BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pasien bedah
jantung mempunyai kebutuhan yang sama dengan pasien bedah lainnya. Pasien
seringkali harus menjalani perawatan RS sebelum dilakukan pembedahan. Kebutuhan
pasien harus diprioritaskan secara cermat.
Pasien dan
keluarga harus siap fisik dan mental sebelum menjalani operasi
OPERASI
JANTUNG
Ada 2
pendekatan dasar operasi jantung :
Operasi jantung terbuka
Operasi
jantung tertutup
Operasi
jantung terbuka diperlukan mesin.
Operasi
jantung untuk
memperbaiki
Cacat
kongenital
Mengganti/memperbaiki katup
Revaskularisasi
suplai arteri koronaria
Memperbaiki
aneurisma aortha
1.2
Tujuan
Tujuan Umum :
Meningkatkan
pemahaman tentang Asuhan Keperawatan Pre dan Post Operatif Sisttem
Kardiovaskuler.
Tujuan Khusus :
Adapun tujuan khusus dari
pembuatan makalah ini adalah :
1.
Agar mahasiswa memahami tentang cara
melakukan asuhan keperawatan pre operatif sistem kardiovaskuler.
2.
Agar mahasiswa memahami tentang cara
melakukan asuhan keperawatan post operatif sistem kardiovaskuler.
1.3
Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah
ini adalah mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pre dan post operatif
sistem kardiovaskuler yang akan dibahas
sehingga dapat mengaplikasikan dalam menerapkan asuhan keperawatan di lapangan nantinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sistem Kardiovaskuler terdiri dari darah,jantung dan
pembuluh darah. Jantung terletak di dalam mediastinum di rongga dada. 2/3
nya terletak di bagian kiri, 1/3 nya terletak di bagian kanan dari garis tengah
tubuh.Proyeksi jantung kanan secara visual pada permukaan anterior adalah
dibawah sternum dan tulang iga. Pada bagian permukaan inferior ( Apeks dan
batas kanan jantung) diatas diafragma. Batas jantung kanan (yang meluas
kebagian inferior dan basal) bertemu dengan paru kanan.
Batas jantung
kiri (yang meluas dari basal ke apeks) bertemu dengan paru kiri.Batas superior
jantung kanan terletak di intercostae ke-3 kira-kira 3 cm ke kanan dari garis
tengah. Garis yang menghubungkan kedua titik ini berkoresponden dengan basal
jantung.Batas inferior jantung kiri terletak di apeks di intercostae ke-5
kira-kira 9 cm ke kiri dari garis tengah. Batas inferior jantung kanan terletak
pada intercostae ke-6kira- kira 3 cm ke kanan dari garis tengah
Garis yang menghubungkan garis inferior kanan dan
kiri berkoresponden terhadap inferior surface jantungdan garis yang
menghubungkan inferior dan superior kanan berkoresponden ke border
jantung kanan.Berat jantung orang dewasa laki-laki 300-350gr, berat jantung
orang dewasa wanita 250-350 gr. Panjang jantung 12 cm, lebar 9 cm dan tebal 6
cm atau 4 gr/kg BB dari berat badan ideal.
2.2 Pengkajian
Keperawatan Pra Bedah
a. Data Subyektif
·
Pengertian
tentang bedah yang duanjurkan
1. Tempat
2. Bentuk
operasi yang harus dilakukan.
3. Informasi
dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah
di bedah.
4. Kegiatan
rutin sebelum operasi.
5.
Kegiatan rutin sesudah operasi.
6.
Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
·
Pengalaman
bedah terdahulu
1.
Bentuk, sifat, roentgen
2.
Jangka waktu
·
Kesiapan
Psikologis Menghadapi Bedah
1. Penghayatan-penghayatan dan
ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang dianjurkan.
2. Metode-metode penyesuaian yang
lazim.
3. Agama dan artinya bagi pasien.
4. Kepercayaan dan praktek budaya
terhadap bedah.
5. Keluarga dan sahabat dekat
Ø
Dapat dijangkau (jarak)
Ø
Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber
yang memberi bantuan.
6. Perubahan pola tidur
7. Peningkatan seringnya
berkemih.
·
Status
Fisiologi
1. Obat-obat yang dapat mempengaruhi
anaesthesi atau yang mendorong komplikasi-komplikasi pascabedah.
2. Berbagai alergi medikasi, sabun,
plester.
3. Penginderaan : kesukaran visi dan
pendengaran.
4. Nutrisi : intake gizi yang sempurna
(makanan, cairan) mual, anoreksia.
5. Motor : kesukaran ambulatori,
gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi yang terdahulu (penggantian
sendi, fusi spinal).
6. Alat prothesa : gigi, mata palsu,
dan ekstremitas.
7. Kesantaian : bisa tidur, terdapat
nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai terbebas dari nyeri setelah operasi.
1. Data Obyektif
1. Pola berbicara : mengulang-ulang
tema, perubahan topik tentang perasaan (cemas), kemampuan berbahasa Inggris.
2. Tingkat interaksi dengan orang lain.
3. Perilaku : gerakan tangan yang
hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk (cemas).
4. Tinggi dan berat badan.
5. Gejala vital.
6. Penginderaan : kemampuan penglihatan
dan pendengaran.
7. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah
atau bintik-bintik.
8. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan
selaput lendir.
9. Thorak : bunyi nafas (terdapat,
sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas dengan diafragma, bunyi jantung
(garis dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).
10. Ekstremitas : kekuatan otot
(terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum bedah vaskuler atau tubuh.
11. Kemampuan motor : adalah
keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat duduk, koordinasi waktu
berjalan.
· Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul
1.
Takut
2. Cemas
3. Resiko
infeksi
4. Resiko
injury
5. Kurang
pengetahuan
2.3 Pre Operatif
Perawatan
pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai
sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien
dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.
Persiapan
pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi
baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
a.
Persiapan
Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang
akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena :
1. Takut
akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.
2.
Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.
Penyuluhan merupakan fungsi penting
dari perawat pada fase pra bedah dan dapat mengurangi cemas pasien. Hal-hal
dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan kepada pasien pra bedah.
1.
Penjelasan tentang peristiwa
Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum
operasi :
a.
Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan
persiapan).
b.
Hal-hal yang rutin sebelum operasi.
c.
Alat-alat khusus yang diperlukan
d.
Pengiriman ke ruang bedah.
e.
Ruang pemulihan.
f.
Kemungkinan pengobatan-pengobatan
setelah operasi :
· Perlu peningkatan mobilitas sedini
mungkin.
· Perlu kebebasan saluran nafas.
· Antisipasi pengobatan.
3
Bernafas
dalam dan latihan batuk
4
Latihan
kaki
5
Mobilitas
6
Membantu
kenyamanan
b.
Persiapan
Fisiologi
1. Diet
8 jam menjelang operasi pasien tidak
diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum,
(puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum.
Pada pasien dengan anaesthesi lokal
atau spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi
akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain :
a.
Aspirasi pada saat pembedahan
b.
Mengotori meja operasi.
c.
Mengganggu jalannya operasi.
2.
Persiapan Perut.
Pemberian leuknol/lavement sebelum
operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal.
Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore
dan pagi hari menjelang operasi.
Maksud dari pemberian lavement
antara lain :
a.
Mencegah cidera kolon
b.
Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah
yang akan dioperasi.
c.
Mencegah konstipasi.
d.
Mencegah infeksi.
3.
Persiapan Kulit
Daerah yang akan dioperasi harus
bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu malam menjelang operasi.
Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari
daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-kurangnya
10-20 cm2.
4. Hasil Pemeriksaan
Meliputi hasil laboratorium, foto
roentgen, ECG, USG dan lain-lain.
5. Persetujuan
Operasi / Informed Consent
Izin tertulis dari pasien / keluarga
harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat yaitu suami /
istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat.
Pada kasus gawat darurat ahli bedah
mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari
pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat
kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.
c. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di
Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat OK)
1.
Mencegah
Cidera
Untuk melindungi pasien dari
kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal tersebut di bawah ini :
a. Cek daerah kulit / persiapan kulit
dan persiapan perut (lavement).
b. Cek gelang identitas / identifikasi
pasien.
c. Lepas tusuk konde dan wig dan tutup
kepala / peci.
d. Lepas perhiasan
e. Bersihkan cat kuku.
f. Kontak lensa harus dilepas dan
diamankan.
g. Protesa (gigi palsu, mata palsu)
harus dilepas.
h. Alat pendengaran boleh terpasang
bila pasien kurang / ada gangguan pendengaran.
i.
Kaus
kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap
tromboplebitis.
j.
Kandung
kencing harus sudah kosong.
k. Status pasien
beserta hasil-hasil pemeriksaan harus icek meliputi ;
1.
Catatan tentang persiapan kulit.
2.
Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).
3.
Pemberian premedikasi.
4.
Pengobatan rutin.
5.
Data antropometri (BB, TB)
6.
Informed Consent
7.
Pemeriksan laboratorium.
2.
Pemberian Obat premedikasi
Obat-obat pra anaesthesi diberikan
untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi dan untuk pengelolaan
anaesthesi. Sedative biasanya diberikan pada malam menjelang operasi agar
pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas.
2.4 Intra Operatif
Perawatan intra operatif dimulai
sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di transfer ke
wilayah ruang pemulihan.
1 . Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra
Operatif
Anggota tim asuhan pasien intra
operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan kategori kecil terdiri
dari anggota steril dan tidak steril :
A. Anggota steril
· Ahli bedah utama / operator
· Asisten ahli bedah.
· Scrub Nurse / Perawat Instrumen
B. Anggota tim yang tidak
steril, terdiri dari :
· Ahli atau pelaksana anaesthesi.
· Perawat sirkulasi
· Anggota lain (teknisi yang
mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).
2. Prinsip Tindakan
Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.
A.
Persiapan
Psikologis Pasien
B. Pengaturan
Posisi
· Posisi diberikan perawat akan
mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis
pasien.
· Faktor yang penting untuk
diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
1. Letak bagian tubuh yang akan
dioperasi.
2. Umur dan ukuran tubuh
pasien.
3. Tipe anaesthesia yang
digunakan.
4. Sakit
yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
·
Prinsip-prinsip
didalam pengaturan posisi pasien :
1. Atur posisi pasien dalam posisi yang
nyaman.
2. Sedapat mungkin jaga privasi pasien,
buka area yang akan dibedah dan kakinya ditutup dengan duk.
3. Amankan pasien diatas meja operasi
dengan lilitan sabuk yang baik yang biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf,
otot dan tulang dilindungi untuk menjaga kerusakan saraf dan jaringan.
4. Jaga pernafasan dan sirkulasi
vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan terjadinya pertukaran udara.
5. Hindari tekanan pada dada atau
bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat menyebabkan perlambatan sirkulasi
darah yang merupakan faktor predisposisi terjadinya thrombus.
6. Jangan ijinkan ekstremitas pasien
terayun diluar meja operasi karena hal ini dapat melemahkan sirkulasi dan
menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
7. Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan
pada otot pasien.
8. Yakinkan bahwa sirkulasi pasien
tidak berhenti ditangan atau di lengan.
9. Untuk posisi litotomi, naikkan dan
turunkan kedua ekstremitas bawah secara bersamaan untuk menjaga agar lutut
tidak mengalami dislokasi.
3. Pengkajian
A.
Sebelum
dilakukan operasi
·
Pengkajian
psikososial
- Perasaan takut / cemas
- Keadaan emosi pasien
·
Pengkajian
Fisik
- Tanda vital : TN, N, R,
Suhu.
·
Sistem Kardiovaskuler
-
Apakah ada gangguan pada sisitem cardio ?
-
Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?
-
Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.
-
Kebiasaan merokok, minum alcohol
-
Oedema
-
Irama dan frekuensi jantung.
-
Pucat
-
Pemeriksaan
Diagnostik
-
Kebanyakan
pasien yang disarankan untuk operasi akan menjalani evaluasi klinik lengkap
yang mencakup pemeriksaan invasif dan noninvasif.
-
Pemeriksaan
Nonivasif
-
Elektrokardiogram.Setelah
pengkajian fisik dan riwayat dilakukan
,elektrokardiogram (EKG)dalam keadaan istirahat dilakukan.Sekalipun EKG
istirahat dilakukan adalah normal pada pasien yang diduga menderita penyakit
arteri koroner,EKG latihan (uji stres) mungkin dilakukan karena perubahan
segmen ST yang menandakan iskemia miokardium seringkali tampak hanya selama
atau sesudah latihan.
-
Rontgenografi Dada
-
Pencritraan
radionuklida dilakukan untuk memberi gambaran gerakan dinding dan aliran darah
melalui jantung dan mengukur fungsi.
-
Pemeriksaan
Invasif
-
Kateterisasi
jantung masih Rontgenografi dada
memberikan informasi tentang ukuran rongga jantung, aorta thoracica, dan
vaskulatur paru, serta adanya kalsium dikatup, perikardium, arteri koronaria,
dan aorta.
-
Ekokardiografi
-
Ekokardiografi
adalah uji nonivasif yang mengevaluasi struktur dan fungsi jantung dengan
mentransmisikan gelombang suara ke jantung dan mengukur gelombang suara yang di
pantulkan kembali ke transduser.
-
Pencritraan
radionuklida
-
merupakan
standar emas dalam memberikan informasi yang paling pasti tentang luas dan
lokasi penyakit jantung iskemik,penyakit katup jantung,dan penyakit jantung
kongenital.
-
Pemeriksaan
Laboratorium
-
Uji
laboratorium digunakan untuk mengkaji berbagai fungsi sistem organ. Uji
hematologi mengukur hemoglobin,hematokrit,dan hitung sel darah putih dan
trombosit dan memberikan informasi tentang fungsi dan kapasitas pembawa oksigen
darah.
B.
Selama
dilaksanakannya operasi
Hal-hal yang dikaji selama
dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi total adalah yang
bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal
ditambah dengan pengkajian psikososial.
Secara garis besar hal-hal yang
perlu dikaji adalah :
a. Pengkajian
mental
Bila pasien diberi anaesthesi lokal
dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur
yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak
cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
b. Pengkajian fisik
·
Tanda-tanda
vital
(Bila terjadi ketidaknormalan
tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus memberitahukan ketidaknormalan
tersebut kepada ahli bedah).
·
Transfusi
(Monitor flabot transfusi sudah
habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti dan juga dilakukan observasi
jalannya aliran transfusi).
·
Infus
(Monitor flabot infuse sudah habis
apa belum. Bila hampir habis harus segera diganti dan juga dilakukan observasi
jalannya aliran infuse).
·
Pengeluaran
urin
Normalnya pasien akan mengeluarkan
urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.
C.
Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin
sering muncul pada pasien selama pelaksanaan operasi adalah sebagai berikut :
- Cemas
- Resiko perlukaan/injury
- Resiko penurunan volume cairan tubuh
- Resiko infeksi
- Kerusakan integritas kulit
D. Fase Pasca Anaesthesi
Periode segera sesudah anaesthesi
adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan harus mendapat bantuan fisik
dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anaesthesi mulai
berkurang dan kondisi umum mulai stabil.
Banyaknya asuhan keperawatan yang
dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi tergantung kepada prosedur
bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :
1.
Mempertahankan
ventilasi pulmonari
· Berikan posisi miring atau setengah
telungkup dengan kepala tengadah kebelakang dan rahang didorong ke depan pada
pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih.
· Saluran nafas buatan.
· Saluran nafas pada orofaring
biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi umum untuk mempertahankan
saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih. Bila pasien
tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan
suction.
· Terapi oksigen
· O2 sering diberikan pada
pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan lyphokhemia. Selain
pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien
sadar.
2.
Mempertahankan
sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah
merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi pada pasien post
anaesthesi.
Pemantauan tanda vital dilakukan
tiap 15 menit sekali selama pasien berada di ruang pemulihan.
3.
Mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
Pemberian infus merupakan usaha
pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Monitor cairan per infus sangat
penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan pencegah kelebihan cairan.
Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.
4.
Mempertahankan keamanan dan kenyamanan
Pasien post operasi atau post
anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang pengaman sampai pasien sadar
betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat
tekanan kepada saraf otot dan persendian.
Obat analgesik dapat diberikan pada
pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan program dokter.
Pada pasien yang mulai sadar,
memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak merasa sendirian.
Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa
yang sedang dilakukan.
E. Perawatan Pasien Di Ruang
Pemulihan/Recovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang
hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka
dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang pemulihan :
1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan
kepala dimiringkan pada pasien dengan pembiusan umum, sedang pada pasein dengan
anaesthesi regional posisi semi fowler.
2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital : TN, Nadi,
respirasi / 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan
trakhea.
5. Beri O2 2,3 liter
sesuai program.
6. Observasi adanya muntah.
7. Catat intake dan out put cairan.
Beberapa petunjuk tentang keadaan
yang memungkinkan terjadinya situasi krisis
·
Tekanan sistolik < 90 –100
mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik < 50 mmHg atau > dari 90 mmHg.
·
HR kurang dari 60 x menit > 10
x/menit
·
Suhu > 38,3 o C atau
kurang dari 35 o C.
·
Meningkatnya kegelisahan pasien
·
Tidak BAK + 8 jam post operasi.
Pengeluaran dari ruang pemulihan /
Recovery Room
Kriteria umum yang digunakan dalam
mengevaluasi pasien :
1. Pasien harus pulih
dari efek anaesthesi.
2. Tanda-tanda vital
harus stabil.
3. Tidak ada drainage
yang berlebihan dari tubuh.
4. Efek fisiologis dari
obat bius harus stabil.
5. Pasien harus
sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.
6. Urine yang
keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan dilaporkan.
7. Semua pesan
harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.
8. Jika keadaan
pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran pasien
tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien akan
dipindahkan.
9. Staf dari unit
dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan menerima pasien tersebut.
10. Pengangkutan Pasien keruangan
Hal-hal yang harus diperhatikan
selama membawa pasien ke ruangan antara lain :
1.
Keadaan penderita serta order dokter.
2.
Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
3.
Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk
menjaga bila muntah sewaktu-waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila
ada perubahan sewaktu-waktu terlihat.
2.5 Post Operasi
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan
intra operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan /
pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya
Perawatan post
operasi
¨ Periode post
operasi
Tantangan bagi
team asuhan keperawatan dan team yang lain
¨ Setelah
operasi pasien dipindahkan ke ICU.
¨
Informasi khusus mengenai
- Tindakan operasi yg dilakukan
- Kejadian penting
- Alat yg terpasang
Harus
dikomunikasikan
Monitoring post
0perasi
¨ Stastus
neorologi : GCS. Ukuran pupil, reflek cahaya, kekuatan otot.
¨ Status jantung
: HR, BP, CVP, LAP,PAWP.
¨ Status
respirasi : RR, gerakan dada, suara napas, penentuan setting Mekanical
ventilation,SaO2, analisa gas darah.
¨ Status
fungsi ginjal : urine out put, berat jenis, osmolaritasnya.
¨ Status
cairan dan elektrolit: asupan, haluaran,
¨ Status
nyeri : sifat, lokasi, durasi, respon analgetik.
Intervensi post
operasi
Meliputi :
1. Monitoring tanda- tanda vital dan curah jantung.
2. Monitoring ggn pertukaran gas
3. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Memantau respon nyeri post operasi.
5. Memantau adanya tanda-tanda perdarahan,
6. Menjaga suhu pasien tetap normal.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dengan mempelajari asuhan keperawatan pre, intra dan post
operasi sistem kardiovaskuler kita dapat mengetahui bagaimana syarat-syarat dan
tahapan yang diperlukan seseorang sebelum melakukan ataupun sesudah melakukan
prosedur operasi sistem kardiovaskuler.
3.2
Saran
Dengan
terselesaikannya makalah Keperawatan Medikal Bedah tentang Asuhan Keperawatan
Pre, Intra dan Post Opeerasi Sistem Kardiovaskuler ini diharapkan mahasiswa
dapat melaksanakan asuhan keperawatan perioperatif yang sesuai dengan prosedur
yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar