Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

IMUNISASI


PENGERTIAN IMUNISASI

Imunisasi berasal dari kata imun, yang berarti kebal atau resisten. Jadi Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manuasia. Sedangkan kebal adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi serangan kuman tertentu. Kebal atau resisten terhadap suatu penyakit belum tentu kebal terhadap penyakit lain. Dalam ilmu kedokteran, imunitas adalah suatu peristiwa mekanisme pertahanan tubuh terhadap invasi benda asing hingga terjadi interaksi antara tubuh dengan benda asing tersebut. Adapun tujuan imunisasi adalah merangsang sistim imunologi tubuh untuk membentuk antibody spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).


TUJUAN

Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Slain itu, untuk menurunkan angka kesakitan dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah Difteri, Tetanus, Batuk Rejan (Pertusis), Campak (Measles), Polio dan Tuberkulosa.


CARA PEMBERIAN

Pada dasarnya, imunisasi adalah proses merangsang sistem kekebalan tubuh dengan cara memasukkan (baik itu melalui suntik atau minum) suatu virus atau bakteri. Sebelum diberikan, virus atau bakteri tersebut telah dilemahkan atau dibunuh, bagian tubuh dari bakteri atau virus itu juga sudah dimodifikasi sehingga tubuh kita tidak kaget dan siap untuk melawan bila bakteri atau virus sungguhan menyerang.


JENIS-JENIS IMUNISASI

Pada dasarnya ada 2 jenis imunisasi, yaitu :
%  Imunisasi Pasif (Pasive Immunization)
Imunisasi pasif ini adalah pemberian kekebalan tubuh dengan memberikan secara langsung pada penerima antibodi dalam bentuk antisera atau pemberian sel yang “imuno-sensitized” terhadap infeksi yang akan dicegah. Imunisasi ini merupakan immunoglobulin yang didapatkan scara genetis melalui ibu. Digunakan untuk orang yang tidak mampu membangkitkan respon imun humoral/kekebalan. Imunisasi pasif humoral – pemberian antibodi dari orang lain (humolog, heterolog, autolog). Antibodi dapat berupa seluruh serum/fraksionasinya atau gammaglobulin.

%   Imunisasi Aktif (Active Immunization)
Kekebalan terhadap infeksi (humoral, seluler) diperoleh atas usaha sindiri, karena rangsangan antigen m.o. syarat penting imunisasi yaitu sistem imun harus normal agar hasil optimal. Agar diperoleh hasil yang setara dengan respon sekunder harus diberi imunisasi ulangan (booster). Antigen yang digunakan untuk merangsang kekebalan pada imunisasi disebut dengan vaksin.

Vaksin terbagi menjadi 2, yaitu:
a.       Vaksin konvensional
1.      Toksoid
Merupakan vaksin dari toksin yang dihilangkan keganasannya dengan formalin/pemanasan, berbentuk laruta/alupresipitat dan diberikan untuk tetanus dan difteri.
2.      Killed Vaccine
Diberikan untuk pertusis, poliomyelitis, dan kolera.
3.      Vaksin Subunit
4.      Lived Ettenuated Vaccine
Diberikan untuk TBC (BCG), polio oral, vaksin cowpox yang mencegah smallpox
b.      Vaksin Rekayasa Genetika
Untuk m.o. yang sukar dibiak digunakan rekayasa genetika melalui DNA rekombinan. Contohnya vaksin Hepatitis B, vaksin malaria, vaksin AID, dll.

Jenis vaksin yang biasa digunakan:
1.      vaksin yang berisi sel bakteri : pertusis, tifoid, BCG.
2.      vaksin berisi toksoid : tetanus, difteri.
3.      vaksin virus : polio, morbili, rubelia, mumps.
4.      vaksin polisakarida : pneumokokus, meningokokus, H. influenzae tipe b

Imunisasi yang diberikan pada anak adalah :
a. BCG untuk mencegah penyakit TBC
b. DPT untuk mencegah penyakit-penyakit Difteri, Pertusis, dan Tetanus.
c. Polio untuk mencegah penyakit Poliomielitis.
d. Campak untuk mencegah penyakit Campak (Measles).



PROSEDUR IMUNISASI

Prosedur imunisasi di tiap negara berbeda. Prosedur imunisasi harus diberikan pada populasi dengan proteksi kurang, angka pemeparan terhadap AG tertentu pling tinggi. Resiko terhadap penyakit dan komplikasinya terbesar.
Di Indonesia sendiri digunakan untuk penyakit:
a.       Difteri, pertusis, tetanus (DPT)
b.      Tuberkulosis (BCG)
c.       Polio (Polio oral vaksin dan Sabin)

Keberhasilan imunisasi ditentukan oleh:
v  Jenis vaksin
v  Jumlah pengulangan penyuntikan bahan vaksin
v  Infeksi yang pernah diderita sebelumnya
v  Cara pemberian vaksin
v  Cara penyimpanan, terutama untuk vaksin hidup

Pihak-pihak yang memerlukan imunisasi:
¤  Bayi dan anak balita, anak sekolah, remaja
¤  Orang tua, manula
¤  Top management / Executive perusahaan
¤  Calon jemaah haji/umroh
¤  Anda yang akan bepergian ke luar negeri
¤  Dll.

JADWAL IMUNISASI / VAKSINASI

Jadwal imunisasi adalah informasi mengenai kapan suatu jenis vaksinasi atau imunisasi harus diberikan kepada anak. Jadwal imunisasi suatu negara dapat saja berbeda dengan negara lain tergantung kepada lembaga kesehatan yang berwewenang mengeluarkannya.Memberikan suntikan imunisasi pada bayi anda tepat pada waktunya adalah faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi anda. Yakinlah bahwa dengan membawa bayi anda untuk melakukan imunisasi adalah salah satu yang terpenting dari bagian tanggung jawab anda sebagai orang tua.  Imunisasi (atau “vaksinasi”) diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak.  Imunisasi biasanya diberikan selama waktu pemeriksaan rutin ke dokter atau klinik.

1. Imunisasi yang diwajibkan
Vaksinasi
Jadwal Pemberian-usia
Booster/Ulangan
Imunisasi untuk melawan
BCG
Waktu lahir
--
Tuberkulosis
Hepatitis B
Waktulahir-dosis I
1bulan-dosis 2
6bulan-dosis 3
1 tahun-- pada bayi yang lahir dari ibu dengan hep B.
Hepatitis B
DPT dan Polio
3 bulan-dosis1
4 bulan-dosis2
5 bulan-dosis3
18bulan-booster1
6tahun-booster 2
12tahun-booster3
Dipteria, pertusis, tetanus, dan polio
campak
9 bulan
--
Campak

2. Imunisasi yang dianjurkan:
Vaksinasi
Jadwal Pemberian-usia
Booster/Ulangan
Imunisasi untuk melawan
MMR
1-2 tahun
12 tahun
Measles, meningitis, rubella
Hib
3bulan-dosis 1
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3
18 bulan
Hemophilus influenza tipe B
Hepatitis A
12-18bulan
--
Hepatitis A
Cacar air
12-18bulan
--
Cacar air


3. Imunisasi anak rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Periode  
    2004:
Vaksin
Umur pemberian imunisasi
Bulan
Tahun
      lahir
1
2
3
4
5
6
9
12
15
18
2
3
5
6
10
12
Program Pengembangan Imunisasi (PPI, diwajibkan)
BCG

















    Hepatitis B
1
2




3










Polio
0

1

2

3




4

5



DTP


1

2

3




4

5


6 dT atau TT
Campak







1






2


Program Pengembangan Imunisasi Non PPI (non PPI, dianjurkan)
Hib


1

2

3

4







Tifoid








1





2


Hepatitis A










Ulangan, tiap 3 tahun
Varisela










Diberikan 2x, interval 6-12 bulan
Keterangan jadwal imunisasi rekomendasi IDAI, periode 2004:
Umur
Vaksin
Keterangan
Saat lahir
Hepatitis B-1
*   HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi
*   berumur 7 hari.
*   Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain)
1 bulan
Hepatitis B-2
*   Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.
0-2 bulan
*   BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu
*   dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
2 bulan
DTP-1
*   DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
Hib-1
*   Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.
Polio-1
*   Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1
4 bulan
DTP-2
*   DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).
Hib-2
*   Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2
Polio-2
*   Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2
6 bulan
DTP-3
*   DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T).
Hib-3
*   Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.
Polio-3
*   Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3
Hepatitis B-3
*   HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
9 bulan
Campak-1
*   Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan
*   program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.
15-18 bulan
MMR
*   Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.
Hib-4
*   Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).
18 bulan
DTP-4
*   DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.
Polio-4
*   Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.
2 tahun
Hepatitis A
*   Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.
2-3 tahun
Tifoid
*   Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3
*   tahun.
5 tahun
DTP-5
*   DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)
Polio-5
*   Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5.
6 tahun
*   Diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang belum mendapatkan MMR-1.
10 tahun
dT/TT
*   Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun.
Varisela
*   Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.


Yang harus diperhatikan, tanyakan dahulu dengan dokter anda sebelum imunisasi jika bayi anda sedang sakit yang disertai panas; menderita kejang-kejang sebelumnya ; atau menderita penyakit system saraf. 

Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak anda.  Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap  penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak.  Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi anda (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini adalah untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang.

IMUNISASI SELAMA KEHAMILAN

Imunisasi adalah pemberian vaksin pada tubuh seseorang untuk memberikan perlindungan kepada kekebalan tubuh. Sangat penting untuk mencoba menghindari pajanan infeksi yang dapat berbahaya bagi ibu dan janin selama kehamilan. Vaksinasi juga penting dilakukan bagi pasangan yang merencanakan kehamilan. Imunisasi yang rutin dilakukan selama kehamilan sebaiknya ditunda sampai triwulan kedua atau ketiga karena kemungkinan teratogen (membuat cacat) bagi janin. Waktu terbaik untuk membicarakan tentang imunisasi adalah ketika sedang merencanakan kehamilan. Apabila ketika sedang hamil seorang wanita terkena penyakit tertentu maka tergantung dari situasinya, apakah akan diberikan vaksinasi dipertimbangkan dari untung dan ruginya.

Gambar 1. Proses Imunisasi


 








Jenis imunisasi Yang Dibutuhkan Wanita Hamil
û  Tetanus   (Tetanus Toksoid)    : vaksin ini dianjurkan pada wanita hamil untuk mencegah tetanus neonatorum (tetanus pada bayi) dan sebaiknya diberikan pada wanita yang tidak melengkapi 3 kali imunisasi dasar atau 10 tahun boster
û  Hepatitis B   : untuk wanita dengan risiko tinggi Hepatitis B (memiliki > 1 pasangan seksual dalam 6 bulan terakhir, memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual, penggunaan narkoba suntik)
û  Influenza (Inaktif)   : vaksin ini dapat mencegah penyakit serius pada ibu hamil namun sebaiknya diberikan setelah minggu ke-14 .
Jenis imunisasi yang dipertimbangkan diberikan pada wanita hamil dengan pajanan infeksi spesifik
±  Pneumokokus : diberikan pada triwulan kedua atau ketiga pada wanita dengan risiko tinggi infeksi pneumokokus atau dengan penyakit kronik (wanita dengan gangguan jantung, paru, atau penyakit hati; penurunan kekebalan tubuh; diabetes).
±  Rabies  : direkomendasikan bagi mereka yang terpajan dengan rabies
±  Hepatitis A          : belum banyak penelitian mengenai keamanan imunisasi ini selama kehamilan, namun risikonya rendah (karena vaksin berasal dari virus inaktif).
±  Vaksin Polio Oral & Vaksin Polio Inaktif
Gambar 2. Imunisasi pada Wanita Hamil


 







Jenis imunisasi yang tidak direkomendasikan pada wanita hamil
·       MMR (Mumps, Measles, Rubella) : merupakan kontraindikasi bagi kehamilan karena kemungkinan risiko kelainan bawaan pada janin. Wanita sebaiknya menunggu selama 3 bulan sebelum hamil setelah menerima vaksin virus hidup ini.
·       Varisela    : tidak dianjurkan selama kehamilan karena kemungkinan infeksi varisela pada janin (vaksin merupakan virus hidup). Diberikan minimal 1 bulan sebelum kehamilan
·       HPV (Human Papiloma Virus)  : memiliki kaitan efek samping terhadap janin dan ibu hamil. Data vaksinasi pada wanita hamil terbatas
Tabel 1. Imunisasi pada Wanita Hamil
Agen Imunobiologi
Tipe Agen Imunisasi
Indikasi Imunisasi selama Kehamilan
Kontra
indikasi
Jadwal Dosis

Keterangan
Tetanus Toksoid
Toksoid
X

Diberikan 3 kali, 2 terakhir ketika hamil

Hepatitis A
Vaksin virus inaktif


Dua dosis
Direkomendasikan pada wanita dengan risiko tinggi
Hepatitis B
Hepatitis B imunoglobulin
X

Tergantung pajanan
Umumnya diberikan dengan vaksin virus Hepatitis B, bayi baru lahir yang terpajang membutuh-kan profilaksis
Influenza (inaktif)
Vaksin virus inaktif
X (musim influenza)

Dosis tunggal IM

MMR(campak, gondong, rubella)
Vaksin virus hidup

X
Dosis tunggal, Subkutan
Vaksinasi terhadap wanita risiko tinggi sebaiknya dilakukan setelah melahirkan, imunisasi sebelum kehamilan
Varisela (cacar air)
Varisela-zoster imunoglobulin

X
Dosis tunggal IM dalam 96 jam setelah pajanan
Imunisasi sebelum kehamilan
Pneumokokus
Vaksin polivalen polisakarida


Dosis tunggal SC atau IM
Direkomendasikan pada wanita dengan risiko tinggi
Rabies
Vaksin virus mati



Direkomendasikan pada wanita dengan risiko tinggi
Polio
Virus hidup (oral) dan vaksin virus inaktif (SK)

X
Oral dan subkutan
Direkomendasikan untuk wanita hamil yang bepergian ke daerah endemis



EFEK SAMPING IMUNISASI

Efek samping dari pemberian imunisasi yaitu dapat menimbulkan reaksi tubuh dengan gejala demam, malaise san sakit pada tempat suntikan. Sehingga harus dipertimbangkan dahulu sebelum dilakukan imunisasi, tubuh harus sehat atau kondisi sistem imun harus dalam kondisi yang optimal agar imunisasi memberikan respon yang optimal pula. Efek samping bervariasi baik reaksinya maupun waktu terjadinya efek samping.
  Hepatitis A    : nyeri dan kemerahan di tempat suntikan, sakit kepala, kelelahan, reaksi alergi
  Hepatitis B   : nyeri di tempat suntikan, demam
  Influenza    : kemerahan dan bengkak pada tempat suntikan yang dapat berlangsung hingga 2 hari, demam
  Tetanus-difteri  : demam, nyeri dan bengkak di tempat suntikan
  TETANUS TOXOID: Efek samping TT untuk ibu hamil tidak ada. Perlu diingat efek samping imunisasi jauh lebih ringan dari pada efek penyakit bila bayi tidak diimunisasi
  MMR   : rash, pembengkakan kelenjar getah bening leher, nyeri dan kaku pada sendi 1 atau 2 minggu setelah vaksinasi
  Varisela  : demam, nyeri dan kemerahan di tempat suntikan, rash sampai 3 minggu setelah imunisasi
  Pneumokokus           : demam, nyeri di tempat suntikan
  Vaksin Polio Oral      : tidak ada
  Vaksin Polio Inaktif  : kemerahan, rasa tidak nyaman di tempat suntikan
  Yang Harus Diperhatikan
  Semua vaksin yang mengandung bakteri / virus hidup tidak dianjurkan bagi wanita hamil, kehamilan sebaiknya dicegah untuk 28 hari setelah penyuntikan vaksin hidup (varisela, MMR, BCG) namun vaksinasi virus hidup < 28 hari sebelum kehamilan bukan alasan untuk mengakhiri kehamilan
  Vaksin virus / bakteri mati dapat diberikan pada wanita hamil namun waktu ideal untuk pemberian tergantung dari waktu konsepsi
  Kehamilan tidak mengganggu efisiensi dari vaksin
  CAMPAK: Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 4 – 10 hari sesudah penyuntikan.
  DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan dan Imunisasi tidak perlu diulang.
  BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempat suntikan. Setelah 2 – 3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah ± 10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut yang kecil.

JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI

No
Jenis Vaksin
Jumlah Vaksinasi
Selang Waktu Pemberian
Sasaran
1
BCG
1 kali
-
Bayi 0-11 bulan
2
DPT-Hb
3 kali (DPT-Hb 1,2,3)
4 minggu
Bayi 2-11 bulan
3
Polio
4 kali (Polio 1,2,3,4)
4 minggu
Bayi 0-11 bulan
4
Campak
1 kali
-
Anak 9-11 bulan
Catatan Penting
%  Hasil imunisasi bisa optimal jika diberikan tepat waktu sesuai jadwal.
%  Pada dasarnya imunsiasi aman untuk diberikan, namun ada beberapa kondisi dimana imunisasi sebaiknya tidak diberikan atau ditunda pemberiannya : Sakit demam tinggi atau akut berat. Anak menderita gangguan kekebalan tubuh. Misalnya pada orang yang minum obat yang penurun daya tahan tubuh dalam waktu lama contoh prednisone. Kanker darah, infeksi HIV/AIDS
%  Imunisasi harus dilakukan dengan mempergunakan jarum dan alat suntik yang baru.
%  Penyakit akan menyebar secara cepat saat orang berdekatan. Semua anak yang tinggal di kondisi yang padat, khususnya di penampungan pengungsi atau saat kondisi bencana alam, harus mendapatkan imunisasi sesegera mungkin.



Bayi prematur kurang dari 37 minggu usia kehamilan dan bayi cukup bulan dengan berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram), dengan beberapa pengecualian, seharusnya mendapatkan imunisasi rutin seperti yang diperoleh bayi-bayi lain sesuai usia kronologisnya. Usia kehamilan dan berat lahir bukanlah faktor penghalang bagi seorang bayi prematur yang sehat dan stabil untuk mendapatkan imunisasi sesuai jadwal.

Walaupun beberapa penelitian menunjukan respon imunitas yang kurang terhadap beberapa vaksin yang diberikan pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram dan bayi yang kurang dari 29 minggu usia kehamilan, sebagian besar bayi prematur, termasuk bayi yang menerima dexametason (steroid) untuk pengobatan penyakit kronik paru, mampu membuat sistem kekebalan yang dipicu oleh vaksin untuk mencegah penyakit. Dosis vaksin pun seharusnya tidak dikurangi atau dibagi-bagi.
Bayi prematur dan bayi dengan berat lahir rendah mempunyai toleransi yang sama seperti bayi cukup

Dalam setahun pertama bayi anda, pastikan anda membuat perjanjian dengan dokter anda untuk melakukan imunisasi yang sangat penting bagi bayi anda.
Memberikan suntikan imunisasi pada bayi anda tepat pada waktunya adalah faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi anda. Yakinlah bahwa dengan membawa bayi anda untuk melakukan imunisasi adalah salah satu yang terpenting dari bagian tanggung jawab anda sebagai orang tua.  Imunisasi (atau “vaksinasi”) diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak. Imunisasi biasanya diberikan selama waktu pemeriksaan rutin ke dokter atau klinik. Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak anda. Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi anda (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini adalah untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang. Yang harus diperhatikan, tanyakan dahulu dengan dokter anda sebelum melakukan imunisasi jika bayi anda sedang sakit yang disertai panas/demam; menderita kejang-kejang sebelumnya ; atau menderita penyakit system saraf.

Imunisasi Anak dan Hubungannya Dengan Penyakit Kronis
Poliovirus-hidup sangat efektif untuk mencegah kejadian polio di dunia, namun sekarang telah direkomendasikan virus-mati untuk polio. Vaksin virus-hidup untuk measles, mumps, dan rubella (terkenal dengan MMR) dapat mengubah respons imun tubuh dengan sangat kuat dan karenanya dikhawatirkan dapat menimbulkan penyakit autoimun, termasuk diabetes tipe 1, yang sekarang kejadiannya lebih frekuen. Dalam sumber jurnal yang sama telah dilaporkan suatu penelitian di Denmark yang memakai data anak yang lahir antara tahun 1990-2000, yang tidak menemukan hubungan antara vaksin hidup atau mati dengan diabetes tipe 1. Penelitian ini telah dianggap konklusif, sehingga penulis jurnal tersebut berharap tidak perlu dilakukan bukti penelitian lagi tentang hubungan imunisasi dan diabetes type 1.

Penyakit kronis tertentu bisa terjadi setelah vaksinasi.Tetapi karena penyakit itu sendiri memang bisa terjadi tanpa vaksinasi, sulit dibuktikan apakah benar vaksin penyebabnya. Hubungan antara beberapa penyakit kronis seperti autisme dan diabetes melitus tipe 1 (diabetes yang terjadi pada usia muda) telah menimbulkan pertanyaan dan perdebatan yang kontroversial dan sengit. Kejadian yang tidak diingini itu terfokus pada 3 jenis vaksin: yang memakai mikroba yang telah mati (killed vaccine), adjuvan yang sering dipakai dalam produksi vaksin, dan vaksin yang memakai virus hidup yang diperlemah (live virus vaccine).

Kejadian yang sering dilaporkan setelah vaksinasi difteri-tetanus-pertussis ialah: menangis berkepanjangan, demam, pergerakan anak berlebihan, dan kejang sewaktu demam. Hal ini terjadi sekitar 1%. Jenis acellular pertussis vaccine , yang sekarang dianjurkan, menimbulkan reaksi yang lebih hebat, seperti kejang berkepanjangan dan koma atau syok.

Komponen vaksin berisi zat2 organik seperti formalin, albumin manusia, protein telur, antibiotik, protein ragi, aluminium dan thimerosal (yang mengandung ethyl-mercury, suatu racun saraf). Reaksi alergik juga dapat terjadi oleh komponen organik ini. Walaupun reaksi yang tidak diingini ini terjadi dalam hubungan temporal (waktu) yang jelas (artinya, benar terjadi setelah vaksinasi, dan bukan sebelumnya), telah terjadi sanggahan ilmiah yang mengatakan bahwa komponen tersebut dipakai dalam jumlah yang sangat kecil, sehingga dianggap aman dan disingkirkan sebagai penyebab autisme.

Dewasa ini banyak ibu di Indonesia dan seluruh dunia mempertanyakan berapa amankah imunisasi anak mereka terhadap risiko timbulnya penyakit kronis sebagai efek samping imunisasi itu.

Imunisasi pertama di dunia ditemukan untuk penyakit cacar yang telah membunuh jutaan orang di Eropa dan seluruh dunia. Malahan pertambahan penduduk Eropa telah dihambat oleh banyaknya korban penyakit tersebut. Edward Jenner di tahun 1796 telah menggunakan cacar sapi sebagai bahan untuk menimbulkan imunitas pada manusia. Walaupun hasilnya telah nyata, diperlukan imunisasi massal untuk melenyapkan penyakit cacar itu dari Bumi. Seratus tahun yang lalu masih tercatat 48.000 kasus cacar per tahun di Amerika Serikat. Hari ini tidak terdapat lagi cacar di dunia, sehingga tidak diperlukan lagi pencacaran di seluruh dunia, dan anda tidak perlu memiliki surat bukti cacar bila bepergian ke negara lain. Namun, diperlukan 200 tahun untuk mencapai hasil bebas cacar seperti ini.

Statistik di Amerika Serikat di tahun 2001 mencatat bahwa hanya terdapat 2 kasus difteri, tidak satu-pun poliomielitis paralitik, dan 116 kasus campak (measles). Sebelum ditemukan vaksin untuk penyakit-penyakit ini kejadiannya di Amerika ialah ratusan ribu per tahun. Keadaan ini juga diperoleh di negara maju lainnya. Jelas, imunisasi telah melindungi anak anda secara individu, mengurangi penyakit tsb di dalam masyarakat, dan menimbulkan imunitas dalam kelompok, sehingga menjalarnya penyakit dapat dihambat secara mencolok.

Tujuan akhir suatu imunisasi ialah eliminasi total dari penyakit menular yang bersangkutan dan tidak perlunya lagi vaksinasi terhadapnya. Hanya terhadap cacar hal ini telah berhasil, setelah hampir 200 tahun.

Sekarang dibutuhkan vaksinasi 18 kali suntikan pada anak terhadap 12 penyakit menular pada usia sebelum 2 tahun. Ini membutuhkan biaya yang sangat besar bila hendak dilakukan pada seluruh penduduk. Pemerintah di negara berkembang jelas belum dapat mengalokasikan dana untuk itu, dan masyarakatnya masih harus mengeluarkan biaya dari kantong sendiri.

Di lain pihak, imunisasi membawa risiko, walaupun kecil. Suatu vaksin poliovirus oral yang bermutasi justru telah menimbulkan poliomielitis sendiri secara sporadik. Fenomen seperti ini selalu akan dijumpai bila program imunisasi dilakukan secara besar-besaran. Vaksinasi cacar juga pernah menimbulkan penyakit cacar sendiri. Ini adalah 2 contoh yang benar telah terjadi, dan merupakan kerugian yang nyata pada sebagian kecil anak. Di mata ilmuwan kesehatan masyarakat dan Badan Kesehatan Dunia yang selalu berargumentasi bahwa “the benefits still outweigh the risks” sering membenarkan program vaksinasi pemerintah seperti itu.


Fakta Mengenai Pentingnya Imunisasi

Pentingnya imunisasi adalah karena adanya data bahwa setiap tahun, 1,7 juta anak meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin yang sudah tersedia. Imunisasi diberikan pada anak untuk melindunginya dari penyakit-penyakit berbahaya, yang sering kali dapat mengakibatkan cacat atau kematian.
Pemberian imunisasi adalah untuk pencegahan terhadap penyakit. Setiap anak, baik laki-laki maupun perempuan, harus dan berhak untuk mendapatkan imunisasi secara lengkap dan tepat waktu. Wanita hamil harus diberikan imunisasi untuk melindungi mereka dan janin misalnya vaksinasi terhadap tetanus, MMR (Measles=campak, Mumps=gondongan dan Rubella=campak jerman), dan cacar air bila ibu belum pernah menderita penyakit tersebut.
Pemberian imunisasi harus dilakukan secara tepat. Orang tua harus mengetahui mengapa, kapan, dimana dan berapa kali anaknya mendapatkan imunisasi. Orang tua juga harus mengetahui bahwa pemberian imunisasi aman bagi anak, bahkan saat anak sedang sakit ringan, mempunyai cacat fisik/mental atau mengalami malnutrisi (kekurangan gizi).
Berikut adalah 7 fakta yang harus dan berhak diketahui oleh setiap orang, keluarga dan kelompok masyarakat tentang Imunisasi:
1.      Imunisasi sangat penting untuk pertahanan tubuh terhadap penyakit infeksi yang berbahaya. Anak yang tidak mendapatkan imunisasi akan mudah terkena penyakit yang bersangkutan, menjadi cacat permanent, menderita kekurangan gizi dan bahkan kematian.
2.      Imunisasi umumnya aman, bahkan pada anak yang menderita sakit ringan, mempunyai cacat atau menderita kekurangan gizi.
3.      Pemberian imunisasi secara simultan/kombinasi aman bagi anak dan memberikan perlindungan lebih cepat.
4.      Hanya dengan pemberian imunisasi yang lengkap dan tepat waktu, anak akan terlindung dari berbagai penyakit infeksi yang berbahaya.
5.      Semua wanita hamil harus mendapatkan vaksin tetanus untuk perlindungan diri dan bayinya.
6.      Imunisasi harus dilakukan dengan mempergunakan jarum dan alat suntik yang baru. Setiap orang harus meminta jarum dan alat suntik baru bila akan diimunisasi.
7.      Penyakit akan menyebar secara cepat saat orang berdekatan. Semua anak yang tinggal di kondisi yang padat, khususnya di penampungan pengungsi atau saat kondisi bencana alam, harus mendapatkan imunisasi sesegera mungkin

Tanpa Imunisasi, Kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak. 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan. 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Dan dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak terhadap penyakir-penyakit tertentu. Walaupun pada saat ini fasilitas pelayanan untuk vaksinasi ini telah tersedia di masyarakat, tetapi tidak semua bayi telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap. Bilamana fasilitas pelayanan kesehatan tidak dapat memberikan Imunisasi dengan pertimbangan tertentu, orang tua dapat menghubungi seseorang Dokter (Dokter Spesialis Anak) untuk mendapatkan imunisasi.

Manfaat Imunisasi:
(1)Untuk Anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
(2)Untuk Keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
(3)Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

Perlukah Imunisasi ulang?
Imunisasi perlu diulang untuk mempertahankan agar kekebalan dapat tetap melindungi terhadap paparan bibit penyakit.

Dimana mendapatkan imunisasi?
1. Di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
2. Di Puskesmas, Rumah Sakit Bersalin, BKIA atau Rumah Sakit Pemerintah.
3. Di Praktek Dokter/Bidan atau Rumah Sakit Swasta.


Efek samping Imunisasi:
Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat. Imunisasi DPTdan polio dapat diberikan bersamaan waktunya.Efek samping yang biasa terjadi pada masing-masing jenis adalah sebaagai berikut:

Kelompok yang paling penting untuk mendapatkan Imunisasi Imunisasi adalah bayi dan balita karena meraka yang paling peka terhadap penyakit dan ibu-ibu hamil serta wanita usia subur.

Imunisasi Dasar diberikan untuk mendapat kekebalan awal secara aktif.
Kekebalan Imunisasi Dasar perlu diulang pada DPT, Polio, Hepatitis agar dapat melindungi dari paparan penyakit.
Pemberian Imunisasi Dasar pada Campak, BCG, tidak perlu diulang karena kekebalan yang diperoleh dapat melindungi dari paparan bibit penyakit dalam waktu cukup lama.

Pedoman Keterpaduan Pemberian Kapsul Vitamin A dan Imunisasi Campak di daerah Kumuh Perkotaan
Kegiatan pelaksanaan imunisasi pad balita umur 6 bulan-5 tahun perlu dilakukan karena cakupan kapsul vitamin A dab imunisasi Campak didaerah kumuh perkotaan masih rendah. Kondisi ini diperburuk lagi dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan sehingga mengakibatkan dampak buruk terhadap status kesehatan dan gizi, terutama pada keluarga miskin.
Apa yang dimaksud dengan keterpaduan pemberian kapsul vitamin A dan Imunisasi Campak ?
Keterpaduan pemberian kapsul vitamin A dan imunisasi campak merupakan kegiatan pemberian kapsul vitamin A dan imunisasi campak yang dilaksanakan pada waktu dan tempat yang sama, dengan tujuan untuk meningkatkan hasil cakupan dan menurunkan angka kematian karena campak. 
Mengapa perlu dilaksanakan bersama-sama ?
 1. Adanya kesamaan sasaran yaitu untuk anak balita yang berumur 6 bulan- 5 tahun.
 2. Petugas imunisasi dapat memberkan kapsul vitamin A sehingga lebih efisien dalam melakaksanakan program.
3. Pemberian kapsul vitamin A akan meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga dapat mengurangi komplikasi campak.
4. Pemberian kapsul vitamin A dan imunisasi campak secara bersama-sama didaerah kumuh perkotaan akan meningkatkan cakupan program dan memoerluas jangkauan pelayanan yang tidak terjangkau oleh kampanye rutin.
5. Pemberian kapsul vitamin A dan imunisasi campak meskipun dilakukan bersama-sama tidak ada efek samping (Kontra Indikasi).
Bagaimana Cara Penentuan Lokasi ?
1. Daerah kumuh perkotaan dengan cakupan kapsul vitamin A rendah (<60 %) dan imunisasi campak rendah (<80 %) dalam 3 tahun terakhir.
2. Daerah kumuh perkotaan yang merupakan kantong campak (ada kasus campak yang terjadi terus menerus sepanjang tahun).
Siapa Sasaran Pemberian Kapsul Vitamin A dan Imunisasi Campak ?
1.  Kapsul vitamin A diberikan pada semua balita (6 bulan – 5 tahun) tampa   
2.  memperhatikan apakah sudah atau belum diberikan kapsul vitamin A pada bulan kapsul vitamin A (bulan Februari dan Agustus).
3.  Imunisasi campak diberikan pada semua balita (6 bulan – 5 tahun) tanpa melihat status imunisasi.
 Bagaimana Cara Pemberian Kapsul Vitamin A dan Imunisasi Campak ?
 A. Pemberian Kapsul Vitamin A
1.      Semua bayi umur 6-11 bulan baik yang sehat maupun yang sakit, mendapatkan 1  kapsul vitamin A 100.000 SI yang berwarna biru.
2.      Semua anak balita umur 1-5 tahun baik sehat maupun sakit, mendapatkan 1 kapsul vitamin A 200.000 SI yang berwarna merah.
       Dengan cara :
  1. Gunting ujung kapsul yang lancip sampai terbuka.
  2. Teteskan seluruh isi kapsul kedalam mulut bayi atau balita.
  3. Kapsul diberikan ditempat, tidak untuk dibawa pulang.
  4. Kapsul kosong dibuang ditempat sampah.
 B. Pemberian Imunisasi Campak
a.   Imunisasi campak dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali pakai (autodestruct syringe). Penggunaan alat suntik tersebut dimaksudkan untuk menghindari penularan penyakit HIV/AIDS dan Hepatitis B.
b.   Dengan cara :
1.      Vaksin Campak dilarutkan dulu sebelum saat pelayanan akan dimulai.
2.      Buka tutup torak dan tutup jarum.
3.      Tusukkan jarum tersebut ke vial vaksin. Pastikan ujung jarum selalu berada didalam cairan vaksin, jauh dibawah permukaan cairan vaksin, sehingga tidak ada udara yang masuk kedalam semprit.
4.      Tarik torak perlahan-lahan agar cairan vaksin masuk kedalam semprit, sampai torak terkunci secara otomatis, torak tidak dapat ditarik lagi.
5.      Cabut jarum dari vial, keluarkan udara yang tersisa dengan cara mengetuk alat suntik dan mendorong torak sampai pada skala 0,5 cc.
6.      Bersihkan kulit dengan air hangat, kemudian suntikan vaksin secara intramuskular (lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan apakah jarum tidak menembus pembuluh darah). Alat suntik yang telah dipakai langsung dibuang kedalam insinerator tanpa penutup jarum dan penutup torak. Vaksin campak yang telah dilarutkan hanya bertahan 3 jam, setelah lewat waktu tersebut tidak boleh dipakai lagi.
7.      Lokasi penyuntikan sebaiknya paha anak, tekhnis penyuntikan sesuai juknis imunisasi.



Tidak ada komentar: