Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

ASKEP KLIEN GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL



ASKEP KLIEN
GANGGUAN HUBUNGAN SOSIAL


PENGERTIAN

* Suatu kepribadian yang tak fleksibel / pola tingkah laku yang maladaptive, yang mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosialnya.

Cara pemecahan masalah yang diselesaikannya kepada orang lain / lingkungan social.

RENTANG RESPON SOSIAL

Respon adaptif                                                                                     respon maladaptif 













- Merenung                                     - Kesendiriaan                                    - Kesepian
- Otonomi                                       - Manipulasi                                       - Eksploitasi
- Bekerja sama                                - Bergantung pada orang lain             - Menarik diri
- Interdependen                             - Curiga                                              - Paranoia


Merenung              : Respon individu untuk merenungi (introspeksi) diri    menentukan
                                langkah berikut. 

Otonomi                : Kemampuan individu untukmenentukan/menyampaikan ide atau
                                perasaannya dalam hubungan sosial.

Bekerja sama         : Sesuatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
                                mampu saling memberi dan bekerja sama

Interdependen       : Saling ketergantungan individu – orang lain dalam membina
                                hubungan interpersonal sehingga ada kepuasan satu sama lain.

Kesendiriaan         : Individu kesulitan dalam membina hubungan terbuka dengan
                                orang lain, individu cenderung menghindar dari orang lain













Manipulasi             : Menganggap orang lain sebagai objek sehingga tak dapat
                                membina hubungan sosial yang dalam.

Dependen              : Individu. gagal mengembangkan rasa percaya diri untuk berfungsi
                                dan berinterkasi secara sukses, individu sangat bergantung pada
                                orang lain sehingga orang laincenderung menolaknya karena
                                capek harus memenuhi kebutuhannya

Curiga                   : Individu sukar mempercayai orang lain.


Kesepian               : Individu merasa dirinya terpisah dari orang lain, merasa tidak
                                mampu mencapai keakraban/keintiman, orang lain atau dirinya
                                tidak puas dengan hubungan yang ada.

Eksploitasi             : Individu sudah mengatur lingkungan dan kegiatannya untuk
                                  menyendiri

Menarik diri          ; Individu tidak mau atau putus kontak dengan orang lain atau
                                 Lingkungan

Paronoia                : Individu tidak saja tidak mau atau putus kontak dengan orang lain
                                atau lingkungan juga curiga orang lain akan mencelakakan
                                dirinya

PENGKAJIAN

Faktor predisposisi

1). Faktor Tumbuh Kembang
Pengalaman pertama memiliki kedekatan dengan orang lain terjadi dalam keluarga. Kurangnya stimulasi atau perhatian ibu, menyebabkan kurangnya perasaan aman dan bayi gagal mengembangkan dasar-dasar percaya kepada orang lain. Perlakuan ini membuat anak curiga pada orang lain dan terbawa sampai dewasa.

Pada umur 3-18 bulan, fase perkembangan ego balita, dimana ibu memperkenalkan dunia realita kepada anak dimana anak mengenal statusnya, kepentingan orang lain, ada yang harus mengalah sehingga kemampuan ini menjadi dasar dia empati pada orang lain dan keberadaan orang lain.

Pada umur 18 bulan – 3 tahun, fase anak mengalami pengembangan otonomi. Bila anak tidak diberikan kesempatan dan dukungan pada saat ini, maka anak akan ketergantungan pada orang lain, selalu takut pada orang lain. Bila tidak diberi batasan atau anak terlalu bebas, maka anak akan tidak mudah menghargai hak dan perasaan orang lain, dan ini akan menghalangi kemampuan untuk menjalin hubungan yang intim dengan orang lain. Pada masa ini juga anak belajar untuk berpisah sementara dengan orang tuanya dan percaya itu bagian dari kehidupan sehari-hari. Selama berpisah anak akan mandiri dalam mengatasi perasaannya dan akan berusaha mengurus dirinya. Anak juga belajar bahwa ada orang baik dan ada orang yang jahat. Kemampuan ini akan menolong anak dalam mengatasi perasaannya dan belajar sesuatu dari lingkungan dan pengalamannya.
Pada masa sekolah, anak-anak belajar norma-norma yang harus dia patuhi. Oleh karena itu dia harus diberikan norma-norma yang realistik dan konsisten sehingga dia bisa berpikir secara logika dan tidak mudah mengalami kebingungan.

2). Komunikasi dalam keluarga
Komunikasi dalam keluarga yang bisa mengakibatkan individu mengalami masa skizoferenia adalah double-bind-theory, yaitu pembicaran yang diperlihatkan orang tua pada anaknya tetapi tidak jelas maksudnya. Misalnya : Orang tua mengatakan sayang pada anaknya, tetapi nadanya marah terus. Orang tua bilang anaknya selalu acuh padanya, tetapi pada saat anak akan bicara, orang tuanya mengabaikan.Situasi ini mengakibatkan anak merasa selalu salah, dan menolak untuk intim dengan orang lain.

Komunikasi dalam keluarga juga bisa terganggu bila dalam keluarga itu ada konflik terus menerus, ada penyakit kronis, anggota keluarga pendiam semua. Gangguan komunikasi bisa terjadi pada salah satu anggota keluarga bila dia selalu disalahkan atau diisolasi.

3). Sosial budaya
Keluarga mengalami isolasi karena keluarga itu mengalami masalah sosial seperti keluarga korban politik, korupsi, keluarga pelaku kejahatan, keluarga yang anggota keluarganya mengalami penyakit yang ditakuti masyarakat. Individu juga bisa mengalami isolasi sosial karena kecacatan, sudah tua, miskin, selalu disalahkan, dianggap pembawa bencana dan sebagainya.

4). Biologis
Sesorang mengalami gangguan hubungan sosial karena berasal dari keturunan yang mengalami skizoferenia dengan gejala suka menyendiri. Bisa juga disebabkan karena klien mengalami kerusakan otak sejak lahir atau karena trauma dan penyakit

Faktor  Presipitasi

1). Stresor sosial budaya
Seseorang bisa mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dimulai ketika keluarganya tidak stabil seperti perpisahan karena perceraian atau kematian. Bisa juga karena orang itu berpisah dari keluarganya karena harus merantau.
2). Faktor hormonal
Teori Dopamin : Pada klien skizoferenia, dopamin meningkat
Teori norefinefrin : Pada klien skizoferenia, hormon ini meningkat
Teori indolamin : metabolisme indolamin serotonin yang terganggu akan mengakibatakan skizoferenia.
GABA (gamma-aminobutyric acid) : Dikatakan bila hormon GABA meningkat makan dopamin juga akan meningkat
Faktor endokrin : Gangguan pada fungsi pituitari, seperti hormon FSH dan LH (yang menurun)

3). Hipotesa Virus.
Virus yang bisa merusak otak atau adanya virus HIV sehingga timbul skizoferenia.
.
4). Model biologika lingkungan sosial.
Tubuh akan menggambarkan ambang toleransi individu. terhadap stress, pada saat terjadinya interaksi dengan stresor di lingkungan sosial. Skizoferenia terjadi bila kemampuan fisik dan stres sangat berat sedangkan dukungan dari lingkungan baik lingkungan fisik dan mental tidak ada.


5). Stresor psikologik
Individu mengalami skizoferenia karena kecemasan yang berat dan terbatasnya kemampuan untuk menyelesaikan kecemasan.

Tingkah Laku

Beberapa tingkah laku spesifik pada kondisi pasien dengan kesulitan hubungan sosial.
1). Tngkah laku karena CURIGA :
  • Tak mampu mempercayai orang lain.
  • Bermusuhan (Hospitalitasi)
  • Mengisolasi diri dalam lingkungan sosial.
  • Paranoia.

2). Tingkah laku karena halusinasi atau waham
·        Halusinasi bisa mengakibatkan klien takut pada orang lain sehingga mengisolasikan diri
·        Waham curiga mengakibatkan klien tidak mau bergaul dengan orang lain

3). Tingkah laku karena manipulasi
  • Ekspresi perasaan yang tak langsung dengan tujuan.
  • Memperlakukan orang lain sebagai obyek untuk kepentingannya
  • Kurang asertif
  • Mengisolasi diri dalam hubungan sosial.
  • Harga diri menurun
  • Sangat tergantung dengan orang lain.

4). Tingkah laku karena kepribadian borderline.
  • Percobaan bunuh diri yang maulatif
  • Tak tahan dengan kesendirian
  • Suasana hati murung ( marah, depresi)
  • Tingkah laku impulsif
  • Prestasi menurun
  • Ambivalensi dalam hubungan dengan orang lain.

5). Tingkah laku karena menarik diri
  • Kurang  Spontan, apatis
  • Ekspresi wajah tidak berseri
  • Tak memperhatikan kebersihan diri
  • Komunikasi verbal menurun atau tidak sama sekali
  • Mengisolasi diri
  • Tak sadar dengan lingkungan disekitarnya
  • Asupan makanan/ minuman terganggu
  • Retensi urine/feces
  • Energi energi menurun sehingga aktifitas menurun
  • Harga diri menurun, merasa tidak berguna
  • Postur tubuh berubah, misal : Sikap foetus.
  • Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
  • Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
  • Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
  • Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
  • Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
  • Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Koping Mekanisme
  • Rejeksi : menolak berhubungan dengan orang lain
  • Reaksi formasi : menurut dengan orang lain agar tidak dimarahi atau ditolak
  • Regresi : perilaku mundur dengan selalu mengambek atau menarik diri
  • Proyeksi : menyalahkan orang lain, terutama pada kilen yang selalu curiga atau manipulasi
  • Displacement : mengalihkan kesalahan atau  kemarahan kepada benda atau orang lain.
                                                                                
DIAGNOSA KEPERAWATAN
  • Isolasi sosial
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

1.      Tindakan Keperawatan untuk pasien
a.       Tujuan  : setelah tindakan keperawatan, pasien mampu
1)      Membina hubungan saling percaya
2)      Menyadari penyebab isolasi sosial
3)      Berinteraksi dengan orang lain

b.      Tindakan
1)      Membina hubungan saling percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya, adalah :
·        Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
·        Berkenalan dengan pasien : perkenalkan nama dan nama panggilan yang saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
·        Menanyakan perasaan dan keluhan pasien sat ini
·        Buat kontrak asuhan : apa yang saudara akan lakukan bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya dimana
·        Jelaskan bahwa saudara akan merahasiakan 
·        Sikap empati terhadap psien
·        Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial kadang-kadang perlu waktu yang lama dan interaksi yang singkat dan sering, karena tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain.Untuk itu saudara sebagai perawat harus konsisten bersikap terapeutik kepada pasien. Selalu penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan . Pendekatan yang konsisten akan membuahkan hasil. Bila pasien sudah percaya dengan saudara program asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan.
                                                                   
2)      Membina Pasien Menyadari Perilaku Isolasi Sosial
Mungkin perilaku isolasi sosial yang pasien alami dianggap sebagai perilaku yang    normal oleh pasien. Agar pasien menyadari bahwa perilaku tersebut perlu diatasi maka hal yang pertama dilakukan adalah menyadarkan pasien bahwa isolasi sosial merupakan masalah dan perlu diatasi. Berikut ini langkah-langkah tindakan yang dapat saudara terapkan untuk menyadarkan pasien akan masalah isolasi sosialnya :
·        Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
·        Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
·        Diskusikan keuntungan bila pasien  memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka
·        Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain
·        Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien

3)      Melatih Paisen Berinteraksi dengan Orang Lain Secara Beratahap
Saudara tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam berinteraksi dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu saudara dapat melatih pasien berinteraksi secara bertahap. Mula-mula jalinlah hubungan yang betul-betul saling percaya dengan pasien. Mungkin pasien hanya akan akrab dengan saudara pada awalnya, tetapi setelah itu saudara harus membiasakan pasien untuk bisa berinteraksi secara bertahap dengan orang-orang disekitarnya.

Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat saudara lakukan sebagai berikut  :
·        Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
·        Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
·        Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan dihadapan Saudara
·        Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/ anggota keluarga
·        Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga, empat orang, dan seterusnya.
·        Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien
·        Siap mendengarkan ekspresi perasaan psien setelah berinteraksi dengan orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya. 


Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat Saudara lakukan sebagai berikut:
·           Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan di hadapan Saudara
·           Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien, perawat atau keluarga)
·           Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
·           Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
·           Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal

        penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan

        berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain,

     dan mengajarkan pasien berkenalan 

SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap  
                      (berkenalan dengan orang pertama -seorang perawat-)

   SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan

                          orang kedua-seorang pasien)


2.      Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
a.       Tujuan : setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat psien isolasi sosial di rumah.
b.      Tindakan : Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial

Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien utnuk dapat membantu pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu bersama-sama dengan pasien sepanjang hari.

Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah meliputi:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2) Menjelaskan tentang:
  • Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
  • Penyebab isolasi sosial.
  • Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:
-          Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji.
-          Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu dengan tidak mencela kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar.
-          Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah.
-          Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.

3) Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
1)      Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan yang dihadapi.
2)      Menyusun perencanaan pulang bersama keluarga


SP 1 Keluarga      :   Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah
                                   isolasi   sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat
                                   pasien dengan  isolasi sosial    
  SP 2 Keluarga     :   Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien  
                                  dengan  masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien

SP 3 Keluarga     :   Membuat perencanaan pulang bersama keluarga


EVALUASI
  1. Evaluasi kemampuan Pasien
·        Pasien menjelaskan kebiasan interaksi .
·        Pasien menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang lain.
·        Pasien menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain.
·        Pasien menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain.
·        Pasien memperagakan cara berkenalan dengan orang lain.
·        Pasien bergaul/berinteraksi dengan perawat, keluaraga, tetangga.
·        Pasien menyampaikan perasaan  setelah interaksi dengan orang tua..
·        Pasien mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain.
·        Pasien mengunakan obat dengan patuh.

  1. Evaluasi kemampuan Keluarga
·        Keluarga menyebutka masalah isolasi sosial dan akibatnya.
·        Keluarga menyebutkan penyebab dan proses terjadinya isolasi sosial.
·        Keluarga membantu pasien berinteraksi dengan orang lain .
·        Keluarga melibatkan pasien melakukan kegiatan di rumah tangga.


















PERKEMBANGAN HUBUNGAN DENGAN ORANG LAIN.

BAYI                                      Kebutuhan bio – psiko – sos

Dependen
Berhubungan konsisten
+ : Hubungan selagi percaya
- : Hubungan tak selagi percaya gangguan hubungan sosial.

KANAK – KANAK SEKOLAH
Mulai independen                                           Kasih sayang meningkat
Mulai ada konflik     Teman                            Berhubungan konsisten
                                 Peraturan                       
                                                                         Hubungan sosia    +

Pra remaja – remaja
dependen                                Pada teman
Independen                             Pada orang tua
interindependen                      Keseimbangan antara tuntutan teman dan tekanan orang tua


Dewasa muda             :Mandiri  + Interindependen  dapat ambil keputusan sendiri ditambah saaran dan pendapat orang lain.

Dewasa tengah            : Interindependen dan dapat membantu orang lain untuk mandiri,    hubungan interindepednden dengan anak
Dewasa tua                 : Kehilangan >>>
Dependen meningkat, independen ( - ) hubungan berubah  nenek –  cucu






Tidak ada komentar: