Pendahuluan
Bunuh diri, Tindakan merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan.
Ratio kejadiaan antara pria dan wanita = 3 : 1 (
ss, 1995 ).Menurut Stuart & Sandeen ( 1995 ) penyebab bunuh diri :
·
Perceraian *
Pengangguran * Isolasi sosial
Menurut Tishler’s ( 1981 ). Motivasi remaja mencoba bunuh diri
·
Masalah
dengan Orang tua ( 51 % )
·
Masalah
dengan lawan jenis ( 30 % )
·
Masalah
sekolah (
30 % )
Dalam hidup, orang berhadapan dengan banyak risiko dan harus mengambil
risiko yang sesuai dengan pertimbangannya. Kadang pilihannya rasional, kadang
tidak rasional. Merusak diri atau bunuh diri merupakan pilihan yang tidak
rasional.
Bunuh diri merupakan kedaruratan → Kecemasan yang tinggi & koping yang mal
daptif.
Situasi gawat pada bunuh diri → saat
ide bunuh diri timbul
secara berulang tanpa rencana spesifik.
TINGKAH LAKU BUNUH DIRI
Rentang sehat – sakit pada bunuh diri :
RESPON ADAPTIF RESPON
MALADAPTIF
Peningkatan/ pengambilan
Perilaku merusak suicide
Harapan Putus harapan
Yakin
Tak berdaya
Percaya Putus asa
Tetap hati Ragu – ragu
Beck, Dkk ( 1984 ) Sedih & Deprisi
Bunuh diri
Ketidak berdayaan, keputusasan, apatis
- Tidak berhasil memecahkan masalah → lari dari masalah.
- Merasa tak mampu, seolah – olah koping yang biasa tidak berguna
- Tidak mampu mengembangkan koping yang baru
- Keyakinan tidak ada yang dapat membantu
Kehilangan, Ragu – ragu
·
Cita
– cita terlalu tinggi dan tidak realistis
·
Kehilangan
pekerjaan dan kesehatan, perpisahan, perceraiaan.
·
Kegagalan,
kekecewaan & rendah diri → Bunuh
diri
Depresi
- Dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan
- Ditandai oleh kesedihan dan rendah diri
- Bunuh diri → saat individu keluar dari depresi berat
Bunuh diri
- Tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan
- koping terakhir untuk memecahkan masalah yang dihadapi
Pernyataan yang salah tentang percobaab bunuh diri
1. Ancaman bunuh diri → hanya untuk mencari perhatian → tidak
perlu di tanggapi serius.
2. Bunuh diri tak memberi
tanda.
3. Berbahaya membicarakan
pikiran bunuh diri klien.
4. Kecendrungan bunuh diri
adalah keturunan.
Jenis merusak diri
a. Langsung
- Perkataan, perilaku, ide, dan usaha
mengakhiri hidup aktif dilakukan. Individu sadar hasil dari tindakannya dan
sadar akan kematian yang dihadapinya.
b. Tidak langsung
- Aktif merusak kesehatan tubuhnya
sehingga pada akhirnya kematian datang. Individu tidak menyadari perilakuya dan
mungkin meenyangkal bila dikonfrontasi. Misalnya : pecandu rokok, obat,
anoreksia nervosa, bulimia
Pengkajian
- Dibutuhkan observasi melekat dan keterampilan mendengar untuk mendeteksi tanda dan rencana spesifik.
Faktor Predisposisi
Merusak diri tidak langsung :
- Tindakan yang sudah lama dan berulang kali dilakukan
- Ketidak patuhan pada program pengobatan
- Kelainan pola makan : anoreksia nervosa, bulimia, makan banyak
Merusak diri secara langsung
- Langsung menembak diri, gantung diri, potong nadi, atau tampak seperti
kecelakaan tapi setelah diatopsi ternyata karena bunuh diri.
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan
bunuh diri, kita mengenal tiga macam
perilaku bunuh diri, yaitu:
1.
Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh
diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri,
misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi
jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Pada kondisi
ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan
percobaan bunuh diri. Pasien umumnya
mengungkapkan perasaan
seperti rasa bersalah / sedih / marah / putus asa / tidak berdaya. Pasien juga
mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri
rendah
2.
Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh
diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati disertai dengan
rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan
rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri,
namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah
mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja
dapat dimanfaatkan pasien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3.
Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh
diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri
kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien
aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong
urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
Faktor pencetus / stressor pencetus.
- Setiap kejadian bisa menjadi faktor pencetus, perilaku merusak diri dilakukan karena ingin lepas dari perasaan tidak nyaman, tidak mampu bertoleransi lagi dan adanya kecemasan.
A. Stresor yang tidak
langsung berhubungan dengan perilaku merusak diri
- Stresor fisiologis
Karena peningkatan dopamin ( menyebabkan
menurunnya nafsu makan). Sering terjadi pada anoreksia nervosa
- Stresor psikologis
- Despair (Kesedihan yang
mendalam). Situasi dimana individu mencoba memecahkan masalah yang berat tapi
tidak menemukan jalan keluar)
- Gangguan emosional,
misalnya pada remaja yang tidak bisa menerima perubahan dirinya, harga diri
rendah, depresi
- Kehilangan kontrol terhadap dirinya atau
lingkungan
- Stresor sosial kultural
- Keinginan berbadan langsing, penyesuaian
terhadap peran dan perilaku sesuai dengan kemajuan zaman.
- penyakit kronis, karena perilaku disesuaikan
dengan kondisi dan aturan
B Stresor yang langsung berhubungan dengan perilaku merusak
diri
- Stresor fisiologis
Karena gangguan mental organik, psikosis,
pemakaian obat halusinogen, skizoferenia. Rendahnya kadar serotonin dalam
tubuh.
- Stresor psikologis
- Kemarahan yang terpendam
sehingga mengarahkan kepada dirinya.
- Merusak dirinya juga
bermaksud untuk menunjukkan kemarahan kepada orang lain
- Stresor sosial kultural
- penyakit
kronis yang meimbulkan kecacatan, nyeri, atau penyakit terminal.
- Adanya motivasi individu.
Urutan
motivasi tingkah laku bunuh diri (Durkheim )
a. Bunuh
diri egoistik.
Individu merasa bukan bagian dari masyarakat lagi. Individu merasa
kesepian, tidak ada dukungan dari lingkungan
b. Bunuh diri Altruistik
Karena
kepatuhan pada adat, kebiasaan, ajaran.
Misalnya : hari kiamat jatuh pada tanggal itu.
c. Bunuh diri Anomik.
Karena
masyarakat tidak bisa mengatur orang-orang, misalnya bunuh diri dilakukan
sendiri-sendiri, waktunya tidak jauh berbeda, dengan cara yang sama.
Perilaku
Merusak diri tidak langsung :
Ciri – ciri : 1. progresif dan merusak kesejahteraan
individu 2. Individu menyadari bahwa
perilakunya berisiko. 3. Menyangkal
bahwa perilakunya menyebabkan orang lain menderita.
Misal : Kelainan pola makan, ketidakpatuhan pada program pengobatan,
pencideraan diri (stres ; tusuk-tusuk tangan dengan jarum),
Merusak diri secara langsung :
1. Gerakan tubuh menunjukan usaha bunuh diri
2. Memberi pesan-pesan atau kata-kata perpisahan
3. Aktif mencoba
4. Bunuh diri
Mekanisme
koping
-
Pengrusakan
diri : Denial
-
Koping
yang menonjol : Rasionalisasi, Intelektualisasi & regresi
Alat yang dipakai untuk mengkaji ;
a. Menurut hatton,Valente dan Rink,1977
b. Sirs ( Suicidal intention rating scale )
0 = Tidak
ada ide yang lalu & sekarang
1 = Ada
ide, tak ada percobaan, tidak merencanakan
2 =
Memikirkan dengan aktif, tidak ada percobaan.
3 = Mengancam
4 = Aktif mencoba
Stuart dan Sundeen ( 1987 ), Faktor resiko bunuh diri :
Faktor Risiko
Tinggi Risiko
rendah
Umur
45 thn/ remaja 25-45
atau 12 thn
Kelamin laki-laki perempuan
status cerai,
pisah, duda kawin
Jabatan profesional pekerja kasar
Peny, fisik kronis,
terminal tidak serius
ggn mental depresi,
halusinasi ggn
kepribadian
Faktor – faktor dalam pengkajian klien merusak
diri
a. Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri b. Petunjuk gejala
c. Penyakit psikiatrik d.
Riwayat Keluarga
Faktor penyebab
a. Kegagalan adaptasi b. Perasaan
terisolasi
c. Perasaan marah / bermusuhan d. Cara untuk mengakhiri keputusan
e. Tangisan minta tolong
Faktor penyebabnya ada 5
Faktor :
a. Gangguan jiwa → Gangguan. afektif, Penyalahan gunaan zat
* Skizotren.
b. Sifat kepribadiaan → Rasa
bermusuhan, Implusif * depresi.
c. Lingkungan psikosial →
Kehilangan, perceraian, Dukungan tidak
ada.
d. Riwayat keluarga → Pernah
melakukan bunuh diri.
e. Faktor Boikimia → Secara serotogenik, opiatergik *
dopominergik menjadi media proses yang dapat menimbulkan perilaku pengrusak
diri.
Menurut Halton, valente dan Rink, 1977 ( dikutip oleh Shiver, 1986 )
|
No.
|
Perilaku / Gejala
|
Intensitas Risiko
|
||
|
Rendah
|
Sedang
|
Tinggi
|
||
|
01.
|
Cemas
|
Rendah
|
Sedang
|
Tinggi atau panik
|
|
02.
|
Depresi
|
Rendah
|
Sedang
|
Berat
|
|
03
|
Isolasi menarik diri
|
Perasaan depresi yang samar tidak menarik diri
|
Perasaan tidak berdaya, putus asa manarik diri
|
Tidak berdaya
|
|
04
|
Fungsi sehari – hari
|
Umumnya baik pada semua aktifitas
|
Baik pada beberapa aktifitas
|
Tidak baik pada semua aktivitas
|
|
05
|
Sumber – sumber
|
Beberapa
|
Sedikit
|
Kurang
|
|
06
|
Strategi koping
|
Umumnya konstruktif
|
Sebagaian Konstruktif
|
Sebagian besar Destruktur
|
|
07
|
Orang penting / dekat
|
Beberapa
|
Sedikit atau hanya satu
|
-
|
|
08
|
Pelayanan psikiater yang lalu
|
Tidak, sikap positif
|
Ya, umumnya memuaskan
|
Bersikap negatif terhadap pertolongan
|
|
09
|
Pola hidup
|
Stabil
|
Sedang ( stabil – tidak stabil )
|
Tidak stabil
|
|
10
|
Pemakai alkohol dan obat
|
Tidak sering
|
Sering
|
Terus menerus
|
|
11
|
Percobaan bunuh diri sebelumnya
|
Tidak, atau yang tidak fatal
|
Dari tidak sampai dengan cara yang aga fatal
|
Dari tidak sampai berbagai cara yang fatal
|
|
12
|
Disortersasi dan disorganisasi
|
Tidak ada
|
Sedikit
|
Jelas atau ada
|
|
13
|
Bermusuhan
|
Tidak atau sedikit
|
Beberapa
|
Jelas atau tidak
|
|
14
|
Rencana bunuh diri
|
Samar, kadang – kadang ada pikiran, tidak ada rencana
|
Sering dipikirkan kadang – kadang ada ide untuk merencanakan
|
Sering dann konstan dipikirkan dengan rencana yang spesifik
|
Cook dan Fontaine ( 1987 ), faktor penyebab tambahan :
a. Anak b. Remaja c. Mahasiswa d. Usia lanjut
Masalah
keperawatan
1. Risiko bunuh diri
2. Keputus asan
3. Ketidak berdayaan
4. Gangguan konsep diri : HDR
5. Gangguan konsep diri : Gangguan citra
tubuh.
6. Kecemasaan.
7. Berduka disfungsional
8. Koping individu tak efektif.
9. Penatalaksanaan regimen therapeutik in
efektif
10. Koping keluarga tak efektif : Ketidakmampuan.
Diagnosa medis yang
berhubungan :
- Anoreksi Nervosa
- Bulimia
- Bipolan Disorder : - Manik -
depresi ( mood tidak stabil ), - Tidak Bisa dikontrol ® Keinginan untuk bunuh diri
- Depresi Mayor
Ada 5 gejala yang timbul setiap hari selama 2 minggu yaitu :
- Mood depresi, kehilangan minat & kesenangan.
- Berat badan turun, insomnia, hipersomnia,
gangguan psokomotur,
kelelahan,
merasa tidak berharga atau bersalah, tidak mampu
berpikir,
sering ingin mati.
Perencanaan.
Tujuan :
- Mencegah menyakiti diri sendiri.
- Meningkat harga diri klien
- Menggali masalah dalam diri klien.
- Mengajarkan koping yang sehat.
Intervensi
® Perawat harus menyadari responsnya
terhadap suicide supaya bersikap obyektif.
I. Proteksi (mencegah
menyakiti diri)
1. Verbal ®Mengatakan kepada klien bahwa tim
kesehatan akan mencegah klien suicide.
2. Nonverbal : Menghilangkan benda – benda
berbahaya seperti : Ikat pinggang, benda tajam.
3. Observasi Perilaku (Mencegah klien melukai
dirinya)
4. Perhatikan verbal & nonverbal klien.
5. Ditempatkan ditempat aman, bukan diisolasi
dan semua tindakan dijelaskan
6. Pengawasan selama 24 jam (Menemani pasien terus-menerus sampai dia
dapat dipindahkan ketempat yang aman)
7. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah
meminum obatnya, jika pasien mendapatkan obat
8. Dengan lembut menjelaskan pada pasien
bahwa saudara akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
9. Intervensi krisis klien
10. Kadang – kadang klien merasa baik, dan
berhenti tapi karena kambuh lagi ® tetap waspada.
Pada klien yang anoreksia & bulimia, awasi klien pada saat makan, biar
banyak yang dimakan.
2. Meningkatkan harga diri
-
Setiap
kegiatan / prilaku positif segera dipuji.
-
Menghilangkan
rasa bersalah & menyalahkan
-
Sediakan
waktu untuk klien sehingga klien merasa dirinya penting
-
Bantu
untuk mengekspresikan perasaan positif/negatif, beri reinforcement
-
Identifikasi
sumber kepuasan dan rencana aktivitas yang cepat berhasil
-
Dorong
klien menuliskan hasil yang telah dicapai
3. Menguatkan koping yang sehat.
dibutuhkan dengan prilaku yg respon sif.
Misal : Pada anoreksia
-
Boleh
dikunjungi keluarga bila berat badan naik ½
Kg.
-
Bila
tidak mau makan, pasang NGT.
4. Eksplorasi perasaan.
Tujuan membuat klien memahami proses penyakitnya/ masalahnya.
-
Mengeksplorisasi
faktor predisposisi & pencetus.
-
Mengikuti
terapi kelompok.
-
Mengarah
pada masalahnya.
Misal : Klien marah, belajar marah konstruktif.
5. Mengatur batasan dan kontrol
-
Membuat
daftar perilaku yang mesti diubah / dikontrol.
-
Dibuat
berstruktur dan batasan yang jelas
Misal : Dalam 2 hari ini tidak ada usaha meerusak
diri.
6. Mengarahkan dukungan sosial.
Karena Klien tidak punya
sumberdaya internal dan eksternal, maka :
-
Melibatkan keluarga & teman.
-
Mengajarkan
tentang pola – pola suicide & cara mengatasinya.
-
Keluarga
mencurahkan perasaan dan membuat rencana masa depan.
-
Kalau
perlu terapi keluarga.
-
Buat
pusat penanganan krisis.
7. Pendidikan mental
-
Pendidikan
gizi bagi A. Nervosa dan bulimia.
-
Pentingnya
patuh pada prigram pengobatan.
-
Penyakit
kronis yand diderita.
Perawtan
selama di rumah sakit
Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan : Risiko Bunuh Diri
1. Tindakan keperawatan untuk
pasien percobaan bunuh diri
a. Tujuan :
Pasien tetap aman dan
selamat
b.
Tindakan : Melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau
mencoba bunuh diri, maka saudara dapat melakukan tindakan berikut:
1) Menemani pasien terus-menerus sampai dia
dapat dipindahkan ketempat yang aman
2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya
(misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)
3) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah
meminum obatnya, jika pasien mendapatkan obat
4) Dengan lembut menjelaskan pada pasien
bahwa saudara akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
SP 1 Pasien: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
2. Tindakan
keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri
a. Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi
anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri
b.
Tindakan:
1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi
pasien serta jangan pernah meninggalkan pasien sendirian
2) Menganjurkan keluarga untuk membantu
perawat menjauhi barang-barang berbahaya disekitar pasien
3) Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk
tidak sering melamun sendiri
4) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya
pasien minum obat secara teratur
SP 1 Keluarga: Percakapan dengan keluarga
untuk melindungi pasien yang
mencoba bunuh diri
Isyarat Bunuh
Diri dengan diagnosa harga diri rendah diri
1. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh
diri
a. Tujuan:
1) Pasien mendapat perlindungan dari
lingkungannya
2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian
masalah yang baik
b.Tindakan
keperawatan
1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi
keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2) Meningkatkan harga diri pasien, dengan
cara:
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan
perasaannya.
b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan
perasaan yang positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d) Membicarakan tentang keadaan yang
sepatutnya disyukuri oleh pasien
e) Merencanakan aktifitas yang dapat
pasien lakukan
3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan
masalah, dengan cara:
a) Mendiskusikan dengan pasien cara
menyelesaikan masalahnya
b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas
masing-masing cara penyelesaian masalah
c) Mendiskusikan dengan pasien cara
menyelesaikan masalah yang lebih baik
SP 2 Pasien: Percakapan
melindungi pasien dari isyarat bunuh diri
SP 3 Pasien: Berikut ini percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah pada pasien isyarat bunuh diri
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
dengan pasien isyarat bunuh diri
a. Tujuan : keluarga mampu merawat
pasien dengan risiko bunuh diri.
b. Tindakan keperawatan:
1) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan
gejala bunuh diri
1) Menanyakan keluarga tentang tanda dan
gejala bunuh diri yang penah muncul pada pasien.
2) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala
yang umumnya muncul pada pasien berisiko
bunuh diri.
2) Mengajarkan keluarga cara melindungi
pasien dari perilaku bunuh diri
a) Mendiskusikan tentang cara yang dapat
dilakukan keluarga bila pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
b) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi
pasien, antara lain:
(1) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan
pasien di tempat yang mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di
kamarnya atau jangan meninggalkan pasien sendirian di rumah
(2) Menjauhkan barang-barang yang bisa
digunakan untuk bunuh diri. Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan
untuk bunuh diri, seperti: tali, bahan bakar minyak / bensin, api, pisau atau
benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun
serangga.
(3) Selalu mengadakan pengawasan dan
meningkatkan pengawasan apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan
pernah melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan tanda dan
gejala untuk bunuh diri.
c)
Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.
3) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang
dapat dilakukan apabila pasien
melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
a) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau
pemuka masyarakat untuk menghentikan
upaya bunuh diri tersebut
b) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau
puskesmas mendapatkan bantuan medis
4) Membantu keluarga mencari rujukan
fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien
a) Memberikan informasi tentang nomor telepon
darurat tenaga kesehatan
b) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan
pasien berobat/kontrol secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
c) Menganjurkan keluarga untuk membantu
pasien minum obat sesuai prinsip lima benar yaitu benar orangnya, benar
obatnya, benar dosisnya, benar cara penggunakannya, benar waktu penggunaannya
SP 2 Keluarga: Percakapan untuk
mengajarkan keluarga tentang cara merawat
anggota
keluarga berisiko bunuh diri. (isyarat
bunuh diri)
SP 3 Keluarga: Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh
diri/isyarat bunuh diri
SP 4 Keluarga : Membuat perencanaan Pulang bersama
keluarga dengan pasien risiko bunuh diri
Ringkasan tindakan keperawatan untuk pasien berisiko bunuh diri
berdasarkan perilaku bunuh diri yang ditampilkan
|
Tiga macam perilaku bunuh diri
|
Tindakan keperawatan untuk pasien
|
Tindakan keperawatan untuk keluarga
|
|
1. Isyarat
bunuh diri
|
Mendiskusikan
cara mengatasi keinginan bunuh diri
Meningkatkan
harga diri pasien
Meningkatkan
kemampuan pasien dalam menyelesaikan masalah
|
Melakukan
pendidikan kesehatan tentang cara merawat anggota keluarga yang ingin bunuh
diri
|
|
2. Ancaman
bunuh diri
3. Percobaan
bunuh diri
|
Melindungi
pasien
|
Melibatkan
keluarga untuk mengawasi pasien secara ketat
|
Evaluasi
-
Perhatikan
hari – demi hari.
-
Libatkan
klien dalam mengevaluasi prilakunya.
1. Apakah ancaman suicide sudah menghilang ?
2. Apakah perilaku menunjukkan kepedulian pada kegiatan sehari-hari ?
3. Apakah sumber koping sudah dipakai semua ?
4. Apakah klien sudah dapat menggambarkan dirinya dengan positif ?
5. Apakah sudah memakai koping positif ?
6. Apakah klien terlibat dalam aktivitas meningkatkan diri ?
7. Apakah klien sudah mendapat keyakinan untuk pertumbuhan diri ?
METAFORA
“GUNUNG ES’ SATIR
TINGKAH
LAKU
(tindakan/perbuatan)
Koping, cara bertahan
PERASAAN
(senang,
terpesona, marah, sakit
Hati, takut, sedih)
PERASAAN TENTANG PERASAAN
PERSEPSI
(keyakinan, asumsi,
kenyataan subyektif,
Cara
pandang, pola pikir)
PENGHARAPAN
Keinginan/tuntutan
(pada diri semdiri, pada orang lain,
dari orang lain)
DAMBAAN/KEBUTUHAN
(cinta, kebebasan, kedamaian,
penerimaan, penghargaan)
AKU
KEROHANIAAN
(hubungan dengan Tuhan)
(C) Warren Tan, diadaptasi
dari (C) 1999, John Banmen, modifikasi Sukirno Tarjadi (2004)
SOAL :
Seorang anak tiba-tiba diam, banyak baca kitab suci,tidak bisa tidur dan bolak-balik mengatakan pada ibunya bahwa dia sudah
bertobat. Hal ini baru pertama kali dilakukan dan sudah berlangsung selama dua
minggu. Seminggu kemudian dia mulai mengamuk dan mengatakan Tuhan tidak adil,
Tuhan jahat dan bersumpah tidak akan percaya Tuhan lagi seumur hidupnya. Kaca
jendela rumah dipecahkan, orang dimaki, ingin keluar rumah dulu. Kemudian anak
ini menjadi pendiam dan sering mengatakan bahwa di surge pasti hidup senang,
tidak ada penghinaan. Dia
sering bilang bahwa dia tidak ingin merepotkan siapapun, dia ingin mati saja.
Anak ini mulai membawa pisau kemana-mana, sampai akhirnya pisau itu dirampas.
Setelah dirampas pisaunya, dia tidak mau makan sama sekali.
Setelah diselidiki, ternyata sekitar sebulan yang lalu, anak ini “dikerjai:
teman-temannya di sebuah lapangan sepak bola, dia ditelanjangi, diketawai, dia
berputar-putar meminta celananya. Setelah puas, teman-temannya memberikan
celananya. Dia selalu bilang, dia adalah sampah di keluarga dan di sekolahnya.
Pada saat beberapa wawancara didapatkan bahwa anak ini anak ke dua dari
tiga bersaudara, punya abang yang sangat keras dan menanggung perekonomian
keluarga sejak ayahnya terkena stroke. Anak ini sering dimarahi karena banyak
kegiatan, seperti sepakbola, basket dan sebagainya. Karena banyak kegiatan, dia
jadi tidak sempat membantu ayahnya di bengkel. Tidak ada tanda-tanda kenakalan
dan kecanduan obat, anak ini rajin beribadah, sementara anggota keluarga lain
sama sekali tidak. Dia seringkali berpikir mengapa orang-orang tidak beribadah,
mengapa dia selalu dicap nakal, tidak tahu membalas budi, tidak boleh
membantah, padahal dia tidak melakukan
kenakalan. Dia maunya tetap diberi izin ikut kegiatan tetapi tetap akan
membantu ayahnya di hari dimana kegiatannya tidak ada. Sementara keluarga beranggapan
bahwa anak itu harus membantu bengkel ayahnya agar bisa mendapat uang sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar