I. Latar Belakang
Serangan jantung biasanya
terjadi jika suatu sumbatan pada artery koroner menyebabkan terbatasnya atau
terputusnya ke suatu bagian dari jantung. Jika terputusnya atau berkurangnya
aliran darah berlangsung lebih dari beberapa menit, maka jaringan jantung akan
mati . Kemampuan memompa jantung secara langsung berhubungan dengan luas dan
lokasi kerusakan jaringan (infark). Jika lebih dari separuh jaringan jantung
mengalami kerusakan, biasanya jantung tidak dapat berfungsi dan kemungkinan
terjadi kematian. Bahkan walaupun kerusakannya tidak luas, jantung tidak mampu
memompa dengan baik, sehingga terjadi gagal jantung atau syok jantung yang
mengalami kerusakan jika membesar, dan sebagian merupakan usaha jantung untuk
mengkompensasi kemampuan untuk memompanya yang menurun.
II. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan
ini, diharapkan audiens dapat
mengerti dan memahami tentang Penyakit Jantung Koroner.
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan
ini audiens dapat :
1. Memahami pengertian MCI.
2. Mengetahui faktor – faktor
penyebab MCI.
3. Mengetahui tanda dan gejala
penyakit MCI.
4. Memahami dan mengetahui cara
pencegahan dari MCI.
5. Memahami dan mengetahui cara
pengobatan dari MCI.
III. Sasaran
Penyuluhan kesehatan mengenai MCI (Penyakit Jantung Koroner) dalam
hal ini ditujukan kepada masyarakat pada umumnya dan penderita khususnya.
Sasaran penyuluhan ini adalah pasien/penderita MCI di Ruang Jantung, RSUDAM
Bandar Lampung.
IV. Tempat dan Waktu
Hari/Tanggal : Senin, 13 Desember 2010
Tempat : Ruang
Jantung, RSUDAM Bandar Lampung
Waktu : 08.30 s/d Selesai
V. Materi
1. Pengertian MCI.
2. Faktor penyebab MCI.
3. Tanda dan gejala MCI.
4. Patofisiologi dari penyakit
MCI.
5. Jenis-jenis penyakit MCI.
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan
penunjang/diagnostik yang berhubungan dengan penyakit MCI.
8. Penatalaksanaan/pengobatan.
9. Cara pencegahan terhadap
penyakit MCI.
VI. Metode dan Teknik
1. Metode
Metode yang digunakan dalam
penyuluhan ini adalah :
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Demonstrasi penjelasan
tentang penyakit MCI.
2. Teknik
Teknik yang digunakan dalam
penyuluhan ini adalah :
a. Menyiapkan materi yang akan
disajikan.
b. Menjelaskan tujuan dari
pendidikan kesehatan yang dilakukan.
c. Menyajikan materi kemudian
melakukan diskusi dan tanya jawab.
d. Mendemonstrasikan
cara/langkah-langkah pencegahan terhadap penyakit MCI.
VII. Media
Alat peraga :
a. Leaflet
VIII. Strategi Pelaksanaan
1. Persiapan :
a. Survey karakter dan lokasi
sasaran.
b. Koordinasi dengan pihak ruangan,
pasien dan keluarga pasien.
c. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Pelaksanaan :
a. Melakukan ceramah tentang
penyakit MCI.
b. Tanya jawab.
c. Evaluasi : Tanya jawab
dengan audiens.
d. Penutup.
No
|
Kegiatan Penyuluhan
|
Kegiatan Audiens
|
Waktu
|
1.
|
Tahap pembukaan
1.1 Moderator membuka acara dan memberi salam.
1.2 Perkenalan.
1.3 Menjelaskan tujuan penyuluhan
1.4 Memberikan kesempatan bertanya
|
Menjawab salam ,mendengarkan, bertanya
Mendengar dan memperhatikan
Mendengar dan memperhatikan
Bertanya, mendengar dan memperhatikan
|
10 menit
|
2.
|
Tahap pelaksanaan
2.1 Menggalali pengetahuan audiens/keluarga tentang pengertian PJK
(Penyakit Jantung Koroner).
2.2 Memberikan reinforsemen positif.
2.3 Menjelaskan definisi dari MCI (Penyakit Jantung Koroner).
2.4 Menjelaskan faktor – faktor penyebab penyakit MCI.
2.5 Menjelaskan cara pencegahan terhadap penyakit MCI.
2.6 Menjelaskan cara pengobatan terhadap penyakit MCI.
2.8 Memberikan reinforsemen positif.
2.9 Memberikan kesempatan bertanya.
|
Menjawab pertanyaan, mendengar memberikan persepsi tentang PJK (Penyakit
Jantung Koroner), bertanya
Mendengar, memperhatikan
Mendengar, memperhatikan
Mendengar , memperhatikan
Mendengar , memperhatikan
Mendengar , memperhatikan
Mendengar, memperhatikan
Bertanya, mendengar dan memperhatikan
|
40 menit
|
3.
|
Tahap penutup
3.1 Penyaji menyimpulkan materi tentang
PJK (Penyakit Jantung Koroner).
3.2 Moderator menutup acara &
mengucapkan salam
|
Mendengar , memperhatikan dan dapat menyimpulkan materi
Mendengar , menjawab salam
|
5 menit
|
IX. Uraian Tugas
1. Tugas Moderator
a. Membuka acara.
b. Menjelaskan tujuan
penyuluhan dan mengatur jalannya acara penyuluhan.
c. Menutupkan acara.
2. Tugas Penyaji
a. Menggali pengetahuan
audiens/keluarga.
b. Menjelaskan pokok
bahasan penyuluhan.
c. Bertanya pada
audiens/keluarga.
d. Menyimpulkan materi.
3. Tugas Observer
Mengevaluasi jalannya penyuluhan.
4. Tugas Fasilitator
a. Memfasilitasi
jalanya penyuluhan.
b. Memberi motivasi
kepada audiens yang bertanya.
X. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Tempat dan alat tersedia
sesuai perencanaan.
b. Peran dan tugas penyuluh maupun
audiens sesuai perencanaan.
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan.
b. Audiens/keluarga mengikuti
penyuluhan dari awal sampai akhir.
c. Audiens/keluarga berperan
aktif selam penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
a. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan dapat menjelaskan
definisi MCI (Penyakit Jantung Koroner).
b. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan dapat menyebutkan
faktor – faktor penyebab penyakit MCI.
c. Minimal 60% audiens dapat mengikuti penyuluhan dan dapat menyebutkan
tanda dan gejala penyakit MCI.
d. Minimal 60% audiens dapat
mengikuti penyuluhan dan dapat menyebutkan cara mengatasi/pencegahan terhadap
penyakit MCI.
e. Minimal 60% audiens dapat
mengikuti penyuluhan dan dapat menyebutkan cara pengobatan penyakit MCI.
MIOCARD INFARK (MCI)
PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
I. Pengertian
a. Infark miokard akut atau sering juga disebut akut miokard infark
adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu (Suyono, 1999)
b. Infark Miokard Akut (IMA) adalah terjadinya nekrosis miokard yang
cepat disebabkan oleh karena ketidakseimbangan yang kritis antara aliran darah dan kebutuhan darah miokard. (M. Widiastuti
Samekto, 13 : 2001)
c. Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringanjantung akibat
suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. (Smetzler Suzanne C & Brenda G. Bare, 768 :
2002)
d. Infark myokardium merupakan blok
total yang mendadak dari arteri koroner besar atau cabang-cabangnya.
Lamanya kerusakan myocardial bervariasi dan bergantung kepada besar daerah yang
diperfusi oleh arteri yang tersumbat. Infark myocardium dapat berakibat
nekrosis karena parut atau fibrosis, dan mendatangkan kematian mendadak.
(Barbara C. Long, 568 : 1996)
e. Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi
yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).
f. Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat
suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. (Brunner
& Sudarth, 2002)
g. Infark miokard akut atau sering juga disebut akut miokard infark
adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. (Suyono,
1999)
Jadi, disimpulkan bahwa Akut Miokard
Infark (AMI) merupakan suatu keadaan dimana terjadi kerusakan atau kematian
otot jantung yang disebabkan oleh karena berkurangnya atau terhambatnya
aliran darah koroner secara tiba-tiba
sehingga kebutuhan oksigen meningkat tanpa disertai perfusi arteri koroner
yang cukup.
II. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam
garis besarnya dapat disebabkan oleh :
Faktor Pencetus
1. Arteriosklerosis
Adalah kondisi yang dikarakteristikan dengan adanya akumulasi abnormal dari substansi lemak dan jaringan fibrosis dalam dinding pembuluh darah.
2. Spasme pembuluh darah koroner
3. Penyumbatan/oklusi koroner
karena emboli/trombus.
Faktor Resiko
1. Tidak dapat dimodifikasi:
a). Herediter
b). Usia
c). Jenis Kelamin
d). Ras
2. Dapat dimodifikasi:
a). Lingkungan
b). Merokok
c). Hipertensi
d). Peningkatan serum
kolesterol.
e). Diabetus Mellitus (DM)
f). Obesitas
g). Aktifitas kurang
h). Stress
Menurut Kasuari, 2002 ada beberapa etiologi
/ penyebab terjadinya infark miokard akut yaitu :
1. Faktor
penyebab
a. Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
1). Faktor pembuluh darah :
a). Aterosklerosis.
b). Spasme
c). Arteritis
2). Faktor sirkulasi :
a). Hipotensi
b). Stenosos aorta
c). Insufisiensi
3). Faktor darah :
a). Anemia
b). Hipoksemia
c). Polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat
1). Aktifitas berlebihan
2). Emosi
3). Makan terlalu banyak
4). Hipertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
1). Kerusakan miokard
2). Hipertropi miokard
3). Hipertensi diastoli
2. Faktor predisposisi
a. Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
1). Usia lebih dari 40 tahun
2). Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah menopause
3). Hereditas
4). Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
b. Faktor resiko yang dapat diubah :
1). Mayor
a). Hiperlipidemia
b). Hipertensi
c). Merokok
d). Diabetes
e). Obesitas
f). Diet tinggi lemak jenuh, kalori
2). Minor
a). Inaktifitas fisik
b). Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
c). Stres psikologis berlebihan.
a. Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
1). Faktor pembuluh darah :
a). Aterosklerosis.
b). Spasme
c). Arteritis
2). Faktor sirkulasi :
a). Hipotensi
b). Stenosos aorta
c). Insufisiensi
3). Faktor darah :
a). Anemia
b). Hipoksemia
c). Polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat
1). Aktifitas berlebihan
2). Emosi
3). Makan terlalu banyak
4). Hipertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
1). Kerusakan miokard
2). Hipertropi miokard
3). Hipertensi diastoli
2. Faktor predisposisi
a. Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
1). Usia lebih dari 40 tahun
2). Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah menopause
3). Hereditas
4). Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
b. Faktor resiko yang dapat diubah :
1). Mayor
a). Hiperlipidemia
b). Hipertensi
c). Merokok
d). Diabetes
e). Obesitas
f). Diet tinggi lemak jenuh, kalori
2). Minor
a). Inaktifitas fisik
b). Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
c). Stres psikologis berlebihan.
III. Manifestasi Klinis
Keluhan
yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan,
ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan
(umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium. Nyeri
berlangsung lebih lama dari angina pectoris dan tak responsif terhadap
nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama pada pasien diabetes dan orang tua,
tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah,
sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope. Pasien sering
tampak ketakutan. Walaupun IMA dapat merupakan manifestasi pertama penyakit
jantung koroner namun bila anamnesis dilakukan teliti hal ini sering sebenarnya
sudah didahului keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak di dada atau
epigastrium. Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak
ada yang spesifik dan dapat normal. Dapat ditemui BJ yakni S2 yang pecah,
paradoksal dan irama gallop. Adanya krepitasi basal menunjukkan adanya
bendungan paru-paru. Takikardia, kulit yang pucat, dingin dan hipotensi
ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat, kadang-kadang ditemukan pulsasi
diskinetik yang tampak atau berada di dinding dada pada IMA inferior.
Tanda dan gejala infark miokard
( TRIAGE ) adalah :
1. Nyeri :
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak
mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini
merupakan gejala utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat
menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang
dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan
diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena neuropati yang
menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman
nyeri).
2. Laborat
2. Laborat
Pemeriksaan Enzim jantung :
a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,
memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
c. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam
24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari.
3. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan
simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi
kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
IV. Patofisiologi
Dua
jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik dan aritmia.
Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat akan memperlihatkan
penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, isi
sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir distolik ventrikel kiri.
Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri
juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama akan
menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru (gagal jantung).
Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebakan karena daerah infark, tetapi juga
daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan
kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergeik, untuk
mempertahankan curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan
oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang
bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila infark
kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal, pemburukan hemodinamik
akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan miokard yang harus berkompensasi
sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolik ventrikel
kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai akibat IMA sering terjadi
perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik
yang terkena infark maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan
remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan
timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis.
Bila IMA makin tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal
ini disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan.
Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk
jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi.
Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan atau
infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel,
regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik
jantung.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi
terutama pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini
disebabkan oleh perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan
kepekaaan terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap
terjadinya aritmia. Pasien IMA inferior umumnya mengalami peningkatan tonus
parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan
peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan
fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.
Bagan
Patofisiologi MCI
Gambar 1. Skema Patofisiologi MCI
V. Klasifikasi
a. Infark Transmural
Infark yang terjadi pada seluruh lapisan dinding ventrikel: anterior,
inferior, dan posterior. Pada lebih dari 90 % pasien AMI transmural berkaitan
dengan trombosis koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang mengalami
penyempitan arteriosklerotik. Penyebab lain lebih jarang ditemukan. Termasuk
disini misalnya perdarahan dalam plaque aterosklerotik dengan hematom
intramural, spasme yang umunya terjadi di tempat aterosklerotik dan emboli
koroner. AMI dapat terjadi walau pembuluh koroner normal, tetapi hal ini amat
jarang.
b. Infark subendokardial
Infark pada lapisan superfisial otot jantung. Daerah subendokardial
merupakan daerah miokard yang amat peka terhadap iskemia dan infark. AMI
subendokardial terjadi akibat aliran darah subendokardial yang relatif menurun
dalam waktu yang lama sebagai akibat perubahan derajat penyempitan arteri
koroner atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi, perdarahan dan
hipoksia. Derajat nekrosis dapat bertambah bila disertai peningkatan kebutuhan
oksigen miokard, misalnya akibat takikardia atau hipertrofi ventrikel. Walaupun
pada mulanya gambaran klinis dapat relatif ringan, kecenderungan iskemik dan
infark lebih jauh merupakan ancaman besar setelah pasien dipulangkan dari rumah
sakit.
VI. Komplikasi
Adapun komplikasi akibat dari
akut miokard infark, yaitu :
a. Edema paru akut
Terjadi peningkatan akhir diastole ventrikel kiri dan peningkatan tekanan
vena pulmonal sehingga meningkatkan tekanan hydrostatic yang mengakibatkan
cairan merembes keluar.
b. Gagal jantung
Karena ada kelainan otot jantung
menyebabkan menurunnya kontraktilitas, sehingga jantung tidak mampu
memompa darah dengan adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan
nutrisi.
c. Syok kardiogenik
Karena adanya kerusakan jantung
mengakibatkan penurunan curah jantung, sehingga menurunkan tekanan darah
arteri ke organ-organ vital. Adapun tand-tandanya tekanan darah rendah, nadi
cepat dan lemah, hypoxia, kulit dingin dan lembab.
d. Tromboemboli
Murangnya mobilitas pasien dengan sakit
jantung dan adanya gangguan sirkulasi yang menyertai kelainan ini berleran
dalam pembentukan thrombus intracardial dan intravesikular.
e. Disritmia
Gangguan irama jantung akibat penurunan oksigen ke jantung.
f. Rupture miokardium
Dapat terjadi bila terdapat infark miokardium, proses infeksi dan
disfungsi miokadium lain yang menyebabkan otot jantung melemah.
g. Efusi pericardial /
tamponade jantung
Masuknya cairan kedalam kantung
perikardium karena adanya perikarditis dan gagal jantung.
VII. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
1. EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung. Akan ditemukan gelombang T inverted, ST
depresi, Q patologis.
2. Enzim Jantung.
CPKMB, LDH, AST
3. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
misalnya hipokalemi, hiperkalemi.
4. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi.
5. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada hari ke-2 dan ke-3 setelah IMA , menunjukkan inflamasi.
6. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau
kronis
7. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
8. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai penyebab IMA.
9. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisma ventrikuler.
10. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
11. Pemeriksaan pencitraan nuklir
a. Talium : mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokard
misal lokasi atau luasnya AMI.
b. Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
12. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding
regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).
13. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi
ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI
kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
14. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup
ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan
darah.
15. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
VIII. Penatalaksanaan
Prinsip Umum Penatalaksanaan AMI,
yaitu:
1. Diagnosa
a. Berdasarkan riwayat penyakit dan keluhan/ tanda – tanda.
b. EKG awal tidak menentukan, hanya 24 – 60 % dari AMI ditemukan dengan
EKG awal yang menunjukkan luka akut ( Acute injury ).
2. Terapi Oksigen
a. Hipoksia menimbulkan metabolisme anaerob dan metabolik asidosis, yang
akan menurunkan efektifitas obat – obatan dan terapi elektrik ( DC shock ).
b. Pemberian oksigen menurunkan perluasan daerah iskemik.
c. Penolong harus siap dengan bantuan pernafasan bila diperlukan.
3. Monitor EKG
a. Harus segera dilaksanakan
b. Kejadian VF sangat tinggi pada beberapa jam pertama AMI. Penyebab
utama kematian beberapa jam pertama AMI adalah aritmia jantung 3. Elevasi
segmen ST > atau = 0,1 mV pada 2 atau lebih hantaran dari area yang
terserang ( anterior, lateral, inferior ), merupakan indikasi adanya serangan
miokard karena iskemia akut.
4. Akses
Intravena
a. Larutan fisiologis atau RL dengan jarum infus besar.
a. Larutan fisiologis atau RL dengan jarum infus besar.
b. Bila pada kejadian henti jantung, nafas tak ada, saluran infus
terpasang, maka vena cubiti anterior dan vena jugularis eksterna merupakan
pilihan pertama untuk dipasang aliran infuse.
5. Penghilang rasa sakit
a. Keuntungan
Menurunkan kegelisahan dan rasa sakit, dapat menurunkan tekanan darah dan
frekuensi denyut nadi, menurunkan kebutuhan O2, menurunkan resiko terjadinya
aritmia.
b. Terapi
b. Terapi
Preparat nitrat
: tablet di bawah lidah atau spray
Nitrogliserin IV untuk sakit dada iskemik berat dan tekanan darah > 100 mmHg
Morphin 9 jika nitrat tidak berhasil atau pada sakit dada berat dengan dosis kecil IV ( 1-3 mg ), diulang setiap 5 menit nitrasi sampai sakit dada hilang.
Nitrogliserin IV untuk sakit dada iskemik berat dan tekanan darah > 100 mmHg
Morphin 9 jika nitrat tidak berhasil atau pada sakit dada berat dengan dosis kecil IV ( 1-3 mg ), diulang setiap 5 menit nitrasi sampai sakit dada hilang.
c. Komplikasi
Hipotensi
Aritmia karena perfusi kurang pada miokard atau reperfusi. Penghilang
rasa sakit merupakan prioritas obat – obat yang diberikan.
6. Trombolitik
a. Penyumbatan koroner sangat sering disebabkan thrombosis.
b. Perlu diberikan segera oleh dokter yang mampu ALCS.
7. Limitasi Infark
Diltazen ( antagonis calsium ), Nitrogliserin IV, Beta blockers, Aspirin.
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1). Anti
aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas
1 A
Quinidine
adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah
berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide
untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmia yang menyertai
anastesi.
Dysopiramide
untuk SVT akut dan berulang
Kelas
1 B
Lignocain
untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine
untuk aritmia ventrikel dan VT
Kelas
1 C
Flecainide
untuk ventrikel ektopik dan takikardi.
2). Anti
aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol,
Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan
Hipertensi.
3). Anti
aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone,
indikasi VT, SVT berulang.
4).
Anti aritmia kelas 4(calcium channel blocker)
Verapamil,
indikasi supraventrikular aritmia.
Terapi medis:
1). Kardioversi
: mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia
yang
memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
2). Defibrilasi
: kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
3). Defibrilator
kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri
episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien
yang
resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4). Terapi
pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang
ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
IX. Pencegahan
Sedapat mungkin mengurangi
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit arteri koroner, terutama
yang dapat dirubah oleh penderita:
1). Berhenti merokok.
2). Menurunkan berat badan.
3). Mengendalikan tekanan darah.
4). Menurunkan kadar kolesterol darah dengan diet atau dengan obat.
5). Teratur minum obat.
6). Melakukan olah raga secara teratur.
7). Hindari stress.
DAFTAR PUSTAKA
<http://aripurwahyudi.com/modul-belajar/interaktif/serangan-jantung-infark-miokard/>
[diakses 11 Desember 2010]
<http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/infark-miokard/>
[diakses 11 Desember 2010]
<http://kmbbkp.blogspot.com/2010/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.html>
[diakses 11 Desember 2010]
<http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-infark-miokard-akut/>
[diakses 11 Desember 2010]
<http://perawatcardiovascular.wordpress.com/2010/11/28/asuhan-keperawatan-myocard- infarct-mci/> [diakses 11 Desember 2010]
<http://perawattegal.wordpress.com/2009/09/11/asuhan-keperawatan-infark-miokard- akut/> [diakses 11 Desember 2010]
<http://rentalhikari.wordpress.com/2009/11/05/ami-infark-miokard-akut/>
[diakses 11 Desember 2010]
<http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-infark.html>
[diakses 11 Desember 2010]
<http://www.lenterabiru.com/2009/01/acute-miocard-infark-ami.htm>
[diakses 11 Desember 2010]
<http://www.scribd.com/doc/39578840/Askep-Infark-Miokard-Akut>
[diakses 11 Desember 2010]
<http://118.98.220.106/senayan/index.php?p=fstream&fid=11434>
[diakses 11 Desember 2010]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar