Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

LANDASAN TEORI MIOMA UTERI


  

I.       Defenisi

Mioma adalah neoplasma jinak, tunggal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leimioma ataupun fibroid.


II.    Patogenesis

Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori geitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan rumor fibromatasa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatasa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron dan testosteron. Pukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada miometrium normal. Menurut Meyer, asal mioma adalah sel immatur bukan dari selapur otot yang matur.

III. Patologi Anatomi

Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai :
a.      Mioma Submukosa
Tumbuhnya tepat di bawah endometrium. Paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga memerlukan histerektomi walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai suatu “curet bump” (benjolan waktu kuret).
Pada jenis ini, kemungkinan terjadinya sarkoma lebih besar.

b.      Mioma Intramural
Mioma terletak pada dinding uterus diantara miometrium.
Kalau besar atau multipel dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.

  1. Mioma Subserosum
Letaknya di bawah funica srosa, tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus diliputi oleh serosa.
Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat desakan uterus yang makin lama makin membesar. Torsi menyebabkan gangguan sirkulasi yang nekrosis yang menimbulkan gambaran klinik perut mendadak (acute abdomen).

Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada umur 35-45 tahun (kurang lebih 25 %). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi pada beberapa kasus ternyata tumbuh lebih cepat. Setelah menopouse, banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Mioma uteri yang terjadi, sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.

IV.  Diagnosis

Diagnosis mioma uteri dalam kehamilan biasanya tidak sulit, walaupun kadang dibuat kesalahan. Terutama kehamlan kembar, tumor ovarium dan uterus didelfis dapat menyesatkan diagnosis. Ada kalanya mioma besar teraba seperti kepala janin, sehingga kehamilan tunggal disangka kehamilan kembar; atau mioma kecil disangka bagian kecil janin. Dalam persalinan, mioma lebih menonjol waktu ada his, sehingga mudah dikenal. Mioma yang lunak dan tidak menyebabkan kelainan sangat sulit untuk dibedakan dari uterus gravidus. Bahakan pada laparotomi, waktu perut dibuka, kadang-kadang tidak mungkin untuk dibuat diagnosa yang tepat.

V.     Gejala dan Tanda

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologis karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangatlah tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.

Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :

a.      Perdarahan Abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorrhea, menorraghia, dan dapat juga terjadi metroraghia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini antara lain :
·        Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium.
·        Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
·        Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
·        Mimetrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.

b.      Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas, tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pegeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan pula pertumbuhan yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenorrhea.

b.      Gejala dan Tanda Penekanan
 Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabakan hidroureter an hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabakan edema tungkai dan nyeri panggul.



VI.  Perubahan Sekunder

Perubahan sekunder yang terjadi, yaitu :
a.      Atrofi
Sesudah menopouse ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.

b.      Degenerasi Hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen.
Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan sat7u kelompok lainnya.

c.       Degenerasi Kistik
Dapat meliputi daerah kecil mauapun luas, diamana sebagian dari mioma menjadi cair sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak beratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini, tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

c.       Degenerasi Membatu
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma, maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

d.      Degenerasi Merah (carneous degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis sub akut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
e.      Degenerasi Lemak
Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

VII.     Komplikasi

Komplikasi dari mioma uteri adalah :
a.      Degenerasi Ganas
Mioma Uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarcoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopouse.

b.      Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan satu keadaan dimana teradapat banyak sarang mioma dalam rongga peritonium. Saran mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroraghia atau menorraghia disertai leukore dan gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.

Tidak ada komentar: