Tujuan penyuluhan
a. Umum : Setelah penyuluhan diharapkan pasien dapat
memahami tentang diabetes melitus dan perawatan luka
b. Khusus : Setelah
penyuluhan diharapkan pasien dapat :
A. Diabetes Melitus
1.
Menyebutkan
pengertian diabetes melitus
2.
Menyebutkan
penggolongan diabetes melitus
3.
Menyebutkan
tanda dan gejala diabetes melitus
4.
Menyebutkan penyebab
diabetes melitus
5.
Menyebutkan komplikasi diabetes melitus
6.
menyebutkan penanganan diabetes melitus
B. Perawatan Luka
7.
Menyebutkan
pengertian perawatan luka
8.
Menyebutkan
tujuan perawatan luka
9.
Menyebutkan
jenis-Jenis Luka
10.
Menyebutkan
mekanisme terjadinya luka
11.
Menyebutkan fase penyembuhan Luka
12.
Menyebutkan faktor yang Mempengaruhi Luka
13.
Menyebutkan komplikasi Penyembuhan Luka
14.
Menyebutkan cara Merawat Luka yang baik dan benar
Kegiatan Penyuluhan
a. Materi : Diabetes
Melitus
1. pengertian diabetes melitus
2. penggolongan diabetes melitus
3. tanda dan gejala dibetes melitus
4. penyebab diabetes melitus
5. komplikasi diabetes melitus
6. penanganan diabetes melitus
Perawatan Luka
1.
Pengertian
perawatan luka
2.
Tujuan
perawatan luka
3.
Jenis-Jenis
Luka
4.
Mekanisme
terjadinya luka
5.
Fase
penyembuhan Luka
6.
Faktor yang Mempengaruhi Luka
7.
Komplikasi Penyembuhan Luka
8.
Cara Merawat Luka yang baik dan benar
b. Langkah-langkah/strategi
LANGKAH
|
KEGIATAN
|
|
·
Mahasiswa mengucapkan salam
·
Pasien menjawab salam
|
|
·
Mahasiswa menanyakan pengetahuan pasien tentang perawatan luka meliputi
pengertian perawatan luka, tujuan perawatan luka, dan jenis luka
·
Pasien memperhatikan dan menjawab
pertanyaan
|
|
·
Mahasiswa memberikan informasi tentang
topik yang akan disampaikan dan tujuan penyuluhan
·
Pasien memperhatikan informasi yang
diberikan
|
|
·
Mahasiswa menjelaskan tentang perawatan
luka meliputi : pengertian, tujuan, jenis, mekanisme,fase penyembuhan luka,
faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka, komplikasi, cara perawatan
luka
·
Pasien memperhatikan penjelasan
|
|
·
Mahasiswa memberi kesempatan kepada pasien
untuk bertanya bila ada penjelasan yang kurang dipahami
·
Pasien menanyakan tentang materi yang belum dipahami
|
|
·
Mahasiswa menstimulasi pasien lainya untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan
·
Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan
|
|
·
Mahasiswa menjelaska kembali materi yang
belum dipahami
·
Pasien memperhatikan penjelasan
|
|
·
Mahasiswa mengajukan beberapa pertanyaan
secara lisan untuk mengevaluasi tingkat pemahaman pasien tentang materi yang
telah diberikan
·
Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan
|
|
·
Mahasiswa menyimpulkan materi
·
Pasien memperhatikan
|
|
·
Mahasiswa mengucap salam
·
Pasien menjawab salam
|
Sarana Penunjang
a. Metode : Ceramah dan tanya
jawab
b. Media :
1.
Flip Chart
2.
Leaflet perawatan luka dan diabetes melitus
3.
Lembar evaluasi
Evaluasi :
a. Struktur :
1.
Ruang kondusif untuk kegiatan
2.
Peralatan memadai dan berfungsi
3. media dan materi tersedia dan
memadai
4.
SDM memadai
b. Proses :
1.
Ketepatan waktu pelaksanaan
2.
Peran serta aktif klien
3.
Kesesuaian peran dan fungsi mahasiswa
4.
Faktor pendukung dan penghambat kegiatan
c. Hasil :
Terkait dengan tujuan yang ingin dicapai :
Tes lisan
1.
Mahasiswa mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung
kepada pasien tentang materi penyuluhan yang telah dijelaskan
2.
Bila pasien dapat menjawab > 75% dari pertanyaan
yang diajukan, maka penyuluhan dinyatakan berhasil
Lampiran Materi
DIABETES MELITUS
A. Pengertian
Diabetes melitus (DM)
adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah
dan juga dalam air kencing sehingga disebut dengan kencing manis.
B. Penggolongan Diabetes Melitus
Ada dua macam atau tipe dari diabetes melitus,
yaitu:
1. Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI)
atau juga disebut dengan DM tipe I;
2. Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin
(DMTTI) atau juga disebut dengan DM tipe II yang terbagi lagi menjadi dua,
yaitu:
a. DMTTI yang tidak mengalami kegemukan atau
obesitas
b.
DMTTI dengan obesitas
C. Tanda dan Gejala
Ada pun tanda dan gejala yang khas dari diabetes
melitus antara lain:
1.
Sering kencing dan terdapat gula dalam air kencing
tersebut;
2.
Selalu merasa haus;
3. Sering merasa lapar dan banyak makan;
4.
Berat badan menurun;
5.
Sering kesemutan;
6. Kadar gula dalam darah meningkat melalui
pemeriksaan laboratorium
7.
Penglihatan kabur.
D. Penyebab
Berikut ini
adalah beberapa penyebab dari diabetes melitus:
1. Kegemukan atau pun juga terlalu kurus;
2.
Keturunan;
3.
Alkohol;
4.
Stress;
5.
Obat-obatan; dan
6.
Infeksi pada pankreas (organ tubuh penghasil insulin).
E. Komplikasi
Berikut ini
adalah beberapa komplikasi atau efek samping yang dapat disebabkan oleh
diabetes melitus, antara lain:
1.
Penyakit jantung;
2.
Gagal ginjal;
3. Gangguan penglihatan, katarak atau bahkan
sampai dengan kebutaan;
4. Rentan terhadap kuman penyakit (infeksi);
5. Luka yang tidak sembuh-sembuh; dan
6.
Kematian
F. Penanganan
Hanya ada empat
cara untuk menangani penyakit diabetes melitus, yaitu:
1. Diet atau perencanaan makan yang dalam hal
ini kita perlu konsul ke ahli gizi
2.
Latihan jasmani atau berolah raga
3.
Terapi insulin jika perlu
4.
Memodifikasi keadaan lingkungan rumah agar tidak
terjadi kecelakaan seperti lantai yang tidak licin.
PERAWATAN LUKA
A. Pengertian
Luka adalah
suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka
adalah kerusakan
kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain
(Kozier, 1995).
Ketika luka
timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya
seluruh atau sebagian fungsi organ
2.
Respon stres simpatis
3.
Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi
bakteri
5. Kematian sel
B. Tujuan
1.
Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan
membran mukosa
2. Mencegah
bertambahnya kerusakan jaringan
3. Mempercepat
penyembuhan
4. Membersihkan
luka dari benda asing atau debris
5. Drainase
untuk memudahkan pengeluaran eksudat
6. Mencegah
perdarahan
7. Mencegah
excoriasi kulit sekitar drain
C. Jenis-Jenis Luka
Luka sering
digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan
menunjukkan
derajat luka (Taylor, 1997).
1. Berdasarkan
tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah
takterinfeksi yang mana
tidak
terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan,
pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan
luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal;
Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b.
Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan
dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi
terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi
luka adalah 3% - 11%.
c.
Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka
akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut,
inflamasinonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Dirty or
Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan
waktu penyembuhan luka
a. Luka akut :
yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
b. Luka kronis
yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen
dan endogen.
D. Mekanisme terjadinya luka :
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena
teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka
bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah
yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat
benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan
lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat
kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat
adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan
diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat
benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka
yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya
kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
7. Luka Bakar (Combustio)
E. Penyembuhan Luka
Penyembuhan
luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga
berhubungan
dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti yang
terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995).
Menurut Kozier,
1995
a. Fase
Inflamatori
Fase ini
terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu
hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase
konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah,
endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah
luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang
menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk
dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis
dan mencegah
kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah
dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan
lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme. Fase inflamatori juga
memerlukan pembuluh darah dan respon seluler digunakan untuk mengangkat
benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan
membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada
akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak.Selama sel berpindah
lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah
interstitial.
Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang
24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris
melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor
angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh
darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon
inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan
b. Fase
Proliferatif
Fase kedua ini
berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah
pembedahan.
Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai
24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan
substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi
luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari
luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga
kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan
nampak dibawah garis irisan luka.Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan
aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi
penyembuhan. berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring
perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini
disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah.
c. Fase
Maturasi
Fase
maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah
pembedahan.
Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya ,
menyatukan
dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan
elastisitas dan meninggalkan garis putih.
.
F. Faktor yang Mempengaruhi Luka
1. Usia
2. Nutrisi
3. Infeksi
4.
Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
5.
Hematoma
6.
Benda asing
7. Iskemia
8. Diabetes
9. Keadaan Luka
G. Komplikasi Penyembuhan Luka
Komplikasi
penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.
1. Infeksi
Invasi bakteri
pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah
pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan.
Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri,
kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan
jumlah sel darah putih.
2.
Perdarahan
Perdarahan
dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan,
infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain).
Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah
balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah
pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi,
penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan
intervensi pembedahan
mungkin
diperlukan.
3.
Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan
eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.
Dehiscence
adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya
pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang
nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah,
dan dehidrasi,mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence
luka dapat terjadi 4 –
5
hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence
dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang
lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan
perbaikan pada daerah luka.
H. Cara Merawat Luka
Persiapan Alat
1. Set steril yang terdiri atas :
o
Pembungkus
o
Kapas
atau kasa untuk membersihkan luka
o
Tempat untuk larutan
o
Larutan anti septic
o
2 pasang pinset
o
Gaas untuk menutup luka.
2. Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti :
extra balutan dan zalf
3. Gunting
4. Kantong tahan air untuk tempat balutan lama
5. Plester atau alat pengaman balutan
6. Selimut mandi jika perlu, untuk menutup
pasien
7. Bensin untuk mengeluarkan bekas plester
Cara kerja
1. Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan
dilakukan. Jawab pertanyaan pasien.
2. Minta bantuan untuk mengganti balutan pada
bayi dan anak kecil
3. Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar
4. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang
menyenangkan. Bukan hanya pada daerah luka, gunakan selimut mandi untuk menutup
pasien jika perlu.
5. Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat
dijangkau. Bisa dipasang pada sisi tempat tidur.
6. Angkat plester atau pembalut.
7. Jika menggunakan plester angkat dengan cara
menarik dari kulit dengan hati-hati kearah luka. Gunakan bensin untuk
melepaskan jika perlu.
8. Keluarkan balutan atau surgipad dengan
tangan jika balutan kering atau menggunakan sarung tangan jika balutan lembab.
Angkat balutan menjauhi pasien.
9. Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong
plastik.
10. Buka
set steril
11.
Tempatkan pembungkus steril di samping luka
12. Angkat
balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan sampai mengeluarkan
drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan pada drain gunakan 2
pasang pinset, satu untuk mengangkat gaas dan satu untuk memegang drain.
13. Catat
jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.
14. Buang
kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung pinset dimasukkan
dalam kantong kertas, sesudah memasang balutan pinset dijauhkan dari daerah
steril.
15.
Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas dilembabkan dengan anti septik, lalu letakkan
pinset ujungnya labih rendah daripada pegangannya.
Gunakan satu
kapas satu kali mengoles, bersihkan dari insisi kearah drain :
a.
Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah keluar
b. Jika ada
drain bersihakan sesudah insisi
c. Untuk
luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari
tengah
luka kearah luar, gunakan pergerakan melingkar.
16. Ulangi
pembersihan sampai semua drainage terangkat.
17. Olesi
zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat steril.
18.
Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut
19. Amnkan
balutan dengan plester atau pembalut
20. Bantu
pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan.
21. Angkat
peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan kotor. Bersihkan alat dan
buang sampah dengan baik.
22. Cuci
tangan
23.
Laporkan adanya perubahan pada luka atau drainage kepada perawat yang
bertanggung jawab. Catat penggantian balutan, kaji keadaan luka dan respon
pasien.
Daftar Pustaka
Thorek P, Atlas Teknik Bedah, EGC ,
Jakarta, 1994.
Saleh M, Sodera VK, Ilustrasi Ilmu Bedah
Minor, Bina rupa Aksara,
Jakarta 1991.
Wind GG, Rich NM, Prinsip-prinsip Teknik
Bedah, Hipokrates Jakarta,
1992.
Dudley
HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S, Pedoman Tindakan
Medik dan Bedah, EGC Jakarta 2000.
Puruhito, Dasar-daasar Teknik Pembedahan,
AUP Surabaya, 1987.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar