Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

DOKUMENTASI PERENCANAAN


 Pengertian

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulakan rencana dokumentasi (Iyer, Taptich & Bernocchi-Losey, 1996).

Secara tradisional, rencana keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi atau rencana keperawatan diartikan sebagai metode komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada klien.

2.2. Tujuan Perencanaan

Tujuan rencana tindakan keperawatan dapat terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :
  1. Tujuan Administratif
·         Untuk mengidentifikasi focus keperawatan kepada klien atau kelompok.
·         Untuk membedakan tanggungjawab perawat dengan propesi kesehatan lainnya.
·         Untuk menyediakan suatu criteria guna pengulangan dan evaluasi keperawatan.
·         Untuk menyediakan criteria klasifikasi klien.


  1. Tujuan Klinik
·         Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan.
·         Mengkomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang diobservasi, dan apa yang dilaksanakan.
·         Menyediakan criteria hasil ( outcomes ) sebagai pengulangan dan evaluasi keperawatan.
·         Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan.

2.3 Alasan Pentingnya Pencatatan Rencana Perawatan ( Renpra )
·         Karena berisi informasi/data penting dan jelas
·         Masalah klien dapat diidentifikasi dengan jelas
·         Dapat digunakan sebagai pedoman intervensi keperawatan
·         Sebagai alant komunikasi antar perawat, tim kesehatan dank lien
·         Memudahkan proses keperawatan yang berkelanjutan dalam intervensi dan evaluasi secara konsisten
·         Sebagai dokumentasi khusus untuk keinginan dan hasil yang diharapkan klien/pasien

2.4 Tujuan Pencatatan Rencana Perawatan (Renpra)
·         Mempunyai tujuan keperawatan secara langsung untuk koordinasi keperawatan
·         Bermanfaat untuk mempelajari dan mengevaluasi hasil keperawatan yang lain
·         Alat komunikasi tentang keaadaan pasien atau klien
·         Sebagai refleksi dan standar keperawatan sebagai dasar untuk memperhitungkan rencana penggunaan unit “ cost “ dalam pelayanan keperawatan.
·         Salah satu komponen dalan management keperawatan yaitu perencanaan tenaga perawat dan perawatan pasien atau klien.

2.5 Tipe-Tipe Perencanaan Keperawatan
  1. Desain renpra secara “tradisional” : yaitu renpra yang ditulis dan dikembangkan oleh perawat dan ditujukkan terutama pada pasien-pasien khusus
  2. Desain renpra yang “standar“ : yaitu renpra yang ditulis dan dikembangkan oleh komite keperawatan dan digunakan pada pasien umum digunakan untuk terapi dan keperawatan

2.6 Kelebihan Rencana Perawatan (Renpra) Yang Standar
  • Lebih luas dari renpra tradisional
  • Standar renpra didasarkan pada diagnosis keperawatan, diagnosis medis dan prosedur tindakan ( digunakan dalam praktek keperawatan )

2.7 Macam-Macam Standar Rencana Perawatan  (Renpra)

1. renpra yang berdasarkan diagnosis medis dan prosedur
mis : kateterisasi jantung, MCl
perawat dapat merumuskan diagnosis perawatan berdasarkan respon pasien/klien  tehadap keadaan tersebut dan komplikasinya intervensi medis dan keperawatan dicatat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan.

Keuntungan :
  • sering digunakan satu renpra untuk semua kebutuhan pasien/klien
  • mudah memasukkan data yang baru
  • sebagai bahan pertimbangan perawat/dokter untuk mengobservasi masalah-masalah resiko yang dicatat dalam lembar observasi
  • menyatukan intervensi medis dan keperawatan dalam satu renpra

Kerugian :
  • perumusan renpra berdasarkan diagnosis medis
  • ada kemungkinan informasi yang ditulis tidak tepat/relevan dengan kondisi klien
  • perumusan renpra tidak berdasarkan prioritas masalah

2. Renpra berdasarkan diagnosis keperawatan
Renpra disusun apabila diagnosis keperawatan telah dirumuskan dengan tepat beserta factor – factor penunjangnya(E dan S)

Mis: devisit volume cair b.d, munta yang berlebihan, di tandai dengan turgor kulit kurang, mata cekung, bibir kering

Perawat merumuskan renpra berasarkan pada standar praktek keperawatan, kebijakan RS, prosedur dan kelengkapan peralatan, dsb. ( sesua dengan kemampuan professional baik pengetahuan sikap dan keterampilan)

Renpra di awali dengan merumuskan tujuan yang tepat, dapat di capai sesuai sasaran dan aktivitas keperawatan.
Keuntungan:
1.      renpra yang relevan di catat sesuai diagnosis keperawatan
2.      renpra di catat tidak tergantung dengan diagnosis medis
3.      lebih tepat dalam penyelesaian masalah klien/ pasien
Kerugian:
memerlukan banyak rencana untuk masalah –masalah pasien/klien

3. renpra di catat secara komputerisasi
Memberi kesempatan perawat untuk mendokumentasi askep lebih baik/lengkap.perawat dapat memilih masalah-masalah pasien yang relevan dalam daftar masalah dan renpra yang akan disusun.

Keuntungan :
1.      informasi dapat dikumpulkan dalam satu renpra
2.      memudahkan perubahan data dalam status kesehatan pasien
3.      mudah menghapus data yang berlebihan
4.      mudah dibaca
5.      dapat menggabungkan tindakan medis sesuai standar yang telah ditetapkan

Kerugian :
1.       memerlukan keahlian tertentu (komputer)
2.      keterbatasan perawat untuk menentukan intervensi yang telah diprogramkan
3.      mudah untuk memenipulasi data pasien
4.      kegiatan keperawatan tergantung efektifitas pemekaian computer


2.8 Komponen Utama Dalam Pencatatan Rencana Keperawatan (Renpra)
    • diagnosis keperawatan sesuai prioritas
    • tujuan sesuai hasil yang akan dicapai
    • tindakan/intervensi keperawatan


2.9 Pengetahuan dan Keterampilan Dalam Pencatatan Rencana Keperawatan (Renpra)
  • Kemampuan dalam pemecahan masalah
  • Tehnikal
  • Komunikasi
  • Kemampuan dalam pengambilan keputusan
  • Alternatif
  • Fasilisator
  • Standar asuhan keperawatan
  • Kebutuhan dasar manusia
  • Biologis
  • Psikologis
  • Sosial
  • Spiritual

2.10 Petunjuk PencatatanRencana Keperawatan (Renpra)
  1. Sebelum mencatat renpra, kaji ulang semua data penunjang, sumber-sumber data yang memberi informasi diantaranya : data keperawatan pasien baru masuk, keluhan utama pasien, latar belakang sosio-kultural pasien, riwayat terapi dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium rutin, hasil observasi tim kesehatan lain
  2. Mengacu pada diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan
  3. Catat masalah-masalah yang aktual dan risiko lalu prioritaskan. Cek kembali tentang : apakah masalah sudah jelas, singkat dan relevan; masalah menggambarkan data “S” dan “O”; profesi lain mengerti dan membantu dalam menentukan kebutuhan keperawatan; masalah resiko dirumuskan dengan tepat; perumusan .
  4. intervensi keperawatan dicatat secara spesifik, jelas dan dapat diukur (kognitif, afek, psikomotor), W4.H1 : siapa, bagaimana, dimana, kapan dan apa yang harus dikerjakan
  5. instruksi keperawatan dalam bentuk kalimat perintah
  6. bila memungkinkan menetapkan renpra dengan melibatkan klien dan keluarganya
  7. perubahan / revisi renpra dicatat bila adanya data/ perkembangan pasien yang menyimpang dari diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan
  8. sertakan rencana pendidikan  kesehatan yang akan diberikan.

2.11. Langkah-Langkah Perencanaan
Untuk mengevaluasi rencana tindakan keperawatan, maka ada beberapa komponen yang  perlu diperhatikan :

2.11.1. Menentukan Prioritas Masalah.
Dalam menentukan perencanaan perlu menyusun suatu “sistem” untuk menentukan    diagnosa yang akan diambil tindakan pertama kali. Salah satu sistem yang bias digunakan adalah hirarki “kebutuhan manusia”.
Secara realistis perawat tidak dapat mengharapkan dapat menyelesaikan semua diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif yang terjadi kepada sebagian klien sebagai individu, keluarga dan masyarakat. Dengan mengidentifikasi prioritas kelompok diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif, perawat dapat memprioritaskan peralatan yang diperlukan.
Menurut Carpenito (2000) ada perbedaan antara prioritas diagnosa dan diagnosa yang penting.
1. Prioritas diagnosa adalah diagnosa keperawatan jika tidak diatasi saat ini akan berdampak buruk terhadap keaadaan fungsi status kesehatan klien
2. diagnosa yang penting adalah diagnosa keperawatan dimana intervensi dapat ditunda untuk beberapa saat tanpa berdampak terhadap status fungsi kesehatan klien

Ada 2 contoh hirarki yang bisa digunakan untuk menentukan prioritas perencanaan :

1.1              Hirarki “Maslow”
Maslow (1943) menjelaskan kebutuhan manusia ada 5 tahap
1.                  fisiologis
2.                  rasa aman dan nyaman
3.                  social
4.                  harga diri
5.                  aktualisasi diri

1.2              Hirarki “Kalish”
Kalish (1983) lebih jauh menjelaskan kebutuhan Maslow dengan membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk “bertahan dan stimulasi” kalish mengidentifikasi kebutuhan untuk mempertahankan hidup; udara, air, temperature, eliminasi, istirahat, dan menghindari nyeri.

2.11.2.  Menuliskan kriteria hasil (outcomes)
 Tujuan klien dan tujuan keperawatan adalah standar atau ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien atau keterampilan perawat.
 Diagnosa keperawatan mengidentifikasi respon aktual dan resiko yang dipertimbangkan      sebagai suatu masalah bagi klien. Misalnya, diagnosa keperawatan:
1. perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan adanya kesukaran klien untuk mengunyah makanan,menandakan bahwa status nutrisi klien kurang dari optimal. Diagnosa tersebut menandakan bahwa peningkatan nutrisi diperlukan.
 
  Contoh:
Kriteria hasil diagnosa keperawatan di atas
“mengkonsumsi 1800 kalori lembek dan makanan cair tiap 24 jam”.

2.11.3. Pedoman Penulisan Kriteria Hasil (outcomes):
(1) Berfokus pada klien
     S   = Spesifik (Tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda)
     M  = Measurable (Tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku   klien: dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan, dan dibau).
     A  = Achievable (Tujuan harus dapat dicapai)
     R  = Reasonable (Tujuan harus dapat dipertanggungjawabkansecara ilmiah)
     T  = Time (Tujuan keperawatan).

(2) Singkat dan Jelas
Dengan menggunakan kata-kata singkat dan jelas pada criteria hasil, maka akan mempermudahkan perawat untuk mengidentifikasikan tujuan dan rencana tindakan. Oleh karena itu dalam menuliskan criteria hasil perlu membatasi kata-kata “klien akan” pada awal kalimat.

(3) Dapat diobservasi dan diukur
 Outcomes yang dapat diobservasidan diukur meliputi pertanyaan “apa” dan “sejauh mana”. Measurable (dapat diukur) adalah suatu kata kerja yang menjelaskan prilaku klien atau keluarga yang anda harapkan akan terjadi jika tujuan telah tercapai. Menurut Carpenito : kata kerja yang tidak dapat di ukur melalui penglihatan dan suara meliputi; menerima, mengetahui, menghargai, dan memahami. Sedangkan kata kerja yang bisa diukur; menyatakan, melaksanakan, mengidentifikasi, adanya penurunan dalam…., adanya peningkatan pada….., tidak adanya….., mengkhususkan dan memberi tindakan”.

(4) Ada batas waktunya
     Komponen waktu dibagi lagi menjadi 2:
·         Jangka panjang: suatu tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam jangka waktu lama, biasanya lebih dari 1 minggu atau 1 bulan.
·         Jangka pendek: suatu tujuan yang diharapkan biasa tercapai dalam waktu yang singkat, biasanya kurang dari 1 minggu.

(5) Realistis
    Kriteria hasil harus biasa dicapai sesuai dengan sarana dan prasarana yang tersedia, meliputi: biaya, peralatan, fasilitas, tingakt pengetahuan, affek-emosi dan kondisi fisik. Kelebihan dan kekurangan staf perawat harus menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penysunan outcomes.

(6) Ditentukan oleh perawat dan klien
Selama pengkajian, perawat mulai melibatkan klien dalam intervensi. Misalnya pada waktu interview, perawat mempelajari apa yang bisa dikerjakan atau dilihat klien sebagai masalah utama, sehingga muncul diagnosa keperawatan. Kemudian perawat dan klien mendiskusikan  kriteria hasil dan rencana tindakan untuk memvalidasi.

2.11.4.    Manifestasi terhadap respon manusia

 Penulisan criteria hasil mencakup semua respon manusia, yang meliputi;
 (1) Kongnitif (pengetahuan);
 (2) Aafektif (emosi/ perasaan);
 (3) Psikomotor; dan
 (4) Perubahan fungsi tubuh (Keadaan umum dan fungsi tubuh serta gejala).
 Penulisan tersebut sering digunakan istilah KAPP (Kognitif, Affektif, Psikomotor, dan Perubahan fungsi tubuh).
1.            Kognitif ( K : pengetahuan )
Kriteria hasil bias disusun berdasarkan pengulangan informasi yang telah diajarkan kepada klien. Untuk menentukan apakah informasi yang telah disampaikan bisa dimengerti, klien harus ditanya untuk ; menyebutkan, menjelaskan, menyatakn, mendefinisikan, atau menunjukkan pemahamannya terhadap beberapa informasi secara nyata.

Example :
·         Diagnosa keperawatan ( D.K )
Resiko perubahan status kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang diabetes.
·         Kriteria Hasil ( K.H )
Setelah akhir pengajaran pertama, klien mampu mendefinisikan diabetes, menjelaskan hubungannya dengan diet, insulin, dan aktivitas.

2.      Affektif ( A )
Kriteria hasil bisa ditulis dalam bentuk status emosional klien, outcomes tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon klien dan keluarga terhadap stres yang dihadapi. Hal ini bisa berupa penyakit, masalah keluarga atau krisis maturasi. Setelah mengkaji respon emosional, perawat menyusun outcomes untuk mengidentifikasi prilaku klien yang menyenangkan setelah dilaksanakan tindakan keperawatan.
Example :
·         Diagnosa keperawatan: gangguan konsep diri: harga diri berhubungan dengan perubahan  body image (gambaran diri) mastectomy yang kedua.
·         Kriteria hasil: sebelum pulang dari rumah sakit: klien mengungkapkan perasaannya tentang kehilangan payudaranya, ada keinginan yang positif untuk berhubungan dengan staff, pengunjung dan sesama klien.

3.            Psikomotor (P1)
Kriteria hasil yang diharapkan dari segi psikomotor adalah untuk mengindentifikasi  apa yang seharusnya bisa dilaksanakan oleh klien sebagai hasil dari rencana pengajaran.
Contoh :
·         Injeksi insulin
·         Pindah dari kursi roda ke tempat tidur
·         Kateterisasi sendiri atau lainnya
·         Menghitung denyut nadi
·         Melaksanakan CPR dengan menggunakan alat
·         Melakukan tes gula darah dari bahan urin
·         Diagnosa keperawatan berisiko gangguan status kesehatan sampai berkurangnya pengetahuan tentang diabetes.
·         Kriteria hasil setelah pengajaran yang kedua: mendemonstrasikan cara merawat kaki(gangren) secara akurat, tes glukosa urin dan acetone.

  1. Perubahan fungsi tubuh (P2)
Keadaan umum dan fungsi tubuh
Kategori ini meliputi sejumlah manifestasi yang dapat diobservasi.
Contoh :
·         Diagnosa keperawatan : perubahan pola eliminasi alvi berhubungan dengan penurunan peristaltic usus dan perubahan diet
·         Kriteria hasil : dalam waktu 48 jam setelah pembedahan, ada bunyi usus, dapat flatus dan perut lembek
·         Diagnosa keperawatan : resiko perubahan pertukaran oksigen berhubungan dengan nyeri insisi
·         Kriteria hasil : suara paru jelas setiap perubahan, menunjukan adanya pengembangan dada yang simetris selama inspirasi.

2.12.          Rencana Tindakan

Rencana tindakan adalahdesain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil. Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab diagnosa keperawatan. Oleh karena itu rencana mendefinisikan suatu aktifitas yang diperlukan untuk membatasi factor-faktor pendukung terhadap suatu permasalahan.
Menurut Bulecheck dan McCloskey (1989) intervensi keperawatan adlah “suatu tindakan langsung kepada klien yang dilaksanakan oleh perawat”. Tindakan tersebut meliputi tindakan independent keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan, tindakan medis berdasarkan diagnosa medis dan membantu pemenuhan kebutuhan dasar fungsi kesehatan kepada klien yang tidak dapat melakukannya. Definisi tersebut berhubungan dengan semua intrervensi keperawatan dengan diagnosa keperawatan atau masalah kolaboratif.
1.                  Diagnosa keperawatan aktual, intervensi ditujukan untuk :
·                     Mengurangi atau membatasi factor-faktor penyebab dari masalah.
·                     Meningkatkan status kesehatan klien.
·                     Monitor status kesehatan.
2.                  Diagnosa keperawatan resiko tinggi, intervensi ditujukan untuk :
·                     Mengurangi atau membatasi factor resiko.
·                     Mencegah masalah yabg akan timbul.
·                     Memonitor waktu terjadinya.
3.                  Diagnosa keperawatan kemungkinan, intervensi ditujukan pada :
·                     Pengkajian aktifitas untuk menyusun diagnosa keperawatan (dan masalah kolaboratif)
·                     (Memonitor) aktifitas untuk (mengevaluasi status fisiologi tertentu).
·                     Rencana tindakan keperawatan.
·                     Tindakan medis, berhubungan dengan respon dari tindakan medis.
·                     Aktifitas fungsi sehari-hari yang mungkin tidak berpengaruh terhadap diagnosa keperawatan atau medis tetapi telah dilakukan perawat kepada klien yang tidak dapat melaksanakan kebutuhannya.
·                     Aktifitas untuk mengevaluasi dampak dari tindakan keperawatan dan medis.
4.                  Diagnosa keperawatan kolaboratif, intervensi ditujukan pada :
·                     Memonitor perubahan status kesehatan.
·                     Mengelola perubahan status kesehatan terhadap intervensi keperawatan dan medis.
·                     Mengevaluasi respon.
Perbedaan Rencana Tindakan Keperawatan dan Tindakan Medis
Menurut Carpenito (2000), rencana tindakan adalah rencana yang disusun oleh perawat untuk kepentingan tindakan keperawatan bagi perawat yang menulis dan perawat lainnya. Sedangkan rencana tindakan pelimpahan (delegasi) adalah rencana yang disususn oleh dokter untuk dilaksanakan oleh staf perawat. Program atau perintah dokter adalah bukan perintah untuk perawat, tetapi perintah ditujukan kepada klien yang tindakannya dilaksanakan oleh perawat. Kedua intervensi tersebut memerlukan suatu pengambilan keputusan yang independen, karena secara hokum perawat harus menentukan apakah memang sudah sesuai untuk melaksanakan suatu tindakan berdasarkan standar praktik.
Rencana tindakan medis biasanya difokuskan pada kegiatan yang berhubumgan dengan diagnostic dan pengobatan berdasarkan kondisi klien. Tindakan tersebut didelegasikan kepada perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Tindakan medis sering meliputi pengobatan, uji diagnostik, diet, dan pemberian obat.
Rencana tindakan keperawatan ditujukan pada kegiatan yang berhubungan dengan promosi, mempertahankan atau menjaga kesehatan klien. Rencana tindakan tersebut bisa dikategorikan menjadi 3, yaitu : dependen, interdependen, dan independen.

Karateristik Rencana Tindakan Keperawatan
1. Konsisten dengan rencana tindakan.
2. Berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah (rasional).
3. Berdasarkan situasi individu klien.
4. Digunakan untuk menciptakan suatu situasi yang aman dan teraupetik.
5. Menciptakan suatu situasi pengajaran.
6. Menggunakan saran yang sesuai.

Pengembangan/Penyusunan Rencana Tindakan Keperawatan.
Perawat menggunakan metode ilmiah dalm penyusunan rencana tindakan keperawatan, meliputi : mendefinisikan masalah (diagnosa), mengidentifikasi kemungkinan alternatif, dan menyeleksi alternative yang mungkin. Jika diagnosa keperawatan dan kriteria hasil sudah tersususun, maka perlu mengambil keputusan tentang bagaimana mempromosikan, mempertahankan atau meningkatkan kesehatan klien.
  • Hipotesa
Pengertian hipotesa pada tahap ini adalah untuk memprediksi alternative tertentu yang sesuai untuk mencapai kriteria hasil. Tujuan rencana tindakan keperawatan bisa dilihat (1) Apakah telah berhasil pada waktu lalu untuk memecahkan masalah, (2) Apakah sekiranya efektif berdasarkan pengetahuan klien, keterampilan dan sarana. Teknik tersebut memungkinkan perawat mengaplikasikan prinsip-prinsip ilmiah, mengembangkan pendekatan yang kreatif dalam problem solving, dan memudahkan self care.
  • Brainstorming
Brainstorming adalah sekelompok teknik yang digunakan untuk mengumpulkan suatu ide lebih dari satu orang. Hal ini bisa dilaksanakan pada tahap penyusunan perencanaan, pertemuan antar sejawat, atau pertemuan dengan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan brainstorming adalah untuk merangsang kondisi yang kreatif untuk menemukan alternative yang tepat.

Komponen Rencana Tindakan Keperawatan
Untuk menghindari kerancuan dalam rencana tindakan, dan pengulangan kegiatan perawat harus menerapkan komponen berikut ini :
  • Waktu
Semua rencana keperawatan harus diberi waktu untuk mengidentifikasi tanggal dilaksanakan.
  • Menggunakan kata kerja
Semua rencana tindakan harus secara jelas menjabarkan setiap kegiatan. Kata kerja yang mudah digunakan, misalnya ‘ajarkan cara perawatan colostomy’, sehingga perawat dapat : mendemostrasikan tahap pemakaian kantong faces, mengidentifikasi alat dan bahan yang digunakan, memberikan suatu saran dan mendiskusikan dengan klien, dan menanyakan klien untuk mengungkapkan kembali prosedur tindakan.
  • Fokus pada pertanyaan (1H dan 5W)
Spesifik “who, what, where, when, which, and how…”adalah sangat penting untuk membuat rencana tindakan menjadi bermakna. Contoh “lakukan irigasi luka…”
            Oleh karena itu pelaksana perlu mengetahui :
                        - Luka yang mana … mungkin klien mempunyai lebih dari satu luka
                        - Siapa yang akan melakukan irigasi … perawat, klien atau keluarga ?
                        - Kapan dilakukan …. Sebelum pengobatan? Sekali dalam sehari?
                           Setiap saat diganti?
                        - Bagaimana … dengan menuangkan obat cair? Menggunakan jarum?
                           Dengan normal saline, betadi, atau antibiotic solution?
  • Modifikasi pengobatan
Tujuannya adalah untuk membatasi tindakan yang berulang-ulang.
  • Tanda tangan
Komponen akhir pada rencana tindakan adalah tanda tangan. Komponen ini merupakan aspek hokum yang bisa dipertanggungjawabkan. Tanda tangan memungkinkan teman sejawat : (1) Memberikan umpan balik terhadap efektifitas tindakan, (2) Untuk suatu kejelasan, dan (3) Untuk mengkaji rasional dari rencana tindakan (Carnevali,1983).

2.13.   Dokumentasi
       4.1 Definisi
Rencana tindakan keperawatan adalah suatu proses informasi, penerimaan, pengiriman, dan evaluasi pusat rencana yang dilaksanakan oleh seorang perawat professional (Ryan, 1973).

4.2  Tujuan
Rencana tindakan keperawatan ditulis dalam suatu bentuk yang bervariasi guna mempromosikan perawatan, yang meliputi;
1.      Perawatan individu
2.      Perawatan yang continue
3.      Komunikasi
4.      Evaluasi (Bower, 1982)



4.3  Karekteristik
1. Ditulis oleh perawat
   Rencana tindakan keperawatan disusun dan ditulis oleh perawat professional       yang mempunyai dasar pendidikan yang memadai. Klien dan tenaga kesehatan lainnya yang terlibat dalam pelayanan keperawatan harus dilibatkan dalam penyusunan rencana tindakan.
2. Dilaksanakan setelah kontak pertama kali dengan klien
   Rencana tindakan keperawatan paling efektif jika dilaksanakan setelah pertama kali perawat kontak dengan klien. Setelah melakukan pengkajian, perawat harus memulai untuk mendokumentasikan diagnosa aktual atau resiko, kriteria hasil, dan rencana tindakan.
3. Diletakkan ditempat yang strategis ( mudah didapatkan)
   Rencana tindakan keperawatan harus disediakan bagi semua tenaga kesehatan yang terlibat. Hal itu bisa diletakkan pada catatan medis klien, ditempat tidur, atau dikantor perawat.
4. Informasi yang baru
   Semua komponen rencana tindakan keperawatan harus selalu diperbaharui. Diagnosa keperawatan, outcomes dan rencana tindakan yang tidak valid lagi harus direvisi. Dengan pembaharuan rencana tindakan, maka waktu perawat bisa dipergunakan secara efektif.

Tidak ada komentar: