Kalau
dibiarkan bisa berbahaya, lo. Bisa meluas sampai ke seluruh tubuh.
Peradangannya pun makin berat. Apa penyebab kerak kepala dan bagaimana
menghilangkannya?
Pada awalnya Rianti (29) tak mempersoalkan ketika menemukan
sedikit kerak di kepala Diffa, putrinya yang kini berusia 3 bulan.
"Biasa, bayi memang kepalanya suka sarapen. Kasih minyak kelapa saja.
Nanti juga hilang sendiri," kata ibunya. Tapi si kerak ternyata tak
jua hilang meski Rianti sudah rajin mengolesi dengan minyak kelapa buatan
sang ibu. Malah keraknya bertambah dan warnanya pun mulai kekuningan serta
agak berbau.
Sarap, sumbukan, sawan, ataupun ketombe adalah istilah awam
untuk kerak di kepala bayi. Dalam dunia kedokteran, seperti dituturkan dr.
Ari Muhandari Ardhie, Sp.KK dari RSAB Harapan Kita Jakarta, kerak
kepala disebut dermatitis seboroik. Yakni peradangan pada daerah yang kaya
akan sebasea (kelenjar minyak atau kelenjar lemak kulit).
Dermatitis seboroik ada yang ringan dan berat. Yang ringan
disebut dandruff, yakni berupa sisik-sisik berwarna kekuningan. "Jika
sisik-sisik tersebut menebal sampai menutupi seluruh kepala disebut cradle
crap. Ini yang berat. Karena bisa meluas ke seluruh daerah yang kaya akan
kelenjar minyak. Misalnya, alis mata, lipatan antara hidung dan mulut, dan
terus meluas sampai ke dada hingga seluruh tubuh," terang Ari.
DISFUNGSI KELENJAR MINYAK
Biasanya, seperti dituturkan Ari, kerak kepala muncul pada
saat bayi berusia 12 minggu pertama kehidupannya. Apa penyebabnya, belum
diketahui secara pasti. "Tapi pada dasarnya merupakan disfungsi atau
gangguan fungsi kelenjar minyak pada rambut," jelasnya.
Bayi baru lahir, terangnya lebih lanjut, memiliki banyak
kelenjar minyak dengan pengeluaran sebum (bahan seperti minyak atau
kelenjar lemak) yang banyak. "Nah, aktivitas kelenjar minyak ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya ialah hormon kehamilan atau
hormon androgen pada bayi dari sang ibu, yang diperoleh melalui plasenta ketika
masih di rahim dan kadarnya masih meninggi sampai si bayi lahir."
Kerak yang muncul oleh disfungsi kelenjar minyak ini, biasanya
akan mengelupas dan jatuh setelah terlepas dari epidermis (kulit ari). Tapi
karena kulit kepala bayi juga berkontak dengan lingkungan seperti debu dan
kotoran lain, maka debu/kotoran tersebut akan melekat di kulit kepala yang
berminyak. Sehingga timbullah sisik-sisik halus, yang bila dibiarkan akan
semakin menebal membentuk kerak yang oleh awam disebut sarap/sumbukan/
sawan/ketombe tersebut atau dermatitis seboroik ringan.
Biasanya ketika bayi usia 8-12 bulan, kerak kepala ini akan
sembuh sendiri walau tanpa pengobatan. Lantaran di usia tersebut, jumlah
hormon androgennya berkurang, sehingga produksi kelenjar minyaknya tak
sebanyak di awal-awal kelahiran. Kendati demikian, bukan berarti sang ibu
lantas boleh membiarkan saja si kerak. Karena kalau tidak dibersihkan, bisa
menyebabkan kelainan kulit yang berat.
IBU KURANG PEDULI
Perlu diketahui, ternyata tak semua bayi mengalami kerak
kepala. Apa penyebabnya, menurut Ari, juga belum diketahui secara pasti.
"Sampai saat ini dunia kedokteran hanya dapat memprediksikan."
Tapi biasanya, jika kerak kepala ini masih tetap ada sampai si bayi usia
setahun (peradangan berat), bisa disebabkan oleh 2 faktor.
Yang pertama karena ada kelainan atopik, yakni kelainan yang
didasarkan oleh alergi. Misalnya di dalam keluarga ada yang asma, sering
bersin, eksim susu pada bayi atau sebagian bentuk biduran. "Dari hasil
pengamatan, anak-anak yang mempunyai riwayat alergi di keluarga seperti
itu, umumnya peradangan yang terjadi berat."
Faktor ke-2 ialah sikap ibu yang kurang peduli. Lantaran si
ibu menganggap kerak kepala tak perlu dikhawatirkan karena nantinya akan
hilang sendiri. "Apalagi bayinya juga tidak gelisah, karena dermatitis
seboroik yang murni tak disertai rasa gatal."
Tapi, seperti sudah dipaparkan di atas, kerak kepala yang
dibiarkan akan menyebabkan kelainan kulit yang berat. Karena bisa saja si
bayi ternyata punya alergi. Kalau sudah begitu, diperlukan intervensi
dokter karena harus mendapatkan pengobatan.
Sandra Olifia. Foto : Rohedi (nakita)
|
|
Tips Membersihkan
Kerak Kepala
1. Pada kasus yang ringan, oleskan minyak kelapa atau baby oil
di bagian kulit yang bersisik. Khusus pemakaian baby oil agar tak
berlebihan, karena dapat mengakibatkan biang keringat. Hal ini lantaran
kulit bayi tertutup rapat sehingga tak bernapas.
2. Pijatlah daerah tersebut secara perlahan dan lembut,
terutama di bagian yang dekat ubun-ubun karena ubun-ubun masih terbuka dan
lembek. Tindakan ini dimaksudkan untuk melembutkan kerak sehingga mudah
dibersihkan.
3. Selanjutnya sisir rambut bayi dengan sisir khusus bayi
secara perlahan dan hati-hati, agar kerak yang sudah lembut itu mengelupas.
Bisa juga dengan menggunakan jari-jemari Anda yang sudah ditutup sarung
tangan berbentuk jari dan terbuat dari bahan lembut/plastik elastis yang
halus. Atau gunakan kapas yang sudah disterilkan.
4. Setelah itu cucilah rambut si bayi dengan sampo khusus
bayi. Gosok lembut sampai berbusa. Hati-hati, jangan sampai mengenai
matanya. Lalu basuhlah sampai bersih. Oh ya, jangan gunakan air hangat,
karena membuat kulit jadi lembab dan kulit yang lembab dapat memicu
terjadinya peradangan kelenjar minyak. Hal lain yang harus diperhatikan:
* Bila semua usaha tak bisa memberikan hasil, perlu intervensi obat-obatan
yang sifatnya menekan produksi kelenjar minyak. Apalagi bila puncak kepala
berwarna merah dan mengeluarkan cairan kuning agak berminyak. Biasanya
sudah dikatakan peradangan sedang, sehingga tak bisa lagi diatasi dengan
obat tradisional. Segeralah bawa ke dokter untuk mendapatkan pengobatan
yang semestinya.
* Bila keraknya sudah menebal dan keras, jangan selalu mencuci rambut bayi
setiap kali memandikannya. Karena dapat menimbulkan kekeringan pada kulit
kepala, yang akhirnya mempercepat peradangan. Jangan pula memaksakan kerak
terkelupas karena dapat menimbulkan iritasi kulit.
* Potong rambut si bayi hingga pendek. Akan lebih baik jika dibotaki saja.
Tujuannya untuk mencegah timbulnya peradangan kelenjar minyak, terutama
pada bayi yang sering berkeringat. Disamping memperkecil risiko kerontokan.
* Jangan memberi bedak atau talk di kepala karena akan membuat kerak
semakin tebal. Jangan pula si bayi dikenakan topi kecuali sangat diperlukan.
Hal ini untuk menjaga agar kepala si bayi tak lembab.
* Kamar bayi atau ruangan di mana si bayi kerap berada harus diusahakan
bersuhu sejuk. Apalagi jika si bayi sering berkeringat.
Sandra
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar