ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN TUBUH-PIKIRAN
1. Definisi dan konsep utama dalam gangguan pikiran – tubuh
a. Teori holistik
Keyakinan bahwa sehat dan sakit merupakan hasil dari interaksi kompleks antara faktor-faktor fisiologik, kognitif, emosional dan sosiokultural.
b. Teori sistem
Memberikan perspektif yang berguna untuk mengkonseptualisasikan hubungan antara faktor-faktor fisiologik, kognitif, emosional dan sosiokultural pada individu, keluarga, dan masyarakat.
c. Komponen umum gangguan pikiran tubuh
1) Perubahan dan gejala fisiologis dapat bersifat nyata (seperti penyakit medis yang dapat didianogsis) atau dirasakan oleh individu sebagai hal yang aktual (seperti pada gangguan somatoformis)
2) Stres fisiologik atau psikologik kronik
Lingkungan fisiologik internal berubah sebagai akibat dari respon stres dan hiperfungsi aksis hipotalamik-hipofisis-adrenal
3) Stres psikologik
Dapat mendahului, menyertai atau mengikuti perubahan dan gejala tubuh
d. Psikoneuroimunologi
Disiplin ilmu yang berusaha menjelaskan bagaimana stres fisiologik atau
psikologik mengubah lingkungan fisiologik internal, termasuk tingkat
hormonal dan respon seluler.
e. Gangguan autoimun
Penyakit yang terjadi akibat reaksi tubuh yang tidak tepat terhadap stresor, yang menstimulasi reaksi imun terhadap sel dan sistem organnya sendiri
f. Faktor-faktor psikologik, perilaku dan sosial budaya
Memainkan peranan potensial dalam presentasi atau pengobatan hampir
Semua gangguan medis umum
2. Faktor-faktor psikologik yang mempengaruhi kondisi medis umum
Kategori diagnostik yang terdapat dalam DSM IV menjelaskan tentang
adanya satu atau lebih faktor psikologik atau perilaku spesifik yang
berpengaruh buruk pada kondisi medis umum.
a. Faktor perilaku dapat menimbulkan risiko kesehatan tambahan bagi individu (mis. gagal berhenti merokok walaupun sudah mengalami hipertensi signifikan)
b. Faktor psikologis dapat mencetuskan atau memperburuk gejala dengan
memunculkan respon stres (mis : nyeri dada dicetuskan oleh kemarahan
emosional pada individu dengan penyakit arteri koroner)
c. Faktor psikologi dapat mempengaruhi pengobatan (mis. Individu penderita
Diabetes melitus tergantung insulin yang menolak insulin karena takut disuntik)
3. Etiologi
Penelitian ilmiah telah mengidentifikasi berbagai faktor fisiologik, kognitif,
emosional dan sosial budaya yang terlibat dalam gangguan pikiran tubuh
a. Stres kronik, baik stresor internal atau eksternal, mempunyai peranan yang
penting
1) Sistem saraf pusat dan sistem imun bekerja sebagai satu kesatuan untuk
mempertahankan homeostasis sebagai respons terhadap stres.
Komunikasi antara kedua sistem ini terjadi melalui pembawa pesan
kimia, seperti
neurotransmiter dan imunohormon yang disebut interleukin
2) Pelepasan neurotransmiter dan hormon berhubungan dengan pikiran dan
perasaan. Jika terjadi stres kronis, homeostasis akan terganggu akibat
stimulasi berlebihan terhadap neurotransmiter dan hormon. Pertahanan
tubuh menjadi berkurang bila stres berlanjut dan individu tersebut
berisiko mengalami penyakit jiwa atau fisik.
3) Stimulus kognitif, emosional, dan sosial budaya merupakan faktor-faktor
paling berpotensi yang mengaktifkan respon biologik terhadap stres
(Fontaine, 1999)
b. Peningkatan reaktivitas atau kegagalan berespons terhadap mekanisme
umpan balik negatif dalam aksis hipotalamik-hipofise adrenal yang
menyebabkan peningkatan kronik glukokortikoid . Peningkatan
reaktivitas ini dapat berkaitan dengan beberapa faktor antara lain :
1) ancaman nyata yang kontinu (seperti penganiayaan kronis) atau ancaman
kontinu yang dirasakan atau dibayangkan (seperti pada distorsi kognitif
persisten, ansietas kronis)
2) predisposisi genetika
3) responsivitas yang telah dipelajari
4. Penatalaksanaan gangguan pikiran tubuh
a. Pendekatan holistik.
Pengobatannya mencakup intervensi-intervensi yang diarahkan pada penatalaksanaan spesifik penyakit dan pengurangan stres
b. Intervensi penyuluhan tentang stres
Didasarkan pada konsep bahwa individu dapat meningkatkan kontrol terhadap gejala, dengan mempelajari cara-cara mengantisipasi situasi yang mengecewakan dan menggunakan berbagai tindakan untuk mengurangi tingkat ansietas yang dialaminya (mis : tidur cukup, gizi baik, teknik relaksasi dan penyusunan rencana)
c. Penyuluhan
Penatalaksanaannya mencakup penyuluhan tentang gangguan spesifik yang dialami individu, faktor penyebab, cara mengurangi risiko dan perawatan serta pengobatan yang diresepkan.
d. Terapi spesifik untuk pikiran tubuh
Pelatihan manajemen stres, teknik-teknik relaksasi , umpan balik biologis dengan pelatihan relaksasi, kelompok pendukung dan swadaya, imaginasi terbimbing, terapi seni dan gerakan, meditasi dan doa
e. Pengobatan alternatif atau pelengkap
Metode ini mengandalkan kemampuan menyembuhkan diri dimana peran penyembuh lebih sebagai fasilitator
1) Metode ini menjadi semakin populer karena konsumen lebih berperan aktif dalam penatalaksanaan kesehatan mereka
2) Individu dapat mencari terapi alternatif bila terapi tradisional gagal mengurangi penyakit atau gejala yang mereka alami
3) Banyak budaya yang secara tradisional menggunakan metode alternatif berdasarkan sistem keyakinan mereka tentang keterkaitan antara jiwa-tubuh-pikiran. Peran penyembuh merupakan hal biasa di berbagai budaya yang berbeda
PENYAKIT MEDIS YANG DIPENGARUHI OLEH STRES
GANGGUAN IMUNOLOGIK | GANGGUAN MEDIS UMUM |
AIDS Penyakit Addison Hepatitis Kronik Penyakit Graves Diabetes melitus tergantung insulin Sklerosis multipel Miastenia Gravis Anemia Pernisiosa Artritis Reumatoid Gangguan Reumatoid Sistemik Lupus Eritematosus | Gangguan kardiovaskuler
Gangguan pernafasan
Gangguan endokrin
Gangguan gastrointestinal
Gangguan muskuloskletal
Gangguan ginjal
Gangguan neoplastik (kanker) |
GANGGUAN SOMATOFORMIS
- Pertimbangan Umum
Gangguan somatoformis dicirikan dengan keluhan gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan oleh mekanisme fisik yang sudah diketahui
- Penderita mengalami kehilangan atau perubahan fungsi fisik dan gejala-gejala tersebut berada di luar kontrol volunter individu
- Gangguan somatoformis ditandai dengan primary gain (pengurangan ansietas) dan secondary gain (perhatian khusus, terbebas dari tanggung jawab). Gangguan ini biasanya berupa ego sintonik (mis; sesuai dengan cara pandang individu terhadap dirinya sendiri)
- Kerusakan significan pada fungsi social atau pekerjaan
· Individu menjadi terfokus secara total pada gejala fisik, yang sangay membatasi aktivitas
· Gejala-gejala tersebut berperan dalam terjadinya masalah hubungan pada individu yang terkena
- Individu pada umumnya mengunjungi berbagai penyedia layanan kesehatan dan mengalami berbagai prosedur bedah eksplorasi yang tidak perlu
· Penggunaan obat multi resep dan obat yang dijual bebas banyak terjadi pada pasien-pasien ini
· Ketergantungan pada pereda nyeri atau obat ansietas
· Penyangkalan distres psikologik dan penolakan terhadap pengobatan psikiatrik juga banyak terjadi
- Jenis gangguan somatoformis
- Gangguan somatisasi dicirikan dengan riwayat berbagai keluhan fisik tanpa dasar organik, terjadi sebelum usia 30 tahun dan menetap selama beberapa tahun. Pada umumnya gangguan ini berkaitan dengan kombinasi gejala-gejala pseudo neurologik, gastrointestinal, genitourinaria dan seksual serta nyeri
- Hipokondriasis adalah ketakutan yang tidak realistis terhadap penyakit berat; interpretasi individu terhadap gejala-gejala tubuh adalah tanpa dasar organik
- Gangguan dismorfik tubuh adalah terpaku dengan kerusakan imaginatif pada seseorang yang berpenampilan normal; bila individu tersebut benar-benar mengalami kerusakan, kekhawatiran yang diekspresikannya akan terlalu berlebihan
- Gangguan nyeri adalah nyeri kronis pada satu daerah anatomi atau lebih; jika terdapat penyakit medis, penyakit medis tersebut hanya berperan kecil dalam munculnya nyeri
- Gangguan konversi adalah kehilangan atau perubahan fungsi fisik yang tidak dapat dikaitkan dengan penyebab organik apapun dan tampak berkaitan berkaitan dengan stresor psikososial. Gangguan ini pada umumnya dicirikan dengan :
· Disfungsi sensorik, seperti kebutaan, ketulian, atau kehilangan indra peraba
· Disfungsi sistem motorik, seperti afasia, gangguan koordinasi, paralisis atau kejang
· La belle indifference, tampak tidak peduli dengan gejala yang cukup dramatik, seperti tidak mampu berjalan atau menggerakkan anggota badan
- Etiologi
- Teori psikobiologik
· Individu mengalami tingkat gairah fisiologik yang tinggi (peningkatan kesadaran akan sensasi somatik)
· Aleksitemia adalah kurangnya komunikasi antar hemisfer otak, yang mengakibatkan sulitnya mengekspresikan emosi secara langsung sehingga distres diekspresikan sebagai sensasi fisik
- Teori perilaku-kognitif
· Anak belajar dari orang tua tentang mengekspresikan kecemasan melalui somatisasi ; secondary gain memperkuat gejala
· Individu mengalami distorsi kognitif dimana gejala-gejala ringan diperbesar dan diinterpretasikan sebagai penyakit serius
- Teori psikoanalitis
Sumber psikologik dari konflik ego disangkal dan diekspresikan melalui pengalihan ansietas menjadi gejala-gejala fisik.
- Faktor sosial budaya
· Insidensi gangguan somatoformis terjadi lebih tinggi di kalangan kelompok sosial ekonomi rendah, di daerah pinggiran atau yang berpendidikan rendah.
· Gejala-gejala somatik banyak terjadi pada budaya-budaya yang memandang ekspresi emosi secara langsung sebagai hal yang tidak dapat diterima
- Sumber koping
Salah satu bagian yang paling penting dari peningkatan respon gangguan pikiran tubuh yang adaptif adalah dengan mengubah kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan. Dukungan sosial dari keluarga, teman dan pemberi pelayanan juga merupakan sumber yang penting
- Mekanisme koping
Mekanisme pertahanan ego yang berkaitan dengan kelainan ini meliputi :
- Represi perasaan, konflik dan impuls yang tidak dapat diterima
- Denial (menyangkal) masalah psikologis
- Kompensasi
- Regresi
- Penatalaksanaan
Bagian utama dari pengobatan ini adalah hubungan jangka panjang dengan penyedia layanan kesehatan tertentu untuk mencegah klien mencari berbagai macam layanan kesehatan dengan berbagai rekomendasi untuk pemeriksaan, perawatan dan pengobatan
a. Hindari pengobatan dengan medikasi yang dicirikan dengan toleransi dan ketergantungan (mis; antiansietas, analgesik)
b. Psikoterapi sebagai bagian dari rencana pengobatan
· Bantu individu untuk mengekspresikan konflik dan emosi secara verbal
· Fokuskan perhatian pada kebutuhan psikososial yang utama
c. Penyuluhan keluarga. Ajarkan anggota keluarga untuk menghindari
menguatnya secondary gain dari gejala-gejala yang menyerang
d. Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam kelompok swadaya komunitas (mis; Recovery, Inc, mendorong individu untuk belajar mengendalikan gejala-gejala distres melalui teknik-teknik spesifik dan dukungan kelompok)
5. TINJAUAN PROSES KEPERAWATAN
a. Pengkajian
- Catat gejala-gejala objektif dan subjektif yang berkaitan dengan diagnosis tertentu, yang dibuat menurut DSM- IV
- Tinjau kembali riwayat klien dan tentukan stresor internal dan eksternal saat ini.
- Diskusikan persepsi klien terhadap masalah
- Identifikasi konsep diri dan citra tubuh klien
- Identifikasi secondary gain dari gejala fisik
- Diskusikan masalah hubungan yang signifikan
- Ajukan pertanyaan pengkajian keperawatan yang sesuai dengan masalah klien atau gangguan pikiran-tubuh yang spesifik
b. Diagnosa keperawatan
· Kerusakan penyesuaian
· Ansietas
· Gangguan citra tubuh
· Koping defensif
· Koping individu inefektif
· Konflik keputusan
· Penyangkalan tidak efektif
· Keletihan
· Gangguan pemeliharaan kesehatan
· Perilaku mencari layanan kesehatan
· Kurang pengetahuan
· Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
· Nyeri kronis
· Ketidakberdayaan
· Perubahan kinerja peran
· Gangguan harga diri
· Gangguan pola tidur
· Isolasi sosial
· Distres spiritual
· Risiko kekerasan terhadap diri sendiri
c. Perencanaan
Untuk klien dengan gangguan somatoformis
Tetapkan kriteri hasil yang diinginkan :
· Mengekspresikan ansietas dan konflik secara verbal dan bukan dengan gejala fisik
· Mengurangi atau menghilangkan perilaku menuntut atau manipulatif dalam berhubungan dengan orang lain
· Mengurangi perhatian dan secondary gain lainnya terhadap kehadiran perilaku simptomatik
d. Implementasi
1. Laporkan dan kaji keluhan-keluhan fisik yang baru karena penyakit
organik juga dapat menyerang klien
2. Kurangi penguatan secondary gain terhadap gejala fisik
3. Jangan memperkuat ketergantungan dan tingkatkan perilaku mandiri
4. Pertahankan fokus terapeutik pada perasaan, respon emosional, dan
masalah-masalah hubungan, bukan gejala-gejala somatik
5. Tentukan batasan-batasan perilaku manipulatif dengan sikap apa adanya
6. Bantu klien mengidentifikasi dan menggunakan cara-cara positif untuk
memenuhi kebutuhan emosional
- Anjurkan klien untuk menjaga hubungan jangka panjang dengan pemberi layanan kesehatan primer
- Ajarkan dan anjurkan klien menggunakan tindakan-tindakan pengurang stres
- Bantu klien mengidentifikasi hubungan antara peristiwa-peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan gejala somatik
e. Evaluasi hasil
1. Klien mengidentifikasi hubungan antar stresor spesifik dan gejala
fisiologik
2. Klien mengungkapkan secara verbal ansietasnya tentang masalah
spesifik dan bukan mengekspresikannya dengan gejala fisik
3. Klien mengekspresikan kepuasan tentang konsep diri, citra tubuh dan
hubungannya dengan orang lain
4. Klien menggunakan teknik manajemen stres dan mengikuti gaya hidup
yang meningkatkan kesehatan
5.Klien bertanggung jawab atas diri sendiri dan mengekspresikan rasa
lokus kontrol internal
6.Klien mengidentifikasi dan bekerjasama secara kontinu dalam rencana
pengobatan
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KORBAN PENGANIAYAAN FISIK, SEKSUAL, KEKERASAN DALAM KELUARGA DAN GANGGUAN STRES PASKA TRAUMA
Tujuan Pembelajaran Umum
Mahasiswa keperawatan semester V mampu memahami asuhan keperawatan klien korban penganiayaan fisik, seksual, kekerasan dalam keluarga dan gangguan stres paska trauma
Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa mampu
- Menjelaskan definisi penganiayaan, kekerasan, korban, pelaku dan gangguan stres paska trauma
- Mengklasifikasikan jenis-jenis penganiayaan
- Menjelaskan tanda-tanda fisik penganiayaan pada korban anak-anak, wanita dan lansia serta tanda gangguan stres paska trauma
- Mengidentifikasi karakteristik perilaku dan psikologis dari korban dan pelaku penganiayaan
- Menjelaskan etiologi terjadinya penganiayaan
- Menjelaskan pengkajian spesifik pada klien korban aniaya (anak-anak, wanita, lansia)
- Merumuskan masalah keperawatan pada klien korban dan pelaku aniaya
- Menjelaskan rencana tindakan dan identifikasi hasil bagi korban maupun pelaku aniaya
- Menjelaskan implementasi umum dan spesifik bagi korban, pelaku, keluarga maupun komunitas
Deskripsi
Kekerasan dalam keluarga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di Amerika Serikat. Diperkirakan 50% dari semua orang Amerika mengalami kekerasan dalam keluarga.
Kekerasan domestik terjadi di semua lingkungan, terdapat di semua tingkat sosial ekonomi, jenis kelamin, area geografi, suku bangsa, agama dan pekerjaan. Kekerasan domestik juga terjadi pada semua kelompok umur. Korbannya antara lain janin, bayi, anak, remaja, orang dewasa atau lansia.
Sumber bacaan
Carpenito, L.J (1995). Handbook of Nursing Diagnosis (6th ed). Philadelphia :
J.B Lippincot Company
Isaacs, Ann. (2005). Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan
Psikiatrik (edisi 3). Jakarta : EGC
Kaplan, H.I dan Sadock, B.J. Pocket Book of Emergency Psychiatric Medicine.
Baltimore: Williams and Wilkins Inc
Stuart, G.W. dan Laraia, M.T (2001). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing (7th ed.). St Louis: Mosby
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. (1995). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing (5th ed). St Louis : Mosby
Townsend, M.C (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri (edisi 3). Jakarta : EGC
PENGANIAYAAN FISIK, PENGANIAYAAN SEKSUAL DAN KEKERASAN DALAM KELUARGA
- Definisi
- Kekerasan adalah kekuatan fisik yang digunakan untuk menyerang atau merusak orang lain. Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak adil dan sering mengakibatkan cedera fisik.
- Penganiayaan adalah tindakan sengaja yang menyebabkan cedera fisik, penderitaan jiwa atau keduanya
- Kekerasan domestik (kekerasan dalam rumah tangga) adalah pola perilaku mengancam atau memaksa dari satu anggota keluarga (atau orang dekat) pada anggota keluarga lain. Perilaku tersebut meliputi penganiayaan fisik, pengabaian, penganiayaan psikologis, penganiayaan ekonomi dan penganiayaan seksual
- Penyiksa atau pelaku penyiksaan adalah orang yang menciptakan kekerasan atau menyiksa orang lain
- Korban adalah orang yang menjadi kambing hitam, target atau penerima penganiayaan atau kekerasan
- Gangguan stres pasca trauma (Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)) adalah gangguan berupa pikiran dan perasaan yang terjadi berulang-ulang berkaitan dengan trauma tertentu yang buruk (mis; penyiksaan yang buruk, perkosaan, pengalaman perang)
- Jenis penganiayaan
- Penganiayaan fisik meliputi pemukulan, penusukan, penembakan, pembakaran dan pemerkosaan
- Pengabaian dicirikan dengan penghentian atau kegagalan memberikan asuhan pribadi, kebutuhan pribadi (mis; makanan, air, rumah), kebersihan, perawatan kesehatan, kontak sosial dan pendidikan serta pengawasan anak-anak
- Penganiayaan psikologis meliputi :
· Serangan verbal dan ancaman bahaya fisik, biasanya untuk mengintimidasi atau memanipulasi
· Sarkasme, penghinaan, merendahkan dan kritik
· Pola komunikasi yang tidak consisten, termasuk menarik diri dan diam
· Isolasi korban (mis; mencegah korban berinteraksi dan berkomunikasi dengan keluarga dan teman-temannya)
· Pelanggaran hak-hak pribadi, seperti tidak mengizinkan korban menghubungi keluarga, teman dan orang lain
- Penganiayaan ekonomi (eksploitasi finansial) meliputi :
· Mencuri uang atau harta korban
· Menghalangi akses korban atas keuangan pribadinya
· Penggunaan uang atau harta milik korban secara tidak tepat
- Penganiayaan seksual adalah aktivitas seksual yang dipaksakan atau dibawah tekanan, termasuk percakapan atau tindakan yang distimulasi secara seksual, perabaan atau hubungan seksual yang tidak tepat, perkosaan dan inses (perilaku seksual antar saudara kandung)
- Tanda-tanda fisik penganiayaan
Korban anak-anak | Wanita yang dianiaya | Korban lansia |
Penganiayaan Fisik Perkembangan terhambat Memar, bilur Terkilir, dislokasi, fraktur Luka bakar akibat rokok Luka bakar akibat cairan panas/api, terutama yang berbentuk seperti kaos kaki atau sarung tangan akibat dicelup ke dalam cairan panas Cedera internal Cedera dalam berbagai tahap penyembuhan Shaken baby syndrome (mis; perdarahan intra kranial dan intra okular tanpa trauma kepala yang jelas) Kotoran, kutu hewan, kutu rambut pada anak Penganiayaan seksual Enuresis Labia dan rektum merah dan bengkak Vagina sobek Penyakit menular seksual Infeksi urinaria kronis Refleks gag hiperaktif | Cedera kepala, leher dan bahu Mata memar Cedera selama kehamilan Terkilir, dislokasi, fraktur Memar, bilur Bekas luka berbentuk benda yang digunakan untuk mencederai Berulang kali berkunjung ke fasilitas layanan kesehatan, terutama UGD Keluhan nyeri tanpa cedera jaringan Berbagai cedera dalam berbagai tahap penyembuhan | Kurang gizi atau dehidrasi Bau feses atau urine Kotoran, kutu hewan, kutu rambut pada lansia tersebut Dekubitus, luka, ruam kulit Memar, lecet, fraktur Hematoma, bekas cengkeraman pada lengan Berbagai cedera dalam berbagai tahap penyembuhan |
- Karakteristik perilaku dan psikologis dari korban penganiayaan
Korban anak-anak | Wanita yang dianiaya | Korban lansia |
Penganiayaan anak Takut pada pengasuhnya Mencari kasih sayang dari orang lain Kemungkinan tidak menangis ketika didekati oleh pemeriksa atau selama prosedur yang menyakitkan Berperilaku ekstrim (anak tersebut bisa samgat agresif atau sangat penurut) Nilai di sekolah buruk Perilaku regresif dan hiperaktivitas Perilaku mencederai diri Melarikan diri, menyalahgunakan obat atau alkohol Kurang mempunyai teman sebaya Penganiayaan seksual Ketertarikan yang tidak wajar atau menghindari semua hal-hal yang bersifat seksual Masalah tidur, mimpi buruk Berperilaku menggoda Membuat pernyataan bahwa tubuh mereka kotor atau rusak, atau takut kalau ada yang tidak beres dengan area genital mereka Adanya aspek-aspek penganiayaan seksual dalam bentuk gambar, permainan dan fantasi | Rasionalisasi penganiayaan Takut pergi karena diancam Hubungannya dengan pasangan bersifat dominan pria Terisolasi dari teman-teman dan keluarga Merasa kurang, menyalahkan diri sendiri Bertindak sedemikian rupa untuk tidak menimbulkan kemarahan pasangannya Secara emosional dan finansial bergantung pada pasangannya Merasa tidak berdaya Penyalahgunaan minuman keras atau obat bius Depresi, ide bunuh diri Ansietas, sering mimpi buruk | Mengalami gangguan fisik atau jiwa Berperilaku agresif atau sangat penurut Takut melaporkan penganiayaan Bergantung pada pengasuh Merasa harga dirinya rendah Tidak berdaya |
- Karakteristik Gangguan Stres Pasca Trauma (Post Traumatic Stress Disorder/PTSD)
|
- Ciri-ciri pelaku penganiayaan atau kekerasan
|
- Etiologi
Tidak ada faktor tunggal yang bertanggung jawab atas kekerasan domestik, melainkan melibatkan berbagai faktor
- Teori genetika
· Beberapa penelitian yang menghubungkan peningkatan agresivitas dengan perkawinan selektif pada tikus, menyimpulkan adanya kemungkinan hubungan genetika langsung
· Genetik kariotip XYX juga terlibat dalam perilaku agresif dan menyimpang (Townsend, 1999)
- Teori psikobiologi
· Penelitian menunjukkan bahwa stimulasi sistem limbik dapat menimbulkan respon agresif dan kekerasan pada manusia
· Neurotransmitter, terutama norepinefrin, dopamin, dan serotonin berperan penting dalam memperlancar dan menghambat agresi. Disregulasi zat-zat tersebut dianggap berkaitan dengan kekerasan
· Gangguan otak, terutama tumor dalam sistem limbik dan lobus temporalis dapat menyebabkan seseorang melakukan kekerasan (Johnson, 1997)
- Teori psikososial dan lingkungan
· Teori keluarga. Kekerasan terjadi pada keluarga yang mengalami disfungsional dengan berbagai permasalahan seperti batasan yang tidak jelas, terperangkapnya individu dan peran, koping yang buruk terhadap stres dan riwayat penganiayaan multigenerasi
· Teori perilaku-kognitif. Kekerasan dipelajari dari orang tua yang menggunakan penganiayaan sebagai metode pendisiplinan. Pelaku penyiksaan mendapat pengetahuan bahwa kekerasan dan agresi merupakan respons yang dapat diterima dan efektif terhadap ancaman nyata atau khayalan
· Teori sosial budaya. Perilaku agresif merupakan hasil dari budaya dan struktur sosial seseorang. Kemenangan budaya kekerasan seperti yang digambarkan di film, pertunjukan TV, video game dan internet merupakan faktor-faktor yang berperan dalam menyebabkan munculnya perilaku agresif
- Penatalaksanaan
- Pertimbangan umum. Pengobatan korban penganiayaan bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi klien, seperti jenis penganiayaan yang diderita, adanya cedera fisik, usia dan kondisi fisik korban, serta keunikan lingkungan keluarga korban itu sendiri
- Layanan intervensi krisis bermanfaat dalam merespon masalah langsung dan jangka pendek yang terjadi akibat penganiayaan. Kerja sama dengan berbagai anggota tim kesehatan sangat penting untuk memberikan pengobatan yang kontinu.
- Lembaga kesejahteraan anak bertanggung jawab melindungi anak-anak dari bahaya dan kejahatan. Sistem hukum dapat diberlakukan dengan memberikan hak asuh anak sementara atau permanen kepada individu tertentu (kerabat atau orang tua angkat) yang akan memberikan asuhan yang nyaman
- Wanita yang dianiaya dapat dirujuk ke rumah perlindungan atau penampungan darurat untuk memastikan terlindunginya diri dan anak-anak mereka
- Lembaga layanan sosial masyarakat, termasuk lembaga khusus lansia dapat memberikan berbagai layanan untuk memastikan keamanan dan bantuan bagi korban tindak kekerasan
- Layanan kesehatan jiwa dapat diberikan pada keluarga yang mengalami kekerasan berupa dukungan terapeutik, konseling individu, terapi keluarga untuk memutus siklus penganiayaan
- Pencegahan
· Primer; dapat dilakukan di komunitas dengan mengidentifikasi keluarga yang berisiko tinggi terhadap kekerasan dan dengan mempromosikan program penyuluhan dan layanan yang dapat meningkatkan fungsi keluarga
· Sekunder; meliputi deteksi dini dan pengobatan kekerasan interpersonal
- Tinjauan proses keperawatan
- Pengkajian
Pertanyaan pengkajian keperawatan
Pertanyaan spesifik | Data yang diberikan |
Korban anak-anak
| Persepsi anak Takut, atau perasaan-perasaan lainnya Deskripsi anak tentang kejadian Riwayat penganiayaan sebelumnya Perilaku orang tua |
Wanita yang dianiaya
| Keinginan untuk mengakui terjadinya penganiayaan Riwayat penganiayaan sebelumnya Tingkat kekerasan Penganiayaan anak |
Korban lansia
| Keinginan untuk mengakui terjadinya penganiayaan. Validasi observasi hubungan Riwayat masa lalu Dinamika keluarga |
- Diagnosa keperawatan
Untuk korban penganiayaan
· Ansietas (sebutkan tingkatannya)
· Koping individu tidak efektif
· Penyangkalan tidak efektif
· Takut
· Gangguan tumbuh kembang
· Keputusasaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar