Setiap perekatan
atau persatuan antara alat fetal dengan jaringan induk untuk pertukaran
pisikologi : plasenta. Plasenta kantung yolk merupakan plasenta yang paling
primitif terdapat pada marsupialia, insektioora dan rodenta yang primitive dan
bagian – bagiannya yang brsatu adalah khorin / serosa dan yolk dengan jaringan
induk.
Plasenbta alantoik /
alantokhorion plasenta, yang bersatu disini adalah khorion dan alantois dengan
jaringan induk. Plasnta alantonik primitive sebagai bentuk peralihan diantar ke
2 tipe tadi yang tedapt paada marsupialia, primates dan halmaturus.
Dsini kantung yolk tumbuh
menjadi struktur yg besar dengan sistem pembuluh darah yang baik.
Jaringan sebagai
hasil persatuan jaringan induk dengan janian disebut vili. Behubung dengan
bentuk dan tersebarnya vili pada khorian, kita dapat menjadikan klasifikasi
plasenta yang trdiri dari : plasenta
difusa, plasenta kotiledonaria /. Plasenta multipleks, plasenta zonaria dan
plasnta diskoidalkis.
1. Palsenta Difusa
Vilki tersebar merata pada seluruh prmukaan
dari khorion. Blastosis terletak memanjang di dalam rnga uterus. Plasewnta
semacam ini terdapat pada babi, kuda dan hewan – hewan ungulata lainnya.
2. Plasenta Kotiledonaria
Vili
tidak trsebar rata pada khorion, tetapi berkelompok pada permukaan luar
khorion, yang disevut kltiledon. Di aerah – daerah tempat melekat kotiledon
dinding uterus membentuk penebalan – penebalan yang dinamakan karunkel. Pada
karunkel ini terdapa parit – parit dan lekukan – lekukan tempay melekatnya vili
dari kotiledon. Plaenta semcam ini dipunyai oleh sapi, beri – beri dan
menjangan.
3.
Plasenta Zonaria
Vili
berkelompok membentuk suatu pita yang melinkari embro pada permukaan luar di
ikhorion. Plasenta yang demikian dipunyai oleh hewan – hewan carnivore, janin
yang terletak memenjang di rongga uterus.
4. Plasenta Diskoidal
Tiper
ini dimiliki oleh khiroptera, insektivora, primates dan manusia. Pada manusia
embrio tertanam di dalam uterus. Pada permulaan awal pertumbuhan,vili dibenuk
di luruh pemukaan blastosis. Pada pertumbuhan selanjutnya blastisisi tersebut
akan menonjol dari diding uterus ke dalam rongga uterus. Jaringan dari dinding
uterus yang turut menonjol ke dalam rongga uterus dan membungks blastosis
dinamakan desidua kapsularis. Yang
menonjol ini akan menghilang, sedangkan pada bagian yang melekat bertambah
banyak dan terkonsentrasi ditempat itu menyrupai bentuk cakram. Jeringan uterus
tempat melekatnya vili khorion didaerh ckrammini dinamakan desidua parietalis.
Plasenta difusa dan
plsenta ktiledonaria tergolong pada plasenta indesiduat, sedangkan plasenta
zonaria dan plasenta diskoidal tergolomng pada plasenta diseduat.
Lekungan – lekungan visceral
dan celah – celah insang dapat ditemukan pada embrio ini. Lenkungan visceral
yang pertama dinamakan lekunga mandibular, ini merupakn fundamen dasar dari
rahang bawah. Lekungan visceral kedua dinamakan leungan hyoid. Diantra lekungan
pertama dan kedua terdapat celah hio mandibularis. Lekungan – lekungan visceral
ketiga dan keempat serta celh – celahnya tampak kurang jelas. Daerah ini
dikenal sebagai sius sevikalis.
( Djuhanda, tatang. 1981.
Embriologi Perbandingan. Bandung
: Armico ).
Kelainan Plasenta
Kelainan
Besarnya, Bentuk dan Beratnya
Bentuk
plasenta yang normal : ceper dan bulat. Diametr 15 – 20 cm, tebal 1,5 – 3 cm,
plasenta pada kehamila a’terme beratnya 1/6 kali berat anak / kurang lebih 500
gram.
Plasenta yang besar dan berat
sekali terdapat pada :
§
Ergthroblastosis
§
Syphilis
§
Penyakit
ginjal
a. Plasenta
Fenestrata
Plasenta yang berlubang di tengah
–tengahnya.
b. Plasenta
Bilobata
Plasenta yang terdiri dari dua lobi.
c. Plasenta
Succenturiata
Plasenta
tambahan yang kecil yang dihubungkan dengan plasenta yang sebenarnya oleh
pembuluh darah. Plaenta tambahan ada jika terdapat lubang pada sealput dekat
pinggir plaenta, dan pada pinggir lubang terdapat pembuluh – pembuluh darah
yang terkoyak.
d. Plasnta
Membranosea
Plasenta
lebar dan tipis meliputi hamper seluruh permukaan khorion. Plaenta ini dapt
menimbulkan prdarahan antepartum danmemberi kesulitan pada kala III karena
plasenta yang tipis ini sukar terlepas.
e. Plasenta Cirtumvllata
Pada
permukaan foetal dekat pinggir plasenta terdapat cicin putih, yang menndakan
pinggir plaenta. Plasenta ini dapat menimbulkan perdarahan dan abortus.
f. Kelainan
Insersi Plasenta
Jika
inflamasi plasenta rendah, pada sgmen bawah rahim dan menutup sebagian /
seluruh ostium internum plasenta itu disebut plasent praevia. Kalau jonjot –
jonjot menyeru dinding rahim leih dalam daripada semesytianya maka plasenta
disebut plasenta accrete.
Menurut
dalamnya penyerbuan dinding rahim dan jonjo – jonjot,
plasenta
dibagi menjadi :
1) Plasenta accrete, jonjot –
jonjot menembus desidua sampai berhubungan dengan myomettrium.
2) Plasenta increta, jonjot –
jonjot sampai ke dalam lapisan myomettrium.
3) Plasenta percreta, jonjot –
jonjot menembus myomettrium hingga mencapai perimetrum dan kadang – kadang juga
menembus perimetrium dan menimbulkan uteri.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan masa nifas pada post operasi
sectio caesaria melalui pendekatan proses keperawatan dengan melaksanakan :
Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang
dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan
persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta
previa. (Tucker, Susan Martin, 199 8)
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan
post operasi sectio caesaria ada 6 (Tucker, Susan Martin, 199 8) yaitu ;
Kurang
pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur dan
perawatan sebelum melahirkan sesar.
Nyeri yang
berhubungan dengan kondisi pasca operasi.
Kerusakan
perfusi jaringan kardiopulmoner dan perifer yang berhubungan dengan interupsi
aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi.
Resiko terhadap
perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan
manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria.
Resiko terhadap
infeksi atau cedera yang berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Kurang
pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan
caesar.
Perencanaan
Kurang pengetahuan yang berhubungan
dengan kurang informasi tentang prosedur dan perawatan sebelum melahirkan
sesar.
Tujuan : - Pasien akan mengungkapkan rasional untuk
melahirkan sesar dan bekerjasama dalam persiapan prabedah.
Intervensi :
- Diskusikan dengan ibu dan orang terdekat alasan untuk seksio saesaria.
- Jelaskan prosedur praoperasi “normal” dan resiko variasi untuk situasi saat ini.
- Saksi penandatanganan persetujuan tindakan dan dapatkan tanda vital dasar.
- Ambil darah untuj JDL, elektrolit, golongan darah dan skrin.
- Dapatkan urine untuk urinalisis.
Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca
operasi.
Tujuan : Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien
mengungkapkan bahwa ia nyaman.
Intervensi :
- Antisipasi kebutuhan terhadap obat nyeri dan atau metode tambahan penghilang nyeri.
- Perhatikan dokumentasikan, dan identifikasi keluhan nyeri pada sisi insisi; abdomen, wajah meringis terhadap nyeri, penurunan mobilitas, perilaku distraksi/penghilang.
- Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan evaluasi efektivitasnya.
- Berikan tindakan kenyamanan lain yang dapat membantu, seperti perubahan posisi atau menyokong dengan bantal.
Kerusakan perfusi jaringan kardiopulmoner dan
perifer yang berhubungan dengan interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas
pasca operasi.
Tujuan : - Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan
- Menunjukkan tak ada tanda atau gejala emboli pulmonal atau
trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit.
Intervensi :
- Kaji status pernafasan dengan tanda vital.
- Dokumentasikan dan laporkan peningkatan frekuensi pernafasan, batuk non produktif, ronki terdengar, rales, atau kongesti jalan napas atas.
- Anjurkan pasien untuk batuk, membalik, dan napas dalam setiap 2 jam selama hari pascaoperasi pertama.
- Demostrasikan pembebatan untuk menyokong insisi.
- Anjurkan penggunaan spirometer insentif.
Resiko terhadap perubahan pola eliminasi
perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau
trauma sekunder terhadap sectio caesaria.
Tujuan : - Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan
Mengalami defeksi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan.
Intervensi :
- Anjurkan berkemih setiap 4 jam sampai 6 jam bila mungkin.
- Berikan tekhnik untuk mendorong berkemih sesuai kebutuhan.
- Jelaskan prosedur perawatan perineal per kebijakan rumah sakit.
- Palpasi abdomen bawah bila pasien melaporkan distensi kandung kemih dan ketidakmampuan untuk berkemih.
- Anjurkan ibu untuk ambulasi sesuai toleransi.
Resiko terhadap infeksi atau cedera yang
berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Tujuan : - Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala
infeksi.
-
Involusi uterus berlanjut secara normal
Intervensi :
- Pantau terhadap peningkatan suhu atau takikardia sebagai tanda infeksi.
- Observasi insisi terhadap infeksi.
- Penggantian pembalut atau sesuai pesanan
- Kaji fundus, lochia, dan kandung kemih dengan tanda vital sesuai pesanan.
- Massage fundus uteri bila menggembung dan tidak tetap keras
Kurang pengetahuan yang berhubungan
dengan kurang informasi tentang perawatan melahirkan caesar.
Tujuan : - Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan
melahirkan sesar.
Intervensi :
- Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi dan pentingnya diet nutrisi.
- Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.
- Jelaskan bahwa lochia dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu, berubah dari merah ke coklat sampai putih.
- Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latiha keras sampai diizinkan oleh dokter.
- Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.
Pelaksanaan
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana
asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu
klien memenuhi kriteria hasil.
Komponen tahap implementasi terdiri dari :
Tindakan
keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter.
Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American
Nurses Association; undang – undang praktik keperawatan negara bagian; dan
kebijakan institusi perawatan kesehatan.
Tindakan
keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaboratif diimplementasikan bila
perawat bekerja dengan anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat
keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah klien.
Dokumentasi
tindakan keperawatan dan respons klien terhadap asuhan keperawatan.
Frekuensi dokumentasi terhantung pada kondisi klien dan
terapi yang diberikan. Di rumah sakit, catatan perawat ditulis minimal setiap
shift dan diagnosa keperawatan dicatat di rencana asuhan keperawatan. Setiap
klien harus dikaji dan dikaji ulang sesuai dengan kebijakan institusi perawatan
kesehatan (Allen, Carol Vestal, 199 8)
Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil – hasil yang
diamati dengan kriteria hsil yang dibuat pada tahap perencanaan. Klien keluar
dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan
masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.
Komponen tahap evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria
hasil, keefektifan tahap – tahap proses keperawatan dan revisi atau terminasi
rencana asuhan keperawatan. (Allen, Carol Vestal, 199 8)
Pada evaluasi klien dengan post operasi sectio caesaria,
kriteria evaluasi adalah sebagai berikut :
1.
Pasien
akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama dalam
persiapan prabedah
Nyeri
diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman
Pasien
tidak mengalami kongesti pernafasan dan menunjukkan tak ada tanda atau gejala
emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di rumah sakit.
Berkemih
secara spontan tanpa ketidaknyamanan dan mengalami defeksi dalam 3 sampai 4
hari setelah pembedahan
Insisi
bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi, involusi uterus berlanjut
secara normal
Klien
mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar