Anatomi Fisiologi
Kelenjar proatat adalah suatu jaringan
fibromuskular dan kelenjar grandular yang melingkari urethra bagian proksimal
yang terdiri dari kelnjar majemuk, saluran-saluran dan otot polos terletak di
bawah kandung kemih dan melekat pada dinding kandung kemih dengan ukuran
panjang : 3-4 cm dan lebar : 4,4 cm, tebal : 2,6 cm dan sebesar biji kenari,
pembesaran pada prostat akan membendung uretra dan dapat menyebabkan retensi
urine, kelenjar prostat terdiri dari lobus posterior lateral, anterior dan
lobus medial, kelenjar prostat berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap
tekanan yang ada uretra dan vagina. Serta menambah cairan alkalis pada
cairan seminalis.
I. Konsep Dasar Penyakit
Benigna Prostat Hipertropi (BPH)
n
Pengertian
-
Adalah suatu pembesaran dari kelenjar prostat yang
disebabkan oleh bertambahnya sel-sel glanduler dan interstitial. Sehingga lebih
tepat disebut hiperplasia atau adenoma prostat.
-
Hipertropi prostat adalah pertumbuhan dari
nodula-nodula pibro adenomatosa majemuk dalam prostat jaringan hyperplastik
terdiri dari kelenjar stroma fibrosa yang jumlahnya berbeda-beda (Sylvia
Andersom Price, 1994).
-
Hypertropi prostat adalah hiperplasia dari kelenjar
periureter sehingga kelenjar ini mendesak kelenjar prosrat sehingga lama-lama
menjadi gepeng disebut sebagai kapsul prostat (Purnawan Junadi, 1982).
-
Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar
periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan
menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998).
-
Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah
pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa
atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler
yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD
dr. Sutomo, 1994 : 193).
n
Etiologi
Pada umumnya karena gangguan endokrin.
Disebabkan hormon Testosteron dapat
mempengaruhi pertumbuhan prostat sehingga dengan bertambahnya usia maka jumlah
hormon Testosteron akan berkurang.
Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi
belum diketahui secara pasti. Tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi
terjadinya Benigne Prostat Hypertropi yaitu testis dan usia lanjut.
Ada beberapa teori mengemukakan mengapa kelenjar
periurethral dapat mengalami hiperplasia, yaitu :
Teori Sel Stem (Isaacs 1984). Berdasarkan teori
ini jaringan prostat pada orang dewasa berada pada keseimbangan antara
pertumbuhan sel dan sel mati, keadaan ini disebut steady state. Pada jaringan
prostat terdapat sel stem yang dapat berproliferasi lebih cepat, sehingga
terjadi hiperplasia kelenjar periurethral.
Teori MC Neal (1978). Menurut MC. Neal, pembesaran
prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya sebelah proksimal dari
spincter eksterna pada kedua sisi veromontatum di zona periurethral.
Hasil riset :
-
Bagian
yang peka terhadap esterogen adalah bagian tengah.
-
Bagian
yang peka terhadap hormon androgen adalah bagian tepi dengan demikian pada orangtua
bagian tengahlah yang mengalami pembesaran hal ini disebabkan hormon
androgen menurun sedangkan hormon estrogen meningkat.
n
Manifestasi
klinik
-
Hilangnya
kekuatan pancaran saat miksi (bak tidak lampias)
-
Kesulitan
dalam mengosongkan kandung kemih.
-
Rasa
nyeri saat memulai miksi
-
Adanya
urine yang bercampur darah (hematuri).
Terdapat 4 macam derajat pembesaran kelenjar
prostat
1.
Derajat rectal
Digunakan
sebagai ukuran pembesaran kelenjar prostat kearah rectum.
pada rectal
toucher dikatakan normal jika batas atas teraba konsistensi elastis, dapat
digerakan, tidak nyeri bila ditekan & permukaannya rata.
Rectal Toucher pd BPH didpt batas atas teraba menonjol
> 1 cm, berat prostat diatas 35 gram.
Ukuran dari pembesaran
kelenjar prostat dapat menentukan derajat rectal yaitu :
1. Derajat O ukuran pmbsrnya
0-1 cm
2. Derajat 1 ukuran pmbsrnya
1-2 cm
3. Derajat 2 ukuran pmbsrnya
2-3 cm
4. Derajat 3 ukuran pmbsrnya
3-4 cm
5. Derajat 4 ukuran pmbsrnya
> 4 cm
2. Derajat klinik
Berdasarkan pada residual urine yg terjadi klien diminta untuk BAK sampai
selesai kemudian dilakukan kateterisasi.
Urine yang
keluar dari kateter dinamakan sisa urine atau residual urine,dengan rincian sbb
;
1. Normal sisa urine adl O
(nol)
2. Derajat 1 sisa urine 0-50
ml
3. Derajat 2 sisa urine 50-100
ml
4. Derajat 3 sisa urine
100-150 ml
5. Derajat 4
sisa urine telah terjadi retensi urine
total atau klien tdk dpt berkemih sama sekali.
3.
Derajat Intra Vesical
Derajat ini
bisa ditentukan dengan mempergunakan Foto Rontgen atau Cystogram Panendoscopy. Jika lobus medialis melewati muara uretra
maka berarti telah sampai pada stadium.
4. Derajat Intra Uretral
Dengan
menggunakan panendoscopy maka dapat dilihat sampai seberapa jauh lobus
lateralis menonjol keluar lumen uretra.
Gejala-gejala hyperthropy prostat pd masing-masing derajat atau stadium :
1. Stadium I
Klien mengeluh jika mengeluarkan urine tidak
lampias, pancaran urine lemah, terdapat
nokturia tapi sisa urine tidak ada.
2. Stadium II
-
Terdapat
sisa urine yang dapat menyebabkan infeksi
-
Nocturia
bertmbah
-
Kadang
hematuria
-
Pada cystoscopy
dinding kandung kemih terkesan tebal karena banyak terdapat trabekuli atau
otot
-
Vesika
urinaria mengalami hiperthropy.
3. Stadium III
-
Urine
mencapai 50-150 ml
-
Kemungkinan
sudah terjadi infeksi
-
Peningkatan
temperatur
-
Menggigil
-
Nyeri
area pinggang
-
Kemungkinan
terjadi pyelitis trabekulasi.
4.
Stadium IV
-
Pada stadium ini telah terjadi retensio urine total.
n
Pathofisiologi
Menurut Mansjoer
Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus
urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi
perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher
vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.
Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
Perubahan
yang terjadi akibat pembesaran kelenjar prostat menimbulkan gangguan aliran
urine dapat dilihat pada :
1. Perubahan sekunder pada kandung kemih yang terdiri dari 2 stadium
:
1) Stadium Dini
Sesuai dengan bertambahnya penyumbatan yang
disebabkan pembesaran kelenjar prostat – otot destrusor mengadakan kompensasi
berupa penebalan pada dinding kandung kemih – untuk mengadakan kontraksi yang
lebih kuat – karena sukar berkemih – sehinga klien harus mengedan jika akan
mengeluarkan urine – selanjutnya urine keluar menetets dan pancarannya lemah.
Karena adanya penebalan pd VU
(trabekulasi) dan adanya divertikulasi
Dapat terjadi hyperthropy trigonum dan
inter uteric ridge sehingga
terjadi reflux urine ke ureter
Menyebabkan infection karena sisa urine
2) Stadium Lanjut
Terjadi dekompensasi karena penebalan dari
dinding VU sehingga
sisa urine bertambah banyak dengan gejala
klinik semakin
menonjolretensi urine kronik
Tonus otot kandung kemih akan melemah dan
akhrnya terjadi
kelumpuhanpada otot detrusor dan spincter
uretra
Incontinensia urine/ urine menetes secara
periodik
2. Perubahan pada ureter &
ginjal
Dengan adanya hiperthropy dari trigonum inter uteric ridge dan peninggian
tekanan intra vesikal disertai adanya sisa urine bertambah banyak.
Terjadi aliran urine ke ureter/ adanya
refluk urine ke ureter
Terjadi bendungan sepanjang saluran urine
Akan terjadi uretro hidroneprosis yang lambat
laun akan terjadi
Gagal ginjal & uremia
3. Infeksi
Karena urine bertambah di dalam VU dalam
waktu cukup lama
Kemungkinan terjadi sistitis
Dapat terjadi lebih lanjut
Ureteritis dan pyelonefritis
n Komplikasi
·
Aterosclerosis
·
Infark
jantung
·
Impoten
·
Haemoragik
post operasi
·
Fistula
·
Striktur
pasca operasi & inconentia urine
n
Pemeriksaan
1.Rectal
toucher
Sebelumnya VU harus dikosongkan – spincter ani masih dapat menjepit jari,
tonus masih baik, mukosa rektum licin dan dapat digerakkan dari dasar. Periksa apakah
ada tumor,nyeri,raba kelenjar porostat: konsistensinya, bentuk,permukaan dapat
digerakkan atau tidak dari jaringan sekitar. Jika pada rectal toucher tidak ditemukan apa-apa tapi terdapat
gejala klinik hal ini dapat terjadi bila pembesaran prostat ke daerah kandung
kemih atau uretra.
2.
Pemeriksaan abdomen
Dapat dijumpai kelainan hypogastric atau suprapubic yaitu : adanya
tonjolan,teraba suatu massa,
tadapt nyeri tekan dan kadang-kadang ditemukan VU penuh.
3.
Pengukuran residual urine
Klien dimunta untuk berkemih smp
puas kemudian dilakukan kateterisasi.
4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Phenol Sulfo
Phatein (PSP test) : untuk mengetahui renal fungsi., setelah injection PSP
selama 30 menit. Normal jika PSP yang dikeluarkan urine +50%. Jika yang
dikeluarkan melalui urine hanya 25% mungkin terdapat sisa urine di VU atau terdapat
penurunan fungsi ginjal. Pada
BPH dengan infeksi ditemukan: leukosit dan bakteri.
5. Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan Blass Nier Overzincht (BNO) yang
ditemukan hanya komplikasi pada BPH yaitu berupa batu pada kandung kemih.
Pemeriksaan IVP dijumpai lekukan pada dasar
kandung kemih yang disebabkan karena desakan kelenjar prostat yang
membesar.
6. Pemeriksaan dengan alat cytoscopy atau
panendoscopy.
Dapat dilihat derajat
pembesaran kelenjar prostat & perubahan sekunder pada dinding VU, ex:
trabekulasi,divertikulasi,infeksi,batu atau tumor.
n
Penatalaksanaan
1.Non
operatif
-
Bila prostat
masih ringan dan stadium dini
-
Tidak
terdapat residual urine
-
Klien
dengan resiko infark miocard berat, decompensasi cordis berat à perbaiki KU
-
Jika
terjadi piuria berikan antibiotik sesuai kultur
-
Pemasangan
kateter : pada klien yang mengalami retensio urine akut dan pada klien yg tidak
dapat mengosongkan VU secara spontan, kateter dipasang terus menerus dan diganti
setiap hari.
-
Lakukan
cystostomy bila kateter tidak berhasil
2. Tindakan Operatif
-
Jika terdapt rresidual urine
-
VU berusaha dengan keras mengatasi bendungan sertas
adanya trabekulasi yang jelas
Prosedur operasi :
a. TUR ( Trans
Urethral Resection )
-
Menggunakan
Resectoscope yang dimasukan kedlm VU melalui urethra
-
Dilakukan
pada BPH yang kecil dengan berat: 35-50 gr serta pada klien yang tidak bisa
dilakukan open prostatectomy kasena KU jelek
-
Dengan
meresecsi lobus median dan satu lobus lateral à klien dapat bak dengan baik.
n
Keuntungan TUR
Nyeri
pasca bedah labih kecil bila dibandingkan open prosttectomy, tidak ada luka
bekas insisi.
n
Kerugian TUR
- Memerlukan uretra yang besar
-
Memerlukan waku yang lama untuk meresecsi prostat yang besar.
-
Komplikasi yang sering terjadi : incontinensia urine dan epididimitis.
b. Suprapubik Transversal Prostatectomy
- Tindakan operasi dengan melakukan
sayatan sectio alta menembus VU.
-
Bila berat prostat 40 gr atau >>> ; ada trabekulasi yg sngt besar,
prostat yang sangat besar
intravesikal.
- Dapat dikerjakan dengan mudah dan
cukup aman
- Bila terdapat batu, divertikel maka tumor bisa dioperasi sekaligus.
c. Retropubic Ekstravesikal
Prostatectomy
- Tindakan operasi ini dilakukan dg
sayatan sectio alta but tdk open kandung kemih.
-
Keuntungan: kandung kemih tidak mengalami sayatan.
d. Perineal prostatectomy
- Tindakan operasi dengan melakukan
sayatan melalui perineum, fossa ischiarectalis langsung ke
prostat.
- Komplikasi yang sering terjadi
kerusakan nervus pudeda sehingga menimbilkan recto urethral fistula
& infeksi.
II. Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Benigna Prostat Hipertropi
A. Pengkajian
1.Observasi
- hesistency pd saat memulai
berkemih
- aliran urine berkurang;
kekuatan dan ukuran
- ada tidaknya residual urine
- urgency
- nocturia
- disuria
- hematuria
- pegal-pegal pd pinggang (nyeri
pinggang & panggul)
- obstruksi pada leher kandung kemih shg cause
retensi dan urine akut
-
pembesaran prostat
2.
Pemeriksaan Test Diagnostik
-
urinalisa
-
urine culture,sensitivity test
-
serum creatinin
-
serum BUN
-
cystoscopy
-
radiologi
Data subyektif :
-
Pasien
mengeluh sakit pada luka insisi.
-
Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan
seksual.
-
Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan.
-
Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.
Data Obyektif :
-
Terdapat luka insisi
-
Takikardi
-
Gelisah
-
Tekanan darah meningkat
-
Ekspresi wajah ketakutan
-
Terpasang kateter
B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1.
Perubahan pola eliminasi urine Bd retensi urine (krn
pembesaran prostat)
2.
Gangguan rasa nyaman nyeri Bd retensi urine akut
3.
Resti infeksi Bd retensi urine dan terpasangnya kateter
4.
Kurang pengetahuan tentang penyakit, gejala dan
tanda-tanda yang harus dilaporka kepada dokter/perawat,perawatan dirumah dan
flow up nya Bd kurang informasi.
5.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme
otot spincter
6.
Kurang pengetahuan : tentang TUR-P berhubungan dengan
kurang informasi
7.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek
pembedahan
C. Intervensi
- Diagnosa Keperawatan : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien
mampu mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.
Kriteria
hasil :
- Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang.
- Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi
:
- Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 - 10)
- Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta penghilang nyeri.
- Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)
- Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah.
- Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen tegang)
- Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasi
- Lakukan perawatan aseptik terapeutik
- Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat.
- Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : Klien dapat menguraikan pantangan kegiatan serta
kebutuhan berobat lanjutan.
Kriteria hasil :
- Klien akan melakukan perubahan perilaku.
- Klien berpartisipasi dalam program pengobatan.
- Klien akan mengatakan pemahaman pada pantangan kegiatan dan kebutuhan berobat lanjutan.
Intervensi :
- Beri penjelasan untuk mencegah aktifitas berat selama 3-4 minggu.
- Beri penjelasan untuk mencegah mengedan waktu BAB selama 4-6 minggu; dan memakai pelumas tinja untuk laksatif sesuai kebutuhan.
- Pemasukan cairan sekurang–kurangnya 2500-3000 ml/hari.
- Anjurkan untuk berobat lanjutan pada dokter.
- Kosongkan kandung kemih apabila kandung kemih sudah penuh.
- Diagnosa Keperawatan : Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahan
Tujuan : Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi
Kriteria hasil
:
- Klien mampu beristirahat / tidur dalam waktu yang cukup.
- Klien mengungkapan sudah bisa tidur.
- Klien mampu menjelaskan faktor penghambat tidur.
Intervensi :
- Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur dan kemungkinan cara untuk menghindari.
Ciptakan suasana yang
mendukung, suasana tenang dengan mengurangi kebisingan.
- Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab gangguan tidur.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat mengurangi nyeri (analgesik).
Daftar Pustaka
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI (BPH)
Disusun
oleh :
Kelompok
IV
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA IV KMB
2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar