Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

ASUHAN KEPERAWATAN PERCOBAAN BUNUH DIRI (PERILAKU MERUSAK DIRI)

PERCOBAAN BUNUH DIRI
(PERILAKU MERUSAK DIRI)

Pendahuluan
Bunuh diri, Tindakan merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.
Ratio kejadiaan antara pria dan wanita = 3 : 1 ( ss, 1995 ).Menurut Stuart & Sandeen ( 1995 ) penyebab bunuh diri :
• Perceraian * Pengangguran * Isolasi sosial

Menurut Tishler’s ( 1991 ). Motivasi remaja mencoba bunuh diri
• Masalah dengan Orang tua ( 51 % )
• Masalah dengan lawan jenis ( 30 % )
• Masalah sekolah ( 30 % )

Dalam hidup, orang berhadapan dengan banyak risiko dan harus mengambil risiko yang sesuai dengan pertimbangannya. Kadang pilihannya rasional, kadang tidak rasional. Merusak diri atau bunuh diri merupakan pilihan yang tidak rasional.

Bunuh diri merupakan kedaruratan → Kecemasan yang tinggi & koping yang mal daptif.
Situasi gawat pada bunuh diri → saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana spesifik.



TINGKAH LAKU BUNUH DIRI

Rentang sehat – sakit pada bunuh diri :

RESPON ADAPTIF RESPON MALADAPTIF

Peningkatan/ pengambilan Perilaku merusak suicide
Pencapaian diri resiko dari pertumbuhan diri tidak langsung
Harapan Putus harapan
Yakin Tak berdaya
Percaya Putus asa
Inspirasi Gagal & kehilangan
Tetap hati Ragu – ragu
Beck, Dkk ( 1984 ) Sedih & Deprisi
Bunuh diri


Ketidak berdayaan, keputusasan, apatis
• Tidak berhasil memecahkan masalah → lari dari masalah.
• Merasa tak mampu, seolah – olah koping yang biasa tidak berguna
• Tidak mampu mengembangkan koping yang baru
• Keyakinan tidak ada yang dapat membantu



Kehilangan, Ragu – ragu
• Cita – cita terlalu tinggi dan tidak realistis
• Kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perpisahan, perceraiaan.
• Kegagalan, kekecewaan & rendah diri → Bunuh diri

Depresi
• Dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan
• Ditandai oleh kesedihan dan rendah diri
• Bunuh diri → saat individu keluar dari depresi berat

Bunuh diri
• Tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan
• koping terakhir untuk memecahkan masalah yang dihadapi

Pernyataan yang salah tentang percobaan bunuh diri
1. Ancaman bunuh diri → hanya untuk mencari perhatian → tidak perlu di tanggapi serius.
2. Bunuh diri tak memberi tanda.
3. Berbahaya membicarakan pikiran bunuh diri klien.
4. Kecendrungan bunuh diri adalah keturunan.


Jenis merusak diri
a. Langsung
- Perkataan, perilaku, ide, dan usaha mengakhiri hidup aktif dilakukan. Individu sadar hasil dari tindakannya dan sadar akan kematian yang dihadapinya.

b. Tidak langsung
- Aktif merusak kesehatan tubuhnya sehingga pada akhirnya kematian datang. Individu tidak menyadari perilakuya dan mungkin meenyangkal bila dikonfrontasi. Misalnya : pecandu rokok, obat, anoreksia nervosa, bulimia


Pengkajian
• Dibutuhkan observasi melekat dan keterampilan mendengar untuk mendeteksi tanda dan rencana spesifik.

Faktor Predisposisi

Merusak diri tidak langsung :
- Tindakan yang sudah lama dan berulang kali dilakukan
- Ketidak patuhan pada program pengobatan
- Kelainan pola makan : anoreksia nervosa, bulimia, makan banyak

Merusak diri secara langsung
- Langsung menembak diri, gantung diri, potong nadi, atau tampak seperti kecelakaan tapi setelah diatopsi ternyata karena bunuh diri.


Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, kita mengenal tiga macam perilaku bunuh diri, yaitu:

1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”

Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah

2. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.

Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.

3. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.


Faktor pencetus / stressor pencetus.

• Setiap kejadian bisa menjadi faktor pencetus, perilaku merusak diri dilakukan karena ingin lepas dari perasaan tidak nyaman, tidak mampu bertoleransi lagi dan adanya kecemasan.

A. Stresor yang tidak langsung berhubungan dengan perilaku merusak diri

• Stresor fisiologis
Karena peningkatan dopamin ( menyebabkan menurunnya nafsu makan). Sering terjadi pada anoreksia nervosa

• Stresor psikologis
- Despair (Kesedihan yang mendalam). Situasi dimana individu mencoba memecahkan masalah yang berat tapi tidak menemukan jalan keluar)

- Gangguan emosional, misalnya pada remaja yang tidak bisa menerima perubahan dirinya, harga diri rendah, depresi

- Kehilangan kontrol terhadap dirinya atau lingkungan

• Stresor sosial kultural
- Keinginan berbadan langsing, penyesuaian terhadap peran dan perilaku sesuai dengan kemajuan zaman.
- penyakit kronis, karena perilaku disesuaikan dengan kondisi dan aturan

B Stresor yang langsung berhubungan dengan perilaku merusak diri
• Stresor fisiologis
Karena gangguan mental organik, psikosis, pemakaian obat halusinogen, skizoferenia. Rendahnya kadar serotonin dalam tubuh.

• Stresor psikologis
- Kemarahan yang terpendam sehingga mengarahkan kepada dirinya.
- Merusak dirinya juga bermaksud untuk menunjukkan kemarahan kepada orang lain

• Stresor sosial kultural
- penyakit kronis yang meimbulkan kecacatan, nyeri, atau penyakit terminal.
- Adanya motivasi individu.

Urutan motivasi tingkah laku bunuh diri (Durkheim )
a. Bunuh diri egoistik.
Individu merasa bukan bagian dari masyarakat lagi. Individu merasa kesepian, tidak ada dukungan dari lingkungan

b. Bunuh diri Altruistik
Karena kepatuhan pada adat, kebiasaan, ajaran.
Misalnya : hari kiamat jatuh pada tanggal itu.

c. Bunuh diri Anomik.
Dilakukan oleh organisasi yang luas (antar Negara). Karena masyarakat tidak bisa mengatur orang-orang, misalnya bunuh diri dilakukan sendiri-sendiri, waktunya tidak jauh berbeda, dengan cara yang sama.


Perilaku

Merusak diri tidak langsung :
Ciri – ciri : 1. progresif dan merusak kesejahteraan individu 2. Individu menyadari bahwa perilakunya berisiko. 3. Menyangkal bahwa perilakunya menyebabkan orang lain menderita.
Misal : Kelainan pola makan, ketidakpatuhan pada program pengobatan, pencideraan diri (stres ; tusuk-tusuk tangan dengan jarum),

Merusak diri secara langsung :
1. Gerakan tubuh menunjukan usaha bunuh diri
2. Memberi pesan-pesan atau kata-kata perpisahan
3. Aktif mencoba
4. Bunuh diri


Mekanisme koping
- Pengrusakan diri : Denial
- Koping yang menonjol : Rasionalisasi, Intelektualisasi & regresi

Alat yang dipakai untuk mengkaji ;
a. Menurut hatton,Valente dan Rink,1977
b. Sirs ( Suicidal intention rating scale )
0 = Tidak ada ide yang lalu & sekarang
1 = Ada ide, tak ada percobaan, tidak merncanakan
2 = Memikirkan dengan aktif, tidak ada percobaan.
3 = Mengancam
4 = Aktif mencoba


Stuart dan Sundeen ( 1987 ), Faktor resiko bunuh diri :

Faktor Risiko Tinggi Risiko rendah

Umur 45 thn/ remaja 25-45 atau 12 thn
Kelamin laki-laki perempuan
status cerai, pisah, duda kawin
Jabatan profesional pekerja kasar
Peny, fisik kronis, terminal tidak serius
ggm mental depresi, halusinasi ggn kepribadian


Faktor – faktor dalam pengkajian klien merusak diri
a. Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri b. Petunjuk gejala
c. Penyakit psikiatrik d. Riwayat Keluarga



Faktor penyebab
a. Kegagalan adaptasi b. Perasaan terisolasi
c. Perasaan marah / bermusuhan d. Cara untuk mengakhiri keputusan
e. Tangisan minta tolong

Faktor penyebabnya ada 5 Faktor :
a. Gangguan jiwa → Gangguan. afektif, Penyalahan gunaan zat * Skizotren.
b. Sifat kepribadiaan → Rasa bermusuhan, Implusif * depresi.
c. Lingkungan psikosial → Kehilangan, perceraian, Dukungan tidak ada.
d. Riwayat keluarga → Pernah melakukan bunuh diri.
e. Faktor Boikimia → Secara serotogenik, opiatergik * dopominergik menjadi media proses yang dapat menimbulkan perilaku pengrusak diri.








Menurut Halton, valente dan Rink, 1977 ( dikutip oleh Shiver, 1986 )

No. Perilaku / Gejala Intensitas Risiko
Rendah Sedang Tinggi
01. Cemas Rendah Sedang Tinggi atau panik
02. Depresi Rendah Sedang Berat
03 Isolasi menarik diri Perasaan depresi yang samar tidak menarik diri Perasaan tidak berdaya, putus asa manarik diri Tidak berdaya
04 Fungsi sehari – hari Umumnya baik pada semua aktifitas Baik pada beberapa aktifitas Tidak baik pada semua aktivitas
05 Sumber – sumber Beberapa Sedikit Kurang
06 Strategi koping Umumnya konstruktif Sebagaian Konstruktif Sebagian besar Destruktur
07 Orang penting / dekat Beberapa Sedikit atau hanya satu -
08 Pelayanan psikiater yang lalu Tidak, sikap positif Ya, umumnya memuaskan Bersikap negatif terhadap pertolongan
09 Pola hidup Stabil Sedang ( stabil – tidak stabil ) Tidak stabil
10 Pemakai alkohol dan obat Tidak sering Sering Terus menerus
11 Percobaan bunuh diri sebelumnya Tidak, atau yang tidak fatal Dari tidak sampai dengan cara yang aga fatal Dari tidak sampai berbagai cara yang fatal

12 Disortersasi dan disorganisasi Tidak ada Sedikit Jelas atau ada
13 Bermusuhan Tidak atau sedikit Beberapa Jelas atau tidak
14 Rencana bunuh diri Samar, kadang – kadang ada pikiran, tidak ada rencana Sering dipikirkan kadang – kadang ada ide untuk merencanakan Sering dann konstan dipikirkan dengan rencana yang spesifik

Cook dan Fontaine ( 1987 ), faktor penyebab tambahan :
a. Anak b. Remaja c. Mahasiswa d. Usia lanjut


Masalah keperawatan
1. Risiko bunuh diri
2. Keputus asan
3. Ketidak berdayaan
4. Gangguan konsep diri : HDR
5. Gangguan konsep diri : Gangguan citra tubuh.
6. Kecemasaan.
7. Berduka disfungsional
8. Koping individu tak efektif.
9. Penatalaksanaan regimen therapeutik in efektif
10. Koping keluarga tak efektif : Ketidakmampuan.


Diagnosa medis yang berhubungan :
- Anoreksi Nervosa
- Bulimia
- Bipolan Disorder : - Manik - depresi ( mood tidak stabil ), - Tidak Bisa dikontrol  Keinginan untuk bunuh diri

- Depresi Mayor
Ada 5 gejala yang timbul setiap hari selama 2 minggu yaitu :
- Mood depresi, kehilangan minat & kesenangan.
- Berat badan turun, insomnia, hipersomnia, gangguan psokomotur,
kelelahan, merasa tidak berharga atau bersalah, tidak mampu
berpikir, sering ingin mati.

Perencanaan.
Tujuan :
1. Mencegah menyakiti diri sendiri.
2. Meningkat harga diri klien
3. Menggali masalah dalam diri klien.
4. Mengajarkan koping yang sehat.


Intervensi
 Perawat harus menyadari responsnya terhadap suicide supaya bersikap obyektif.


I. Proteksi (mencegah menyakiti diri)
1. Verbal Mengatakan kepada klien bahwa tim kesehatan akan mencegah klien suicide.
2. Nonverbal : Menghilangkan benda – benda berbahaya seperti : Ikat pinggang, benda tajam.
3. Observasi Perilaku (Mencegah klien melukai dirinya)
4. Perhatikan verbal & nonverbal klien.
5. Ditempatkan ditempat aman, bukan diisolasi dan semua tindakan dijelaskan
6. Pengawasan selama 24 jam (Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman)
7. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien mendapatkan obat
8. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
9. Intervensi krisis klien
10. Kadang – kadang klien merasa baik, dan berhenti tapi karena kambuh lagi  tetap waspada.

Pada klien yang anoreksia & bulimia, awasi klien pada saat makan, biar banyak yang dimakan.

2. Meningkatkan harga diri
- Setiap kegiatan / prilaku positif segera dipuji.
- Menghilangkan rasa bersalah & menyalahkan
- Sediakan waktu untuk klien sehingga klien merasa dirinya penting
- Bantu untuk mengekspresikan perasaan positif/negatif, beri reinforcement
- Identifikasi sumber kepuasan dan rencana aktivitas yang cepat berhasil
- Dorong klien menuliskan hasil yang telah dicapai

3. Menguatkan koping yang sehat.

Membuat klien bertanggung jawab terhadap perilakunya
a. Modifikasi Prilaku
dibutuhkan dengan prilaku yg respon sif.

Misal : Pada anoreksia
- Boleh dikunjungi keluarga bila berat badan naik ½ Kg.
- Bila tidak mau makan, pasang NGT.

4. Eksplorasi perasaan.
Tujuan membuat klien memahami proses penyakitnya/ masalahnya.
- Mengeksplorisasi faktor predisposisi & pencetus.
- Mengikuti terapi kelompok.
- Mengarah pada masalahnya.
Misal : Klien marah, belajar marah konstruktif.

5. Mengatur batasan dan kontrol
- Membuat daftar perilaku yang mesti diubah / dikontrol.
- Dibuat berstruktur dan batasan yang jelas
Misal : Dalam 2 hari ini tidak ada usaha meerusak diri.

6. Mengarahkan dukungan sosial.
Karena Klien tidak punya sumberdaya internal dan eksternal, maka :
- Melibatkan keluarga & teman.
- Mengajarkan tentang pola – pola suicide & cara mengatasinya.
- Keluarga mencurahkan perasaan dan membuat rencana masa depan.
- Kalau perlu terapi keluarga.
- Buat pusat penanganan krisis.

7. Pendidikan mental
- Pendidikan gizi bagi A. Nervosa dan bulimia.
- Pentingnya patuh pada prigram pengobatan.
- Penyakit kronis yand diderita.


Perawatan selama di rumah sakit
Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan : Risiko Bunuh Diri

1. Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri
a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat
b. Tindakan : Melindungi pasien

Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara dapat melakukan tindakan berikut:
1) Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman
2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)
3) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien mendapatkan obat
4) Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri


SP 1 Pasien: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri

a. Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri

b. Tindakan:
1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah meninggalkan pasien sendirian
2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang berbahaya disekitar pasien
3) Mendiskusikan dengan keluarga perlunya melibatkan pasien agar tidak sering melamun sendiri
4) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur

SP 1 Keluarga: Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang
mencoba bunuh diri


Isyarat Bunuh Diri dengan diagnosa harga diri rendah diri
1. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri
a. Tujuan:
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
b.Tindakan keperawatan
1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2) Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalah
c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

SP 2 Pasien: Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri

SP 3 Pasien: Berikut ini percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pada pasien isyarat bunuh diri

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien isyarat bunuh diri
a. Tujuan : keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.
b. Tindakan keperawatan:
1) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
1) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang penah muncul pada pasien.
2) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien berisiko bunuh diri.

2) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
a) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
b) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
(1) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di tempat yang mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau jangan meninggalkan pasien sendirian di rumah
(2) Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri. Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri, seperti: tali, bahan bakar minyak / bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun serangga.
(3) Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan tanda dan gejala untuk bunuh diri.
c) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.
3) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
a) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut
b) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan bantuan medis
4) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien
a) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan
b) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
c) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara penggunakannya, benar waktu penggunaannya

SP 2 Keluarga: Percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang cara merawat
anggota keluarga berisiko bunuh diri. (isyarat bunuh diri)

SP 3 Keluarga: Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh diri/isyarat bunuh diri

SP 4 Keluarga : Membuat perencanaan Pulang bersama keluarga dengan pasien risiko bunuh diri


Ringkasan tindakan keperawatan untuk pasien berisiko bunuh diri
berdasarkan perilaku bunuh diri yang ditampilkan

Tiga macam perilaku bunuh diri
Tindakan keperawatan untuk pasien Tindakan keperawatan untuk keluarga
1. Isyarat bunuh diri Mendiskusikan cara mengatasi keinginan bunuh diri

Meningkatkan harga diri pasien

Meningkatkan kemampuan pasien dalam menyelesaikan masalah Melakukan pendidikan kesehatan tentang cara merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri
2. Ancaman bunuh diri
3. Percobaan bunuh diri Melindungi pasien Melibatkan keluarga untuk mengawasi pasien secara ketat


Evaluasi
- Perhatikan hari – demi hari.
- Libatkan klien dalam mengevaluasi prilakunya.

1. Apakah ancaman suicide sudah menghilang ?
2. Apakah perilaku menunjukkan kepedulian pada kegiatan sehari-hari ?
3. Apakah sumber koping sudah dipakai semua ?
4. Apakah klien sudah dapat menggambarkan dirinya dengan positif ?
5. Apakah sudah memakai koping positif ?
6. Apakah klien terlibat dalam aktivitas meningkatkan diri ?
7. Apakah klien sudah mendapat keyakinan untuk pertumbuhan diri ?














METAFORA “GUNUNG ES’ SATIR



TINGKAH LAKU
(tindakan/perbuatan)
Garis air CARA MENANGANI MASALAH
Koping, cara bertahan

PERASAAN
(senang, terpesona, marah, sakit
Hati, takut, sedih)
PERASAAN TENTANG PERASAAN

PERSEPSI
(keyakinan, asumsi, kenyataan subyektif,
Cara pandang, pola pikir)

PENGHARAPAN
Keinginan/tuntutan
(pada diri semdiri, pada orang lain, dari orang lain)

DAMBAAN/KEBUTUHAN
(cinta, kebebasan, kedamaian, penerimaan, penghargaan)

AKU
(identitas, eksistensi, gambar diri)

KEROHANIAAN
(hubungan dengan Tuhan)

(C) Warren Tan, diadaptasi dari (C) 1999, John Banmen, modifikasi Sukirno Tarjadi (2004)


SOAL :
Seorang anak tiba-tiba diam, banyak baca kitab suci,tidak bisa tidur dan bolak-balik mengatakan pada ibunya bahwa dia sudah bertobat. Hal ini baru pertama kali dilakukan dan sudah berlangsung selama dua minggu. Seminggu kemudian dia mulai mengamuk dan mengatakan Tuhan tidak adil, Tuhan jahat dan bersumpah tidak akan percaya Tuhan lagi seumur hidupnya. Kaca jendela rumah dipecahkan, orang dimaki, ingin keluar rumah dulu. Kemudian anak ini menjadi pendiam dan sering mengatakan bahwa di surge pasti hidup senang, tidak ada penghinaan. Dia sering bilang bahwa dia tidak ingin merepotkan siapapun, dia ingin mati saja. Anak ini mulai membawa pisau kemana-mana, sampai akhirnya pisau itu dirampas. Setelah dirampas pisaunya, dia tidak mau makan sama sekali.

Setelah diselidiki, ternyata sekitar sebulan yang lalu, anak ini “dikerjai: teman-temannya di sebuah lapangan sepak bola, dia ditelanjangi, diketawai, dia berputar-putar meminta celananya. Setelah puas, teman-temannya memberikan celananya. Dia selalu bilang, dia adalah sampah di keluarga dan di sekolahnya.

Pada saat beberapa wawancara didapatkan bahwa anak ini anak ke dua dari tiga bersaudara, punya abang yang sangat keras dan menanggung perekonomian keluarga sejak ayahnya terkena stroke. Anak ini sering dimarahi karena banyak kegiatan, seperti sepakbola, basket dan sebagainya. Karena banyak kegiatan, dia jadi tidak sempat membantu ayahnya di bengkel. Tidak ada tanda-tanda kenakalan dan kecanduan obat, anak ini rajin beribadah, sementara anggota keluarga lain sama sekali tidak. Dia seringkali berpikir mengapa orang-orang tidak beribadah, mengapa dia selalu dicap nakal, tidak tahu membalas budi, tidak boleh membantah, padahal dia tidak melakukan kenakalan. Dia maunya tetap diberi izin ikut kegiatan tetapi tetap akan membantu ayahnya di hari dimana kegiatannya tidak ada. Sementara keluarga beranggapan bahwa anak itu harus membantu bengkel ayahnya agar bisa mendapat uang sekolah.

Tidak ada komentar: