BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi
adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2)
kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil
sisa oksidasi.
1.2 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui
Definisi Oksigenasi
2. Untuk Mengetahui
Sistem Penapasan
3. Untuk Mengetahui
anatomi Paru
4. Untuk Mengetahui
Saluran Napas
5. Untuk Mengetahui
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
1.3 MANFAAT
1. Agar
Mahasiswa dapat memahami tentang oksigenasi
2. Mahasiswa
memahami konsep oksigenasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Oksigen
(O2) adalah satu
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup
udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta
menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi.
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi
(pernafasan), kardiovaskuler dan hematology.
2.2 SISTEM
PERNAFASAN
Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran
gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada,
otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat
pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per
menit. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan
difusi.
1). Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari
dan paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot
paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan yang utuh. Otot pernapasan
inspirasi utama adalah diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh saraf frenik,
yang keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya
perbedaan tekanan udara antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada
inspirasi tekanan intrapleural lebih negative (725 mmHg) daripada tekanan
atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk ke alveoli.
Kepatenan Ventilasi terganutung pada faktor :
- Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.
- Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan
- Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
- Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa, internal interkosa, otot abdominal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2). Perfusi Paru
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati
sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah
deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan
jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses
pertukaan oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi
paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan
dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga digunakan jika
sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau tekanan darah sistemik.
3). Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam
alveoli ke dalam aliran darah dan karbon dioksida (CO2) terus
berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi
adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area
konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan
membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan
mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di
alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60
mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan
CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada
alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
2.3 SALURAN NAPAS
2.3.1 Saluran Nafas Atas
1. Hidung
• Terdiri atas bagian eksternal dan internal
• Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
• Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
• Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
• Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
• Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
• Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
• Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia
2. Faring
• Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring
• Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring)
• Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif
3. Laring
• Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea
• Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adam’s apple)
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid)
- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring)
• Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
• Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batu
4. Trakea
• Disebut juga batang tenggorok
• Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
2.3.2 Saluran Nafas Bawah
1. Bronkus
• Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
• Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
• Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
• Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2.3.1 Saluran Nafas Atas
1. Hidung
• Terdiri atas bagian eksternal dan internal
• Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
• Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
• Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
• Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
• Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
• Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
• Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia
2. Faring
• Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring
• Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring)
• Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif
3. Laring
• Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea
• Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adam’s apple)
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid)
- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring)
• Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
• Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batu
4. Trakea
• Disebut juga batang tenggorok
• Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
2.3.2 Saluran Nafas Bawah
1. Bronkus
• Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
• Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
• Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
• Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2. Bronkiolus
• Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
• Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis
• Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
• Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
4. Bronkiolus respiratori
• Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
• Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas
• Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
• Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas
5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
• Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
• Dan kemudian menjadi alveoli
6. Alveoli
• Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
• Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
• Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
7.Paru
• Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
• Terletak dalam rongga dada atau toraks
• Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar
• Setiap paru mempunyai apeks dan basis
• Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
• Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
• Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya
8.Pluera
• Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
• Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
• Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
7.Paru
• Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
• Terletak dalam rongga dada atau toraks
• Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar
• Setiap paru mempunyai apeks dan basis
• Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
• Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
• Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya
8.Pluera
• Merupakan lapisan tipis yang
mengandung kolagen dan jaringan elastis
• Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru-paru
• Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
• Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru
• Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru-paru
• Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
• Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru
2.4 ANATOMI PARU
Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari
gelembung-gelembung udara atau alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2
bagian, yaitu :
- Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior, lobus media, dan lobus inferior.
- Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior. (Syaifuddin, 1997).
- Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut Vestibula, dan di sini membrane pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang pipih.
Dari Vestibula berjalan beberapa
Infundibula dan di dalam dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. Kantong
udara atau Alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan
di sinilah darah hamper langsung bersentuhan dengan udara hingga suatu jaringan
pembuluh darah kapiler mengitari Alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.
(Evelyn C. P, 2002)
2.5 SISTEM KARDIOVASKULER
a. Struktur dan letak jantung
Jantung terbagi
oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan. Setiap
belahan kemudian dibagi menjadi dua ruang, pada bagian di atas disebut “atrium”
dan bagian bawah disebut “ventrikel”. Pada masing-masing belahan terdapat
satu atrium
dan satu ventrikel. Atrium dan ventrikel dihubungkan oleh lubang yang terdapat
katup, pada bagian sebelah kanan disebut katup (valvula) trikuspidalis dan pada bagian sebelah
kiri disebut katub mitral atau katub bikuspidalis. (Pearce, 1999)
Jantung terbungkus oleh membran
yang disebut perikardium. Membran ini terdiri atas dua lapisan dalam dan luar.
Lapisan dalam disebut perikardium viseralis (membran serus yang lekat sekali
pada jantungnya) dan lapisan luar disebut perikardium parentalis (lapisan yang
membungkus jantung sebagai kantong longgar). Keduanya dipisahkan oleh cairan
pelumas yaitu cairan serus yang berfungsi mengurangi gesekan pada gerakan
memompa dari jantung itu sendiri.
Jantung terdiri dari tiga lapisan,
antara lain: epikardium (luar), miokardium (otot), endokardium (lapisan
dalam/endotel).
Jantung berfungsi
sebagai pemompa darah dari pembuluh vena ke dalam sirkulasi pulpomal paru-paru
vena, vena pulmonalis, atrium kiri, lewat katup mitral, ventrikel kiri, katup
aorta, arteri, arteriola, kapiler, venula, vena, vena cava inferior, dan
kembali ke atrium kanan yang disebut “sirkulasi sistematik”, sedangkan aliran
darah dari atrium kanan masuk lewat katup trikuspidalis, sirkulasi paru-paru
yang disebut “sirkulasi pulmonalis”.
Gangguan aliran
dalam jantung mengakibatkan oksigenasi tidak adekuat, darah arteri dan vena
tercampur yang mengakibatkan perfusi sel-sel berkurang. Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu
kontraksi (systole) dan relaksasi (diastole). Kontraksi kedua atrium
terjadi serentak disebut systole atrial dan relaksasi atrium disebut diastole
atrial, demikian pula untuk kontraksi ventrikel disebut systole ventrikel dan
relaksasi ventrikel disebut diastole ventrikel. Kontraksi ventrikel lamanya 0,3
detik dan relaksasi lamanya 0,5 detik. Kontraksi kedua atrium pendek sedangkan
kontraksi ventrikel lebih lama dan kuat.
Daya pompa jantung pada organ yang
sedang istirahat berdebar sekitar 70 kali/menit dan memompa 70 ml setiap
denyutan. Dengan demikian jumlah darah yang dipompa setiap menit sekitar 5
liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan denyut jantung dapat mencapai 150
kali/menit, sehingga daya pompa jantung adalah 20-25 liter/menit. (Evelya C.
Pearce, 2002).
2.6 HEMATOLOGI
Oksigen
membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari
jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang
telah berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3% oksigen larut dalam plasma.
Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari
keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen
membentuk oksihemoglobin (HbO2). Reaksi pengikatan Hb dengan O2 dipengaruhi
oleh suhu, Ph, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah.
Dengan demikian besarnya Hemoglobin
(Hb) dan jumlah eritrosit akan mempengaruhi transport gas.
2.7 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN
2.7.1 Faktor
Fisiologi
1. Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti anemia
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran
napas bagian atas
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2
terganggu
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka
dan lain-lain.
5. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan,
obersitas, musculus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC
paru
2.7.2 Faktor
Perkembangan
1. Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2. Bayi dan toodler :
adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut
3. Anak usia sekolah dan remaja , resiko saluran pernafasan dan merokok
4. Dewasa muda dan pertenggahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun
2.7.3 Faktor
Prilaku
1. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,
gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
terlalu tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
2. Exercise
(olahraga berlebih) : Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen
3. Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner
4. Substance abuse (alkohol dan obat-obatan) :
menyebabkan intake nutrisi (Fe)
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depesi
pusat pernafasan
5. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat
2.7.4 Faktor
Lingkungan
1. Tempat kerja (polusi)
2. Suhu lingkungan
3. Ketinggian tempat dari permukaan laut
2.8 PERUBAHAN
FUNGSI JANTUNG
Perubahan-perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
adalah sebagai berikut :
1. Gangguan Konduksi
Gangguan konduksi (hantaran) seperti distritmia (takikardia/bradikardia)
2. Perubahan Cardiac Output (Curah
Jantung)
Menurunnya cardiac output seperti pada pasien dekom menimbulkan hipoksia
Jaringan.
3. Kerusakan fungsi katub seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi
darah yang
mengakibatkan vetrikel bekerja lebih keras.
4. Myocardial iskhemial infrark
mengakibatkan kekurangan pasokan darah dari
arteri koroner ke miokardium.
2.9 PERUBAHAN
FUNGSI PERNAFASAN
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam
paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat
disebabkan karena :
- Kecemasan
- infeksi / sepsis
- Keracunan obat-obatan
- Kertidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolik
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek,
nyeri dada (chest pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2
dengan cukup, biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdistritma, ketidakseimbangan
elektrolit, kejang, dan kardiak arrest.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2
yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat
seluler.
Hipoksia dapat disebabkan oleh :
- Menurunya hemoglobin
- Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung
- Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti keracunan sianida
- Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia
- Menurunnya perfusi jaringan seperti syok
- Kerusakan / gangguan ventilasi
Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelehan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam, sianosis dan
clubbing.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel-sel tubuh. Oksigenasi
adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan Karbondioksida (CO2)
sebagai hasil sisa oksidasi.
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi
(pernafasan), kardiovaskuler dan hematology.
Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan
sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan,
diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada
keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3 langkah
dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.
3.2 Saran
Disadari oleh
penulis bahwa makalah yang telah disusun oleh penilis yang berjudul ’’
Oksigenasi” masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran terhadap makalah yang bersifat membangun agar makalah yang dibuat dapat
menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain masyarakat paa umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Tarwoto, Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta
: Salemba Mardika tahun 2006.
Hidayat, Aziz Alimul. Pengantar Konsep Dasar
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta
: Salemba Mardika 2007
Perry, Potter. Fundamental of nursing Edisi 4.
Volume 1 & 2. Jakarta
: EGC. 1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar