Bayi Ny S lahir secara spontan pukul 18.30 WIB, tidak segera menangis (bernapas megap-megap), dengan warna kulit yang kemerahan dan pergerakannya lemah. Hal ini mengindikasikan bahwa bayi Ny.s mengalami asfiksia dan dengan Skor APGAR pada menit pertama adalah 6 mendiagnosa bahwa bayi Ny S tergolong dalam asfiksia sedang. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda adanya kelainan pada bayi Ny S. Berat lahirnya juga normal, 2600 gr.
Asfiksia ini kemungkinan disebabkan oleh keadaan ibu yang sebelumnya telah anemia sehingga aliran darah menuju plasenta berkurang sehingga nutrisi dan O2 tidak seimbang untuk memenuhi kebutuhan metabolisme janin. Selain itu, keadaan preeklampsipun dapat menyebabkan asfiksia ini karena kurangnya posokan O2 dari ibu ke janin. (Pengantar Kuliah Obstetri, 841)
Bayi baru lahir dapat dibagi menjadi 2 :
- Bayi normal/sehat adalah bayi baru lahir dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram dengan lama kehamilan 37 – 42 minggu yang memerlukan perawatan biasa.
- Bayi gawat ( high risk baby ) memerlukan penanggulangan khusus seperti adanya asfiksia dan persarahan.
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan kepada bayi tersebut selama 1 jam pertama setelah kelahiran. Segera setelah bayi lahir, nilai keadaan bayi ( 0-30 detik) :
- Apakah air ketuban jernih,tidak bercampur mekoneum?
- Apakah kehamilan cukup bulan?
- Apakah bayi menangis kuat, tidak bernafas atau megap-magap?
- Apakah bayi lemas?
- Apakah tonus/ kekuatan bayi cukup?
Bila kelima pertanyaan tersebut menjawab ”ya” maka bayi dapat dilakukan perawatan normal dan segera diberikan kepada ibunya untuk disusui. Jika salah satu atau lebih jawaban ”tidak” maka segera dilakukan langkah awal resusitasi bayi baru lahir.
(Asuhan Persalinan Normal, 2004 : 4-2)
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan BBL yang gagal bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir (Hutehinson, 1967).
Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi BBL terhadap kehidupan ekstra uterin
(Grabiel Duc, 1971).
Asfiksia Neonatorum berarti keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Tujuan melakukan tindakan terhadap bayi asfiksia adalah melancarkan kelangsungan pernafasan bayi yang sebagian besar terjadi pada waktu persalinan
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, 319).
PENYEBAB
Penyebab secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.
Toweil (1966), penyebab kegagalan pernafasan pada bayi :
A. Faktor Ibu
1. Hipoksia ibu, baik karena gangguan fisik maupun psikologi
2. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
3. Gravida empat atau lebih
4. Sosial ekonomi rendah
5. Penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin, misalnya : hipertensi, hipotensi, gangguan kontraksi uterus, anemia, dan lain-lain.
B. Faktor Flasenta
1. Plasenta tipis
2. Plasenta kecil
3. Plasenta tak menempel
4. Solutio plasenta
5. Pendarahan plasenta
6. Dan lain-lain
C. Faktor Janin / Neonatus
1. Prematur
2. IUGR
3. Gemelli
4. Tali pusat menumbung
5. Kelainan kongenital
6. Dan lain-lain
D. Faktor Persalinan
1. Partus lama
2. Partus tindakan
(Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarg; 76)
KLASIFIKASI ASFIKSIA
Tanda (Score) | 0 | 1 | 2 |
(warna kulit) P. Pulse (Heart rate) (denyut nadi)
(tonus otot) Q. Respiratio (respriratory effect (Pernafasan) | Blue Pale Absent No Response Limp Absent | Body pink extremities blue Below 100 Grimace Some flexion of extremities Slow, irregular | Completely Over 100 Cry Active motion Strong cry |
- Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)
Memerlukan resusitasi segera setelah aktif dan pemberian oksigen terkendali, karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonaa 7,5 % dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan; dan cairan glukosa 40 % 1-2 ml per kg berat badan, diberikan via vena umbilikus.
- Asfiksia ringan sedang (Nilai APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal
- Bayi normal atau sedikit asfiksia (Nilai APGAR 7-9)
- Bayi normal dengan nilai APGAR 10.
Bayi mengalami asfiksia sedang
DIAGNOSIS
In Utero :
- DJJ irreguler dan frekuensinya lebih dari 160 atau kurang dari 100 kali per menit
- Terdapat mekoneum dalam air ketuban ( letak kepala )
- Analisa air ketuban ( amnioskopi )
- Kardiotukografi
- Ultrasonografi
Setelah bayi lahir :
- Pernafasan cuping hidung
- Pernafasan lambat ( < 30 x / menit ) dan tidak teratur
- N Ng dNadi cepat
- Cyanosis
- Nilai APGAR kurang dari 6
- Tangisan lemah bahkan tidak menangis
- Warna kulit pucat atau biru
- Tonus otot lemah atau terkulai
- Denyut jantung perlahan ( < 100 x / menit ) bahkan tidak ada
- Reflek tidak ada atau hanya sedikit
( Sinopsis Obstetri ; 428 – 429 )
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan asfiksia terdiri dari :
1. Langkah awal
2. Langkah resusitasi
Langkah Awal
§ Mencegah kehilangan panas, termasuk kehilangan tempat yang kering dan hangat untuk melakukan pertolongan
§ Memposisikan bayi dengan baik (kepala setengah tengadah/sedikit ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain)
§ Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia
Keterangan
Cara membersihkan jalan nafas bayi
v Membersihkan jalan nafas dengan ketentuan sebagai berikut :
· Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekoneum), hisap lendir pada mulut baru pada hidung
· Bila air ketuban bercampur mekoneum, mulai penghisapan lendir setelah kepala lahir, (berhenti sebentar untuk menghisap lendir di mulut dan di hidung). Bila bayi menangis, nafas teratur, lakukan asuhan bayi baru lahir normal. Bila bayi mengalami depresi, tidak menangis, lakukan upaya maksimal untuk membersihkan jalan nafas dengan jalan membuka mulut lebih lebar dan menghisap lendir di mulut lebih dalam dan hati-hati
v Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jantung, dan warna kulitnya
· Bila bayi menangis, atau sudah bernafas denagn teratur, warna kulit kemerahan, lakukan asuhan bayi baru lahir normal
· Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit biru atau pucat, denyut jantung kurang dari 100 kali permenit, lanjutkan langkah resusitasi dengan melanjutkan ventilasi tekanan positif
(Selanjutnya Lihat Langkah Resusitasi)
· Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat, setelah itu gunakan kain kering dan hangat yang baru untuk melingkupi tubuh bayi sambil melakuakn rangsangan taktil
· Letakkan kembali pada posisi yang benar, kemudian nilai : usaha bernafas, frekuensi denyut jantung dan warna kulit
Keterangan :
Cara Memposisikan bayi dan Membersihkan jalan nafas bayi
Memposisikan bayi dan membersihkan jalan nafas bayi
· Posisikan bayi untuk berbaring pada punggung atau miring dengan kepala/leher sedikit diekstensikan agar jalan nafasnya terbuka dan memudahkan aliran udara. Hindari hiperekstensi kepala, atau menekuk kepala ke arah dada karena kedua perasat (manuver) ini dapat menghalangi jalan nafas bayi. (Jika belum dilakukan, klem dan potong tali pusat untuk memudahkan pengaturan posisi seperti yang diinginkan)
· Gunakan penghisap lendir De Lee yang telah diproses hingga tahap disinfeksi tinggi/steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih untuk menghisap lendir di mulut, kemudian hidung bayi secara halus dan lembut. Hisap mulut terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada sesuatu yang teraspirasi oleh bayi saat hidungnya dihisap. Jangan menghisap terlalu kuat atau terlalu dalam karena hal ini dapat menyebabkan jantung bayi melambat atau bayi berhenti bernafas. Penghisap lendir secara hati-hati akan membersihkan cairan dan lendir dari jalan nafas dan dapat merangsang bayi untuk mulai bernafas.
Rangsangan Taktil
Jika bayi baru lahir tidak mulai bernafas secara memadai (setelah tubuhnya dikeringkan dan lendirnya dihisap) berikan rangsangan taktil secara singkat. Pada saat melakukan rangsangan taktil, pastikan bahwa bayi diletakkan dalam posisi yang benar dan jalan nafasnya telah bersih. Rangsanagn taktil harus dilakukan secara lembut dan hati-hati sebagai berikut :
· Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan (ekstremitas) satu atau dua kali
· Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau dua kali)
Berbagai bentuk rangsangan taktil yang dulu pernah dilakukan, sebagian besar dapat membahayakan bayi sehingga tidak lagi dilakukan pada bayi baru lahir
Proses menghisap lendir, pengeringan, dan merangsang bayi tidak berlangsung lebih dari 30 sampai 60 detik dari sejak lahir hingga proses tersebut selesai. Jika bayi terus mengalami kesulitan bernafas, segera mulai tindakan ventilasi aktif terhadap bayi. Meneruskan rangsanagn pada bayi yang tidak memberi responns untuk bernafas hanya akan membuang waktu berharga untuk melakuakn tindak lanjut di fasilitas kesehatan rujukan, membahayakan kesehatan dan kenyamanan bayi.
Rangsanga yang kasar, keras, atau terus-menerus, tidk akan banyak menolong dan malahan dapat membahayakan bayi.
Bentuk Rangsangan Taktil yang Tidak Boleh Dilakukan | Bahaya/Resiko |
Menepuk bokong | Trauma dan luka |
Meremas rongga dada | Fraktur Pneumotoraks Gawat nafas Kematian |
Menekan kedua paha bayi ke perutnya | Ruptura hati atau limpa Perdarahan di dalam |
Mendilatasi sfingter ani | Sfingter ani robek |
Menempelkan kompres panas atau dingin atau menempatkan bayi di air panas atau dingin | Hipotermi Hipertermi Luka bakar |
Mengguncang bayi | Kerusakan otak |
Meniupkan oksigen atau udara dingin ke tubuh bayi | Hipotermi |
Langkah resusitasi
1. Bila tidak menangis atau megap-megap, warna kulit bayi pucat, denyut jantungi 100 kali per menit, lakuakn langkah resusitasi dengan melakukan ventilasi tekanan positif
2. Sebelumnya periksa dan pastikan bahwa alat resusitasi (balon resusitasi dan sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan tes untuk balon dan sungkup muka)
3. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau memeriksa bayi
4. Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan dada bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang hangat
5. Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala telah dalam posisi setenagh tengadah (sedikit ekstensi)
6. Letakkan sungkup melindungi dagu, hidung, dan mulut sehingga terbentuk semacam pertautan antara sungkup dan wajah
7. Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau denagn seluruh jari tangan (tergantung pada ukuran balon resusitasi)
8. Lakukan pengujian pertautan denagn melakukan ventilasi sebanyak dua kali dan periksa gerakan dinding dada
9. Bila pertautan baik (tidak bocor) dan dinding dada mengembang, maka lakukan ventilasi dengan mengginakan oksigen (bila tidak tersedia oksigen gunakan udara ruangan)
10. Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40-60 detik dengan tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama ventilasi
11. Periksa dinding dada naik turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara adekuat
12. Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan benarkan posisi bayi, atau terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang
13. Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik, kemudian lakukan penilaian tentang upaya bernafas spontan dan warna kulit :
· Bila frekuensi nafas normal (30-60 kali permenit), hentikan ventilasi, lakukan kontak kulit ibu-bayi, lakukan asuhan normal bayi baru lahir (menjaga bayi tetap hangat, mulai pemberian ASI dini dan pencegahan infeksi serta imunisasi)
· Bila bayi belum bernafas spontanulangi lagi ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik, kemudian lakukan penilaian ulang
· Bila frekuensi nafas menjadi normal (30-60 kali permenit), hentikan ventilasi, lakukan kontak kulit ibu-bayi, lakukan asuhan normal bayi baru lahir
· Bila bayi bernafas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tersedia)
· Bila bayi masih tidak bernafas, megap-megap teruskan bantuan pernafasan dengan ventilasi
· Lakukan penilaian setiap 30 detik, dengan menilai usaha nafas, denyut jantung, dan warna kulit
· Jika bayi tidak bernafas secara teratur setelah ventilasi selama 2-3 menit, rujuk ke fasilitas pelayanan perawatan bayi resiko tinggi
Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan frekuensi denyut jantung bayi setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan ventilasi, bayi dinyatakan meninggal (jelaskan pada keluarga bahwa upaya pertolongan gagal) dan beri dukungan emosional pada keluarga.
Perawatan pasca resusitasi
Setelah prosedur resusitasi berhasil, maka segera lakukan asuhan bayi normal denagn jalan :
1. Menjaga bayi tetap hangat, lakukan kontak kulit ibu-bayi
2. Lakukan pemberian ASI sedini mungkin
3. Pencegahan infeksi dan imunisasi
(Asuhan Persalinan Normal,4-11 - 4-16)
Penanganan asfiksia berhasil hingga tahap dilakukan VTP sebanyak 1 kali
EVALUASI JIKA RESUTASI BERHASIL
Setelah berhasil melakukan resutasi maka bayi sangat rentan terhadap :
- Terhadap Hiportemia
- Selama melakukan resutasi
- Masukkan langsung pada inkubator, sehingga hilangnya panas dapat dikurangi
- Gangguan pernafasan
a. Paru
b. Pneumatoraks
c. Penyakit membran hialin
d. Aspirasi mekonium
e. Infeksi pneumonia
- Gangguan susunan saraf pusat
- Terjadi depresi
- Gangguan menelan atau makan
- IQ rendah atau turun akibat kerusakan sel otak
- Dapat terjadi konvulsi
- Muntah-muntah
- Aspirasi mekonium atau darah
- Terjadi hipoglikemia
- Perlu perhatian karena dapat merusak metabolisme
- Merusak sel otak dan jantung
- Perut kembung
Karena O2 masuk kedalam usus atau lambung
(Pengantar Kuliah Obstetri ; 852)
Pemerksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir
No | Data Pemeriksaan | Keteranagn Hasil Pemeriksaan |
1. | Observasi sifat-gerak/ warna kulitnya | - Simetris artinya terdapat pertumbuhan normal ke segala arah - Gerak simetris artiny atidak dijumpai kelainan aktivitas ekstremitas - Warna kulit pink artinya sirkulasi darah kesegala lapisan kulit normal - Kadang-kadang ekstremitasnya biru artinya terdapat sedikit gangguan sirkulasi untuk mencapai ujung ekstremitas, tetapi masih dianggap normal |
2. | Pemeriksaan leher bayi Pemeriksaan bola mata | - Untuk menetapkan ada kemungkinan tumor thyroid atau tumor pada bagian stornomastoid |
3. | Pemeriksaan bola mata | - Apakah dapat mengikuti arah pemeriksa, gerak bola mata sangat penting artinya untuk menentukan kelaianan pertumbuhan otot mata atau tentang nervus sentralis |
4. | Pemeriksaan lingkaran kepala | - Menentukan lingkaran oksipito - Frontalitas normal dengan lingkaran 32 cm - Meraba tulang kepala anak apakah dijumpai depresi dalam persalinan - Meraba tulang kepala anak apakah ditemui moulase yang menunjukkan kompresi otak janin, selanjutnya konsultasi bagian syaraf |
5. | Pemeriksaan mulut | - Untuk mengetahui apakah terdapat palatoskisis - Apakah ada kelainan yang mungkin dijumpai |
6. | Pemeriksaan dada | - Apakah terdapat pernafasan dada - Jumlahnya harus kurang dari 60 denyut/menit |
7. | Pemeriksaan auskultasi | - Untuk menentukan apakah terdapat kelainan jantung - Apakah terdapat murmur sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjut |
8. | Palpasi abdomen | - Untuk mencari apakah terdapat tumor abdomen - Mungkinkah menentukan asal tumor - Seberapa pembesarannya |
9. | Pemeriksaan genitalia eksterna | - Bagaimana keadaan labum mayus dan labium minus - Apakah testesnya sudah turun - Raba arteria fomoralis, untuk menentukan apakah terdapat kelainan pembuluh darah menuju ekstremitas bagian bawah |
10. | Pemeriksaan Refleks Morro | - Refleks morro adalah, jika bayi mengadakan reaksi ekstensi/abduksi lengan dan jaringan membuka matanya, dan dikuti dengan fleksi dan adduksi lengannya - Reaksi traksi bayi - Jika tangannya dipegang maka bayi akan menarik lengannnya - Posisi kepalanya dalam satu bidang dengan lengannya |
11. | Pemeriksaan miring bayi | - Untuk menentukan kekeuatan otot, periksa tulang belakangnya apakah ditemui skoliosis atau tidak - Memeriksa anus bayi |
12. | Penmeriksaan persendian tulang paha | - Bayi menengadah dan dilakuakn pemeriksaan terhadap persendian tulang pahanya - Apakah terdapat suara dalam pergerakannya - jka terdapat suara, lakukan pemeriksaan USG untuk menentukan lebih lanjut |
(Pengantar Kuliah obstetri, 339)
Pada bayi tidak ditemukan cacat apapun
TAMBAHAN PENGOBATAN PADA NEONATUS
Tambahan pengobatan khusus neonatus adalah :
- Tetes mata untuk menghindari kemungkinan infeksi gonorhoea.
- Pemberian vitamin K untuk menghindari kemungkinan pendarahan
Pemberian tetes mata sangat penting dilakukan untuk menghindari kemungkinan infeksi gonorrhoea yang dapat menyebabkan kebutaan seumur hidup.
Obat-obatan yang digunakan :
1. Salep mata tetrasiklin 1 %
2. Tetes mata gentamisin 3 %
3. Nitras argentii 1 % (jarang digunakan)
Pemberian vitamin K, pada sebagian besar bayi akan mengalami kekurangan vitamin K, setelah tiga hari umurnya sehingga pemberiannya diperlukan untuk menghindari kemungkinan pendarahan :
- Gastrointestinal
- Pendarahan di intrakranial
- Pendarahan di kulit
Pendarahan agak lambat mungkin terjadi setelah mendaptkan ASI, mulai minggu keempat sampai keenam, yang terjadi pada tempat yang sama. Pemberian vitamin K dapat dilakukan :
- Segera setelah lahir 1,0 mg / IN
- Segera setelah lahir 1,0 mg / drop oral
- Setelah berumur :
- 3 – 4 hari
- 6 – 7 minggu
Pada bayi Ny S telah dilakukan tindakan resusitasi, diawali dengan penanganan awal resusitasi namun bayi masih bernafas megap-megap hingga dilakukan VTP dengan oksigen selama 30 detik. Setelah itu bayi dinilai kembali, denyut jantungnya >100 x/menit, dan pernapasan bayi mulai teratur 30 x/menit. Kemudian dilanjutkan dengan perawatan bayi baru lahir normal meliputi pemantauan ketat terhadap bayi selama 2 jam pertama, perawatan tali pusat, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemberian identitas, pemberian salep mata untuk mencegah infeksi dan injeksi vitamin K1 untuk mencegah perdarahan intrakranial pencegahan hipotermi, pemberian ASI sedini mungkin dan cara menyusui yang baik, mengajarkan ibu dan keluarga tentang tanda bahaya pada bayi, serta rooming in.
Serta lakukan rooming ini pada bayi bertujuan untuk :
1. Mengurangi morbiditas dan mortalitas neonatos
2. Meningkatkan hubungan batin dan bayi sejak awal kehamilan
3. Ibu dapat memberikan ASI secara on- demand
4. Mengurangi terjadinya abses payudara dan karsinoma mammae
(Pengantar Kuliah Obstetri, 370)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar