Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM


A. Masalah Utama :
Perubahan proses pikir : waham

B. Proses terjadinya masalah
1.       Pengertian Waham
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna Keliat,1999).
Tanda dan Gejala :
·         Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
·         Klien tampak tidak mempunyai orang lain
·         Curiga

·         Bermusuhan
·         Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
·         Takut, sangat waspada
·         Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
·         Ekspresi wajah tegang
·         Mudah tersinggung
(Azis R dkk, 2003)


2.      Penyebab dari Waham
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan Gejala :
·         Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
·         Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
·         Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
·         Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
·         Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budi Anna Keliat, 1999)

3.      Akibat dari Waham
Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
·         Memperlihatkan permusuhan
·         Mendekati orang lain dengan ancaman
·         Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
·         Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
·         Mempunyai rencana untuk melukai

C. Pohon Masalah



Perubahan proses pikir: Waham
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
(Keliat, BA, 1999)

D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1) Masalah keperawatan:
1.       Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkungan
2.      Perubahan proses pikir : waham
3.      Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
2.      Data yang perlu dikaji:
1.       Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkungan
§  Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, dan ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
·         Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
2.      Perubahan proses pikir : waham
§  Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
·         Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan/ realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
3.      Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
§  Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa- apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
·         Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

E. Diagnosa Keperawatan
1.       Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
2.      Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

F. Rencana Keperawatan
Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan waham....
1.       Tujuan umum :
Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
1.       Tujuan khusus
1.       Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksinya
Tindakan:
1.       Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).
2.      Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
3.      Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
4.      Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.
2.      Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
Rasional :
dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya
Tindakan:
1.       Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
2.      Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.
3.      Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
4.      Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
3.      Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Rasional :
Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman
Tindakan:
1.       Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
2.      Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
3.      Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
4.      Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
5.      Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
4.      Klien dapat berhubungan dengan realitas.
Rasional :
menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada
Tindakan:
1.       Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
2.      Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
3.      Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
5.      Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Rasional :
Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat
Tindakan:
1.       Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat.
2.      Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
3.      Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
4.      Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
6.      Klien dapat dukungan dari keluarga.
Rasional :
dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu proses penyembuhan klien
Tindakan:
1.       Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
2.      Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

Diagnosa 2: Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah
1.       Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat harga dirinya.
2.      Tujuan khusus :
1.       Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.       Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
2.      Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
3.      Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
4.      Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2.      Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
1.       Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.      Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis
3.      Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.      Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
1.       Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.      Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4.      Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5.      Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
5.      Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
1.       Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
2.      Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
3.      Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
4.      Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

WAHAM

Ditulis pada oleh Ns.Kartono Hs,S.Kep
1.    Pengertian
Menurut Gail W. Stuart, Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial.
Waham adalah Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan.
1.    Penyebab
1.    Faktor predisposisi
·         Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
·         Neurobiologis; Adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
·         Neurotransmitter ; abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
·         Virus paparan virus influensa pada trimester III
·         Psikologis; ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
1.    Faktor Presipitasi
·         Proses pengolahan informasi yang berlebihan
·         Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
·         Adanya gejala pemicu
1.    Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif meliputi :
·         Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi ansietas
·         Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
·         Menarik diri
·         Pada keluarga ; mengingkari
1.    Prilaku
·         Waham agama : keyakinan seseorang bahwa ia dipilih oleh Yang Maha Kuasa atau menjadi utusan Yang Maha Kuasa.
·         Waham somatik : keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya sakit atau terganggu.
·         Waham kebesaran : keyakinan seseorang bahwa ia memiliki kekuatan yang istimewa.
·         Waham paranoid : kecurigaan seseorang yang berlebihan atau tidak rasional dan tidak mempercayai orang lain, ditandai dengan waham yang sistematis bahwa orang lain “ingin menangkap “ atau memata-matainya.
·         Siar pikir ; waham tentang pikiran yang disiarkan ke dunia luar.
·         Sisip pikir ; waham tentang pikiran yang ditempatkan ke dalam benak orang lain atau pengaruh luar.
1.    Rentang respon perilaku adaptif-maladaptif
Respon adaptif - respon maladaptif
1.    Tanda dan gejala
Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perpasif yang ditemukan pada kondisi psikotik lain, tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang menonjol, atau waham aneh yang nyata pasien memilki satu atau beberapa waham, sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham kebesaran, somatik, atau eretomania yang :
·         Biasanya spesial (misal, melibatkan orang, kelompok, tempat, atau waktu tertentu, atau aktivitas tertentu).
·         Biasanya terorganisasi dengan baik(misal, “orang jahat ini” mengumpulkan alasan-alasan tentang sesuatu yang sedang dikerjakannya yang dapat dijelaskan secara rinci).
·         Biasanya waham kebesaran (misalnya, sekelompok yang berkuasa tertarik hanya kepadanya).
·         Wahamnya tidak cukup aneh untuk mengesankan skizofrenia.
Pasien-pasien ini (cenderung berusia 40-an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem waham mereka dikenali oleh keluarga dan teman-temannya. Ia cenderung mengalami isolasi sosial baik karena keinginan mereka sendirian atau akibat ketidakramahan mereka (misalnya, pasangan mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka.
Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti kepribadian paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai bats-batas setiap sindrom menunggu penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide-ide paranoid dan cemburu sering terdapat pada depresi, paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada orang yang menyalahgunakan zat stimulan, reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien dengan delirium ringan dan pasien yang harus berada di temapat tidur karena sakit.
1.    Penanganan
·         Psikofarmakologi
·         Pasien hiperaktif / agitasi anti psikotik low potensial
·         penarikan diri high potensial
·         ECT tipe katatonik
·         Psikoterapi
Perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif
1.    Asuhan Keperawatan
1.    Pengkajian
·         Aktivitas dan istirahat
Gangguan tidur, bangun lebih awal, insomnia, dan hiperaktivitas.
·         Higiene
Kebersihan personal kurang, terlihat kusut/ tidak terpelihara.
·         Integritas ego
Dapat timbul dengan ansietas berat, ketidakmampuan untuk rileks, kesulitan yang dibesar-besarkan, mudah agitasi.
Mengekspresikan persaaan tidak adekuat, perasaan tidak berharga, kurang diterima, dan kurang percaya pada orang lain. Menunjukkan kesulitan koping terhadap stres, menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai.
·         Neurosensori
Mengalami emosi dan prilaku kongruen dengan sistem keyakinan/ketakutan bahwa diri ataupun orang terdekat berada dalam bahaya karena diracuni atau diinfeksi, mempunyai penyakit, merasa tertipu oleh pasangan individu, dicurangi oleh orang lain, dicintai atau mencintai dari jarak jauh.
·         Keamanan
Dapat menimbulkan prilaku berbahaya/menyerang
·         Interaksi sosial
Kerusakan bermakna dalam fungsi sosial/perkawinan
Umumnya bermasalah dengan hukum.
POHON MASALAH
Efek Gangguan Komunikasi verbal
Core Problem Perubahan proses pikir / waham
Etiologi Gangguan konsep diri
Masalah utama : pasien mengalami waham
Penyebab : gangguan konsep diri
Efek : gangguan komunikasi verbal
1.    Intervensi
Diagnosa keperawatan : Perubahan proses pikir / waham
Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol wahamnya.
Perencanaan
Intervensi
Tujuan Khusus
Kriteria Evaluasi
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Klien mampu berkomunikasi dengan baik dengan perawat.
1.     
1.    Bina hubungan saling percaya dengan klien : beri salam terapeutik (panggil nama klien), sebutkan nama perawat, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik yang akan dibicarakan, waktu dan tempat).
2.    Jangan membantah dan mendukung waham klien :
·         Katakan perawat menerima keyakinan klien : “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima.
·         Katakan perawat tidak mendukung : “sukar bagi saya untuk mempercayainya” disertai ekspresi ragu tapi empati.
·         Tidak membicarakan isi waham klien.
1.     
1.    Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindung :
·         Anda berada di tempat aman, kami akan menemani anda.
·         Gunakan keterbukaan dan kejujuran.
·         Jangan tinggalkan klien sendirian.
1.     
1.    Observasi apakah waham klien menganggu aktifitas sehari-hari dan perawatan diri.
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
Klien mampu menyebutkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialaminya.
1.     
1.    Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
2.    Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis (hati-hati terlibat diskusi tentang waham).
3.    Tanyakan apa yang biasa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini.
4.    Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperlihatkan bahwa klien penting.
Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
klien mampu menyebutkan semua kebutuhannya sehari-hari.
1.     
1.    Observasi kebutuhan klien sehari-hari
2.    Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa takut, ansietas, marah).
3.    Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
4.    Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (aktivitas dapat dipilih bersama klien, jika mungkin buat jadual).
5.    Atur situasi agar klien mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
Klien dapat berhubungan dengan realistis
Klien dapat menyebutkan cita – cita dan harapan yang sesuai dengan kemampuannya
1.     
1.    Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, realitas orang lain, realitas tempat dan realitas waktu).
2.    Sertakan klien dalam terapi aktifitas kelompok : orientasi realitas.
3.    Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
Klien dapat dukungan keluarga
Keluarga dapat menyebutkan cara – cara merawat klien waham.
1.     
1.    Diskusikan dengan keluarga tentang :
·         Gejala waham
·         Cara merawatnya
·         Lingkungan keluarga
·         Follow-up dan obat
1.     
1.    Anjurkan keluarga melaksanakan 5.1. dengan bantuan perawat.
Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
Klien dapat minum obat sesuai dengan resep dokter dan tepat waktu.
1.     
1.    Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping, akibat penghentian.
2.    Diskusikan perasaan klien setelah makan obat.
3.    Berikan obat dengan prinsip 5 (lima) benar.
1.    TAK
Tujuan :
1.    Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah munculnya waham.
2.    Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya waham
Setting :
1.    Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2.    Ruangan nyaman dan tenang.
Metode :
1.    Diskusi dan tanya jawab.
2.    Bermain peran/ stimulus dan latihan.
1.    SP (Strategi Pendahuluan)
1.    Tempatkan waham dalam kerangka waktu dan identifikasi pemicu
·         Identifikasi semua komponen waham dengan menempatkannya dalam waktu dan urutan
·         Identifikasi pemicu yang mungkin berhubungan dengan stres dan ansietas
·         Apabila waham terkait ansietas ajarkan keterampilan mengatasi ansietas
·         Buat suatu program penatalaksanaan gejala
1.    Kaji instensitas, frekuensi dan lama waham
·         Bantu pasien untuk menghilangkan waham yang berlalu dengan cepat dalam keranmgka waktu yang singkat.
·         Pertimbangkan untuk menghindari waham yang menetap atau yang telah dialami dalam waktu lama sementara waktu guna mencegah terhambatnya hubungan perawat-klien.
·         Dengarkan secara seksama sampai tidak diperlukan lagi pembicaraan mengenai waham.
1.    Identifikasi komponen emosional sosial waham
·         Berespon terhadap perasaan pasien yang mendasar, bukan pada sifat waham yang tidak logis.
·         Dorong pembicaraan mengenai ketakutan, kecemasan, dan kemarahan klien pasien tanpa menilai waham yang diceritakan pasien benar atau salah.
1.    Amati adanya bukti pemikiran konkret
·         Tentukan apakah pasien benar-benar menagjak anda berbicara atau tidak.
·         Tentukan apakah pasien dan anda menggunakan bahasa yang sama.
1.    Amati pembicaraan yang menunjukkan gejala gangguan pemikiran
·         Tentukan apakah klien menunjukkan gangguan pemikiran( mis, bicara berputar-putar, menyimpang, mudah mengubah topik pembicaraan, tidak dapat merespon terhadap upaya anda untuk mengarahkan kembali pembicaraan).
·         Sadari bahwa ini bukan saat yang tepat untuk menunjukkan ketidaksesuaian antara kenyataan dan waham.
1.    Amati kemampuan klien untuk menggunakan pertimbangan sebab akibat secara akurat
·         Tentukan apakah klien dapat membuat prediksi yang logis(indukltif atau deduktif ) berdasarkan pengalaman masa lalu.
·         Tentukan apakah klien dapat mengonseptualisasi waktu.
·         Tentukan apakah klien dapat mengakses dan menggunakan memori yang bermakna saat ini dan jangka panjang.
1.    Bedakan antara gambaran pengalaman dan kenyataan dari situasi tertentu
·         Identifikasi keyakinan yang salah mengenai situasi yang nyata.
·         Tingkatkan kemampuan pasien untuk menguji realitas.
·         Tentukan apakah pasien berhalusinasi, karena ini akan memperkuat waham
1.    Secara cermat, tanyakan pasien tentang kenyataan yang terjadi dan arti dari kenyataan tersebut.
·         Bicarakan mengenai waham untuk mencoba membantu pasien melihat bahwa waham itu tidak benar.
·         Harap diingat, jika langkah ini dilakukan sebelum langkah sebelumnya selesai, hal ini dapat memperkuat waham.
1.    Diskusikan tentang waham dan konsekuensinya
·         Jika intensitas waham berkurang, diskusikan waham ketika pasien siap untuk mendiskusikannya.
·         Diskusikan konsekuensi waham.
·         Berikan kesempatan kepada klien untuk mengambil tanggungjawab dalam prilaku, aktivitas sehari-har, dan pengambilan keputusan.
·         Dorong tanggungjawab personal pasien dan partisipasinya dalam kesehatan dan penyembuhan.
1.    Tingkatkan distraksi sebagai cara untuk menghentikan fokus pasien pada waham
·          
o    Tingkatkan aktivitas yang membutuhkan perhatian pada keterampilan fisik dan dapat membantu klien menggunakan waktu secara konstruktif.
o    Kenali dan dorong aspek yang positik dari kepribadian klien.

Tidak ada komentar: