Tujuan Instruksional Khusus
Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa
diharapkan mampu :
- Menjabarkan alasan dilakukan pengekangan fisik
- Mendiskusikan perawatan klien dengan pengikatan atau pengurungan
- Menjabarkan perawatan perawatan klien sebelum dan sesudah ECT
- Mengenali peran perawat dalam pengobatan psikofarmako
Deskripsi singkat :
Dalam pertemuan ini mahasiswa mampu memahami jenis-jenis terapi pengekangan
fisik mulai dari pengikatan, pengurungan, ECT dan terapi somatik. Materi ini
berguna untuk mahasiswa ketika mereka menghadapi kasus-kasus yang membutuhkan
terapi kelompok sehingga mereka bisa memilih salah satu model untuk dipakai
dalam pendekatan dan penyelesaian masalah-masalah klien.
Bahan Bacaan :
- Antai-Otong, D., (1995), Psychiatric Nursing, Biological and Behavioral Concepts, Philadelphia: W.B. Saunders Company Year Book
- Capernito, L.J ( 1995 ), Buku saku diagnosa keperawatan (ed. Indonesia), Jakarta, EGC
- Fortinash, C.M dan Holloday,P.A (1991), Psychiatric nursing care plan, St.Louis: CV. Mosby Year Book
- Keliat dan Akemat, (2002), Keperawatan jiwa, terapi aktivitas kelompok, Jakarta, EGC
- Townsend, M.C., (2005), Essntials of Psychiatric Mental Health Nursing, 3rd edition, Philadelphia: F.A. Davis Company
- Rawlins, R.P., Williams, S.R., dan Beck, C.K. (1993), Mental-helath-psychiatirc: a holostic life-cycle approach. St.Louis: C.V. Mosby Year Book
- Stuart,G.W dan Sundeen, S.J (1995), Principles and practice of psychiatric nursing, (7th ed). St.Louis: C.V. Mosby Year Book
- Stuart,G.W dan Laria, M.T. (2001), Principles and practice of psychiatric nursing, ed. fith, St.Louis: C.V. Mosby Year Book
TERAPI SOMATIK DAN PSIKOFARMAKA
Terapi yang mengarah pada penangan fisik sudah
dilakukan sejak dulu kala. Bentuk pengobatan yng dilakukan kepada pasien
gangguan jiwa bisa berupa pengikatan, pengurungan dan minum jamu. Sampai saat
ini, penanganan seperti itu juga tetap ada hanya pemakaian alat sudah lebih
aman dan perlakuan terhadap pasien sudah lebih manusiawi.
A. Pengikatan
Merupakan tindakan yang paling
lama dalam sejarah perawatan jiwa. Pengikatan dilakukan dengan rantai, diikat
di pohon atau dipasung. Tujuan pengikatan adalah mengamankan likungan dari
perilakupasien yang tidak terkontrol. Saat ini tindakan yang sama masih tetap
dilakukan, hanya peralatannya sudah
lebih aman dan perlakuam juga manusiaw. Alat pengikat berupa kamisol, jaket,
ikatan pada pergelangan kaki atau tangan
dan berupa selimu yang dililitkan.
Pengikatan merupakan jalan yang paling akhir.
Pada saat akan diikat, perawat
mengatakan alasan pengikatan walaupun pasien belum tentu dalam keadaan siap
mendengar. Perhatikan ikatan agar tidak melukai pasien dan harus dibuka secara
periodik agar tidak terjadi kontraktur dan dapat digerakan. Lepaskan ikatan bila
pasien sudah tenang dan lepaskan satu
persatu sambil mengawasi perilaku pasien.
Setelah pasien sadar, alasan
pengikatan disampaikan lagi, kemudian didiskusikan pnyebab pasien marah agar
bisa diatasi. Pengikatan janganlah menjadi senjata untuk menakuti pasien atau
menjadi hukuman bagi pasien. Perlakuan
terhadap pasien harus manusiawi karena pasien dilindungi oleh hukum dan
peraturan tentang hak-hak azazi manusia.
Alasan pengikatan adalah :
1. Menghindari risiko menciderai diri sendiri
atau orang lain.
2. Pengobatan yang untuk menurunkan perilaku
agresif sudah tidak mempan lagi
3. Mencegah jatuh pada pasien yang sedang
bingung
4. Agar pasien bisa istirahat
5. Pasien minta sendiri agar perilakunya bisa
terkontrol.
B. Isolasi atau pengurungan
Pasien dikurung dalam satu
ruangan tersendiri dengan alasan yang sama dengan pengikatan. Pastikan ruangan aman dan tidak memungkinkan
pasien menyakiti dirinya sendiri.
C. Electroconfulsive Therapy (ECT)
Mula-mula pengobatan ini
dilakukan pada pasien yang mengalami epilepsi tetapi akhirnya dipakai pada
pasien dengan kondisi lain. Terapi ini dilakukan dengan memberikan kejutan
listrik di kepala melalui elektroda yang ditusukkan di kulit kepala. Kejutan
listrik bisa memberikan dampak pada nerokimia, neuroendrokrin, dan neuropsikologis
seperti dampak obat-obatan antidepresan dalam waktu yang lama. (Black, 1993).
Fink (1990) juga mengatakan bahwa ECT menghasilkan perubahan pada reseptor
neurotransmitter seperti asetilkolin, nor epinefrin, dopamin dan serotonin sama
seperti obat antidepresan.
ECT bisa dilakukan pada :
1. pasien yang kekurangan gizi karena
dikhawatirkan akanada komplikasi medis
2. Pasien dengan penyakit jantung yang tidak
bisa mentoleransi obat-obat anti
depresan
3. Pasien psikotik yang depresi dan tidak
mempan lagi dengan obat
4. Pasien yang pda fase depresi tidak mempan
lagi dengan obat
5. Pasien dengan katatonia, karena depresi,
atau lesi pada otak
Risiko yang mungkin terjadi
sudah sangat diminimalkan dengan peralatan yang baik. Risiko patah tulang bisa
dihindari dengan pemakaian obat relaksan otot dan anestesi. Risiko apneu bisa
dihindari dengan pemakaian bantuan oksigen dan staf yang sudah terlatih untuk
mengatasinya. Dampak pada kardiovaskuler adalah akut miokard, aritmia, henti
jantung, gagal jantung atau hipertensi.Kontra indikasi tindkan ini adalah
pasien dengan lesi pada intrakranial, akut miokard dan hipertensi.
Peran Perawat dalam pemberian ECT
Pasien dan keluarganya biasanya takut karena
sering beranggapan ECT bisa merusak otak, kehilangan ingatan dan kematian.
Perawat harus mengkaji pengetahuan dan pendapat pasien dan keluarganya tentang
ECT, memberikan penjelasan dan dukungan agar mereka tidak cemas.
Langkah-langkah yang harus diberikan adalah :
- Memberikan dukungan emosi dn penjelasan kepada pasien dan keluarganya.
- Mengkaji kondisi fisik pasien
- Menyiapkan pasien
- Mengamati respon pasien setelah ECT
- Pastikan pasien atau keluarganya sudah memberikan inform consent.
Proses keperawatan
Pengkajian
Pastikan bahwa pemeriksaan fisik dan mental sudah
dilakukan dokter, seperti tanda dan gejala pasien, stresor yang terakhir,
alasam masuk rumah sakit, pengobatan yang sedang dijalani, riwayat penyakit
termasuk setelah di ECT sebelumnya, kondisi fisik dan tanda-tanda vital sudah
diperhatikan. Pasien atau keluarganya diberi penjelasan tentang ECT dan sudah
menyatakan setuju.
Persiapan pelaksanaan
Ø Bantu dokter dalam pemeriksaan fisik
Ø Beri penjelasan pada pasien
Ø Puasa selama 6 – 8 jam sebelum pelaksanaan
Ø Lepaskan gigi palsu, kaca mata atau lensa
kontak
Ø Pasien disuruh kencing dulu
Ø Pastikan rambut kering dan sudah disampo
Diagnosa keperawatan
Kurangnya pengetahuan, kecemasan. Risiko tinggi
cidera, Menurunya Output jantung, Gangguan proses pikir, Defisit perawatan
diri, intoleransi aktivitas dan risiko
tinggi aspirasi
Perencanaan
Tujuannya adalah
1. Pasien sudah memberi persetujuan
2. Kecemasan pasien mnimal
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal
4. Pasien terhindar dari cidera
Pelaksanaan
ECT dilakukan oleh dokter, tugas perawat adalah
menyiapkan alat dan pasiennya. Perawat memantau kondisi pasien baik selama
persiapan, dibius dan setelah ECT.
Evaluasi
Pasien dibaringkan miring untuk mengeluarkan air
liur. Kaji sistem kardiovaskuler pernapasan dan sistem persyarafan selama fase
pemulihan. Setelah pasien mulai sadar dan tanda-tanda vital stabil, pasien
dibawa ke ruang pemulihan sambil diberi dukungan emosi dan terus menerus
dioreintasikan sampai sadar penuh.
Setelah ECT, perhatikan tanda-tanda kehilangan
ingatan sejenak, gangguan kognitif dan sedikit delirium karena itu merupakan
gejala yang wajar. Perhatikan apakah ada tanda-tanda komplikasi seperti mania,
aspirasi, ruptur bladder, nausea dan muntah dan sakit kepala. Bila ada segera
laporkan pada dokter.
PERAN PERAWAT
DALAM PSIKOFARMAKA
Perawat sangat berperan dalam pemberian obat dan
mengawasi respon pasien terhadap obatnya. Peran Perawat adalah :
- Mengumpulkan data-data sebelum pengobatan
- Kordinasi terhadap pengobatan dan terapi lainnya
- Pendidikan tentang obat kepada pasien
- Memantau dampak obat
- Memberikan obat sesuai dengan cara dan dosisnya
Obat anticemas dan sedatif-hipnotik
Benzodiazepines
Mekansime kejanya
Mengurangi kecemasan karena dapat menghambat
transmiter GABA.
Indikasinya
Digunakan untuk mengatasi kecemasan, insomnia dan
dala, keadaan stres. Kecemasan bisa disebabkan kondisi fobia, stres
postraumatik, putus obat atau alkohol, kecemasan karena penyakit atau mau
dioperasi dn juga pada saat panik.
Dampak sampingnya
Overdosis obat ini tidak berakbat fatal dan tidak
mengakibatkan ketergantungan. Pemakaian yang lama dapat membuat pasien tidur
banyak
Buspiron, antihistamin, barbiturat, popranolol,
propanediols merupakan obat anti kecemasan juga. Buspiron digunakan secara
teratur dan menimbulkan efek setelah 1-2 minggu dan mencapai puncak 4 – 6
minggu. Antihistamin memiliki dampak sedatif sehingga bisa menjadi obat
penenang. Barbiturat sering digunakan tetapi bisa menimbulkan ketergantungan,
overdosis dan mudah mengganggu obat lain. Propanolol diberikan pada pasien yang
mengalami banyak keluhan fisik tetapi mengalami kecemasan
Obat antidepresi
Heterocyclics
Mekansime kerjanya
Obat ini menghalangi kerja norefinefrin
(katekolamin) dan serotonin pada pasien yang mengalami dperesi.
Dampak sampingnya
Obat ini bisa bekrja efektif setelah pemakaian 2-
4 minggu . Dampak samping mulai erlihat setelah 24 jam pemakaian tersu ada
selama obat digunakan. Dampak sampingnya adalah insomnia, mulut kering,
konstipasi, hipertensi, pandangan kabur dan gangguan seksual. Dampak lain
adalah kejang, risiko kardiovaskelur, risiko overdosis terutama bila dicampur
alkohol dan gangguan pada saat ereksi.
Obat yang menstabilkan Mood
Litium
Mekanisme kerjanya
Litium memperbaiki oertkaran ion yang tidak
normal, seperti pertokaran natrium pada sel-sel otot, menormalkan
neurotransmisi sinap norefinefrin, serotonin dan dopamin
Indikasinya
Pada saat akut mania dan hipomania dan penyakit
bipolar yang berulang. Kondisi lain juga
memakai litim seperti depresi unipolar , skizoafektif, katatonia, perilaku
agresif dan kadang-kadang alkoholism. Secara umum litium tidak efektif bila
digunakan sebagai obat tunggal tetapi
baik juga diberikan dengan obat antidepresan lain.
Dampak sampingnya
Ketika digunakan pada saat akut mania atau
hipomania, litium akan mulai efektif setelah
1-2 minggu tetapi butuh beberpa bulan untuk bisa penuh menstabilkan
mood. Litium digunakan dalam jangka panjang sehingga pasien cenderung bosan dan
menghentikannya. Tanda dan gejala yang dialami
pada saat akut di sistem persarafan
seperti tremor, lemas, sakit kepala,
pada ginjal seperti banyak kencing, edema; pada pencernaan, nyeri lambung, nausea,
muntah dan diare; pada kulit, seperti jerawat, gatal-gatal; jantung, perubahan
EKG dan bisa menambah berat badan. Pada pemakaian jangka panjang, litium bisa
mengakibatkan gangguan tiroid dan ginjal.
Antikonvulsan
Carbazepine, digunakan seperti perilaku konvulsif,
trieminal neuralgia, nyeri phantom limb, mithdrawal alkohol, dan pasien
gelisah. Carbazepine digunakan dapat digunakan untuk mengatas episoda mania
bila litium tidak efektif lagi. Obat ini mencapai puncaknya pada hari ke 10.
Dampak sampingnya adalah gatal-gatal pada kulit,
nyeri tenggotokan, vertigo, ataksia, ulkus mukosa, sedikit demam diplopia,
pandangan kabur nausea dan muntah. Dampak samping lain adalah dapat menurunkan
leukosit jadi prlu pemeriksan darah secara berkala.
Valproate
Digunakan pada p[asien fase mania dan gangguan
skizoafektif. Dampak sampingnya bis pada pencernaan seperti anoreksia, nausea,
muntah dan diare. Pad persarafan seperti tremor, sedasi, ataksia dan menambah
selera makan.
Obat Antipsikotik
Jenis obatnya adalah phenothiazine, butyrophenones
dan thioxanthenes.
Mekanisme kerjanya
Semua obat antipsikotik betujuan membatasi aksi
dopamin pada meolimbik otak. Aksi ini bisa menurunkan halusinasi dan
waham. Obat ini juga bisa menurunkan
hostiliti dan agitasi, meningkatkan proses pikir dan menurunkan prilaku yang
disebab kecemasan dan gangguan sensori.
Dampak samping
a. dampak pada ekstrapiramidal seperti akatesia, pasien merasa gelisah dan bergerak
terus
b. Dampak ekstra piramidal Parkinson seperti
akinesia, pasienbergerak lambat, bicara pelo, lambat menutup mata dan jalan
tegak., tremor pada tangan, kaki dan lidah, afek datar dan muka seperti topeng.
c. distonia, abnormal tonus otot. Pasien kaku
atau mempelihatkan cogwheeling, tremor dalam otot pada saat bergerak maupun
duduk. Rahang dan lidah bisa kaku sehingga harus cepat ditolong karena bisa
mencapai kaku pada otot pernapasan.
Agen antiparkinson
Obat untuk mengatasi dampak
ekstrapiramidal seperti benzttropine (cogentin) Benadril, trihexyphenidyl
(Artan) Amantadine (Symmetrel),
d. Otostatik hipotensi, sedasi, gangguan
endokrin dan antikolinergik. Gangguan endokrin berupa perubahan metabolisme
sehingga berat badan bertambah, gula darah tidak normal, amenora, laki-laki
tidak bisa ereksi dan ejakulasi dini sedangkan pada wanita susah mencapai
orgasme. Dampak antikolonergik seperti mulut keing, pandangan mata kabur dan
konstipasi.
Pertanyaan Kunci
- Apakah pengertian terapi aktivitas kelompok ?
- Apa keuntungan terapi diberikan secara berkelompok ?
- Apa saja jenis-jenis terapi kelompok ?
- Mengapa pelaksanaan TAK dibuat secara berseri ?
Tugas
- Setiap mahasiswa membuat proposal pelaksanaan TAK
- Mahasiswa akan menjadi Leader pada TAK dengan temannya sekelompok yang menjadi kliennya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar