BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa
yunani yaitu gastro, yang berarti perut/ lambung dan itis
yang berarti inflamasi/ peradangan. Gastritis adalah peradangan pada mukosa
lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau lokal (Soepaman, 1998).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999). Gastritis
adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998). Berdasarkan pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa Gastritis merupakan inflamasi mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk
dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada
lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh
bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung
yaitu Helicobacter pylori.
B.
Etiologi
Gastritis biasanya terjadi ketika
mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya
dinding lambung. Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis
antara lain :
1.
Infeksi bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H.
Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat
ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral
atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.
Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak - kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori
ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer
dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu
yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan
perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu
adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti
menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan
racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau
dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat
bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H.
pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis,
hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian orang
rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
2.
Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus
menerus. Obat analgesik anti inflamasi
nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan
peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali
maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya
dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3.
Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung
dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada
kondisi normal.
4.
Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5.
Stress fisik.
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada
lambung.
6.
Kelainan autoimmune. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika
sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding
lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan
dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan
menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu
tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat
mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak
dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic
gastritis terjadi terutama pada orang tua.
7.
Crohn's disease. Walaupun penyakit ini
biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun
kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika
lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn's disease
(yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok
daripada gejala-gejala gastritis.
8.
Radiasi and kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang
menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena
sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam
dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat
mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung.
9.
Penyakit bile reflux. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna
lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan,
empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam
kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric
valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika
katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung
dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
10.
Faktor- faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan
lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.
C.
Klasifikasi
1.
Gastritis Akut
2.
Gastritis Kronik
D.
Manifestasi Klinik
Walaupun
banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda –
tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya. Gejala-gejala tersebut
antara lain :
1.
Perih atau sakit seperti
terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk
ketika makan
2.
Mual
3.
Muntah
4.
Kehilangan selera makan
(anoreksia)
5.
Kembung
6.
Terasa penuh pada perut bagian
atas setelah makan
7.
Kehilangan berat badan
Gastritis yang terjadi tiba – tiba
(akut) biasanya mempunyai gejala anoreksia, mual, muntah, nyeri epigastrium,
perdarahan saluran cerna pada Hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu
anemia. Sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara bertahap
Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri
ulu hati, anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di
jumpai kelainan. Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak
menyebabkan apapun.
Kadang,
gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini menjadi parah kecuali bila pada saat yang
sama juga terjadi borok pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan
muntah darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera.
Gastritis merupakan salah satu dari
sekian banyak penyakit pencernaan dengan
gejala yang mirip antara satu dengan yang lainnya, menyebabkan penyakit
ini mudah dianggap sebagai penyakit lainnya seperti :
1.
Gastroenteritis. Juga disebut sebagai flu
perut (stomach flu), yang biasanya terjadi akibat infeksi virus pada
usus. Gejalanya meliputi diare, kram perut dan mual atau muntah, juga
ketidaksanggupan untuk mencerna. Gejala dari gastroenteritis sering
hilang dalam satu atau dua hari sedangkan untuk gastritis dapat
terjadi terus menerus.
2.
Heartburn. Rasa sakit seperti terbakar yang
terasa di belakang tulang dada ini biasanya terjadi setelah makan. Hal ini
terjadi karena asam lambung naik dan masuk ke dalam esophagus (saluran yang
menghubungkan antara tenggorokan dan perut). Heartburn dapat juga menyebabkan
rasa asam pada mulut dan terasa sensasi makanan yang sebagian sudah dicerna
kembali ke mulut.
3.
Stomach ulcers. Jika rasa perih dan panas
dalam perut terjadi terus menerus dan parah, maka hal itu kemungkinan
disebabkan karena adanya borok dalam lambung. Stomach (peptic) ulcer
atau borok lambung adalah luka terbuka yang terjadi dalam lambung. Gejala yang
paling umum adalah rasa sakit yang menjadi semakin parah ketika malam hari atau
lambung sedang kosong. Gastritis dan stomach ulcers mempunyai
beberapa penyebab yang sama, terutama infeksi H. pylori. Penyakit ini
dapat mengakibatkan terjadinya gastritis dan begitu juga sebaliknya.
4.
Nonulcer dyspepsia. Merupakan kelainan
fungsional yang tidak terkait pada penyakit tertentu. Penyebab pasti keadaan
ini tidak diketahui, tetapi stress dan terlalu banyak mengkonsumsi gorengan,
makanan pedas atau makanan berlemak diduga dapat mengakibatkan keadaan ini.
Gejalanya adalah sakit pada perut atas, kembung dan mual.
E.
Patofisiologi
1.
Gastritis Akut
Zat iritasi yang masuk
ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung. Jika mukosa lambung
teriritasi, ada 2 hal yang akan terjadi :
a..
Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung, lambung akan
meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3. Di lambung HCO3 akan berikatan
dengan NaCl sehingga menghasilkan HCl dan NaCO3. Hasil dari penyawaan tersebut
akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan
meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan &
elektrolit.
b.
Iritasi mukosa lambung akan
menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi
mukosa lambung dari kerusakan HCl maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya
akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka
akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada
lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri
dan hypovolemik.
2.
Gastritis Kronik
Gastritis kronik
disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi mukosa
lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna
akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan
sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCl, Pepsin dan
fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis
serta mukosanya rata. Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi
perdarahan serta formasi ulser.
F.
Komplikasi
1.
Komplikasi yang timbul pada
Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau
prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
2.
Komplikasi yang timbul
Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B12, akibat kurang
penyerapan B12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan
penyempitan daerah antrum pylorus. Beberapa bentuk gastritis kronis
dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan
secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding
lambung. Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang
bermula pada sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1
biasanya terjadi akibat infeksi H. pylori. Kanker jenis lain yang
terkait dengan infeksi akibat H. pylori adalah MALT (mucosa
associated lymphoid tissue) lymphomas, kanker ini berkembang
secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker
jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.
G. Pemeriksaan
Diagnostik
Bila seorang pasien
didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan
tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan tersebut
meliputi :
1.
Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan
bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
2.
Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.
pylori atau tidak.
3.
Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
4.
Endoskopi saluran cerna
bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat
adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak
terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang
kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus,
lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu
dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien
merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang
terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy)
dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien
biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah
rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5.
Ronsen saluran cerna
bagian atas. Tes ini akan melihat adanya
tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan
diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan
ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di ronsen.
H. Penatalaksanaan
Medik
Asam
lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan menyebabkan sakit
dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi sebagian besar tipe gastritis,
terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi atau menetralkan asam lambung
seperti :
1.
Anatsida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau
tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis
ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit
akibat asam lambung dengan cepat.
2.
Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit
tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,
ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi.
3.
Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah
dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam.
Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari
“pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole,
lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga
menghambat kerja H. pylori.
4.
Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan
yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah
sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena
suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan
ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate
yang juga menghambat aktivitas H. pylori.
Terapi terhadap H. pylori
Terdapat
beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering
digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton.
Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk
membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa
sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik.
Terapi
terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk
membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang
digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif
daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama
2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas.
Untuk
memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali
setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces
adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak
adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang
positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya
bakteri tersebut sudah hilang.
I.
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Faktor predisposisi adalah
bahan-bahan kimia, merokok, kafein, steroid, obat analgetik, anti inflamasi,
cuka atau lada.
b.
Faktor presipitasinya adalah
kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan rokok, penggunaan obat-obatan, pola makan
dan diet yang tidak teratur, serta gaya
hidup seperti kurang istirahat.
2.
Diagnosa Keperawatan dan
Intervensi
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus Gastritis adalah
:
a.
Resti gangguan keseimbangan
volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, muntah.
1)
Tujuan : Setelah diberikan
askep 2x24 jam, resti gangguan kesimbangan cairan dan elektrolit tidak terjadi
2)
Kriteria hasil : Membran mukosa
lembab, turgor kulit baik, tanda vital stabil, input dan output seimbang
3)
Intervensi :
Ø Kaji tanda dan gejala dehidrasi
Ø Observasi TTV
Ø Ukur intake dan output
Ø Anjurkan klien untuk minum ± 1500-2500ml per hari
Ø Observasi kulit dan membran mukosa
Ø Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infuse dan obat
sesuai indikasi.
b.
Gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, anorexia.
1)
Tujuan : Setelah dilakukan
asuhan keperawatan 3x24 jam, gangguan nutrisi teratasi
2)
Kriteri hasil : Berat badan
stabil, nilai laboratorium Albumin normal, tidak mual dan muntah BB dalam batas
normal, bising usus normal.
3)
Intervensi :
Ø Kaji intake makanan
Ø Timbang BB secara teratur
Ø Berikan perawatan oral secara teratur
Ø Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Ø Berikan makanan dalam keadaan hangat
Ø Auskultasi bising usus
Ø Kaji makanan yang disukai
Ø Awasi pemeriksaan laboratorium misalnya : Hb, Ht, Albumin.
c.
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
1)
Tujuan : Setelah dilakukan
asuhan keperawatan 3x24 jam, nyeri teratasi
2)
Kriteri hasil : Pasien
mengatakan nyeri hilang/ terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/ istirahat,
skala nyeri 0.
3)
Intervensi :
Ø Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri
Ø Observasi TTV
Ø Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
Ø Anjurkan tekhnik relaksasi dan nafas dalam
Ø Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi untuk mengurangi
nyeri.
d.
Keterbatasan aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik.
1)
Tujuan : Setelah dilakukan
asuhan keperawatan 3x24 jam, pasien mampu mentoleransi aktifitasnya.
2)
Kriteria hasil : K/u baik,
klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.
3)
Intervensi :
Ø Tingkatkan tirah baring atau duduk
Ø Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
Ø Batasi pengunjung
Ø Dorong penggunaan tekhnik relaksasi
Ø Kaji nyeri tekan pada gaster
Ø Berikan obat sesuai dengan indikasi.
e.
Kurang pengetahuan tentang
penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi
1)
Tujuan : Setelah dilakukan
asuhan keperawatan 1x24 jam, klien dapat mengerti dan memahami tentang
penyakitnya
2)
Kriteria hasil : Klien dapat
menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pencegahan dan
pengobatan.
3)
Intervensi :
Ø Kaji tingkat pengetahuan klien
Ø Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit
Ø Beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya
Ø Beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Gastritis
bukanlah suatu penyakit tunggal, namun beberapa kondisi-kondisi yang berbeda
yang semuanya mempunyai peradangan lapisan lambung. Gastritis dapat disebabkan
oleh terlalu banyak minum alkohol, penggunaan obat-obat anti peradangan
nonsteroid jangka panjang (NSAIDs) seperti aspirin atau ibuprofen, atau infeksi
bakteri-bakteri seperti Helicobacter pylori (H. pylori).
Kadangkala gastritis berkembang setelah operasi utama, luka trauma, luka-luka
bakar, atau infeksi-infeksi berat. Penyakit-penyakit tertentu, seperti pernicious
anemia, kelainan-kelainan autoimun, dan mengalirnya kembali asam yang
kronis, dapat juga menyebabkan gastritis.
Perawatan
biasanya melibatkan meminum obat-obat untuk mengurangi asam lambung dan dengan
demikian membantu menghilangkan gejala-gejala dan memajukan kesembuhan. Asam
lambung mengiritasi jaringan yang meradang di dalam lambung. Menghindari
makanan-makanan, minuman-minuman, atau obat-obatan tertentu mungkin juga
direkomendasikan.
B.
Saran
Berikut beberapa saran untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis
:
1.
Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang
pedas, asam, gorengan atau berlemak.
2.
Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan mukosa
dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
3.
Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat
lambung lebih rentan terhadap gastritis. Merokok juga meningkatkan
asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama
terjadinya kanker lambung.
4.
Lakukan olah raga
secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan
kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus
sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
5.
Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan
sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stress
juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan pencernaan.
Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah
mengendalikannya secara efektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat
yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
6.
Ganti obat penghilang
nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan
AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan
membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang
nyeri yang mengandung acetaminophen.
7.
Ikuti rekomendasi
dokter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar