisk ) cuaca, ansietas, infeksi.
Stimulasi yang khas yang menyebabkan batuk adalah
mekanik, kimiawi, inflamasi. Menghirup asap, debu, atau benda asing merupakan
penyebab batuk yang paling umum. Batuk dapat di desripsikan berdasarkan waktu (
berdasarkan kwalitas ( produktif nonproduktif , kering basah , batuk keras
menggogong , serak, batuk pendek ).
Informasi tentang obat – obat atau tindakkan apa
yang telah dilakukan klien untuk mengatasi batuknya ( mis antitusif, kodein,
inhaler ,istirahat, berdiri ) penting untuk didapatkan.
Pembentukan Sputum
Sputum secara spontan dikeluarkan keatas menuju
faring oleh silia paru. Sputum terdiri
atas lendir, debris selular , mikroorganisme ,darah, pus, dari paru dikeluarkan
dengan membatukkan atau membersihkan tenggorokkan.
Pembentukan sputum yang disetai batuk merupakan
hal yang tidak normal. Tanyakan klien tentang warna sputum, ( jernih, kuning, hijau,
kemerahan, atau mengandung darah, bau, kwalitas, ( berair,berserabut, berbusa,
kental ). kwantitas (sendok teh, sendok
makan, cangkir )Warna dari sputum merupakan gambaran klinis penting ,sputum
yang bewarna kuning menandakkan adanya infeksi, sputum bewarana hijau
mengambarkan adanya pus yang tergenang, yang umumnya ditemukan pada klien
dengan bronkiektasi.Karakteristik dan konsistensi sputum penting juga untuk
dicatat.
Hemoptisis
Hemoptisis adalah batuk darah atau sputum
bercampur darah. Sumber perdarahan dapat berasal dari saluran nafas bagian atas
ataupun bawah dan bisa juga berasal dari parenkim paru. Penyebab pulmonal dari
hemoptisis adalah bronkitis, bronkiektasi, tuberkulosa pulmonal, fibrosis
kistik, granuloma nekrotik jalan nafas bagian atas, embolisme pulmonal,
pneumonia, kanker paru, abses paru. Abnormalitas kardiovaskuler, anti koogulan,
obat-obatan imunosupresif dapat menyebabkan perdarahan parenkim paru.
Klien biasanya menganggap hemoptisis sebagai
kelainan paru yang serius dan sering akan tampak gelisah dan takut. Lakukan
pengkajian tentang awitan durasi, jumlah dan warna, ( misalnya merah terang,
berbusa ). Kenali perbedaan hemoptisis dengan hematemisis. Pada hemoptisis
biasanya darah yang keluar berbusa ph basa sementara pada hematemisis darah
yang dikeluarkan tidak berbusa dan asam ( Scanlon,1995 )
Mengi
Bunyi mengi dihasilkan ketika udara mengalir melalui
jalan nafas yang sebagian tersumbat
atau menyempit pada saat inpirasi atau ekspirasi. Mengi terdengar hanya
menggunakan stateskop. Klien mungkin tidak mengeluh tentang mengi tapi mengeluh
tentang nafas yang sesak atau tidak nyaman pada dada. Minta klien untuk
mengidentifikasi kapan mengi terasa dan apakah hilang dengan sendirinya atau
dengan menggunkan obat- obatan seperti bronkodilator. Mengi dapat disebabkan
oleh oedem pada mukosa, sekresi dalam jalan nafas, kolaps jalan nafas akibat
kehilangan elastisitas jaringan dan benda asing sebagian tumor yang menyumbat
aliran udara.
Nyeri dada
Nyeri dada mungkin disebabkan oleh gangguan
pulmonal, jantung. Lakukan analisis yang lengkap dari nyeri dada. Nyeri dada
yang bersumber dari pulmonal dapat berasal dari dinding dada , pleural
parietalis, pleural viseral, parenkim paru
Informasi tentang lokasi, durasi, intensitas
nyeri, penting untuk dikumpulkan dan memberi petunjuk untuk penyebab dari nyeri
dada. Batuk dan pleuritis dapat menyebabkan nyeri dada, nyeri dada yang
pleuritik biasanya bersifat tajam, menusuk dan sifatnya mendadak, tetapi dapat
juga bertahap . Nyeri dada yang disebabkan oleh inflmasi biasanya terlokalisasi
dengan baik dan meningkat bila adanya gerakan dinding dada seperti batuk,
bersin dan nafas dalam.
Pasien yang mengalami nyeri dada akan mempunyai
pola pernafasan yang cepat dan dangkal, takut melakukan gerakan.Tindakan menekan
pada bagian yang nyeri biasanya bermanfaat. Nyeri retrosternal ( di belakang
sternum ) biasanya rasa terbakar , konstan, sakit. Nyeri juga dapat berasal
dari tulang dan kartilago thoraks.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu memberi informasi
mengenai klien dan keluarganya . Kaji klien terhadap kondisi klinis seperti
batuk ,dipsnea, pembentukan sputum dan mengi, karena kondisi ini memberi
petunjuk tentang masalah baru. Selain mengumpulkan data tentang masa kanak
kanak dan imunisasi , tanyakan kepada klien tentang kejadian tbc, influensa,
asma, pneumonia dan frekwensi infeksi nafas atas setelah infeksi saluran nafas
bawah , kaji faktor – fakator pada waktu bayi yang mempengaruhi seperti fibrosis kistik, kelahiran prematur, masalah
ini berkaitan dengan kelainan penyakit pulmonal obstruktif, restriktif.Tanyakan
kepada klien apakah pernah dirawat di rumah sakit, tanyakan kapan waktu
terjadi, dan tindakan medis yang didapat kapan waktunya .Dapatkan informasi
tentang cidera mulut hidung, tenggorok atau dada sebelumnya ( seperti trauma
tumpul, fraktur iga, trauma thoraks ). Dan informasi penting tentang
obat-obatan bebas yang pernah dikonsumsi.
Tanyakan kepada klien tentang riwayat keluarga
apakah pernah menderita penyakit pernafasan seperti asma, fibrosis kistik, tbc,
kanker, alergi dan PPOK, Sebutkan kapan keluarga meninggal yang disebabkan oleh
kelainan pulmonal. Tperti pembedahan, penggunaan ventilator dan perawatan
inhalasi atau pemberian oksigen.Tanyakan
juga pemeriksaan diagnotik yang
pernah dilakukan seperti rongent dan anyakan kepada klien apakah ada anggota
keluarga yang merokok, karena perokok pasif
sering mengalami gangguan pernafasan yang lebih buruk.
Riwayat Psikososial
Dapatkan informasi tentang aspek – aspek
psikososial klien yang mencakup pekerjaan , letak georafis, kebiasan olah raga,
nutrisi. Identifikasi semua agent lingkungan yang memungkinkan mempngaruhi
klien, lingkungan kerja dan dan kebiasaan.
Tanyakan tentang kondisi kehidupan klien , jumlah
yang tinggal satu rumah, kaji terhadap bahaya kondisi lingkungan yang sumpek,
serta sirkulasi yang buruk. Kumpulkan riwayat merokok sudah berapa lama, dan
berapa jumlah rokok yang dikonsumsi, tanyakan juga tentang penggunaaan alkohol,
Gerakan siliaris paru diperlambat oleh alkohol sehingga akan mengurangi klirens
lendir, dari paru paru. Tanyakan apakah toleransi aktifitas klien menurun atau
stabil , minta klien untuk mengambarkan cara berjalan, pekerjaan rumah yang
ringan yang dapat ditoleransi oleh klien atau sebaliknya. Mempertahan diet yang
bergizi untuk klien dengan penyakit pernafasan yang kronis.Penyakit kronis
mengakibatkann penurunan kapasitas paru
sehingga paru bekerja lebih berat. Penambahan beban kerja membutukan kalori dan
gizi yang tinggi dan bila tidak terpenuhi akan menyebakan penurunan berat
badan. Klien menjadi anoreksia sekunder akibat medikasi dan keletihan. Kaji
masukan gizi selama 24 jam terakhir, minta klien untuk mengingat pola masukan
nutrisi selama satu minggu terakhir.
Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilakukan setelah pengumpulan
riwayat kesahatan, Gunakan tehnik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
Keberhasilan pemeriksaan mengharuskan perawat menguasai landmarks toraks
posterior , lateral, anterior. Gunakan lanmarks ini untuk mengetahui letak
organ dibawah toraks, terutama lobus
paru, jantung dan pembuluh darah besar. Bandingakn sisi yang satu dengan
yang lainnya. Palpasi, perkusi, auskultasi dilakukan dari depan kebelakang atau
dari sisi toraks ke sisi toraks yang lain, sehingga didapatkan hasil yang
kontinu dengan menjadikan bagian sisi yang lain sebagai perbandingan. Kondisi
dan warna kulit diperhatikan selama pemeriksaan ( pucat, biru, merah ). Kaji
tingkat kesadaran klien dan orientasikan klien selama pemeriksaan klien untuk
menentukan kecukupan pertukaran gas.
INSPEKSI
Perhatikan manifestasi distress pernafasan saat
ini posisi yang nyaman , takipnea,
mengap- mengap, sianosis mulut terbuka, pernafasan cuping hidung, dipsnea,
warna kulit dan bibir, pengguanaan otot-otot bantu pernafasan. Perhatikan rasio
inspirasi – ekspirasi, karena lamanya ekspirasi normal 2 kali dibandingkan
dengan inspirasi normal. Amati pola bicara berapa banyak kata yang diucapakan
sebelum mengambil nafas berikutnya klien yang sesak nafas mungkin hanya mampu mengucapkan
kalimat dua atau tiga kalimat sebelum mengambil nafas.
Kunci dari setiap teknik pemeriksaan adalah
dilakukan secara sistimatis mulai dari kepala sampai kaki. Perhatikan
pengembangan cuping hidung, pada waktu bernafas bibir dimonyong- monyongkan, atau sianosis membran
mukosa. catat adanya penggunaan otot aksesori pernafasan seperti fleksi
sternokledoimastoid. Amati penampilan klien seperti pola pernafasan,
konfigurasi toraks, Dengan mengamati penampilan klien secara umum frekwensi, dan pola nafas, adanya karakter
pembentukan sputum dan batuk
.
PALPASI
Palpasi dilakukan dengan menggunakan tangan untuk
meraba struktur diatas atau dibawah permukaaan tubuh. Dada dipalpasi untuk
mengevaluasi kulit dan dinding dada Palpasi dada dan medula spinalis adalah
teknik skerening umum untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas seperti
inflamasi. Perlahan letakan ibu jari tangan yang akan mempalpasi pada satu sisi
trakea dan jari-jari lainya pada sisi sebelahnya, Gerakan trakea dengan lembut
pada kesisi lainnya sepenjang trakea
untuk mendapatkan krepitus, atau deviasi trakea, trakea akan mudah digerakan
dan akan kembali pada posisnya , massa dada , guiter, cedera dada akut dapat
merubah posisi trakea. Palpasi dinding dada dengan menggunakan bagian tumit
atau ulnar tangan anda, abnormalitas yang ditemukan selama inspeksi lebih
lanjut diselidiki dengan palpasi.
Palpasi diiringi dengan inspeksi efektif untuk mengkaji apakah gerakan , ekskursi
toraks selama inspirasi dan ekspirasi, amplitudo simetris atau sama. Selama
palpasi kaji adanya krepitus, defek atau nyeri tekan pada dinding dada, tonus
otot, edema, taktil fremitus, vibrasi gerakan udara melalui dinding dada ketika
klien berbicara.
Untuk mengevaluasi ekskursi torak klien diminta
untuk duduk tegak, tangan pemeriksa diletaka n pada didnding dada klien
posterior pada bagian punggung. Ibu jari tangan pemeriksa salaing berhadapan
satu sam lain pada kedua sisi tulang belakang, dan jari- jari menghadap keatas
seperti kupu kupu . Saat klien menarik nafas tangan pemeriksa bergerak keatas
dan keluar secara simetris. Adanya gerakan asimetrik dapat menunjukan proses
penyakit pada region tersebut.
Palpasi dinding dada posterior saat klien
mengucapkan tujuh puluh tuju yang menghasilan vibrasi yang relatif keras.
Vibrasi di tranmisikan dari laring melallui jalan nafas dan dapat dipalpasi
pada dinding dada. Intensitas vibrasi dibandingkan dengan terhadap
kesimetrisannya. Vibrasi terkuat teraba diatas area yang terdapat konsilidasi
paru, misalnya pada pneumonia, .Penurunan fremitus biasanya berkaitan dengan
abnormalitas yang menggerakan paru lebih jauh dari dinding dada seperti pleural
efusi dan pneumotoraks
PERKUSI
Perkusi adalah tehnik yang menghasilkan bunyi
dengan mengetuk dinding dada dengan tangan. Pengetukan dinding dada antaa iga
akan menghasilkan berbagai bunyi yang sesuai dengan sifat akustiknya resonan
hiperresonan, pekak, datar, timpani. Bunyi resonan terdengar diatas paru yang
normal, bunyi hiperresonans terdengar dengan adanya peningkatan udara dirongga
paru, spasium pleural. Bunyi ini akan ditemukan pada empisema pneumotoraks.
Bunyi pekak atas jaringan paru yang padat seperti pada tumor dan konsilidasi,
bunyi ini biasanya terdengar pada jantung dan hepar. Bunyi datar akan terdengar
pada jaringan yang tidak mengandung udara. Bunyi timpani biasanya terdengar
diatas lambung, usus besar. Perkusi dimulai pada apeks dan diteruskan sampai
dasar beralih kearah posterior lateral, dan kemudian kearah anterior. Dada
posterior akan lebih baik diperkusi pada posisi klien tegak dan tangan
disilangkan didepan dada untuk memisahkan skapula.
Perkusi juga dilakukan untuk mengkaji ekskursi
difragma . minta klien untuk menghirup napas dalam dan menahannya ketika
memperkusi kearah bawah bidang posterior dan dengarkan bunyi perkusi yang
berubah dari resonan ke pekak. Tandai area ini dengan pena.Proses ini di ulang
setelah klien menghembuskan nafas., tandai lagi area ini. Kaji kedua sisi kanan
dan kiri . Jarak antara dua tanda seharusnya 3 smapai 6 cm .Jarak lebih pendek
ditemukan pada wanita dan lebih panjang pada pria, tanda pada sebelah kiri akan
sedikit lebih tinggi karena adanay hepar . Klien dengan kenaikan difragma yang
berhubungan dengan proses patologis mempunyai penurunan ekskursi diafragma.
Jika klien mempunyai penyakit pada lobus bawah misalnya konsolidsi atau cairan
pleural, akan terdengar bunyi perkusi pekak. Bila ditemukan abnormalitas lain
perlu dilakukan pemeriksan diagnostik menyeluruh.
AUSKULTASI
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dengan
stateskop . Dengan mendengarkan paru paru ketika klien benafas melalui mulut, pemeriksa
mampu mengkaji bunyi nafas, bunyi tambahan dan karakter suara yang diucapkan
atau dibisikan.Dengarkan semua lapangan paru dan dengarkan pada keadaan tanpa
pakaian. Jangan dengarkan bunyi paru klien pada waktu berpakaian, selimut, gaun
atau kaus. Karena yang terdengar adalah bunyi gerakan pakaian dibawah
stateskop. Status patensi jalan nafas dapat dikaji dengan mengauskultasi suara
yang di transmisikan melalui dinding dada. Untuk dapat mendengarkan bunyi nafas
diseluruh lapang paru perawat harus meminta klien untuk bernafas lambat, sedang
sampai nafas dalam Bunyi nafas dikaji selam inspirasi dan ekspirasi. Lama masa
inspirasi dan ekspirasi , puncaknya dikaji . Umumnya bunyi nafas tidak
terdengar pada lobus kiri atas. Intensitas dan karakter bunyi nafas mendekati
simetris bila dibandingkan pada kedua paru. Bunyi nafas normal disebut sebagai
vesikuler, bronkial dan bronkovesikuler
Perubahan dalam bunyi nafas yang mungkin
mengambarkan keadaan patologis termasuk penurunan atau tidak terdengar bunyi
nafas. Peningkatan bunyi nafas dan bunyi nafas yang saling mendahului atau yang
dikenal dengan bunyi adventiosa . Peningkatan bunyi nafas akan terdengar pada
kondisi atelektasis dan pneumonia yang
meningkatkan densitas jarigan paru.
Penurunan atau tidak terdengar terjadi bila transmisi gelombang bunyi jaringan paru atau dinding dada
berkurang.
Kondisi yang menurunkan transmisi bunyi termasuk
hiperinflasi paru, terdapatnya udara atau cairan dalam ronggga pleural , nafas
lambat, peningkatan ketebalan dinding dada. Bunyi nafas tambahan dapat
disebabkan oleh berbagai kondisi patologis yang menyebabkan berlebihan lendir
dan cairan, inflamasi jaringan, spasme bronkus atau obstruksi jalan nafas.
Temuan Pada Pemeriksaan Inspeksi Paru
INSPEKSI
|
NORMAL
|
ABNORMAL
|
Penampilan umum
Trakea
Frekuensi
Pola Penafasan
Konfigurasi toraks
|
Pernafasan tenang duduk/ bangun bersandar tanpa
kesulitan
Kulit tampak kering
Bidang kuku merah muda
Membran mukosa merah muda dan lembab
Sianosis dan pucat dikaji dengan menetapkan nnilai
dasar sebelumnya
Bagian tengah leher
12 sampai 22 kali
Upaya inspirasi menimal, pasif ekspirasi tenang
Pria : pernafasan diafragma
Wanita : Penafasan toraks
Tampak simetris
|
Bibir monyong ketika menghirup nafas .Tampak
gelisah
Condong kedepan dengan tangan atau siku diatas
lutut
Kulit berkeringat, sedikit pucat agak kemerahan
Sianosis : kulit tampak kebiruan
Sianosis sentral akibat penurunan oksigen darah
Sianosis periper akibat vasokonstriksi setempat
atau penurunan curah jantung
Kuku tabuh : pembesaran falang terminal, tanpa
nyeri yang bekaitan dengan hipoksia jarigan
Deviasi trakea pergesren tempat baik lateral,
anterior dan posterior
Distensi vena jugolaris
Batuk kuat atau lemah, kering atau basah,
produktif, non produktif
Pembentukan sputum : jumlah warna, bau
konsistensi
Takipnea, frekkuensi > dari 22 kali / menit
Bradipnea frekuensi < dari 10 kali /menit
Hipernea : Peningkatan kedalaman pernafasan
Pernafasan dengan otot aksesoris
Apnea : tidak ada pernafasan total
Biot : irama teratur dengan periode apnea
Cheyenes stokes : nafas dalam dan dangkal
bersiklus diikuti dengan periode apnea
Kusmaul : Pernafasan cepat dalam danteratur
Paradok : bagian dinding dada bergerak kedalam
selama inhalasi dan keluar selama ekshlasi
Stridor : Bunyi yang terdengar keras dan jelas
tidak nyaring selama inhalasi dan ekshalasi
Ekspansi dada tidak sa ma
Perkembangan muskulo asimetris
|
Temuan Pada Pemeriksaan Inpeksi Paru
INSPEKSI
|
NORMAL
|
ABNORMAL
|
Konfigurasi toraks
|
Diameter antero posterior ( AP ) lebih kecil
dari diameter tranversal
Tulang belakang lurus
Skapula pada bidang horizontal yang sama
|
Dada tong : Diameter AP lebih besar dari
tranversal
Kifosis : fleksi ekstensif tulang belakang
Skoliosis : peningkatan lengkung lateral
Letak skapula asimetris
|
Temuan Pada Pemeriksaan Palpasi Paru
PALPASI
|
NORMAL
|
ABNORMAL
|
Kulit dan dinding dada
Fremitus
Espkspansi dada lateral
|
Kulit tidak nyeri tekan hangat dan kerig
Tulang iga dan belakang tak nyeri tekan
Simetris vibrasi ringan teraba pada dinding dada
selama bersuara
Ekspansi simetris 3- 8 cm
|
Kulit lembab atau terlalu kering
Krepitus berbunyi tajam ketika kulit dipalpasi
yang disebabkan oleh kebocoran udara dari paru paru ke jaringan subkutan
Nyeri tekan setempat
Peningatan fremitus akaiabt vibrasi melalui
media padat, seperti pada tumor paru
Penurunan fremitus akibat vibrasi melalui
peningkatan ruang dalam dada pada pneumotoraks atau obesitas
Fremitus asimetris merupakan hal yang tidak
normal
Ekpansi kurang dari 3 cm nyeri atau asimetris
|
Temuan Pada Perkusi Paru
PERKUSI
|
NORMAL
|
ABNORMAL
|
Bidang Paru
Gerakan dan posisi diafragma
|
Bunyi resonan tingkat kenyaringan rendah
mengaung, mudah terdengar, kualitas sama pada kedua sisi
Letak diafragma pada vetebra toraks ke 10
Setiap hemidiafragma bergerak 3 – 6 cm
|
Hiperresonan akan terdengar pada pengumpulan
udara atau pneumotoraks
Pekak atau datar : terjadi akibat penurunan
udara didalam paru ( tumor/ cairan ) . penurunan atau tanpa tanpa gerakan
pada kedua hemodifragma
Posisi tinggi : distensi lambung atau kerusakan
saraf frenikus . penurunan atau tanpa tanpa gerakan pada
kedua hemodifragma
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : Penurunan ekspansi paru, adanya sekresi paru, pemasukan oksigen yang tidak adekuat
- Ketidakefektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan : gangguan batuk, nyeri insisi, penurunan tingkat kesadaran
- Ketidakefetifan pola nafas berhubungan dengan : imobilisasi, depresi ventilasi, penggunaan narkotik, kerusakan neuromuskuler, obstruksi jalan nafas
- Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan :irama jantung yang tidak teratur, denyut jantung yang cepat
- Resiko infeksi yang behubungan dengan : sekresi paru yang statis
- Intoleransi aktfitas yang behubungan dengan : kelemahan, asupan nutrisi yang tidak adekuat, keletihan.
PERENCANAAN
Klien yang mengalami kerusakan oksigenisasi membutuhkan rencana asuhan keperawatan yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan oksigenisasi aktual dan pontensial klien. Perawat
mengidentifikasi hasil akhir khusus dari asuhan yang diberikan. Rencana
tersebut meliputi satu atau lebih sasaran yang berpusat pada klien berikut
1. Klien mempertahan kepatenan jalan nafas
2. Klien mempertahankan dan mempertahankan
dan meningkan ekspansi paru
3. Klien mampu mengeluarkan eksresi paru
4. Klien mencapai peningkatan toleransi
aktivitas
5. Oksigenisasi jaringan dipertahankan atau
ditingkatkan
6. Fungsi kardiopulmonar klien diperbaiki dan
dipertahankan
IMPLEMENTASI
Intervensi keperawatan untuk meningkatkan dan
memepertahankan oksigenisasi tercakup dalam domain keperawatan pemberian dan
pemantauan intervensi dan program yang terapeutik. Hal ini meliputi tindakan
keperawatan mandiri seperti perilaku peningkatan kesehatan dan pencegahan ,
pengaturan posisi, tehnik batuk, dan intervensi kalaborasi seperti terapi
oksigen , tehnik inflasi paru, hidrasi , fisioterapi dada, dan obat – obatan.
Contoh: Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Gangguan
Pertukaran Gas
TUJUAN
|
KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Gangguan pertukaran gas
|
-
Adannya
perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat
-
GDA
dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan
|
-
Kaji
frekwensi kedalam pernafasan ,Catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir,
ketidak mampuan bicara
-
Tingikan
kepala tempat tidur, bantu klien memilih posisi yang nyaman untuk bernapas
dalam, perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan.
-
Dorong
mengeluarkan seputum, pengisapan lendir.
-
Auskultasi
bunyi napas,catat area penurun aliran udara dan bunyi tambahan.
-
Palpasi
permitus.
-
Awasi
tingkat kesadaran/setatus mental selidiki perubahan.
-
Evaluasi
tingkat toleransi aktifitas, berikan lingkungan tenang, batasi aktifitas
dorong untuk istirahat dan tidur, mungkinkan pasien aktifitas secara bertahap
sesuaikan tingkattoleransi
klien.
-
Awasi
tanda vital dan irama jantung
-
Awasi
dan gambarkan GDA
-
Berikan
oksigen tambahan yang sesuai dengan hasil GDA
-
Berikan
penekan SSP misalnya anti ansietas, sedatif, narkotik, dengan hati-hati.
-
Bantu
intubasi. pertahankan ventilasi mekanik
dan pindahkan ke ICU
|
-
Berguna
dalam evaluasi derajat stress pernafasan , kronisnya proses penyakit
-
Pengiriman
oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk
menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea dan kerja nafas
-
Sianosis
mungkin perifer terlihat pada kuku atau sentral mengidentifikasi beratnya hipoksemia
-
Kental,
tebal, dan banyaknya asekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas
jalan napas kecil.
-
Bunyi
napas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi,
adanya mengi mengedintifikasikan sepasme bronkus /teratahanya sekret, krekels
basah menyebar menunjukan cairan keintersetiel
-
Penurunan
getaran fibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak.
-
Gelisah
dan ansietas adalah manifestasi umum dari hipoksia, GDA memburuk disertai
bingung/samnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan
hipoksemia.
-
Selama
distrespernapasan berat, pasien secara total tidak mampu melaksanakan
aktifitas sehari-hari.
-
Tackhikardi,
disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukan efek hipoksemia.
-
PaCO2
biasanya meningkat ( bronkitis dan
empisema, PaO2 secara umum menurun, sehingga hipoksemia terjadi dengan
derajat lebih kecil atau lebih besar.
-
Dapat
memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia.
-
Digunakan
untuk mengontrol ansietas atau gelisah yang meningkatkan konsumsi
oksigen.eksaserbasi dispneu
-
Terjadinya/
kegagalan napas yang akan datang memerlukan upaya tindakan penyelamatan
hidup.
|
Referensi
Patricia A. Potter, Fundamentals of Nursing four
edition,1993 mosbi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar