Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

MAKALAH PLASENTA


 
Setiap perekatan atau persatuan antara alat fetal dengan jaringan induk untuk pertukaran pisikologi : plasenta. Plasenta kantung yolk merupakan plasenta yang paling primitif terdapat pada marsupialia, insektioora dan rodenta yang primitive dan bagian – bagiannya yang brsatu adalah khorin / serosa dan yolk dengan jaringan induk.
Plasenbta alantoik / alantokhorion plasenta, yang bersatu disini adalah khorion dan alantois dengan jaringan induk. Plasnta alantonik primitive sebagai bentuk peralihan diantar ke 2 tipe tadi yang tedapt paada marsupialia, primates dan halmaturus.
Dsini kantung yolk tumbuh menjadi struktur yg besar dengan sistem pembuluh darah yang baik.

Jaringan sebagai hasil persatuan jaringan induk dengan janian disebut vili. Behubung dengan bentuk dan tersebarnya vili pada khorian, kita dapat menjadikan klasifikasi plasenta yang trdiri  dari : plasenta difusa, plasenta kotiledonaria /. Plasenta multipleks, plasenta zonaria dan plasnta diskoidalkis.

1.   Palsenta Difusa
   Vilki tersebar merata pada seluruh prmukaan dari khorion. Blastosis terletak memanjang di dalam rnga uterus. Plasewnta semacam ini terdapat pada babi, kuda dan hewan – hewan ungulata lainnya.

2.   Plasenta Kotiledonaria
Vili tidak trsebar rata pada khorion, tetapi berkelompok pada permukaan luar khorion, yang disevut kltiledon. Di aerah – daerah tempat melekat kotiledon dinding uterus membentuk penebalan – penebalan yang dinamakan karunkel. Pada karunkel ini terdapa parit – parit dan lekukan – lekukan tempay melekatnya vili dari kotiledon. Plaenta semcam ini dipunyai oleh sapi, beri – beri dan menjangan.




3.    Plasenta Zonaria
Vili berkelompok membentuk suatu pita yang melinkari embro pada permukaan luar di ikhorion. Plasenta yang demikian dipunyai oleh hewan – hewan carnivore, janin yang terletak memenjang di rongga uterus.

4.   Plasenta Diskoidal
Tiper ini dimiliki oleh khiroptera, insektivora, primates dan manusia. Pada manusia embrio tertanam di dalam uterus. Pada permulaan awal pertumbuhan,vili dibenuk di luruh pemukaan blastosis. Pada pertumbuhan selanjutnya blastisisi tersebut akan menonjol dari diding uterus ke dalam rongga uterus. Jaringan dari dinding uterus yang turut menonjol ke dalam rongga uterus dan membungks blastosis dinamakan desidua kapsularis. Yang menonjol ini akan menghilang, sedangkan pada bagian yang melekat bertambah banyak dan terkonsentrasi ditempat itu menyrupai bentuk cakram. Jeringan uterus tempat melekatnya vili khorion didaerh ckrammini dinamakan desidua parietalis.

      Plasenta difusa dan plsenta ktiledonaria tergolong pada plasenta indesiduat, sedangkan plasenta zonaria dan plasenta diskoidal tergolomng pada plasenta diseduat.
Lekungan – lekungan visceral dan celah – celah insang dapat ditemukan pada embrio ini. Lenkungan visceral yang pertama dinamakan lekunga mandibular, ini merupakn fundamen dasar dari rahang bawah. Lekungan visceral kedua dinamakan leungan hyoid. Diantra lekungan pertama dan kedua terdapat celah hio mandibularis. Lekungan – lekungan visceral ketiga dan keempat serta celh – celahnya tampak kurang jelas. Daerah ini dikenal sebagai sius sevikalis.
( Djuhanda, tatang. 1981. Embriologi Perbandingan. Bandung : Armico ).








Kelainan Plasenta

Kelainan Besarnya, Bentuk dan Beratnya
Bentuk plasenta yang normal : ceper dan bulat. Diametr 15 – 20 cm, tebal 1,5 – 3 cm, plasenta pada kehamila a’terme beratnya 1/6 kali berat anak / kurang lebih 500 gram.
Plasenta yang besar dan berat sekali terdapat pada :
§  Ergthroblastosis
§  Syphilis
§  Penyakit ginjal
a.       Plasenta Fenestrata
      Plasenta yang berlubang di tengah –tengahnya.
b.   Plasenta Bilobata
      Plasenta yang terdiri dari dua lobi.
c.   Plasenta Succenturiata
Plasenta tambahan yang kecil yang dihubungkan dengan plasenta yang sebenarnya oleh pembuluh darah. Plaenta tambahan ada jika terdapat lubang pada sealput dekat pinggir plaenta, dan pada pinggir lubang terdapat pembuluh – pembuluh darah yang terkoyak.
d.   Plasnta Membranosea
Plasenta lebar dan tipis meliputi hamper seluruh permukaan khorion. Plaenta ini dapt menimbulkan prdarahan antepartum danmemberi kesulitan pada kala III karena plasenta yang tipis ini sukar terlepas.
e.   Plasenta Cirtumvllata
Pada permukaan foetal dekat pinggir plasenta terdapat cicin putih, yang menndakan pinggir plaenta. Plasenta ini dapat menimbulkan perdarahan dan abortus.
f.   Kelainan Insersi Plasenta
Jika inflamasi plasenta rendah, pada sgmen bawah rahim dan menutup sebagian / seluruh ostium internum plasenta itu disebut plasent praevia. Kalau jonjot – jonjot menyeru dinding rahim leih dalam daripada semesytianya maka plasenta disebut plasenta accrete.
Menurut dalamnya penyerbuan dinding rahim dan jonjo – jonjot,
plasenta dibagi menjadi :
1)       Plasenta accrete, jonjot – jonjot menembus desidua sampai berhubungan dengan myomettrium.
2)       Plasenta increta, jonjot – jonjot sampai ke dalam lapisan myomettrium.
3)       Plasenta percreta, jonjot – jonjot menembus myomettrium hingga mencapai perimetrum dan kadang – kadang juga menembus perimetrium dan menimbulkan uteri.


























Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pelaksanaan asuhan keperawatan masa nifas pada post operasi sectio caesaria melalui pendekatan proses keperawatan dengan melaksanakan :


                        Pengkajian

Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa. (Tucker, Susan Martin, 199 8)

                        Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan post operasi sectio caesaria ada 6 (Tucker, Susan Martin, 199 8) yaitu ;

      Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur dan perawatan sebelum melahirkan sesar.

      Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.

      Kerusakan perfusi jaringan kardiopulmoner dan perifer yang berhubungan dengan interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi.

      Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.

      Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.

      Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.

                        Perencanaan

      Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur dan perawatan sebelum melahirkan sesar.

Tujuan : - Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam persiapan prabedah.

Intervensi :
  • Diskusikan dengan ibu dan orang terdekat alasan untuk seksio saesaria.
  • Jelaskan prosedur praoperasi “normal” dan resiko variasi untuk situasi saat ini.
  • Saksi penandatanganan persetujuan tindakan dan dapatkan tanda vital dasar.
  • Ambil darah untuj JDL, elektrolit, golongan darah dan skrin.
  •  Dapatkan urine untuk urinalisis.

      Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi.

Tujuan : Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman.

Intervensi :

  • Antisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau metode tambahan penghilang nyeri.
  • Perhatikan dokumentasikan, dan identifikasi keluhan nyeri pada sisi insisi; abdomen, wajah meringis terhadap nyeri, penurunan mobilitas, perilaku distraksi/penghilang.
  • Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya.
  • Berikan tindakan kenyamanan lain yang dapat membantu, seperti perubahan posisi atau menyokong dengan bantal.

      Kerusakan perfusi jaringan kardiopulmoner dan perifer yang berhubungan dengan interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi.

Tujuan : - Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan

- Menunjukkan tak ada tanda atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit.

Intervensi :

  • Kaji status pernafasan dengan tanda vital.
  • Dokumentasikan dan laporkan peningkatan frekuensi pernafasan, batuk non produktif, ronki terdengar, rales, atau kongesti jalan napas atas.
  • Anjurkan pasien untuk batuk, membalik, dan napas dalam setiap 2 jam selama hari pascaoperasi pertama.
  • Demostrasikan pembebatan untuk menyokong insisi.
  • Anjurkan penggunaan spirometer insentif.

      Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.

Tujuan : - Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan Mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan.

Intervensi :

  • Anjurkan berkemih setiap 4 jam sampai 6 jam bila mungkin.
  • Berikan tekhnik untuk mendorong berkemih sesuai kebutuhan.
  • Jelaskan prosedur perawatan perineal per kebijakan rumah sakit.
  • Palpasi abdomen bawah bila pasien melaporkan distensi kandung kemih dan ketidakmampuan untuk berkemih.
  • Anjurkan ibu untuk ambulasi sesuai toleransi.

      Resiko terhadap infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.

Tujuan : - Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi.
              -  Involusi uterus berlanjut secara normal

Intervensi :

  • Pantau terhadap peningkatan suhu atau takikardia sebagai tanda infeksi.
  • Observasi insisi terhadap infeksi.
  • Penggantian pembalut atau sesuai pesanan
  • Kaji fundus, lochia, dan kandung kemih dengan tanda vital sesuai pesanan.
  • Massage fundus uteri bila menggembung dan tidak tetap keras

      Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.

Tujuan : - Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar.

Intervensi :

  • Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi dan pentingnya diet nutrisi.
  • Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.
  •  Jelaskan bahwa lochia dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu, berubah dari merah ke coklat sampai putih.
  • Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latiha keras sampai diizinkan oleh dokter.
  • Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.








                        Pelaksanaan

Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.

Komponen tahap implementasi terdiri dari :

      Tindakan keperawatan mandiri

Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American Nurses Association; undang – undang praktik keperawatan negara bagian; dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.

      Tindakan keperawatan kolaboratif

Tindakan keperawatan kolaboratif diimplementasikan bila perawat bekerja dengan anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah klien.

      Dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien terhadap asuhan keperawatan.

Frekuensi dokumentasi terhantung pada kondisi klien dan terapi yang diberikan. Di rumah sakit, catatan perawat ditulis minimal setiap shift dan diagnosa keperawatan dicatat di rencana asuhan keperawatan. Setiap klien harus dikaji dan dikaji ulang sesuai dengan kebijakan institusi perawatan kesehatan (Allen, Carol Vestal, 199 8)

                        Evaluasi

Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang diamati dengan kriteria hsil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.

Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap – tahap proses keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan. (Allen, Carol Vestal, 199 8)

Pada evaluasi klien dengan post operasi sectio caesaria, kriteria evaluasi adalah sebagai berikut :

   1.

            Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam persiapan prabedah

            Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman

            Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan dan menunjukkan tak ada tanda atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit.

            Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan dan mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan

            Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi, involusi uterus berlanjut secara normal

            Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar


Tidak ada komentar: