Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

MakalahTumbuh Kembang Anak Usia 14-18 Tahun

Pengertian Remaja
Remaja atau adolescence berasal dari kata Latin adoloscere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.
Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai art iyang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, social, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Paget (1211) dengan mengatakan : “Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak…..Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber….Termasuk juga perubahan intelektual yang mecolok….Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan social orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini”.

Baca Selengkapnya 















2.2. Tahun-tahun Masa Remaja
Masa remaja ini dibagi menjadi dua bagian yaitu awal masa dan akhir masa remaja. Garis pemisah antara awal dan akhir masa remaja terletak kira-kira di sekitar usia tujuh belas tahun; usia saat mana rata-rata setiap remaja memasuki sekolah menengah tingkat atas.  Ketika remaja duduk di kelas terakhir, biasanya orang tua menganggapnya hampir dewasa dan berada di ambang perbatasan untuk memasuki dunia kerja orang dewasa, melanjutkan ke pendidikan tinggi, atau menerima pelatihan kerja tertentu. Status di sekolah juga membuat remaja sadar
akan tanggungjawab yang sebelumnya belum pernah terpikirkan. Kesadaran akan status formal yang baru, baik di rumah maupun di sekolah, mendorong sebagian besar remaja untuk berperilaku lebih matang.
Karena rata-rata laki-laki lebih lambat matang daripada anak perempuan, maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat, meskipun pada usia delapan belas tahun ia sudah dianggap dewasa, seperti halnya anak perempuan. Akibatnya seringkali lak-laki tampak kurang matang usianya dibandingkan dengan perempuan. Namun, dengan adanya status yang lebih matang di rumah dan di sekolah, biasanya laki-laki cepat menyesuaikan diri dan menunjukkan perilaku yang lebih matang, yang sangat berbeda dengan perilaku remaja yang lebih muda.
Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas atau tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang secara hokum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan masa yang sangat singkat
Menurut Dr.Winarno Surachmad, setelah meninjau banyak literature luar negeri, menulis usia lebih kurang antara 12 - 22 tahun adalah masa yang mecakup sebagian terbesar perkembangan adolescence. Sedangkan Kwee Soen Liang SH, membagi masa “puberteit” sebagai berikut:
1. Prae Puberteit
 laki-laki           : 13 - 14 tahun (Fase Negatif)
wanita              : 12 - 13 tahun (Sturmund Drang)
2. Puberteit               
 laki-laki           : 14 - 18 tahun (Merindu)
wanita              : 13 - 18 tahun (Puja)

3. Adolescence           
 laki-laki           : 19 - 23 tahun
wanita              : 18 - 21 tahun
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, kiranya tidaklah tergesa-gesa jika disimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris dari segi psikologis, rentang usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun.sampai 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, maka remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun, dan remaja 21/22 tahun. Sedangkan periode sebelum masa remaja ini disebut sebagai “ambang pintu masa remaja” atau sering disebut sebagai “periode pubertas”, pubertas jelas berbeda dengan masa remaja, meskipun bertumpang tindih dengan masa remaja awal.
2.3.  Ciri-ciri Masa Remaja
·         Masa Remaja Sebagai Periode yang Penting
Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Pada periode remaja, kedua-keduanya sama-sama penting.
Dalam membahas akibat fisik pada masa remaja, Tanner mengatakan (156) : Bagi sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Tak dapat disangkal, selama kehidupan janin dan tahun pertama atau kegua seletah kelahiran, perkembangan berlangsung semakin cepat, dan lingkungan yang baik semakin lebih menentukan, tetapi yang bersangkutan sendiri bukanlah remaja yang memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan dengan kagum, senang dan takut.
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
·         Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan dating. Bila anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak-anak harus “meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan” dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.
Seperti dijelaskan oleh Osterrieth, “Struktur psikis anak remaja berasal dari masa kanak-kanak, dan banyak ciri yang umumnya dianggap sebagai cirri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak” (118).
Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat  keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya (158).
·         Masa remaja sebagai periode perubahan
Ada lima perubahan yang sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, Perubahan tubuh. Ketiga, perubahan minat dan peran. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tempaknya lebih banyak dan lebih  sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. Keempat, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak di anggap penting, sekarang setelah hamper dewasa tidak penting lagi. Kelima, Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggungjawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggungjawab tersebut.
·         Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalah sendiri-sendiri, namum masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu, yaitu pertama, sepanjang masaa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. Karena ketidakmampuan mengatasi masalahnya sendiri menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka. Seperti dijelaskan oleh Anna Freud, “Banyak kegagalan, yang seringkali disertai akibat yang tragis, bukan karena ketidakmampuan individu tetapi karena kenyataan bahwa tuntutan yang diajukan kepadanya justru pada saat semua tenaganya telah dihabiskan untuk mencoba mengatasi masalah pokok yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal” (50)
·         Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Seperti dijelaskan oleh Erikson (42); “Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Apakah ia seorang anak atau seorang dewasa? Apakah nantinya ia dapat menjadi seorang suami atau ayah? ….Apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama atau nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya? Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal?“.
Erikson selanjutnya menjelaskan bagaimana pencarian identitas ini mempengaruhi perilaku remaja (42): “Dalam usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan yang baru, para remaja harus memperjuangkan kembali perjuangan tahun-tahun lalu, meskipun untuk melakukannya mereka harus menunjuk secara artificial orang-orang yang baik hati untuk berperan sebagai musuh; dan mereka selalu siap untuk mnempatkan idola dan ideal mereka sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir. Identifikasi yang sekarang terjadi dalam bentuk identitas ego adalah lebih dari sekedar penjumlahan identifikasi masa kanak-kanak”.
Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu adalah dengan menggunakan symbol status dalam bentuk mobil, pakaian dan pemilikan barang-barang lain yang mudah terlihat. Dengan cara ini, remaja menarik perhatian pada diri sendiri dan agar dipandang sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya.
·         Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
Anggapan Stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggungjawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
·         Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan cirri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati atau kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri (135).
Bila telah mencapai usia dewasa ia merasa bahwa periode remaja lebih bahagia daripada masa dewasanya, bersama dengan tuntutan dan tanggungjawabya, terdapat kecenderungan untuk mengagungkan masa remaja dan kecenderungan untuk merasa bahwa masa bebas yang penuh bahagia telah hilang selamanya (75).
·         Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hamper dewasa. Berpakaian an bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja muai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.
Sementara itu, pendapat lain mengenai ciri-ciri masa remaja atau masa-masa awal dan remaja akhir adalah sebagai berikut:
2.4. Ciri-ciri Remaja Awal
Apabila usia anak sudah mencapai 12 / 13 tahun, maka ia telah mulai menginjak suatu masa kehdupan yang dinamakan masa remaja awal. Usia tersebut adalah usia siswa-siswi atau pelajar setingkat Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP). Berikut ini ciri-ciri masa remaja awal, yang erat kaitannya dengan pembahasan dalam bab ini.


a.   Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi
Granville Stanley Hall menyebut masa in sebagai perasaan yang sangat peka; remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya. Tidak aneh lagi bagi orang yang mengerti kalau melihat sikap dan sifat remaja yang sesekali bergairah dalam bekerja tiba-tiba berganti lesu, kegembiraan yang meledak-ledak bertukar rasa sedih yang sangat, rasa yakin diri berganti rasa ragu diri yang berlebihan. Termasuk dalam cirri ini adalah ketidaktentuan cita-cita. Soal lanjutan pendidikan dan lapangan  kerja tidak dapat direncanakan dan ditentukannya. Lebih-lebih dalam persahabatan dan “cinta”, rasa bersahabat sering bertukar menjadi senang, ketertarikan pada lain jenis suka “loncat-loncatan” atau ” cinta monyet”.
b.   Sikap dan Moral mulai menonjol
Organ-organ seks yang telah matang menyebabkan remaja mendekati lawan seks. Ada dorongan-dorongan seks dan kecenderungan memenuhi dorongan itu, sehingga kadang-kadang dinilai masyarakat tidak sopan. Tambahan pula, ada keberanian dalam pergaulan dan “menyerempet” bahaya.
c.       Kecerdasan dan kemampuan mental mulai sempurna
Menurut Alfred Binet, salah seorang pelopor mental tes berbangsa Perancis, bahwa pada usia 12 tahun, kemampuan anak untuk mengerti informasi abstrak, baru sempurna. Dan kesempurnaan mengambil kesimpulan dan informasi abstrak dimulai pada usia 14 tahun. Akibatnya, remaja awal suka menolak hal-hal yang tidak masuk akal. Penantangan pendapat sering terjadi dengan orang tua, guru,  atau orang dewasa lainnya jika mereka (remaja) mendapat pemaksanaan menrima pendapat tanpa alas an rasional. Tetapi dengan alasan yang masuk akal, remaja juga cenderung mengikuti pemikiran orang dewasa.
d.      Status remaja awal sangat sulit ditentukan.
Status remaja awal tidak saja sulit ditentukan bahkan membingungkan. Perlakuan yang diberikan oleh orang dewasa terhadap remaja awal sering berganti-ganti. Ada keraguan orang dewasa untuk memberi tanggungjawab kepada remaja dengan dalih “mereka masih kanak-kanak”. Tetapi pada lain kesempatan, si remaja awal sering mendapat teguran sebagai “orang yang sudah besar” jika remaja awal bertingkah-laku yang kekanak-kanakan. Akibatnya, si remaja awal mendapat sumber kebingungan dan menambah masalahnya.
e.       Masa remaja awal banyak masalah yang dihadapinya.
Di samping kondisi-kondisi di atas, sebab-sebab lainnya yang menimbulkan remaja bermasalah adalah sifat emosional remaja awal. Kemampuan berpikir  lebih dikuasai oleh emosionalitasnya sehingga kurang ammpu mengadakan consensus atau kesepakatan dengan pendapat orang lain yang bertentangan dengan pendapatnya, sehingga masalah yang timbul adakan pertentangan sosial.
f.       Masa remaja awal adalah masa yang kritis.
Dikatakan kritis sebab dalam masa ini remaja akan dihadapkan dengan soal apakah ia dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya atau tidak.
2.5 Masa Pubertas (Usia 14-18 Tahun)

Istilah Pubertas datang dari kata Puber (yaitu pubescent). Kata lain dari pubescare berarti mendapatkan pubes atau rambut kemaluan yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. Pada masa ini seseorang anak tidak lagi hanya bersifat reaktif, tetapi juga anak mulai aktif mencapai kegiatan dalam rangka menemukan dirinya, serta mencari pedoman hidup, untuk bekal kehidupannya mendatang.
Pada masa ini, anak tidak hanya bersifat reaktif tetapi anak mulai bersifat aktif mencapai kegiatan dalam rangka menemukan jati rinya,serta mencari bekal kehidupannya mendatang. Dia berusaha meraih apa yang diinginkan.
Pada masa ini terdapat tiga aktifitas yang mana kami mengutip dari buku karya Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, yakni :
     1.Penemuan aku
     2.Pertumbuhan pedoman kehidupan
     3.Memasukkan diri pada kergiatan masyarakat
Dari ketiga di atas terdapat suatu arti, yang pertama dalam rangka penemuan akunya itu anak mulai menyadari akan keberadaan dirinya daripada sebelumnya. Tetapi ia juga mulai mengetahui betapa pentingnya ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
Yang kedua pada kegiatan mencari pedoman hidup, anak puber sudah mulai aktif dan menerima akan norma-norma susila, juga norma agama, estetika.
Dan yang ketiga pada kegiatan memasukkan diri ke dalam masyarakat ini anak puber mulai mengenal segala macam corak kehidupan masyarakat. Semua dianggapnya sebagai sesuatu yang menyatu dalam suatu sistem kemasyarakatan dimana belum sempurnanya pengetahuannya untuk membedakan ataupun menyeleksi maka tidaklah heran jika anak puber menampakkan sikap-sikap yang kontriversial. Kegiatan-kegiatan tersebut bagii anak perempuan dan laki-laki sudah barang tentu tidak sama, adapun sikap hidup tersebut dapat digambarkan :
Pria
1.Aktif memberi
2.Cenderung untuk memberi perlindungan
3.Minatnya tertuju pada hal-hal yang bersifat intelektual.
4.Berusaha memutuskan sendiri dan ikut berbicara.
Wanita
1.Pasif dan menerima
2.Cenderung untuk menerima perlindungan
3.Minat tertuju kepada yang bersifat emosional dan konkret
4.Berusaha mengikut dan menyenagkan orang tua
Jadi kebanyakan dari argument di atas kami bisa menarik suatu argument bahwa pada anak laki-laki sering aktif meniru, sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi dan memujanya dalam khayalan.


2.6. Peranan Orang Tua Terhadap anak Masa Remaja

Jika kita mengetahui perubahan –perubahan yang terjadi pda anak kita ,apa yang harus kita lakukan?
Pengalaman Pribadi Alhamdulillah saya mendapatkan kesempatan diberi anugrah sebagai orang tua,sempat menyaksikan anak mencapai usia remaja. Cara-cara yang dapat kita lakukan untuk membantu anak kita melalui masa remaja antara lain:
1. Harus adanya aturan yang jelas, harus sepakat antara kedua orangtua (kompak)
2. Beri contoh mulai dari diri kita untuk mentaati aturan itu.aturan tidak perlu    tertulis (missal tidak boleh menerima dan mentelpon saat waktu magrib,karena waktu untuk beribadah ).
3.Untuk meningkatkan efektifitas belajar,kita harus biasa belajar sehingga anak termotivasi belajar
4.Beri contoh hidup sederhana,Sebaiknya selalu menuruti kemauan,jika anak meminta sesuatu,usahakan tarik ulur.
5.Tunjukkan contoh –contoh kehidupan yang lebih susah dari kita,ajaklah berdiskusi tentang nasip mereka .Bila perlu kita ajak member I bantuan kepada mereka yang kekurangan walaupun dalam batas kemampuan kita,hal ini dapat dilatih sejak anak usia dini.(missal pada saat dia ulang tahun,sarankan dia memberi hadiah pada orang yang berhak menerima,bukan malah menerima hadiah dari orang lain.
6.Untuk menghindari anak dari pengaruh luar, jika rejeki meungkinkan,penuhi kebutuhan primernya.(perlengkapan sekolah,compoter ,internet dll),hindari fasilitas yang bersifat skunder.
7.Selain sebagai orang tua selalu siap menjadi teman,dengarkan keluhannya, sebaiknya diam saat anak lagi emosinya tinggi.

Tidak ada komentar: