BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak yaitu penyakit asma. Kejadian asma meningkat di hampir seluruh dunia, baik Negara maju maupun Negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan meningkatnya industri sehingga tingkat polusi cukup tinggi.Walaupun data nasional mengenai jumlah penderita asma belum ada, tapi diperkirakan ada sekitar 10% anak Indonesia menderita asma. Di Negara industri penderita asma berkisar antar 4-4,9% .Walaupun berdasarkan pengalaman klinis dan berbagai penelitian asma merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat bervariasi, bahkan berat-ringannya serangan dan sering-jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akibatnya kelainan ini kadang kala tidak terdiagnosis atau salah diagnosis sehingga menyebabkan pengobatan tidak adekuat.Beberapa anak menderita asma sampai mereka usia dewasa; namun dapat disembuhkan. Kebanyakan anak-anak pernah menderita asma. Para Dokter tidak yakin akan hal ini, meskipun hal itu adalah teori. Lebih dari 6 % anak-anak terdiagnosa menderita asma, 75 % meningkat pada akhir-akhir ini. Meningkat tajam sampai 40 % di antara populasi anak di kota.Karena banyaknya kasus asma yang menyerang anak terutama di Negara kita Indonesia maka kami dari kelompok mencoba membahas mengenai asma yang terjadi pada anak ini, sehingga orang tua dapat mengetahui bagaimana pencegahan dan penatalksanaan bagi anak yang terserang asma.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita semua dapat memahami mengenai serangan asma yang terjadi pada anak-anak dan mengetahui tatacara pelaksanaan penaganan asma yang terjadi pada anak. Selain itu juga bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan oleh dosen pembimbing
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Asma adalah kondisi berulang dimana rangsangan tertentu mencetuskan saluran pernafasan menyempit untuk sementara waktu sehingga membuat kesulitan bernafas.Berdasarkan definisi Scadding dan pengalaman klinis Godfrey, asma pada anak ialah penyakit yang ditandai dengan variasi luas dalam periode waktu yang pendek daripada hambatan aliran udara dalam saluran nafas paru yang bermanifestasi sebagai serangan berulang batuk atau mengi yang dipisahkan oleh interval bebas gejala.Asma merupakan penyakit saluran napas kronik (menahun) yang paling sering ditemukan, terutama di negara maju. Penyakit ini umumnya dimulai sejak masa anak-anak. Dampak negatifnya seperti menyebabkan anak sering tidak masuk sekolah, membatasi kegiatan olahraga, dan aktivitas seluruh keluarga.
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya asma pada anak dan factor pencetus terjadinya serangan asma
1. Faktor Predisposisi
- Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
2. Faktor Presipitasi
- Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan, logam, dan jam tangan.
- Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan debu.
- Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah pribadinya karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
- Olah raga/aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan juka melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat.lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
2.3 Manisfestasi Klinis
Pada anak yang rentan, inflamasi di saluran napas ini dapat menyebabkan timbulnya sesak napas, sianosis, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempinan jalan napas, yang sebagian besar bersifat reversibel. Gejala dan serangan asma biasanya timbul bila pasien terpajan dengan faktor pencetus yang sangat beragam dan bersifat individual. (Keperawatan pediatri, hal. 26, 2002))
2.4 Patofisiologi
Alargen yang masuk ke dalam tubuh merangsang sel plasma menghasilkan IgE yang selanjutnya menempel pada reseptor dinding sel mast. Sel mast ini disebut sel mast tersensitisasi.Bila alergen serupa masuk ke dalam tubuh, alergen tersebut akan menempel pada sel mast tersensitisasi yang kemudian mengalami degranulasi dan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamine, bradikinin, leukotrien. Mediator ini menyebabkan peningkatan permaebilitas kapiler sehingga timbul edema, peningkatan produksi mukus, dan kontraksi otot bronkus. (Kapita selekta kedokteran, hal 461 : 2000)
2.5Tanda dan Gejala
Beberapa gejala asma yang paling umum adalah: Batuk. Batuk umumnya terjadi di malam hari, dini hari, saat cuaca dingin, dan saat beraktivitas fisik. Napas yang terdengar seperti bunyi peluit juga kesulitan bernapas. Sewaktu saluran udara menyempit pada saat serangan asma, si anak menjadi kesulitan bernafas, ciri khasnya disertai bunyi mengik. Mengik adalah suara keras yang tinggi yang terdengar ketika anak bernafas. Tidak semua serangan asma menghasilkan bunyi mengik, meskipun begitu. Asma ringan, terutama sekali pada anak yang masih kecil, bisa hanya menghasilkan batuk; beberapa anak yang lebih besar dengan asma ringan cenderung batuk hanya pada waktu olahraga atau ketika terkena udara dingin. Juga, anak dengan asma akut bisa tidak mengik karena terlalu sedikit udara mengalir untuk menghasilkan suara gaduh. Pada asma akut, bernafas menjadi sunguh-sungguh sulit, suara mengik biasanya menjadi lebih kencang, si anak bernafas dengan cepat dan dengan usaha lebih besar, dan rusuk menonjol ketika si anak menghirup nafas (inspiration). Dengan serangan akut, si anak megap-megap untuk bernafas dan duduk tegak, bersandar ke depan. Kulit berkeringat dan pucat atau membiru.Anak dengan serangan akut yang sering kadangkala memiliki perkembangan yang lambat, namun pertumbuhan mereka biasanya mengejar anak yang lain pada waktu dewasa. Gejala asma akan berlangsung selama 2-3 hari, atau bahkan lebih. Setelah serangan asma membaik, anak akan membutuhkan pereda serangan (reliever) 3-4 kali per hari hingga batuk dan mengi menghilang.
Akibat lanjut dari asma
1. Pengecilan diameter jalan nafas
2. Perubahan respon otot saluran nafas
3. Gangguan persarafan otonom dalam pengaturan otot polos saluran nafas
4. Kerusakan sel epitel mukosa saluran nafas
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji faal paru.
Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat serangan asma, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik napas dalam melalui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat) dan catat hasil yang terbaik.
2. Pemeriksaan darah.
Hasilnya akan terdapat eosinofil pada darah, secret hidung dan dahak. Selain itu juga dilakukan uji tuberkulin, bukan saja karna di Indonesia masih banyak tuberkulosis tetapi jika ada tuberkulosis dan tidak diobati maka asmanya akan sulit untuk dikontrol. (Perawatan anak sakit, hal 88 : 2005)
2.7 Komplikasi
Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus berkepanjangan yang mengancam nyawa. Pada keadaan ini, kerja pernapasan sangat meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Karna individu yang mengalami serangan asma tidak memenuhi kebutuhan oksigen normalnya, maka jelas ia semakin tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme bronkiolus, dan mucus yang kental. Situasi ini dapat menimbulkan pneumotoraks akibat besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi. Apabila individu kelelahan, maka dapat terjadi kegagalan pernapasan hingga kematian. (Keperawatan pediatri, hal. 26, 2002)
2.8 Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap pemajanan allergen Pencegahan juga mencakup memantau ventilasi secara berkala, terutama selama waktu-waktu puncak serangan asma.Intervensi perilaku, yang ditujukan untuk menenangkan pasien. Membantu menghentikan pasien yang menangis memungkinkan udara yang keluar masuk paru melambat dan dapat dihangatkan sehingga rangsangan terhadap jalan napas berkurang.Antihistamin diberikan untuk mengurangi peradangan(Patofisiologi, hal 432 : 2000)
2.9 Pencegahan
Upaya pencegahan asma pada anak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pada anak yang asmanya belum bermanifestasi dan yang telah bermanifestasi.
1. Tindakan pencegahan pada anak yang belum bermanifestasi : Mensegah terjadinya sesitisasi pada anak ; walau faktor genetic merupakan faktor penting, tetapi manifestasinya dipengaruhi faktor lingkungan. Penghindaraan terhadap makanan-makanan yang mempunyai tingkat alerginitis tinggi baik pada ibu hamil dan yang menyusui maupun sang anak. Orang tua, terutama ibu dianjurkan tidak merokok.
Pencegahan terjadinya infeksi saluran nafas dan akibatnya.Pemberian asi eksklusif akan memberikan kekebalan dan efek imunologis pada anak.Hal-hal yang harus diperhatikan pada asma anakHindari makan makanan yang mengandung kola, bersoda, kacang-kacangan, minuman dingin/es, goreng-gorengan.Hindari tungau debu yang sering terdapat pada debu kasur dan bantal kapuk, selimut, lantai, karpet gordin , perabot rumah . sebaiknya laci / rak dibersihkan dengan lap basah, gordin dan selimut dicuci setiap 2 minggu, karpet, majalah, mainan , buku dan pakaian yang jarang dipakai diletakkan di luar kamar tidur dan lantai dipel setiap hari.Hindarkan zat-zat yang mengiritasi ; obat semprot rambut, minyak wangi, asap rokok, asap obat nyamuk , bau cat yang tajam, bau bahan kimia, udara yang tercemar,udara dan air dingin,.Sebelum melakukan aktivitas fisik sebaiknya jangan melakukan aktivitas fisik yang berat, sebelum melakukan aktivitas fisik sebaiknya melakukan pemanasan terlebih dahulu, dan jika perlu pemberian obat sebelum beraktivitas.
2. Tindakan pencegahan pada anak yang telah bermanifestasi ;Menhindarkan faktor pencetus ; alergan makanan, inhalan, bahan iritan, infeksi virus/bakterial, hindari latihan fisik yang berat, perubahan cuaca dan emosi sebagai faktor pencetus.Penggunaan obat-obatan, untuk mengatasi serangan asma.
2.10 Pengobatan
Anak yang lebih tua atau anak remaja dapat mengenali memiliki asma seringkali menggunakan peak flow meter -sebuah alat kecil yang merekam seberapa cepat seseorang bisa meniup udara-untuk mengukur tingkat gangguan saluran udara. Alat ini bisa digunakan sebagai penilaian objektif pada kondisi si anak. Pengobatan pada sebuah serangan berat terdiri dari membuka saluran udara (bronchodilation) dan menghentikan peradangan. Berbagai macam obat-obatan inhalasi membuka saluran udara (bronchodilator). Contoh khusus adalah albuterol dan ipratropium. Anak yang lebih tua dan anak remaja biasanya bisa menggunakan obat-obatan ini menggunakan alat inhalasi dengan dosis meteran. Anak yang lebih tua dari 8 tahun atau seringkali menemukan kemudahan untuk menggunakan inhalasi dengan pengatur jarak atau ruangan penyangga dipasang. Bayi dan anak yang sangat kecil kadangkala bisa menggunakan alat inhalasi dan pengatur jarak jika masker ukuran bayi dipasang. Anak yang tidak menggunakan alat inhalasi bisa menerima obat-obatan inhalasi di rumah melalui masker yang terpasang pada nebulizer, sebuah alat kecil yang menghasilkan uap obat menggunakan udara yang dipadatkan. Alat inhalasi dan nebulizer sama-sama efektif mengeluarkan obat. Albuterol juga bisa digunakan dengan mulut, meskipun kegiatan ini tidak banyak berhasil dibandingkan inhalasi dan biasanya digunakan hanya pada bayi yang tidak menggunakan nebulizer. Anak yang sedang mengalami serangan berat juga bisa diberikan kortikosteroid melaui mulut. Anak dengan serangan hebat diobati di rumah sakit dengan memberikan bronchodilator dalam nebulizer setidaknya setiap 20 menit pada awalnya. Kadangkala dokter menggunakan suntikan epinephrine, sebuah bronchodilator, pada anak dengan serangan hebat jika mereka tidak bisa bernafas dengan cukup pada uap nebulizer. Dokter biasanya memberikan infus kortikosteroid kepada anak yang memiliki serangan hebat. Anak yang menderita asma ringan, dengan serangan yang jarang biasanya menggunakan obat-obatan hanya pada waktu serangan. Anak yang sering atau dengan serangan hebat juga perlu menggunakan obat-obatan bahkan ketika mereka tidak mengalami serangan. Obat-obatan lain digunakan berdasarkan frekwensi dan kerasnya serangan pada anak. Anak dengan serangan yang jarang yang tidak terlalu parah biasanya menggunakan obat-obatan inhalasi, seperti cromolyn atau nedocromil, atau dosis rendah pada kortikosteroid yang diinhalasi setiap hari untuk membantu mencegah serangan. Obat-obatan ini mencegah lepasnya zat kimia yang melukai saluran udara, dan mengurangi peradangan. Menyiapkan theophylline untuk penggunaan yang lama adalah pilihan yang tidak mahal untuk pencegahan pada beberapa anak. Anak dengan serangan yang sering atau lebih hebat juga menerima satu atau lebih obat-obatan, termasuk bronchodilator jangka panjang seperti salmeterol, leukotriene modifier, seperti zafirlukast atau montelukast, dan kortikosteroid yang dihirup. Jika obat-obatan ini tidak mencegah serangan hebat, anak bisa membutuhkan kortikosteroid yang dihirup melalui mulut. Anak yang berpengalaman terserang hebat selama olahraga biasanya menghirup sejumlah dosis bronchodilator hanya sebelum olahraga
2.11 Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem pernapasan asma dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keluhan utama, riwayat kesehatan : riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga (adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien), riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya.Berapa lama klien menderita asma, bagaimana penanganannya, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. Hal yang perlu dikaji pada klien dengan asma:
Respirasi
a. Napas pendek
b. Takipnea
Kardiovaskuler
a. Takikardia
Neurologis
a. Gelisah
b. Cemas
c. Sulit tidur
Musculoskeletal
a. Tidak mampu beraktivitas
Integumen
a. Sianosis
b. Pucat
(Rencana asuhan keperawatan pediatric, hal. 2, 2007)
B. Diagnosa keperawatan
Resiko tinggi asfiksia berhubungan dengan interaksi antara individu dengan alergen.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan respon alergenik dan inflamasi pada percabangan bronchial.
2. Kelelahan yang berhubungan dengan hipoksia.
3. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan melalui saluran pernapasan.
4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit kronis.
(Keperawatan Pediatrik, hal 475 : 2003)
C. Rencana keperawatan
1. Resiko tinggi asfiksia berhubungan dengan interaksi antara individu dengan alergen.
Tujuan:
a. Keluarga melakukan setiap upaya untuk menghilangkan atau menghindari kemungkinan alergen atau kejadian pencetus.
b. Anak/keluarga dapat mendeteksi tanda-tanda ancaman secara dini dan mengimplementasikan tindakan yang tepat.
Intervensi:
a. Ajari anak dan keluarga bagaimana menghindari kondisi atau situasi yang mencetuskan episode asmatik.
R/ untuk meminimalkan anak dalam kondisi asma.
b. Bantu orangtua dalam menghilangkan elargen atau stimulus lain.
R/ untuk menghindari episode asma yang berkelanjutan.
c. Bila terpapar udara dingin, anjurkan untuk bernapas melalui hidung dan menggunakan masker atau menangkupkan tangan pada hidung.
R/ untuk menciptakan reservoir udara hangat untuk bernapas.
d. Ajari anak dan keluarga untuk mengenali tanda dan gejala awal asma.
R/ mengenali tanda dan gejala sehingga suatu ancaman episode dapat dikontrol sebelum menimbulkan distres.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan respon alergenik dan inflamasi pada percabangan bronchial.
Tujuan:
a. Anak bernapas dengan mudah dan tanpa dispnea.
b. Anak menunjukkan kapasitas ventilasi yang membaik.
Intervensi:
a. Instruksikan dan/ awasi latihan pernapasan.
R/ untuk meningkatkan pernapasan diafragmatik yang tepat, ekspansi sisi, dan perbaikan mobilitas dinding dada.
b. Bantu pasien dengan/ instruksikan untuk nafas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk tinggi.
R/ Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal.
c. Observasi jumlah dan karakter sputum/ aspirasi sekret.
R/ Peningkatan jumlah sekret tak berwarna / berair awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan.
3. Kelelahan yang berhubungan dengan hipoksia.
Tujuan: anak akan menunjukkan pengurangan kegelisahan yang ditandai oleh periode tidur tidak terganggu, peningkatan kemampuan melakukan aktivitas.
Intervensi:
a. Kaji tanda-tanda hipoksia termasuk gelisah, peningkatan frekuensi pernapasan.
R/ deteksi dini dan pengobatan yang tepat terhadap hipoksia, akan mencegah kegelisahan dan kelelahan yang berlebihan.
b. Posisikan anak terlentang dengan kepala tempat tidur ditinggikan 45 derajat.
R/ untuk memaksimalkan ekspansi paru
c. Beri istirahat yang adekuat dan waktu yang tenang.
R/ dapat mengurangi tingkat aktivitas anak yang akan mengurangi usaha bernapas dan kelelahan
4. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan melalui saluran pernapasan.
Tujuan: Anak akan mempertahankan hidrasi yang adekuat yang ditandai dengan turgor kulit yang baik
Intervensi:
a. Kaji turgor kulit anak.
R/ pengkajian terhadap hal tersebut membantu untuk menentukan tingkat hidrasi dan kebutuhan penambahan cairan.
b. Berikan cairan bila distres pernapasan akut sudah berkurang.
R/ untuk mengurangi resiko aspirasi.
c. Hindari pemberian cairan dingin.
R/ cairan dingin dapat mencetuskan refleks brongkospasme.
Tujuan: keluarga menghadapi gejala dan efek penyakit dan memberikan lingkungan yang normal untuk anak.
Intervensi:
a.Gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan pemahaman orang tua dan anak tentang penyakit dan terapinya.
R/ pengetahuan yang adekuat dihubungkan dengan penggunaan pencegahan dan intervensi kedaruratan tepat waktu dari keluarga.
b. Tunjukkan adanya bukti-bukti perbaikan.
R/ untuk mendorong perilaku koping yang positif.
D. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien.
E. Evaluasi
1. Keluarga mampu melakukan setiap upaya untuk menghilangkan atau menghindari kemungkinan alergen atau kejadian pencetus.
2.Anak/keluarga dapat mendeteksi tanda-tanda ancaman secara dini dan mengimplementasikan tindakan yang tepat.
3. Anak bernapas dengan mudah dan tanpa dispnea.
4. Anak menunjukkan kapasitas ventilasi yang membaik.
5. Anak akan menunjukkan pengurangan kegelisahan yang ditandai oleh penurunan agitasi, periode tidur tidak terganggu, peningkatan kemampuan melakukan aktivitas.
6. Anak akan mempertahankan hidrasi yang adekuat yang ditandai dengan turgor kulit yang baik dan haluaran urine 1-2 ml/kg/jam.
7. Keluarga menghadapi gejala dan efek penyakit dan memberikan lingkungan yang normal untuk anak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Serangan asma muncul karena sebab multifaktoral dan tidak mudah untuk dicegah. Pencetus serangan asma tidak jarang sulit dipastikan, dan kalaupun diketahui, sering sulit untuk dihindari. Walaupun demikian tetap harus diusahakan keseimbangan antara anak yang menderita asma dengan lingkungannya, sehingga tumbuh kembang anak tidak terganggu.Selain usaha untuk menserasikan lingkungan diperlukan pula Bronchodilator, Kortikosteroid, Ketotifen dll, yang bila digunakan dengan cepat, tepat, adequat dan bijaksana dapat membantu mencegah dan memberantas serangan asma pada anak.Walaupun hasilnya masih kontrofersial, Terapi Imunologi bisa dipertimbangkan bila usaha konvensional yang telah dilakukan kurang atau bahkan tidak memberikan hasil yang optimal.Pendidikan tentang penyakit asma, cara pencegahan dan pengobatannya sedapat mungkin diberikan kepada anak penderita asma dan keluarganya, karena hal ini sangat mendukung terutama pada usaha pencegahan serangan, bahkan hasil yang optimal pada terapi jangka panjang.
3.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan kepada mahasiswa dapat memberikan perhatian lebih terhadap penderita penyakit asma terutama pada anak-anak, agar penanganan asma pada anak dapat dilakukan dengan tepat dan sedini mungkin, selain itu diharapkan melalui makalah ini dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa mengenai pentingnya pecegahan dan penanggulangan penyakit asma pada anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar