Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

LAPORAN PENDAHULUAN PRILAKU KEKERASAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit Jiwa.Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan terdiri dari :
• Manajemen Krisis Yaitu asuhan keperawatan saat terjadi kekerasan
• Manajemen Perilaku Kekerasan (MPK) Yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga.
1.2Tujuan
1.2.1Tujuan Umum                                                                                              
·         Untuk meningkatkan pemahaman tentang gangguan perilaku kekerasan.
1.2.2 Tujuan Khusus
·            Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang gangguan perilaku kekerasan.
·            Meningkatkan pemahaman tentang faktor faktor penyebab gangguan perilaku kekerasan.
·            Mengetahui tanda dan gejala gangguan perilaku kekarasan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995).Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.(Stuart dan Sundeen, 1995.
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi.Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain. Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan melalui pengkajian meliputi :
- Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang diserasakan oleh klien.
- Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat
membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikan rencana dan tindakan yang sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi kemarahan langsung kepada sumber kemarahan dengan tetap menghargai orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut.
2.2. Faktor Yang Melatar Belakangi Terjadinya Perilaku Kekerasan
2.2.1 Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin menjadi faktor predisposisi yang mungkin/ tidak mungkin terjadi jika faktor berikut dialami oleh individu :
  1. Psikologis (kejiwaan) ; kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Contoh : Kegagalan – frustrasi, masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak , dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.
  2. Perilaku ; reinforcement yang diterima ketika melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, merupakan aspek yang menstimuli mengadopsi perilaku kekerasan. Contoh : Reinforcemen perilaku kekerasan, terpapar perilaku kekerasan.
  3. Sosial budaya ; budaya tertutup – pendendam dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permissive). Contoh : Tertutup, kontrol sosial tidak pasti.
  4. Bioneurologis ; kerusakan sistem limbic, lobus frontal/temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiser. Contoh : Kerusakan sistem limbik lobus frontal & temporal, ketidakseimbangan neurotransmiter.


2.2.2 Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien (kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri kurang), lingkungan (ribut, padat, kritikan mengarah penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan) atau interaksi dengan orang lain ( provokatif dan konflik). Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Kemarahan
Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan.Oleh karena itu marah sering diekspresikan secara tidak langsung. Sedangkan menurut DepkesRI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat”. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
  1. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
  2. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
  3. Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.
2.3 Tanda dan Gejala
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat.Sering pula klien memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul bila tidak senang. Wawancara diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan oleh seseorang, antara lain :
 Menurut (Budiana Keliat, 1999) :
  1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
  2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
  3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
  4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
  5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
Menurut pendapat lain :
a.              Memperlihatian permusuhan, dengan ciri fisik :
1)            Mata melotot/pandangan tajam
2)            Tangan mengepal
3)            Rahang mengatup
4)            Wajah memerah
5)            Postur tubuh kaku
b.              Mendekati orang lain dengan ancaman
c.              Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai seperti :
1)             Mengumpat dengan kata-kata kotor
2)             Suara keras
3)             Bicara kasar, ketus
d.             Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan seperti :
1)             Menyerang orang
2)             Melukai diri sendiri/orang lain
3)             Merusak lingkungan
4)             Amuk/agresif
e.              Mempunyai rencana untuk melukai
2.4 Pengobatan Medik
Beberapa obat yang sering digunakan untuk mengatasi perilaku agresif diantaranya :
  1. Anti ansietas dan hipnotik sedatif contohnya : Diazepam (valium).
  2. Anti depresan, contohnya Amitriptilin.
  3. Mood stabilizer, contoh : Lithium, Carbamazepin.
  4. Antipsikotik, contoh : Chlorpromazine, Haloperidol dan Stelazine.
  5. Obat lain :Naltrexon, Propanolol.
2.5 Penanganan (Keperawatan)
Ada tiga strategi tindakan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan, disesuaikan dengan sejauh mana tindakan kekerasan yang dilakukan oleh klien.
Strategi tindakan itu terdiri dari :
1. Strategi preventif, terdiri dari kesadaran diri, penyuluhan klien dan latihan asertif.
2.Strategi Antisipasi, terdiri dari komunikasi, perubahan lingkungan, tindakan perilaku dan psikofarmakologi.
3.Strategi pengekangan, terdiri dari manajemen krisis, pengasingan dan pengikatan.
Penyuluhan
Klien perlu disadarkan tentang cara marah yang baik serta bagaimana berkomunikasi merupakan cara yang efektif untuk mencegah terjadinya perilaku kekerasan. Bahwa marah bukan suatu yang benar atau salah, harus disadari oleh klien. Untuk itu dari penyuluhan klien untuk mencegah perilaku kekerasan berisi :
1. Bantu klien mengidentifikasi marah.
2. Berikan kesempatan untuk marah.
3. Praktekkan ekspresi marah.
4. Terapkan ekspresi marah dalam situasi nyata.
5. Identifikasi alternatif cara mengeksprasikan marah.
Latihan Asertif
Latihan asertif bertujuan agar klien bisa berperilaku asertif yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.Berkomunikasi langsung dengan orang lain.
2.Mengatakan tidak untuk permintaan yang tidak beralasan.
3.Mampu menyatakan keluhan.
4.Mengekspresikan apresiasi yang sesuai.
Tahap latihannya meliputi :
1.Diskusikan bersama klien cara ekspresi marah selama ini.
2.Tanyakan apakah dengan cara ekspresi marah tersebut dapat menyelesaikan masalah atau justru menimbulkan masalah baru.
3.Jelaskan cara-cara asertif.
4.Anjurkan klien untuk memperagakannya.
5.Anjurkan klien untuk menerapkan asertif dalam situasi nyata.


2.6 Cara Mengatasi Marah (Peran Serta Keluarga Dalam Merawat Klien Yang Melakukan Perilaku Kekerasan)
Cara umum dapat diarahkan pada berbagai aspek :
  1. Fisik : menyalurkan marah melalui kegiatan fisik seperti lari pagi, angkat berat, menari, jalan-jalan,olah raga,relaksasi otot
  2. Emosi : mengurangi sumber yang menimbulkan marah, misalnya ruangan yang terang,sikap keluarga yang lembut
  3. Intelektual : mendorong ungkapan marah, melatih terbuka terhadap erasaan marah, melindungi dan melaporkan jika amuk
  4. Sosial : mendorong klien yang melakukan cara marah yang konstruktif (yg telah dilatih di rs)pada lingkungan
  5. Spritual :bantu menjelaskan keyakinan tentang marah, meingkatkan kegiatan ibadah
Cara khusus yang dapat dilakukan keluarga pada kondisi khusus :
    1. Berteriak menjerit, memukul
    2. Terima marah klien, diam sebentar
    3. Arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak (bantal, kasur)
    4. Setelah tenang diskusikan cara umum yang sesuai
    5. Bantu klien latihan relaksasi (latihan fisik, olah raga)
    6. Latihan pernafasan 2 kali/hari, tiap kali sepuluh kali tarikan dan hembusan nafas
    7. Berikan obat sesuai dengan aturan pakai
    8. Jika cara satu dan dua tidak berhasil, bawa klien konsultasi ke pelayanan kesehatan jiwa puskesmas, unit psikiatri RSU, RS. Jiwa)
    9. Sedapat mungkin anggota keluarga yang melakukan perilaku kekerasan sedapat mungkin jangan diikat atau dikurung.


3.2 Diagnosa Keperawatan
“Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons actual dan potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan sebagai proses kehidupan”. (Carpenito, 1995).
Adapun kemungkinan diagnose keperawatan pada klien marah dengan masalah utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut (Masalah keperawatan) :
1. Resikomencederaidiri, orang lain danlingkunganberhubungandenganperilakukekerasan/ amuk.
a. Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak – acak lingkungannya.
b. Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang - barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang - orang disekitarnya.
2. Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.
a. Data Subjektif :
  • Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
  • Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusik nya jika sedang kesal atau marah.
  • Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Objektif
  • Mata merah, wajah agak merah.
  • Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
  • Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
  • Merusak dan melempar barang - barang.



a. Data subyektif
·         Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidaktahuapa-apa, bodoh
·         Mengkritikdirisendiri
·         Mengungkapkanperasaanmaluterhadapdirisendiri.
b.   Data obyektif
  • Klientampaklebihsukasendiri
  • Bingungbiladisuruhmemilihalternatiftindakan
  • Inginmencederaidiri / inginmengakhirihidup.
2.3 IntervensiKeperawatan

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan / amuk

TujuanUmum :
  • Klientidakmencederaidirisendiri, orang lain danlingkungannya
TujuanKhusus :

a. Kliendapatmembinahubungansalingpercaya.

Tindakan :
  1. Binahubungansalingpercaya :salamterapeutik, empati, sebutnamaperawatdanjelaskantujuaninteraksi.
  2. Panggilkliendengannamapanggilan yang disukai.
  3. Bicaradengansikaptenang, rileksdantidakmenantang.
  4. Jelaskantentangkontrak yang akandibuat.
  5. Beri rasa amandansikapempati.
  6. Lakukankontaksingkattapisering.




b. Kliendapatmengidentifikasipenyebabperilakukekerasan.

Tindakan :
  1. Berikesempatanmengungkapkanperasaan.
  2. Bantu klienmengungkapkanperasaanjengkel / kesal.
  3. Dengarkanungkapan rasa marahdanperasaanbermusuhankliendengansikaptenang.
c. Kliendapatmengidentifikasitandatandaperilakukekerasan.

Tindakan :
  1. Anjurkanklienmengungkapkan yang dialamidandirasakansaatjengkel/kesal.
  2. Observasitandaperilakukekerasan.
  3. Simpulkanbersamaklientandatandajengkel / kesal yang dialamiklien.
d. Kliendapatmengidentifikasiperilakukekerasan yang biasadilakukan.

Tindakan:
  1. Anjurkanmengungkapkanperilakukekerasan yang biasadilakukan.
  2. Bantu bermainperansesuaidenganperilakukekerasan yang biasadilakukan.
  3. Tanyakan "apakahdengancara yang dilakukanmasalahnyaselesai
e. Kliendapatmengidentifikasiakibatperilakukekerasan.
Tindakan:
  1. Bicarakanakibat/kerugiandaricara yang dilakukan.
  2. Bersamaklienmenyimpulkanakibatdaricara yang digunakan.
  3. Tanyakanapakahinginmempelajaricarabaru yang sehat.
f. Kliendapatmengidentifikasicarakonstruktifdalamberesponterhadapkemarahan.
Tindakan :
  1. Tanyakankepadaklienapakahiainginmempelajaricarabaru yang sehat
  2. Beripujianjikamengetahuicara lain yang sehat.
  3. Diskusikandengankliencara lain yang sehat.
  • Secarafisik :tariknafasdalamjikasedangkesal, berolah raga, memukulbantal / kasurataupekerjaan yang memerlukantenaga.
  • Secaraverbal :katakanbahwaandasedangmarahataukesal/ tersinggung.
  • Secarasosial :lakukandalamkelompokcara – caramarah yang sehat, latihanasertif, latihanmanajemenperilakukekerasan.
  • Secaraspiritual :berdo'a, sembahyang, memohonkepadaTuhanuntukdiberikesabaran.
g. Kliendapatmengidentifikasicaramengontrolperilakukekerasan.
Tindakan:
  1. Bantu memilihcara yang paling tepat.
  2. Bantu mengidentifikasimanfaatcara yang telahdipilih.
  3. Bantu mensimulasikancara yang telahdipilih.
  4. Beri reinforcement positifataskeberhasilan yang dicapaidalamsimulasi.
  5. Anjurkanmenggunakancara yang telahdipilihsaatjengkel / marah.
h. Klienmendapatdukungandarikeluargadalammengontrolperilakukekerasan
Tindakan :
  1. Identifikasikemampuankeluargamerawatkliendarisikapapa yang telahdilakukankeluargaselamaini.
  2. Jelaskanperansertakeluargadalammerawatklien.
  3. Jelaskancara – caramerawatklien
i. Kliendapatmenggunakanobatdenganbenar (sesuai program).
Tindakan:
  1. Jelaskanjenis – jenisobat yang diminumklienpadakliendankeluarga.
  2. Diskusikanmanfaatminumobatdankerugianberhentiminumobattanpaseizindokter.
  3. Jelaskanprinsip 5 benarminumobat (namaklien, obat, dosis, caradanwaktu).
  4. Anjurkanuntukmembicarakanefekdanefeksampingobat yang dirasakan.
  5. Anjurkanklienmelaporkanpadaperawat / dokterjikamerasakanefek yang tidakmenyenangkan.
  6. Beripujianjikaklienminumobatdenganbenar.
2. Perilakukekerasanberhubungandengangangguankonsepdiri :hargadirirendah
a. TujuanUmum :
  • Kliendapatberhubungandengan orang lain secara optimal
b. Tujuankhusus :
1. Kliendapatmembinahubungansalingpercayadenganperawat
Tindakan :
  • Binahubungansalingpercaya,
  • Berikesempatanpadaklienmengungkapkanperasaannya.
  • Sediakanwaktuuntukmendengarkanklien.
  • Katakankepadaklienbahwaiaadalahseseorang yang berhargadanbertanggungjawabsertamampumenolongdirinyasendiri.
2. Kliendapatmengidentifikasikemampuandanaspekpositif yang dimiliki.
Tindakan :
  • Diskusikankemampuandanaspekpositif yang dimilikiklien.
  • Setiapbertemuklienhindarkandarimemberipenilaiannegatif
  • Utamakanmemberipujian yang realistis.
3. Kliendapatmenilaikemampuan yang dapatdigunakan.
Tindakan :
  • Diskusikanbersamaklienkemampuan yang masihdapatdigunakanselamasakit
  • Diskusikan pula kemampuan yang dapatdilanjutkansetelahpulangkerumah.
4. Kliendapatmenetapkan/ merencanakankegiatansesuaikemampuan yang dimiliki.

Tindakan :
  • Rencanakanbersamaklienaktivitas yang dapatdilakukansetiapharisesuaikemampuan( mandiri, bantuansebagian, bantuan total ).
  • Tingkatkankegiatansesuaidengantoleransikondisiklien.
  • Bericontohcarapelaksanaankegiatan yang bolehklienlakukan.
5. Kliendapatmelakukankegiatansesuaikondisidankemampuannya
Tindakan :
  • Berikesempatanklienuntukmencobakegiatan yang telahdirencanakan.
  • Beripujianataskeberhasilanklien.
  • Diskusikankemungkinanpelaksanaan di rumah
6. Kliendapatmemanfaatkansistempendukung yang ada.
Tindakan :
  • Beripendidikankesehatanpadakeluargatentangcaramerawatkliendenganhargadirirendah.
  • Bantu keluargamemberidukunganselamakliendirawat.
  • Bantu keluargamenyiapkanlingkungan di rumah.
  • Beri reinforcement positifatasketerlibatankeluarga





BAB III
AsuhanKeperawatanPrilakuKekerasan

3.1 Pengkajian 
a. Aspekbiologis
Respon sfisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachi kardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan reflex cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b, Aspekemosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c. Aspekintelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d. Aspeksosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
C. PohonMasalah
Resikomencederaidirisendiri, orang lain danlingkungan
Perilakukekerasan
Gangguankonsepdiri :hargadirirendah


Tidak ada komentar: