I. Pengertian.
Tumor atau karsinoma ini lebih sering mengenai laki-laki dengan perbandingan 2,7 : 1. Biasanya dijumpai sebagai tumor superficial dan pada umumnya belum disertai metastasis, namun rekurensinya tinggi. Merupakan tumor maligna kedua pada system genitourinary.
II. Etiologi.
Terjadinya tumor ini dihubungkan dengan kebiasaan merokok, pemakaian zat pemanis buatan, penggunaan siklofosfamid, trauma fisis sepeti infeksi, instrumentasi dan batu, kontak lama dengan zat kimia pewarna, bahan-bahan karet dan kulit. Zat karsinogen yang dipikirkan terdapat pada perokok adalah alfa dan beta naftilamin sedangkan pada industri adalah benzidin, beta-naftilamin dan 4-aminobefinil.
III. Jenis histology.
Jenis histology yang terbanyak adalah karsinoma sel transisional (90 %), sedangkan jenis lain yaitu karsinoma sel skuamosa (5-10%), mixed carcinoma (4-6 %), adenoma (<2%), undifferentiated carcinoma dan sangat jarang dijumpai adalah adenoma, tumor karsinoid, karsinosarkoma, melanoma, feokromositoma, limfoma, koriokarsinoma, hemangioma, sarcoma osteogenik dan miosarkoma. IV. Patofisiologi. Sel tumor transisional invasi ke dinding kandung kemih. Invasi ke lamina propia dan merusak otot sebelum masuk ke lemak perivesikal dan organ lain lainnya. Penyebaran secara hematogen atau limfatogenous menunjukkan metastasis tumor pada kelenjar limfe regional, paru, tulang dan hati. Stadium (staging) tumor kandung kemih penting untuk menentukan program pengobatan. Klasifikasiny adalah sebagai berikut :
Ta : tumor terbatas pada epithelium.
Tis : karsinoma in situ
T1 : tumor sampai dengan lapisan subepitelium.
T2 : tumor sampai dengan lapisan otot superficial.
T3a : tumor sampai dengan otot dalam
T3b : tumor sampai dengan lemak perivesika.
T4 : tumor sampai dengan jaringan di luar kandung kemih : prostate, uterus, vagina, dinding pelvis dan dinding abdomen.
V. Manifestasi klinis.
Keluhan yang paling utama adalah hematuri (85-90%) baik mikroskopis maupun makroskopis tanpa disertai rasa nyeri dan intermiten. Pada masa sebagian kecil pasien dapat dijumpai keluhan iritasi buli seperti frekuensi, urgensi dan disuria. Keluhan obstruksi juga dapat ditemukan bila tumor menyumbat muara uretra interna leher kandung kemih. Keluhan lanjut adalah nyeri tulang bila terjadi metastase ke tulang atau sakit pinggang bila metastasi retroperitoneal atau obstruksi ureter juga dapat ditemukan.
Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak dijumpai kelainan. Penebalan dinding kandung kemih atau terabanya massa tumor baru diodapatkan dengam perabaan bimanual.
VI. Pemeriksaan penunjang dan hasil.
1. Pemeriksaan laboratorium rutin.
Biasanya tidak ditemukan selain hematuri. Anemia bila ada perdarahan kronis atau pendesakan sel metastasi ke sumsum tulang, sedangkan uremia dapat dijumpai bila tumor menyumbat muara ureter baik karena obstruksi ataupun limfadenopati.
2. Pemeriksaan radiology.
Dilakukan foto polos abdomen, IVP dan foto thoraks.
3. Sistoskopi dan biopsy.
Pada persangkaan tumor kandung kemih maka pemeriksaan sistoskopi adalah mutlak dilakukan, bila perlu dilakukan CT-scan.
VII. Penatalaksanaan medis.
Pada pasien dengan tumor superficial hanya menjalani dengan pengobatan TUR (disertai atau tidak disetai kemoterapi intravesika), control sistoskopi berkala mutlak dilakukan. Sedangkan pasien yang menjalani pengobatan dengan sistektomi radikal dilakukan foto thoraks berkala.
Ringkasnya penatalaksanaan tegantung stadium tumor, yakni :
Tis : TUR diikuti imunoterapi/BCG intravesika.
Ta (single, tidak rekurens : TUR
Ta (ukuran besar, multiple, : TUR diikuti kemoterapi atau imunoterapi
rekurens intravesika
T1 : TUR diikuti kemoterapi/imunoterapi intra
vesika
T2-T4 : - sistektomi radikal
- kemoterapi neoajuvan diikuti sistektomi rad.
- sistektomi rad. diikuti kemoterapi ajuvan
- kemoterapi neoajuvan diikuti kemoterapi dan
radiasi secara bersamaan.
T apapun dengan N+, M+ : kemoterapi sistemik diikuti pembedahan atau
radiasi paliatif
Asuhan Keperawatan.
I. Pengkajian.
1. Hematuri : adanya darah dalam urine yang dapat dilihat di sertai nyeri atau disuria.
2. Gangguan pola BAK : frekuensi kurang dari 2 jam dan urgensi dengan atau tanpa inkontinensia.
3. Nyeri : panggul nyeri karena obstruksi ureter atau metastase retroperitoneal, nyeri tulang kronis karena metastase tulang.
4. Limfadenopati : pemebsaran kelenjar limfe pelvis.
5. Massa abdomen : hepatomegali.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan tumor kandung kemih atau ca buli dan reseksi intravesika atau kemoterapi.
2. Nyeri berhubungan dengan obstruksi urine dan metastasi retroperitoneal atau tulang.
3. Gangguan perfusi jaringan : perifer, kandung kemih berhubungan dengan kanker kandung kemih atau efek radioterapi.
4. Cemas berhubungan dengan prognosis tumor kandung kemih pada tahap lanjut.
III. Perencanaan Keperawatan.
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional
Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan tumor kandung kemih atau ca buli dan reseksi intravesika atau kemoterapi.
Pola eliminasi BAK kembali normal atau pasien mempertahankan pola BAK secara teratur, kandung kemih kosong dengan kriteria tidak ada nyeri iritasi saat BAK. 1. Jelaskan pada pasein bahwa urgensi atau frekuensi disebabkan oleh tumor kadnung kemih.
2. Anjurkan pasien mempertahankan intake cairan yang adekuat (1500 ml).
3. Atur dan ajarkan pasien pmberian obat analgesik atau antispasmodik, antikolinergi sesuai pesanan.
4. Ajarkan pasien untuk BAK sesuai jadwal (+ 2) jam.
5. Jelaskan pada pasien pengaturan kemoterapi intravesikal atau sistemik imunoterapi yang akan menyebabkan gejala iritasi saat BAK. Yakinkan bahwa efek ini bersifat transient. Tumor kandung kemih menyebabkan iritasi dinding vesika sehingga terjadi frekuensi dan urgensi serta inkontinensia.
Cairan menghilangkan gejala iritasi dengan mengeluarkan sedimen/endapan dari kandung kemih dan mengurangi bakteriuria
Analgesik mengurangi gejala iritasi kandung kemih yang tidak jelas dan antispasmodik mngurangi gejala iritasi saat BAK dan menghambat kontraksi kandung kemih yang tidak stabil.
Jadwal waktu BAK digunakan atau tanpa pengobatan aantispasmodik untuk mengosongkan kandung kemih sebelum volume kandung kemih mencapai ambang batas.
Kemoterapi intravesikal membunuh neoplastik dan beberapa sel normal menyebabkan dinding kandung kemih mengalami peradangan sehingga terjadi frekuensi, urgensi dan inkontinensia pada beberapa pasien.
Nyeri berhubungan dengan obstruksi urine dan metastasi retroperitoneal atau tulang.
Nyeri dapat hilang dengan kriteria melaporkan nyeri panggul hilang atau berkurang, foto rontgen tidak ada obstruksi, melaporkan nyeri tulang tidak ada. 1. Kaji nyeri : karakteristik, intensitas, lamanya dan faktor yang mempengaruhi dan menghilangkannya.
2. Persiapkan pasien untuk dilakukan reseksi tumor kandung kemih atau sistektomi sebagian atau radikal sesuai order.
3. Atur pemberian kemoterapai atau radioterapi sesuai order.
4. Atur dan ajarkan pasien pengaturan anlgesik atau narkotik untuk nyeri.
5. Beri kompres panas pada daerah yang tidak nyaman.
6. Gunakan terapi non farmakologis untuk menghilangkan nyeri seperti batasi pergerakan yang berlebihan dan posisi untuk meningkarkan kenyamaan. Nyeri panggul disebabkan oleh obstruksi yang terjadi pada satu sisi, nyeri tidak hilang dngan perubahan posisi atau istirahat.
Reseksi tumor kandung kemih menghilangkan nyeri pannggul karena sumber obstruksi dikeluarkan.
Kemoterapi atau radioteapi menghilangkan nyeri tulang dengan mengurangi atau menghilangkan tumor metastase. Terapi bisa menghilangkan nyeri panggul melalui atau dengan cara mengurangi ukuran tumor sehingga dengan begitu menghilangkan obstruksi.
Pemanasan lokal bisa menghilangkan ketidaknyamanan sehubungan dengan obstruksi.
Meningkatkan kenyamanan dan menghilangkan nyeri.
Gangguan perfusi jaringan : perifer, kandung kemih berhubungan dengan kanker kandung kemih atau efek radioterapi.
Hematuri hilang dengan kriteria tidak ada darah dalam urine pada urinalisis atau secara visual. 1. Ajarkan pasien memonitor urinenya dan segera lapor dokter atau perawat jika terjadi perdarahan yang berlebihan.
2. Ajarkan untuk membedakan urin yang mengandung darah yaitu berwarna pink dan darah segar yang berwarna merah terang.
3. Persiapkan pasien untuk dilakukan sistogram
4. Monitor pasien setelah dilakukan tindakan seperti hematuri, urine, Hb, Ht, dan tanda vital, persiapkan pasien untuk pemberian formalin 1-10 % secara intravesikal dibawah anastesi umum atau regional.
Hematuri bisa tejadi pada pasien dengan ca buli dan setelah TUR serta kemoterapi intravesikal.
Urine warna pink terjadi setelah kemoterapi atau reseksi, darah merah terang indikasi perdarahan yang berlebihan.
Sistogram untuk mendeteksi refluks vesika ureter.
Larutan formalin 1-10% dipersiapkan dari gas formalin 37 % dalam air steril.
Cemas berhubungan dengan prognosis tumor kandung kemih pada tahap lanjut.
Klien dapat mengurangi rasa cemasnya dengan kriteria rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif, menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
1. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.
2. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
3. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
4. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
5. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
6. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
7. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
8. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.
Dapat menurunkan kecemasan klien.
Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.
Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.
Tumor atau karsinoma ini lebih sering mengenai laki-laki dengan perbandingan 2,7 : 1. Biasanya dijumpai sebagai tumor superficial dan pada umumnya belum disertai metastasis, namun rekurensinya tinggi. Merupakan tumor maligna kedua pada system genitourinary.
II. Etiologi.
Terjadinya tumor ini dihubungkan dengan kebiasaan merokok, pemakaian zat pemanis buatan, penggunaan siklofosfamid, trauma fisis sepeti infeksi, instrumentasi dan batu, kontak lama dengan zat kimia pewarna, bahan-bahan karet dan kulit. Zat karsinogen yang dipikirkan terdapat pada perokok adalah alfa dan beta naftilamin sedangkan pada industri adalah benzidin, beta-naftilamin dan 4-aminobefinil.
III. Jenis histology.
Jenis histology yang terbanyak adalah karsinoma sel transisional (90 %), sedangkan jenis lain yaitu karsinoma sel skuamosa (5-10%), mixed carcinoma (4-6 %), adenoma (<2%), undifferentiated carcinoma dan sangat jarang dijumpai adalah adenoma, tumor karsinoid, karsinosarkoma, melanoma, feokromositoma, limfoma, koriokarsinoma, hemangioma, sarcoma osteogenik dan miosarkoma. IV. Patofisiologi. Sel tumor transisional invasi ke dinding kandung kemih. Invasi ke lamina propia dan merusak otot sebelum masuk ke lemak perivesikal dan organ lain lainnya. Penyebaran secara hematogen atau limfatogenous menunjukkan metastasis tumor pada kelenjar limfe regional, paru, tulang dan hati. Stadium (staging) tumor kandung kemih penting untuk menentukan program pengobatan. Klasifikasiny adalah sebagai berikut :
Ta : tumor terbatas pada epithelium.
Tis : karsinoma in situ
T1 : tumor sampai dengan lapisan subepitelium.
T2 : tumor sampai dengan lapisan otot superficial.
T3a : tumor sampai dengan otot dalam
T3b : tumor sampai dengan lemak perivesika.
T4 : tumor sampai dengan jaringan di luar kandung kemih : prostate, uterus, vagina, dinding pelvis dan dinding abdomen.
V. Manifestasi klinis.
Keluhan yang paling utama adalah hematuri (85-90%) baik mikroskopis maupun makroskopis tanpa disertai rasa nyeri dan intermiten. Pada masa sebagian kecil pasien dapat dijumpai keluhan iritasi buli seperti frekuensi, urgensi dan disuria. Keluhan obstruksi juga dapat ditemukan bila tumor menyumbat muara uretra interna leher kandung kemih. Keluhan lanjut adalah nyeri tulang bila terjadi metastase ke tulang atau sakit pinggang bila metastasi retroperitoneal atau obstruksi ureter juga dapat ditemukan.
Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak dijumpai kelainan. Penebalan dinding kandung kemih atau terabanya massa tumor baru diodapatkan dengam perabaan bimanual.
VI. Pemeriksaan penunjang dan hasil.
1. Pemeriksaan laboratorium rutin.
Biasanya tidak ditemukan selain hematuri. Anemia bila ada perdarahan kronis atau pendesakan sel metastasi ke sumsum tulang, sedangkan uremia dapat dijumpai bila tumor menyumbat muara ureter baik karena obstruksi ataupun limfadenopati.
2. Pemeriksaan radiology.
Dilakukan foto polos abdomen, IVP dan foto thoraks.
3. Sistoskopi dan biopsy.
Pada persangkaan tumor kandung kemih maka pemeriksaan sistoskopi adalah mutlak dilakukan, bila perlu dilakukan CT-scan.
VII. Penatalaksanaan medis.
Pada pasien dengan tumor superficial hanya menjalani dengan pengobatan TUR (disertai atau tidak disetai kemoterapi intravesika), control sistoskopi berkala mutlak dilakukan. Sedangkan pasien yang menjalani pengobatan dengan sistektomi radikal dilakukan foto thoraks berkala.
Ringkasnya penatalaksanaan tegantung stadium tumor, yakni :
Tis : TUR diikuti imunoterapi/BCG intravesika.
Ta (single, tidak rekurens : TUR
Ta (ukuran besar, multiple, : TUR diikuti kemoterapi atau imunoterapi
rekurens intravesika
T1 : TUR diikuti kemoterapi/imunoterapi intra
vesika
T2-T4 : - sistektomi radikal
- kemoterapi neoajuvan diikuti sistektomi rad.
- sistektomi rad. diikuti kemoterapi ajuvan
- kemoterapi neoajuvan diikuti kemoterapi dan
radiasi secara bersamaan.
T apapun dengan N+, M+ : kemoterapi sistemik diikuti pembedahan atau
radiasi paliatif
Asuhan Keperawatan.
I. Pengkajian.
1. Hematuri : adanya darah dalam urine yang dapat dilihat di sertai nyeri atau disuria.
2. Gangguan pola BAK : frekuensi kurang dari 2 jam dan urgensi dengan atau tanpa inkontinensia.
3. Nyeri : panggul nyeri karena obstruksi ureter atau metastase retroperitoneal, nyeri tulang kronis karena metastase tulang.
4. Limfadenopati : pemebsaran kelenjar limfe pelvis.
5. Massa abdomen : hepatomegali.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan tumor kandung kemih atau ca buli dan reseksi intravesika atau kemoterapi.
2. Nyeri berhubungan dengan obstruksi urine dan metastasi retroperitoneal atau tulang.
3. Gangguan perfusi jaringan : perifer, kandung kemih berhubungan dengan kanker kandung kemih atau efek radioterapi.
4. Cemas berhubungan dengan prognosis tumor kandung kemih pada tahap lanjut.
III. Perencanaan Keperawatan.
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional
Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan tumor kandung kemih atau ca buli dan reseksi intravesika atau kemoterapi.
Pola eliminasi BAK kembali normal atau pasien mempertahankan pola BAK secara teratur, kandung kemih kosong dengan kriteria tidak ada nyeri iritasi saat BAK. 1. Jelaskan pada pasein bahwa urgensi atau frekuensi disebabkan oleh tumor kadnung kemih.
2. Anjurkan pasien mempertahankan intake cairan yang adekuat (1500 ml).
3. Atur dan ajarkan pasien pmberian obat analgesik atau antispasmodik, antikolinergi sesuai pesanan.
4. Ajarkan pasien untuk BAK sesuai jadwal (+ 2) jam.
5. Jelaskan pada pasien pengaturan kemoterapi intravesikal atau sistemik imunoterapi yang akan menyebabkan gejala iritasi saat BAK. Yakinkan bahwa efek ini bersifat transient. Tumor kandung kemih menyebabkan iritasi dinding vesika sehingga terjadi frekuensi dan urgensi serta inkontinensia.
Cairan menghilangkan gejala iritasi dengan mengeluarkan sedimen/endapan dari kandung kemih dan mengurangi bakteriuria
Analgesik mengurangi gejala iritasi kandung kemih yang tidak jelas dan antispasmodik mngurangi gejala iritasi saat BAK dan menghambat kontraksi kandung kemih yang tidak stabil.
Jadwal waktu BAK digunakan atau tanpa pengobatan aantispasmodik untuk mengosongkan kandung kemih sebelum volume kandung kemih mencapai ambang batas.
Kemoterapi intravesikal membunuh neoplastik dan beberapa sel normal menyebabkan dinding kandung kemih mengalami peradangan sehingga terjadi frekuensi, urgensi dan inkontinensia pada beberapa pasien.
Nyeri berhubungan dengan obstruksi urine dan metastasi retroperitoneal atau tulang.
Nyeri dapat hilang dengan kriteria melaporkan nyeri panggul hilang atau berkurang, foto rontgen tidak ada obstruksi, melaporkan nyeri tulang tidak ada. 1. Kaji nyeri : karakteristik, intensitas, lamanya dan faktor yang mempengaruhi dan menghilangkannya.
2. Persiapkan pasien untuk dilakukan reseksi tumor kandung kemih atau sistektomi sebagian atau radikal sesuai order.
3. Atur pemberian kemoterapai atau radioterapi sesuai order.
4. Atur dan ajarkan pasien pengaturan anlgesik atau narkotik untuk nyeri.
5. Beri kompres panas pada daerah yang tidak nyaman.
6. Gunakan terapi non farmakologis untuk menghilangkan nyeri seperti batasi pergerakan yang berlebihan dan posisi untuk meningkarkan kenyamaan. Nyeri panggul disebabkan oleh obstruksi yang terjadi pada satu sisi, nyeri tidak hilang dngan perubahan posisi atau istirahat.
Reseksi tumor kandung kemih menghilangkan nyeri pannggul karena sumber obstruksi dikeluarkan.
Kemoterapi atau radioteapi menghilangkan nyeri tulang dengan mengurangi atau menghilangkan tumor metastase. Terapi bisa menghilangkan nyeri panggul melalui atau dengan cara mengurangi ukuran tumor sehingga dengan begitu menghilangkan obstruksi.
Pemanasan lokal bisa menghilangkan ketidaknyamanan sehubungan dengan obstruksi.
Meningkatkan kenyamanan dan menghilangkan nyeri.
Gangguan perfusi jaringan : perifer, kandung kemih berhubungan dengan kanker kandung kemih atau efek radioterapi.
Hematuri hilang dengan kriteria tidak ada darah dalam urine pada urinalisis atau secara visual. 1. Ajarkan pasien memonitor urinenya dan segera lapor dokter atau perawat jika terjadi perdarahan yang berlebihan.
2. Ajarkan untuk membedakan urin yang mengandung darah yaitu berwarna pink dan darah segar yang berwarna merah terang.
3. Persiapkan pasien untuk dilakukan sistogram
4. Monitor pasien setelah dilakukan tindakan seperti hematuri, urine, Hb, Ht, dan tanda vital, persiapkan pasien untuk pemberian formalin 1-10 % secara intravesikal dibawah anastesi umum atau regional.
Hematuri bisa tejadi pada pasien dengan ca buli dan setelah TUR serta kemoterapi intravesikal.
Urine warna pink terjadi setelah kemoterapi atau reseksi, darah merah terang indikasi perdarahan yang berlebihan.
Sistogram untuk mendeteksi refluks vesika ureter.
Larutan formalin 1-10% dipersiapkan dari gas formalin 37 % dalam air steril.
Cemas berhubungan dengan prognosis tumor kandung kemih pada tahap lanjut.
Klien dapat mengurangi rasa cemasnya dengan kriteria rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif, menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
1. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.
2. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
3. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
4. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
5. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
6. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
7. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
8. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.
Dapat menurunkan kecemasan klien.
Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.
Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar