Tujuan Pembelajaran Umum :
Mahasiswa keperawatan semester IV mampu memahami
asuhan keperawatan klien dengan masalah Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
secara komprehensif
Tujuan Pembelajaran Khusus :
Mahasiswa keperawatan semester IV mampu :
1. Menyebutkan pengertian halusinasi menurut
Maramis
2. Menggambarkan rentang respon neurobilogis dari
adaptif sampai maladaptif
3. Mengklasifikasikan jenis-jenis halusinasi
4. Mengidentifikasi fase-fase halusinasi
5. Menjelaskan pengkajian pada klien dengan
halusinasi
6. Merumuskan masalah keperawatan pada klien
dengan halusinasi mengacu
pada
NANDA
7. Merencanakan tindakan pada klien dengan masalah
halusinasi
8. Menjelaskan kriteria evaluasi pada klien dengan
masalah halusinasi
Deskripsi singkat :
Halusinasi merupakan gejala umum dari Skizofrenia.
70% penderita Skizofrenia mengalami halusinasi. Kira-kira 1% dari populasi akan
mengalami Skizofrenia dalam hidupnya. Bagi 95% penderita Skizofrenia, penyakit
ini berlangsung seumur hidup. Penderita Skizofrenia ini menempati 25% tempat
tidur rawat inap di rumah sakit. Gejala halusinasi ini bila tidak ditangani
akan berisiko tinggi untuk mencederai diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
Sumber bacaan :
Carpenito, L.J (1995). Handbook of Nursing Diagnosis (6th
ed). Philadelphia
:
J.B Lippincot Company
Isaacs, Ann. (2005). Panduan
Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan
Psikiatrik (edisi 3). Jakarta : EGC
Kaplan, H.I dan Sadock, B.J. Pocket
Book of Emergency Psychiatric Medicine.
Baltimore: Williams and Wilkins Inc
Stuart, G.W. dan Laraia, M.T (2001). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing (7th
ed.). St Louis:
Mosby
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J.
(1995). Principles and Practice of
Psychiatric
Nursing (5th
ed). St Louis :
Mosby
Townsend, M.C (1998). Buku
Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri (edisi 3). Jakarta : EGC
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
- Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan persepsi
dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan panca indera
tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998)
- Rentang respon Neurobilogi
Respon adaptif Respon maladaptif
Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikir/ delusi
Persepsi akurat Ilusi
Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosi berlebihan Sulit berespon
dengan pengalaman atau kurang emosi
Perilaku sosial Perilaku aneh/ tidak biasa Perilaku disorganisasi
Berhubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial
- Jenis-jenis halusinasi
|
Jenis halusinasi
|
Karakteristik
|
|
Pendengaran
|
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling
sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai
kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ke percakapan
lengkap antara dua orang atau lebih. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu,
kadang-kadang dapat membahayakan
|
|
Penglihatan
|
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya,
gambar geometris, gambar kartoon, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster
|
|
Penghidu
|
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah,
urin atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak menyenagkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang atau demensia
|
|
Pengecapan
|
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin
atau feses
|
|
Perabaan
|
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda
mati atau orang lain
|
|
Cenecthetic
|
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena
atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urin
|
|
Kinesthetic
|
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa
bergerak
|
- Fase-fase halusinasi
|
Fase halusinasi
|
Karakteristik
|
Perilaku klien
|
|
Fase 1 : Comforting
Ansietas sedang
Halusinasi menyenangkan
|
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah, takut, mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
meredakan ansietas. Individu
mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali
kesadaran jika ansietas dapat ditangani
Nonpsikotik
|
Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai
Menggerakkan bibir tanpa suara
Pergerakan mata yang cepat
Respon verbal yang lambat jika sedang asyik
Diam dan asyik sendiri
|
|
Fase II : Condemning
Ansietas berat
Halusinasi menjadi
Menjijikkan
|
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan
Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak
dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami
dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain
Psikotik ringan
|
Meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom akibat ansietas seperti
peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. Rentang perhatian
menyempit
Asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dan realita
|
|
Fase III :
Controlling
Ansietas berat
Pengalaman sensori menjadi berkuasa
|
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah
pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin
mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti.
Psikotik
|
Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti.
Kesukaran berhubungan dengan orang lain
Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit
Adanya tanda-tanda fisik ansietas berat : berkeringat, tremor, tidak
mampu mematuhi perintah
|
|
Fase IV :
Conquering
Panik
Umumnya menjadi melebur dalam halusinasinya
|
Pengalaman sensori menjadi mengancam. Jika klien mengikuti perintah
halusinasi.
Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi
terapeutik
Psikotik berat
|
Perilaku teror akibat panik
Potensi kuat suicide atau homicide.
Aktivitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti parilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri, atau katatonia
Tidak mampu berespon terhadap perintah yang komplek
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
|
- Pengkajian klien dengan halusinasi
- Faktot predisposisi
1) Faktor genetik
Secara genetis Schizofrenia
diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu. Diduga letak gen Schizofrenia
ada di kromosom nomor 6, dengan kontribusi genetik tambahan no 4,8,15,22
(Buchanan & Carpenter, 2000). Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami Schizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami Schizofrenia,
sementara jika dizigote peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu
orang tuanya mengalami Schizofrenia berpeluang 15% mengalami Schizofrenia,
sementara bila kedua orang tuanya Schizofrenia maka peluangnya menjadi 35%
2) Faktor neurobiologi
Ditemukan bahwa korteks pre
frontal dan kortek limbik pada klien Schizofrenia tidak pernah berkembang
penuh. Ditemukan juga pada klien Schizofrenia terjadi penurunan volume dan
fungsi otak yang abnormal. Neurotransmiter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin dan glutamat.
3) Studi neurotransmitter
Schizofrenia diduga juga
disebabkan oleh adanya ketidak seimbangan neurotransmiter. Dopamin berlebihan,
tidak seimbang dengan kadar serotonin
4) Teori virus
Paparan virus influenza
pada trimester ke – 3 kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi Schizofrenia
5) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis
yang menjadi faktor predisposisi Schizofrenia antara lain anak yang
diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tak
berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
- Faktor presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada system
syaraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf
terganggu (mekanisme gating abnormal)
3) Gejala-gejala pemicu seperti kondisi
kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku.
Gejala-gejala pencetus respon neurobilogi (Stuart dan Laraia, 2001 hal
416)
|
Kesehatan
|
Nutrisi kurang
Kurang tidur
Ketidakseimbangan irama sirkadian
Kelelahan
Infeksi
Obat-obat sistem syaraf pusat
Kurangnya latihan
Hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
|
|
Lingkungan
|
Lingkungan yang memusuhi, kritis
Masalah di rumah tangga
Kehilangan kebebasan hidup
Perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas
sehari-hari
Kesukaran dalam hubungan dengan orang lain
Isolasi sosial
Kurangnya dukungan sosial
Tekanan kerja (kurang keterampilan dalam
bekerja)
Stigmasisasi
Kemiskinan
Kurangnya alat transportasi
Ketidakmampuan mendapat pekerjaan
|
|
Sikap/perilaku
|
Merasa tidak mampu (harga diri rendah)
Putus asa (tidak percaya diri)
Merasa gagal (kehilangan motivasi menggunakan
keterampilan diri)
Kehilangan kendali diri (demoralisasi)
Merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala
tersebut
Merasa malang ( tidak dapat memenuhi kebutuhan
spiritual)
Bertindak tidak seperti orang lain dari segi
usia maupun kebudayaan
Rendahnya kemampuan sosialisasi
Perilaku agresif
Perilaku kekerasan
Ketidakadekuatan pengobatan
Ketidakadekuatan penanganan gejala
|
- Mekanisme koping
Mekanisme koping yang sering
digunakan klien dengan halusinasi meliputi :
·
Regresi,
menjadi malas beraktivitas sehari-hari
·
Proyeksi,
mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada
orang lain atau sesuatu benda
·
Menarik
diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
·
Keluarga
mengingkari masalah yang dialami klien
- Perilaku
Perilaku klien yang mengalami
halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasi, apakah halusinasinya
pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, perabaan, kinesthetic atau
cenesthetic.
Validasi informasi tentang
halusinasi yang diperlukan meliputi : isi halusinasi, waktu dan frekuensi
halusinasi, situasi pencetus halusinasi, respon/ perasaan klien terhadap
halusinasi
- Diagnosa keperawatan
1)
Perubahan
persepsi sensori : halusinasi
2)
Risiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
3)
Isolasi
sosial
4)
Harga
diri rendah
- Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan ditujukan untuk :
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien mengenal halusinasinya (isi, waktu, frekuensi, situasi, perasaan)
- Klien dapat mengontrol halusinasinya ( dengan cara menghardik halusinasi, berinteraksi dengan orang lain, beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian, menggunakan obat dengan prinsip 5 benar)
- Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol halusinasi
- Klien dapat memanfaatkan obat untuk mengatasi halusinasi
- Evaluasi
Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi
berhasil jika klien menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi
dengan cara yang efektif yang dipilihnya. Klien juga diharapkan sudah mampu melaksanakan
program pengobatan berkelanjutan mengingat sifat penyakitnya yang kronis
Evaluasi asuhan keperawatan berhasil jika keluarga klien juga
menunjukkan kemampuan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk klien
mengatasi masalah gangguan jiwanya. Kemampuan merawat di rumah dan menciptakan
lingkungan kondusif bagi klien di rumah menjadi ukuran keberhasilan asuhan
keperawatan, di samping pemahaman keluarga untuk merujuk ke fasilitas kesehatan
yang sesuai jika muncul gejala-gejala relaps.
SP 1 Pasien : Membantu pasien
mengenal halusinasi (isi, frekuensi, waktu), mengajarkan
bahwa suara itu tidak nyata, bagaimana respon dia, bsagaimana respon orang lain
ketika halusinasinya timbul, menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi,
mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik
halusinasi.
SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap dengan orang lain
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan aktivitas terjadwal
SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Mengenal : isi, waktu frekuensi, respon,
dampak, bedakan antara suara nyata atau tidak
2.Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga
- Tujuan:
1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan
pasien baik di di rumah sakit maupun
di
rumah
2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung
yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan Keperawatan
Keluarga
merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada
pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah
sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga
saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara
konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara
optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan
kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat
harus memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu
menjadi pendukung yang efektif bagi pasien
dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan
untuk keluarga pasien halusinasi adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga
dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang
pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala
halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga
SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan
gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
SP
2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien
SP
3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DEWASA DENGAN WAHAM
Berbagai macam
masalah kehilangan dapat terjadi pada individu, baik itu kehilangan harta
benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini merupakan stresor
yag menyebabkan stres pada mereka yang mengalaminya. Bila stress ini
berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan jiwa dan pasien dapat mengalami
waham.
PENGKAJIAN
1. Pengertian
Waham adalah
suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus namun
tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Tanda dan Gejala waham adalah :
Untuk mendapatkan data waham saudara harus melakukan observasi terhadap
perilaku berikut ini:
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki
kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak
sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya ini pejabat di
departemen kesehatan lho..” atau “Saya
punya tambang emas”
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mecederai dirinya, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya tahu..seluruh
saudara saya ingin menghancurkan
hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan
saya”
c.
Waham
agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari”
d.
Waham
somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda
kanker namun pasien terus
mengatakan bahwa ia terserang kanker.
e.
Waham
nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Ini khan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data yang
diperoleh ditetapkan diagnosa keperawatan:
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1)
Pasien
dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2)
Pasien
dapat memenuhi kebutuhan dasar
3)
Pasien
mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4)
Pasien
menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
b.Tindakan
1)
Bina
hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka
membina hubungan saling percaya adalah:
a). Mengucapkan salam terapeutik
b). Berjabat tangan
c). Menjelaskan tujuan interaksi
d). Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
2)
Bantu
orientasi realita
a)
Tidak
mendukung atau membantah waham pasien
b)
Yakinkan
pasien berada dalam keadaan aman
c)
Observasi
pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d)
Jika
pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa memberikan dukungan
atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya
e)
Berikan
pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
3) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional
yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional
pasien
5) Berdikusi tentang kemampuan positif yang
dimiliki
6) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7) Berdiskusi tentang obat yang diminum
8) Melatih minum obat yang benar
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling
percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya
SP 3 Pasien :Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan :
1) Keluarga mampu mengidentifikasi
waham pasien
2) Keluarga mampu memfasilitasi
pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya.
3) Keluarga mampu mempertahankan
program pengobatan pasien secara
optimal
b.Tindakan :
1)
Diskusikan
masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah.
2)
Diskusikan
dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
3)
Diskusikan
dengan keluarga tentang:
a) Cara merawat pasien waham dirumah
b) Follow up dan keteraturan pengobatan
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
4) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien
(nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
5) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang
memerlukan konsultasi segera
6) Latih cara merawat
7) Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga
SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling
percaya dengan keluarga; mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya
masalah; dan obat pasien.
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien
SP 3 Keluarga : Membuat
perencanaan pulang bersama keluarga
E. EVALUASI
- Kemampuan pasien dan keluarga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar