Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MARAH (PERILAKU KEKERASAN)

PERILAKU KEKERASAN
PENGERTIAN MARAH
“ Perasaan jengkel yang timbul karena adanya kecemasan seseorang yang dianggapnya sebagai ancaman yang akan datang “. (Struart & Sundeen, 1991).

” Reaksi Manusiawi yang normal terhadap rangsang tertentu yang membuat orang tersinggung harga dirinya / membuat kecewa dan frustasi karena segala sesuatu Tidak berjalan seperti yang diinginkan ”. ( Wedge, 1989 ).

“Marah bisa mengakibatkan perilaku kekerasan yang diarahkan kepada diri sendiri, lingkungan atau orang lain. Jadi sering disebut istilah perilaku kekerasan.

Cirinya adalah perasaan tegang. Kemungkinan marah bisa disupresi tapi cepat atau lambat, ketegangan akan diekspresikan dalam berbagai bentuk. Orang yang pemarah kronis bisa mengalami ulkus lambung, depresi, dan bertingkah laku abnormal. Ini merupakan tanda marah yang tidak diekspresikan secara produktif. Ada juga orang yang mengekspresikan marah dengan bergabung dengan tentara, membuat roti atau membuat simfoni. Ini merupakan contoh marah yang disublimasi dan mungkin produktif bagi individu tetapi dasar marah jadi terabaikan.


Marah yang segera diekspresikan sesuai dengan penyebabnya akan memberi kepuasan dan kesehatan. Tapi hal ini yang paling sulit. Secara budaya, mengekspresikan marah secara langsung, tidak dianjurkan. Anak-anak diajarkan untuk patuh, anak laki-laki yang bertengkar, akan dimarahi, anak perempuan sebaiknya tidak pernah bertengkar. Karena sikap seperti ini, banyak orang tumbuh dengan sikap takut untuk marah dan marah dianggap tidak normal. Perasaan marah diekspresikan secara tidak langsung.

Ketakutan mengekspresikan marah berhubungan dengan ketakutan akan penolakan. Pengaruh sikap orangtua sangat besar terhadap sikap anak terhadap marah dan ini terbawa sampai dewasa. Sangat sukar kita marah kepada orang tempat kita bergantung. Kita berharap setiap kebutuhan akan hidup dapat kita antisipasi dan terpenuhi. Bahkan kadang kita percaya bahwa kebutuhan kita akan terpenuhi walaupun tidak kita katakan. Bila kebutuhan tidak terpenuhi, kekecewaan atau marah bisa timbul. Dan akhirnya muncul konflik internal karena mengekspresikan marah secara langsung mungkin akan ada penolakan atau permusuhan dari teman sekitar, sedangkan bila tidak diekspresikan akan menimbulkan perasaan jengkel dan juga akan mengganggu hubungan dengan teman sekitar. Rotherberg (1971) menyatakan, “bila marah disertai komunikasi yang jelas, akan menjadi dasar rasa hormat pada orang yang kita cintai”.

Orang juga akan marah pada situasi kehidupan. Misalnya, mobil rusak, jalan macet, BBM naik, sehingga orang menjadi marah. Tetapi marah seperti ini lebih mudah diekspresikan. Orang berulang kali membicarakan situasi ini dengan penuh emosi sehingga rasa marah yang tersimpan bisa diekspresikan dan rasa marah pada sesuatu yang mengancam dan diekspresikan pada orang/obyek yang tidak mengancam.

Ada juga orang yang tidak dapat mengontrol marahnya pada situasi kehidupan sehingga mengekspresikannya dengan perilaku kekerasan. Kemiskinan, pengangguran, keluarga yang tidak stabil, bisa meningkatkan insiden perilaku kekerasan dalam keluarga ataupun kriminalitas.


Fungsi Positif Marah
Marah tidak selalu bersifat negatif tetapi juga bisa bersifat positif yaitu bisa menghasilkan energi karena orang itu akan berusaha mencapai tujuannya. Kemarahannya membuat dia bersemangat dan berjuang, menimbulkan kreatifitas yang memberikan keberhasiln kepada orang itu. Marah yang Marah di ekspresikan akan menghasilkan hubungan interpersonal yang membaik, orang itu mengetahui apa saja dalam dirinya yang mesti diperbaiki dan dia juga bisa menyampaikan perasaannya kepada orang yang membuatnya marah. Marah bisa juga menjadi dasar pertahanan diri karena orang itu menyadari kecemasan sehingga berusaha untuk atasi konflik. Marah juga bisa meningkatkan seseorang untuk waspada sehingga meningkat kontrol terhadap situasi.

ASERTIF FRUSTASI PASIF AGRESIF AMUK

Asertif adalah kemarahan yang diungkapkan tanpa melanggar hak orang lain. Frustasi berarti kegagalan mencapai tujuan oleh karena tidak realistis / terhambat.Rasa marah pada masa ini sukar diekspresikan dan dipecahkan. Pasif adalah respon lanjutan, dimana klien tidak mampu mengungkapkan perasaannya. Agresif adalah prilaku destriktif tetapi masih terkontrol. Misalnya sudah ada perilaku muka masam, mencaci, bicara kasar, menuntut. Amuk adalah perilaku destruktif tetapi tetap tidak terkontrol, merusak diri sendiri, merusak orang lain atau merusak lingkungan

Faktor – Faktor Penyebab Marah
Penyebab klien marah dan melakukan perilaku kekersan adalah karena pengaruh sosial budaya kemiskinan, persaingan hidup, klien mengalami gangguan mental, punya penyakit fisik berat/terminal, pengaruh bertambahnya usia, laki-laki cenderung marah secara agresif, status emosi menurun dalam kondisi putus asa/tak berdaya. Faktor lingkungan yang bisa menyebabkan orang berperilaku kekerasan adalah ruangan ribut/ padat, terlalu banyak waktu luang, ruangan yang terlalu kecil dan padat, perilaku orang sekitarnya penuh dengan kekerasan dan orang-orang disekitarnya selalu bermusuhan. Kemarahan atau perilaku kekerasan bisa juga terjadi karena orang tersebut di provokasi, mempunyai pengharapan lebih dari kenyatan yang ada dan hidupnya penuh dengan konflik.


Faktor-Faktor yang Mempengarhui Respon Terhadap Marah
Respon dan cara individu dalam menangani marah dipengaruhi antara lain kemampuan individu (koping individu), arti/ makna kehilangan, semakin bermakna obyek yang hilang, semakin tinggi kemarahan, waktu yang sangat sibuk atau banyak tugas akan membuat seseorang mudah melakukan perilaku kekerasan, status kesehatan yang menurun dan kurangnya dukungan sosial, membuat orang cenderung menyelesaikan masalah dengan perilaku kekerasan

Proses Keperawatan
A. Pengkajiam

Faktor Predisposisi
1). Faktor biologis
Instinctual Factors ( S. Freud dan K. Lorenz )
Menyatakan bahwa dorongan agresif manusia merupakan naluri. Freud juga berpendapat bahwa manusia dipengaruhi dua dorongan dasar. Naluri pertama bernama eros, yang berarti naluri hidup, diekspresikan melalui seksualitas. Yang kedua adalah tanatos, berarti naluri untuk mati. Hidup adalah perjuangan untuk mempertahankan keseimbangan antara ke dua dorongan tersebut. Tindakan yang merusak disebabkan naluri untuk mati lebih dominan. Lorenz berpendapat bahwa naluri agresif pada manusia sama dengan naluri agresif pada hewan-hewan.

Neurobilogical Factors (Montague, 1979)
Dia menyatakan bahwa dalam susunan persyarafan ada juga yang berubah pada saat orang agresif. Sistem limbik berperan penting dalam meningkatkan dan menurunkan agresifitas Sedangkan menurut Eichelman, ada empat neurotransmiter, yaitu GABA (gamma aminobutiric acid), norepinefrin, serotonin, dan epilepsi. GABA dapat menurunkan agresifitas, norepinefrin dapat meningkatkan agresifitas, serotonin dapat menurunkan agresifitas dan orang yang epilepsi.

2). Faktor psikologis
Teori frustasi- agresif (Dollard, 1939)
Dia mengatakan bahwa agresifitas disebabkan rasa frustasi. Frustasi terjadi karena orang tidak bisa memenuhi keinginannya. Frustasi dianggap sebagai ancaman, dan kecemasan yang timbul karena ancaman tersebut dianggap sebagai marah. Ancaman bisa berupa sesuatu yang aktual, misalnya kehilangan pekerjaan atau yang dirasakan, misalnya kehilangan harga diri. Ancaman juga bisa berupa adanya konflik dan kehilangan kontrol dan menimbulkan sikap agresif.



Teori perilaku
Agresif dianggap sebagai sesuatu yang dipelajari dan dikuatkan. Misalnya, anak yang berumur empat tahun, minta kue sambil marah, lalu ibunya memberikan, maka anak mendapat kesan, minta sambil marah akan selalu dikabulkan

2). Faktor sosial budaya
Teori lingkungan sosial
Lingkungan sosial menentukkan cara marah dan arti marah pada individu. Bila lingkungan sekitar terbiasa menyelesaikan marah dengan asertif, maka individu akan akan menyelesaikan marah dengan sehat. Norma-norma budaya menentukan tindakan marah yang bisa diterima dan mana yang diberi sangsi.

Teori pembelajaran sosial
Perilaku agresif dipandang sebagai proses sosialisasi. Anak-anak yang tumbuh dilingkungan yang penuh kekerasan akan mempelajari bahwa kekerasan dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan mereka. Perilaku kekerasan dipelajari pada saat mengalami atau meniru kekerasan.

Faktor pencetus
Ancaman yang menimbulkan marah bisa eksternal maupun internal. Contoh stresor eksternal adalah serangan fisik, putus hubungan, dikritik orang lain. Contoh stresor internal adalah tidak berprestasi kerja, kehilangan orang yang dicintai, respon terhadap penyakit kronis. Marah juga bisa disebabkan perasaan jengkel yang sudah menumpuk di hati atau karena kehilangan kontrol terhadap situasi. Marah juga bisa timbul pada orang yang dirawat inap.

Perilaku
Ada dua bentuk manifestasi perilaku kekerasan karena marah yaitu pertama; respon secara fisiologis, emosi, sosial, intelektual dan spiritual dan yang kedua perilaku secara asertif, pasif agresif dan agresif. Berikut ini akan dibahas satu persatu.



Fisiologis
Tanda-tanda biologis/fisiologis adalah tekanan darah meningkat, nadi meningkat bukan karena stimulasi vagal, tetapi karena epinefrin meningkat, pandangan tajam, ludah meningkat, wajah merah, rahang terkatup, pupil melebar , tangan dikepal, urine meningkat, reflek cepat, keringat meningkat, sakit fisik, peristaltik menurun, reaksi fighting atau flighting

Emosional
Tanda-tanda emosional adalah tak nyaman, menyakiti hati, tak berdaya, menyalahkan, jengkel, menuntut, frustasi , ingin meledak, dendam, rasa terganggu

Intelektual
Tanda-tanda marah adalah mendominasi, sarkasme, bawel, meremehkan, berdebat

Sosial
Tanda-tanda sosial orang yang marah dan melakukan perilaku kekerasan adalah menarik diri, melakukan kekerasan, mengasingkan diri, mengejek, penolakkan untuk didekati, mengkritik

Spiritual
Tanda-tanda sosial orang yang marah dan melakukan perilaku kekerasan adalah merasa tidak berdosa, bejat, berkuasa, tak realistis, tak bermoral, kreatifitas terlambat, keraguan, ingin orang lain / lingkungan yang memenuhi kebutuhannya.

Asertif
Asumsi dasar dari asertif adalah bahwa setiap individu berhak berperilaku sekehendak hati untuk memenuhi kebutuhannya selama tidak melanggar hak orang lain. Perilaku asertif adalah perilaku yang bisa menyatakan perasaan dengan jelas dan langsung, jarak bicara tepat, kontak mata tapi tidak mengancam, sikap serius tetapi tidak mengancam, tubuh lurus dan santai, pembicara penuh percaya diri, bebas untuk menolak permintaan, bebas mengungkap alasan-alasan pribadi kepada orang lain, tidak sungkan meminta pada orang lain, bisa menerima penolakan orang lain, mampu memberi pernyataan/perasaan kepada orang lain, mampu menyatakan cinta pada orang terdekat, mampu menerima masukan/kritik dari orang lain, bila orang lain tidak mampu menerima permintaannya, dia tidak merasa bersalah

Jadi bila orang asertif marah, dia akan menyatakan rasa marahnya dengan cara dan situasi yang tepat, menyatakan ketidakpuasannya dengan memberi alasan yang tepat. Orang bisa marah secara asertif, pasif dan agresif tergantung dari situasi yang dihadapinya.Palmer dan Deck (1987) mengemukakan beberapa tehnik asertif, yaitu :
1. Negosiasi
Mengekspresikan perasaan sesuai situasi yang ada, memberi prmintaan yang khusus, mengidentifikasi keuntungan bila ada keputusan dan membantu memecahkan masalah.
2. Rekaman
Menyatakan pesan berulang kali dengan berbagai cara agar pesan didengar

Perilaku pasif
Orang yang pasif merasa haknya dibawah hak orang lain. Bila marah, orang ini akan menyembunyikan marahnya sehingga menimbulkan ketegangan bagi dirinya. Bila ada orang mulai memperhatikan nonverbal marahnya, orang itu akan menolak dikonfrontasi sehingga semakin menimbulkan ketegangan bagi dirinya. Seringkali berperilaku seperti memperhatikan, tertarik, dan simpatis walaupun dalam dirinya sangat berbeda. Kadang-kadang bersuara pelan, lemah, seperti anak kecil, menghindari kontak mata, jarak bicara jauh dan mengingkari kenyataan. Ucapan sering menyindir atau bercanda yang keterlaluan.

Perilaku agresif
Orang agresif mengekspersikan perasaannya tanpa mengindahkan hak orang lain. Dia berpendapat bahwa orang selalu menentangnya, hidup adalah peperangan, penuh bicara dan perlakuan keras.

Acting Out Behavior
adalah salah satu bentuk marah yang tidak langsung. Marah ini menutupi perasaan cinta, takut atau perasaan bersalah. Bisa juga salah satu cara untuk menarik perhatian. Orang tersebut menekan perasaan yang sebenarnya dengan perilaku yang berbeda dengan perasaanya dan biasanya bisa merusak diri, lingkungan dan hubungan interpersonal. Misalnya, sebelum dia diputuskan pacarnya, dia lebih dulu menyatakan putus.

Mekanisme koping
Sering dipakai adalah displacement, sublimasi, proyeksi, denial, reaksi formasi.

B. Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kekerasan
1. Tujuan :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c. Mengidentifikasi tanda dan gejala, serta akibat perilaku kekerasan
d. Mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
e. Mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan
f. Mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku kekerasan
g. Mendemonstrasikan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan

2. Tindakan Keperawatan
a. Persiapan perawat, sebelum merawat pasien dengan perilaku kekerasan perawat perlu :
• Meningkatkan kesadaran diri
Perawat harus menyadari responnya terhadap klien marah harus tetap terapeutik. Caranya : Supaya perawat dan pasien tidak saling berebut kontrol, maka perawat perlu mengenali penyebab marah klien.

* Bila penyebabnya fisiologis, perawat mudah mengenali penyebabnya dan mengarahkan klien menerima kenyataan yang ada.

* Bila alasan tersembunyi atau tidak berhubungan dengan perawat, maka perawat sukar menerima kemarahan klien. Perawat perlu mengontrol responnya terhadap marah ini supaya tetap terapeutik.

Contoh respon tidak terapeutik
a. Membela diri. Perawat menganggap kemarahan klien ditujukan pada dirinya sehingga dia “menghukum klien.”
b. Retaliation. Memberi label pada klien tanpa mengkaji lebih dalam penyebab perilaku klien.

• Perawat berlatih bertindak asertif
• Yakin pasien dapat belajar ungkapan marah yabg benar
• Hangat, tegas, menerima, tetap tenang dan kalem
Bicara dengan lembut, nada rendah tidak membalas suara keras pasein, gunakan kalimat pendek dan simpel, hindarkan ketawa dan senyum tidak pada tempatnya, katakan anda siap membantu, beri kesempatan untk mengungkapkan perasaan dan pengalaman, sikap santai dan tidak tergesa-gesa

b. Membina hubungan saling percaya dengan pasien
• Beri salam/panggil nama perawat sambil berjabat tangan
• Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
• Jelaskan maksud hubungan interaksi
• Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
• Beri rasa aman dan sikap empati

2. . Mengidetifikasi penyebab perilaku kekerasan
a. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
b. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal

4. Mengidentifikasi tanda dan gejala serta akibat perilaku kekerasan
a. Anjurkan klien mengunkapkan yang dialaminya dan dirasakan saat jengkel/marah
b. Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
c. Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/kesal yang dialami klien
d. Diskusikan akibat/kerugian dari cara marah yang dilakukan klien
e. Simpulkan bersama akibat dari perilaku kekerasan klien

5. Membatasi situasi marah klien
Pada saat klien tidak marah, klien disuruh mengenali perilakunya yang benar dan yang tidak benar. Klien diberi konsekwensi dari setiap perilakunya. Bila klien marah, maka dia akan menerima perlakuan (“hukuman”) tertentu atas perilakunya sesuai dengan kesepakatan perawat dengan klien.

1. Memperagakan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
a. Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
b. Bei pujian atas kegiatan yang biasa dilakukan klien
c. Diskusikan cara fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan yang paling mudah dilakukan untuk : tarik napas dalam dan pukul kasur dan bantal
d. Diskusikan cara tarik napas dalam dengan klien
e. Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 (lima) kali
f. Beri pujian positif atas kemampuan klien memperagakan cara tarik napas dalam
g. Tanyakan perasaan klien setelah selesai
h. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat marah/jengkel
i. Diskusikan dengan klien frekuensi latihan yang akan dilakukan sendiri oleh klien
j. Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari
k. Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dilakukan dengan jadwal kegiatan harian (self evaluation)
l. Validasi kemampuan klien melaksanakan latihan
m. Beri pujian atas keberhasilan klien
n. Tanyakan pada klien “Apakah kegiatan cara pencegahan perilaku kekerasan bisa mengurangi marah ?”

2. Memperagakan cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan
a. Diskusikan cara bicara yang baik
b. Beri contoh cara bicara yang baik
• Meminta dengan baik
• Menolak dengan baik
• Mengungkapkan perasaan dengan baik
• Catat kata-kata yang disukai klien pada saat mengungkapakn perasaan
• Pertahankan kontak mata
• Pertahankan posisi tubuh berhadapan dan tegak, berbicara dengan jelas
• Nada suara tegas
• Ekspresi wajah dan sikap tubuh untuk penekanan
c. Minta klien mengikuti contoh bicara yang baik (satu persatu)
d. Minta klien mengulang sendiri
• Diskusikan dengan klien waktu dan kondisi cara bicara yang dapat dil;atih di ruangan, misal : meminta obat, menolak ajakan merokok/tidur tidak pada waktunya, menceritakan kekesalan pada perawat
• Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari
• Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dilakukan dengan jadwal kegiatan harian (self evaluation)
• Validasi kemampuan klien melaksanakan latihan
• Beri pujian atas keberhasilan klien

3. Memperagakan cara spiritual untuk mencegah perilaku kekerasan
a. Diskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan klien
b. Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang dapat dilakukan di rumah
c. Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang dapat dilakukan di rumah sakit
d. Minta klien memperagakan kegiatan ibadah yang akan dipilih
e. Bei pujian atas kegiatan yang biasa dilakukan klien
f. Diskusikan dengan klien waktu pelaksanaan kegiatan ibadah
g. Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari
h. Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self evaluation)
i. Validasi kemampuan klien melaksanakan latihan
j. Beri pujian atas keberhasilan klien



9. Memperagakan patuh obat untuk mengenal
a. Diskusikan dengan klien jenis obat yang dimakan (nama, warna, besarnya), waktu minum obat (jika 3 kli : jam 07.00, 13.00, 19.00)
b. Diskusikan dengan klien manfaat minum obat teratur
c. Beda perasaan sebelum minum obat dan sesudah minum obat
d. Jelaskan dosisnya hanya boleh dirubah oleh dokter
e. Jelaskan akibat tidak teratur minum obat, misal : kambuh
f. Diskusikan proses minum obat
g. Klien meminta obat pada perawat (jika di RS), pada keluarga (jika di rumah)
h. Klien memeriks obat sesuai dosisnya
i. Klien minum obat pada waktu yang tepat
j. Susun bersama jadwal minum obat
k. Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self evaluation)
l. Validasi kemampuan klien melaksanakan latihan
m. Beri pujian atas keberhasilan klien
n. Yang harus diperhatikan dari pengobatan
• Diskusikan dengan klien dan keluarga jenis, dosis, frekuensi/waktu minum obat, manfaat obat, akibat tidak patuh obat dan efek samping yang mungkin terjadi
• Efek samping pemberian obat antara lain : gangguan pencernaan (konstipasi), gangguan eliminasi (retensi Urin), gangguan kardiovaskuler (aritmia, nyeri dada), tenggorokan kering dan tremor
• Yang harus diperhatikan apabila selama dua minggu tidak ada perubahan perilaku ke arah positif, klien harus segera dirujuk ke Puskesmas/RSU/RSJ

10. Tindakan pada saat amuk
a. Tenangkan klien dengan kata-kata dan nonverbal perawat
b. Bila klien, tidak bisa tenang, tangkap klien, perawat jangan sendiri
c. Restraint klien (ikat, isolasi) bila klien tidak terkonrol lagi
d. Jelaskan pada klien, bahwa ini untuk kebaikannya
e. Berikan medikasi yang sesuai

Tindakan keperawatan pada Keluarga
1. Tujuan : Keluarga dapat merawat anak dengan perilaku kekerasan
2. Tindakan keperawatan
a. Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat pasien seuai dengan yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini
b. Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien
c. Jelaskan masalah klien
d. Jelaskan cara-cara merawat klien
• Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif
• Sikap dan cara bicara
• Membantu klien mengenali penyebab marah dan pelaksanaan cara pencegahan perilaku kekerasan
e. Bantu keluarga memperagakan cara merawat klien
f. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan peragaan
g. Anjurkan keluarga mempraktekkanya pada klien selama di rumah sakit dan melanjutkannya setelah pulang ke rumah
h. Anjurkan klien menceritakan dan menunjukkan kegiatan harian yang telah dilatih dan dilaksanakan
i. Anjrukan keluarga memberi pujian atas kemampuan klien

D. EVALUASI
1. Pasien
a. Pasien menjelaskan situasi nyata yang membuat ia marah
b. Pasien berpartisipasi dalam latihan/role play
c. Klien dapat mengekspresikan marah yang sehat / secara konstruktif, seperti :
• menarik napas dalam
• Perilaku marahnya sesuai dengan situasi atau penyebabnya
d. Pasien menyadari proses dan tujuan perubahan perilaku marahnya..
e. Pasien dapat menyebutkan hasil dari cara yang sudah digunakannya
2. Keluarga
a. Keluarga mampu memberikan perawatan pasien di rumah
b. Keluarga mengetahui keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien
c. Keluarga mapu memfasilitasipada saat klien mengungkaplan perasaan dan perilaku marah
d. Keluarga mampu memberikan pujian terhadap setiap perilaku klien yang positif


SOAL :
Seorang anak tiba-tiba diam, banyak baca alkitab,tidak bisa tidur dan bolak-balik mengatakan pada ibunya bahwa dia sudah bertobat. Hal ini baru pertama kali dilakukan dan sudah berlangsung selama dua minggu. Seminggu kemudian dia mulai mengamuk dan mengatakan Tuhan tidak adil, Tuhan jahat dan bersumpah tidak akan percaya Tuhan lagi seumur hidupnya. Kaca jendela rumah dipecahkan, orang dimaki, ingin keluar rumah dulu. Setelah diselidiki, ternyata sekitar sebulan yang lalu, anak ini “dikerjai: teman-temannya di sebuah lapangan sepak bola, dia ditelanjangi, diketawai, dia berputar-putar meminta celananya. Setelah puas, teman-temannya memberikan celananya. Dia selalu bilang, dia adalah sampah di keluarga dan di sekolahnya.

Pada saat beberapa wawancara didapatkan bahwa anak ini anak ke dua bersaudara, punya abang yang sangat keras dan menanggung perekonomian keluarga sejak ayahnya terkena stroke. Anak ini sering dimarahi karena banyak kegiatan, seperti sepakbola, basket dan sebagainya. Karena banyak kegiatan, dia jadi tidak sempat membantu ayahnya di bengkel. Tidak ada tanda-tanda kenakalan dan kecanduan obat, anak ini rajin ke gereja, sementara anggota keluarga lain sama sekali tidak. Dia seringkali berpikir mengapa orang-orang tidak ke gerja, mengapa dia selalu dicap nakal padahal dia tidak melakukan kenakalan. Dia maunya tetap diberi izin ikut kegiatan tetapi tetap akan membantu ayahnya di hari dimana kegiatannya tidak ada. Sementara keluarga beranggapan bahwa anak itu harus membantu bengkel ayahnya, tidak usah bermain, agar bisa mendapat uang sekolah.


METAFORA “GUNUNG ES’ SATIR



TINGKAH LAKU
(tindakan/perbuatan)
Garis air CARA MENANGANI MASALAH
Koping, cara bertahan

PERASAAN
(senang, terpesona, marah, sakit
Hati, takut, sedih)
PERASAAN TENTANG PERASAAN

PERSEPSI
(keyakinan, asumsi, kenyataan subyektif,
Cara pandang, pola pikir)

PENGHARAPAN
Keinginan/tuntutan
(pada diri semdiri, pada orang lain, dari orang lain)

DAMBAAN/KEBUTUHAN
(cinta, kebebasan, kedamaian, penerimaan, penghargaan)

AKU
(identitas, eksistensi, gambar diri)

KEROHANIAAN
(hubungan dengan Tuhan)

(C) Warren Tan, diadaptasi dari (C) 1999, John Banmen, modifikasi Sukirno Tarjadi (2004)

Tidak ada komentar: