I.
Kasus (Masalah Utama)
Perubahan sensori
perseptual : halusinasi.
II.
Proses Terjadinya Masalah
1.
Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah
gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart & Sundenn, 1998).
Halusinasi adalah
persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera seorang pasien yang
terjadi dalam keadaan sadar/terbangun. (Maramis, hal 119)
Halusinasi yaitu
gangguan persepsi (proses penyerapan) pada panca indera tanpa adanya rangsangan
dari luar pada pasien dalam keadaan sadar.
Tanda
dan gejala :
·
Bicara, senyum dan tertawa sendiri
·
Menarik diri dan menghindar dari orang
lain
·
Tidak dapat membedakan antara keadaan
nyata dan tidak nyata
·
Tidak dapat memusatkan perhatian
·
Curiga, bermusuhan, merusak (diri
sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
·
Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
(Budi Anna Keliat, 1999)
2.
Penyebab dari Halusinasi
Salah
satu penyebab dari Perubahan sensori perseptual : halusinasi yaitu isolasi
social : menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
(Rawlins,1993).
Tanda
dan Gejala :
§ Apatis,
ekspresi sedih, afek tumpul
§ Menghindar
dari orang lain (menyendiri)
§ Komunikasi
kurang/ tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/ perawat
§ Tidak
ada kontak mata, klien sering menunduk
§ Berdiam
diri di kamar/ klien kurang mobilitas
§ Menolak
berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap
§ Tidak/
jarang melakukan kegiatan sehari-hari.
(Budi Anna Keliat, 1998)
3.
Akibat dari Halusinasi
Pasien
yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
Tanda dan Gejala :
·
Memperlihatkan permusuhan
·
Mendekati orang lain dengan ancaman
·
Memberikan kata-kata ancaman dengan
rencana melukai
·
Menyentuh orang lain dengan cara yang
menakutkan
·
Mempunyai rencana untuk melukai
III.
Pohon Masalah
Risiko
mencederai diri
, orang lain dan lingkungan
Perubahan sensori perseptual: halusinasi
Isolasi sosial : menarik diri
IV.
Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu
Dikaji
1.
Masalah keperawatan
1.
Risiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
2.
Perubahan sensori perseptual :
halusinasi
3.
Isolasi sosial : menarik diri
2.
Data yang perlu dikaji
1.
Risiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
1.
Data subjektif
Klien mengatakan
marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau
mengacak-acak lingkungannya.
2.
Data objektif
Klien mengamuk,
merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada
orang-orang disekitarnya.
1.
Perubahan sensori perseptual :
halusinasi
1.
Data Subjektif
·
Klien mengatakan mendengar bunyi yang
tidak berhubungan dengan stimulus nyata.
·
Klien mengatakan melihat gambaran tanpa
ada stimulus yang nyata.
·
Klien mengatakan mencium bau tanpa
stimulus.
·
Klien merasa makan sesuatu.
·
Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
·
Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar
yang dilihat dan didengar.
·
Klien ingin memukul/ melempar
barang-barang.
2.
Data Objektif
·
Klien berbicar dan tertawa sendiri.
·
Klien bersikap seperti mendengar/melihat
sesuatu.
·
Klien berhenti bicara ditengah kalimat
untuk mendengarkan sesuatu.
·
Disorientasi.
1.
Isolasi sosial : menarik diri
1.
Data Subjektif
·
Klien mengungkapkan tidak berdaya dan
tidak ingin hidup lagi
·
Klien mengungkapkan enggan berbicara
dengan orang lain
·
Klien malu bertemu dan berhadapan dengan
orang lain.
1.
Data Objektif
·
Klien terlihat lebih suka sendiri
·
Bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan
·
Ingin mencederai diri/ingin mengakhiri
hidup
V.
Diagnosa Keperawatan
1.
Risiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan perubahan sensori perseptual : halusinasi.
2.
Perubahan sensori perseptual : halusinasi
berhubungan dengan menarik diri.
VI.
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
1: Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perubahan sensori perseptual : halusinasi.
1.
Tujuan umum
: klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2.
Tujuan khusus :
1.
Klien dapat membina hubungan saling
percaya.
Tindakan :
1.
Salam terapeutik – perkenalan diri –
jelaskan tujuan – ciptakan lingkungan yang tenang – buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat, topik).
2.
Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
3.
Empati.
4.
Ajak membicarakan hal-hal yang ada di
lingkungan.
2.
Klien dapat mengenal halusinasinya.
Tindakan :
1.
Kontak sering dan singkat.
2.
Observasi tingkah laku yang terkait
dengan halusinasi (verbal dan non verbal).
3.
Bantu mengenal halusinasinya dengan menanyakan
apakah ada suara yang didengar dan apa yang dikatakan oleh suara itu. Katakan
bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, tetapi perawat tidak. Katakan
perawat akan membantu.
4.
Diskusi tentang situasi yang menimbulkan
halusinasi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi serta apa yang dirasakan
saat terjadi halusinasi.
5.
Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat
terjadi halusinasi.
2.
Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Tindakan :
1.
Identifikasi bersama tentang cara
tindakan jika terjadi halusinasi.
2.
Diskusikan manfaat cara yang digunakan
klien dan cara baru untuk mengontrol halusinasinya.
3.
Bantu memilih dan melatih cara memutus
halusinasi : bicara dengan orang lain bila muncul halusinasi, melakukan
kegiatan, mengatakan pada suara tersebut “saya tidak mau dengar.”
4.
Tanyakan hasil upaya yang telah
dipilih/dilakukan.
5.
Beri kesempatan melakukan cara yang
telah dipilih dan beri pujian jika berhasil.
6.
Libatkan klien dalam TAK : stimulasi
persepsi.
2.
Klien dapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
1.
Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan
keluarga tentang gejala, cara, memutus halusinasi, cara merawat, informasi
waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan.
2.
Beri reinforcement positif atas
keterlibatan keluarga.
2.
Klien dapat menggunakan obat dengan
benar.
Tindakan :
1.
Diskusikan tentang dosis, nama,
frekuensi, efek dan efek samping minum obat.
2.
Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5
benar (nama pasien, obat, dosis, cara, waktu).
3.
Anjurkan membicarakan efek dan efek
samping obat yang dirasakan.
4.
Beri reinforcement positif klien minum
obat yang benar.
Diagnosa
2: Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
1.
Tujuan Umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
2.
Tujuan Khusus:
1.
Klien dapat membina hubungan saling
percaya
Rasional
: Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi
selanjutnya
Tindakan
:
1.
Bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapetutik
1.
sapa klien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal
2.
Perkenalkan diri dengan sopan
3.
Tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai klien
4.
Jelaskan tujuan pertemuan
5.
Jujur dan menepati janji
6.
Tunjukan sikap empati dan menerima klien
apa adanya
7.
Beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien.
2.
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki
Rasional
:
·
Diskusikan tingkat kemampuan klien
seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlakukan sebagai
dasar asuhan keperawatannya.
·
Reinforcement positif akan meningkatkan
harga diri klien
·
Pujian yang realistik tidak menyebabkan
klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian
Tindakan:
2.1.
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2.1.
Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
2.1.
Utamakan memberikan pujian yang realistik
3.
Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Rasional
:
·
Keterbukaan dan pengertian tentang
kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk berubah.
·
Pengertian tentang kemampuan yang
dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya
Tindakan:
1.
Diskusikan dengan klien kemampuan yang
masih dapat digunakan selama sakit
2.
Diskusikan kemampuan yang dapat
dilanjutkan penggunaannya.
4.
Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
Rasional
:
·
Membentuk individu yang bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri
·
Klien perlu bertindak secara realistis
dalam kehidupannya.
·
Contoh peran yang dilihat klien akan
memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan
Tindakan:
1.
Rencanakan bersama klien aktivitas yang
dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
·
Kegiatan mandiri
·
Kegiatan dengan bantuan sebagian
·
Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
1.
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi klien
2.
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien lakukan
5.
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai
kondisi sakit dan kemampuannya
Rasional
:
§ Memberikan
kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri
klien
§ Reinforcement
positif dapat meningkatkan harga diri klien
§ Memberikan
kesempatan kepada klien ntk tetap melakukan kegiatan yang bisa dilakukan
Tindakan:
1.
Beri kesempatan pada klien untuk mencoba
kegiatan yang telah direncanakan
5.2.
Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3.
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
4.
Klien dapat memanfaatkan sistem
pendukung yang ada
Rasional:
·
Mendorong keluarga untuk mampu merawat
klien mandiri di rumah
·
Support sistem keluarga akan sangat
berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien.
·
Meningkatkan peran serta keluarga dalam
merawat klien di rumah.
Tindakan:
6.1
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga
diri rendah
2.
Bantu keluarga memberikan dukungan
selama klien dirawat
3.
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah
DAFTAR PUSTAKA
- Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
- Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
- Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
- Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000
HALUSINASI
TINJAUAN TEORI
A. Proses Terjadinya Halusinasi
Halusinasi dapat terjadi oleh karena berbagai faktor diantaranya gangguan mental organik, harga diri rendah, menarik diri, sidrome putus obat, keracunan obat, gangguan afektif dan gangguan tidur.
Pada klien S. terjadi halusinasi dengar, hal ini disebabkan oleh karena klien mempunyai riwayat putus cinta dengan kekasihnya satu kali, kemudian oleh keluarga klien dinikahkan. setelah menikah selama tiga bulan, isteri meninggalkannya dan klien S. merasa sangat kecewa, sering menyendiri, melamun, tak mau makan kemudian klien dirawat di rumah sakit jiwa Jakarta selama 8 bulan.
Hal ini sesuai dengan proses terjadinya halusinasi pada fase pertama yang diungkapkan oleh Haber, Dkk, 1982. Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, persaan yang terpisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stres . Cara ini menolong sementara, klien masih dapat mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannya namun intensitas persepsi meningkat.
Setelah delapan bulan dirawat, klien dinyatakan sembuh dan boleh pulang. Pada saat di rumah, klien mangalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor kemudian dirawat di rumah sakit. Setelah keluar dari rumah sakit, beberapa hari kemudian klien mulai melamun dan mendengar suara-suara yang mengatakan atau menyuruh dia melemparkan gelas, piring, dan barang-barang lainnya. Gejala-gejala pada klien S. ini menunjukan bahwa klien mengalami gejala halusinasi fase ke dua, yaitu dimana klien berada pada tingkat listening, pemikiran internal lebih menonjol seperti gambaran suara dan sensasi.
Satu bulan yang lalu klien mendengar suara-suara tersebut dan klien menanyakan kepada perawat apakah boleh berteman dengan roh halus, karena dia yang sering mengajaknya berbicara. sesuai dengan tahapan halusinasi, klien berada pada fase ketiga, yaitu halusinasi lebih menonjol, menguasai. halusinasi memberikan kesenangan tersendiri dan rasa aman yang sementara.
Dan selanjutnya klien memasuki fase keempat yaitu dengan gejala halusinasi bersifat mengancam yaitu klien mendengar suara-suara “ Saya tidak takut sama kamu !”. Lalu klien S. menjawab “ Saya juga tidak takut sama kamu !”
Dengan adanya halusinasi ni, maka masalah yang timbul pada klien S. adalah potensial amuk, potensial melukai diri sendiri dan orang lain, gangguankebersihan diri, gangguan ADL. Klien cenderung menarik diri, tersenyum dan berbicara sendiri.
Dengan adanya halusinasi ini, maka masalah yang timbul pada klien S adalah perubahan hubungan sosial. Perkembangan sosial yang tidak adekuat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar dan mempertahankan komunikasi dengan orang lain. Akibatnya klien cenderung memisahkan diri dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Sehingga timbulnya kesepian, isolasi sosial, hubungan yang dangkal dan tergantung (Haber, 1987).
Akibat dari menikmati susra-suara yang didengar, maka klien S. hanya terlibat dalam pikirannya sendiri, sehingga klien malas atau kurang berminat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari seperti; kebersihan diri, makan, dan lain-lain.
Akibatnya ia tidak dapat memberi respon emosional yang adekuat, klien tampak bisar, tidak sesuai (Fortinash, 1991; Benner, 1989; Hater,1987). Potensial melukai diri sendiri dan orang lain, potensial amuk dapat terjadi pada klien S, karena klien S. mendengar sura-suara yang bersifat mengancam, mengejek, klien S disuruh oleh roh halus untuk membanting piring, gelas, dan barang-barang lainnya.
B. Masalah Keperawatan
Dari masalah-masalah itu ditemukan diagnosa keperawatan sejumlah delapan buah, yaitu :
Gangguan orientasi realitas
Gangguan hubungan interpersonal : Menarik diri
Gangguan komunikasi verbal dan nonverbal
Koping individu tidak efektif
Gangguan persepsi: Halusinasi dengar
Gangguan perawatan mandiri
Koping keluarga tidak efektif
Potensial melukai diri sendiri dan orang lain
Potensial amuk
Potensial gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Potensil kambuh
Pada klien S. ini timbul masalah keperawatan sebagai berikut:
Potensial melukai diri sendiri dan orang lain
Isolasi sosial
Potensial amuk
Potensial kambuh.
C. Tindakan Keperawatan untuk semua masalah pada klien
Adapun tindakan keperawatan pada klien S adalah sebagai berikut :
Diagnosa Keperawatan 1
Potensial melukai diri sendiri dan orang lain sehubungan dengan halusinasi dengar.
Tujuan jangka panjang :
Klien dapat mengontrol halusinasinya dan tidak melukai diri sendiri atau orang lain.
Rencana tindakannya :
Psikoterapeutik:
Adakan kontak yang sering dan singkat
Observasi tingkah laku verbal dan nonverbal yang berhubungan dengan halusinasi
Berikan kesempatan kepada klien menungkapkan apa yang dirasakan klien sesuai dengan respon verbal dan nonverbal klien.
Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan berikan pendapat bahwa halusinasi tidak nyata pada perawat.
Ajukan pertanyaan terbuka yang membutuhkan jawaban luas.
Kegiatan sehari-hari (Actifity Daily Living)
Bersama klien membuat jadwal aktifitas untuk menghidari kesendirian
Bersama klien mendiskusikan cara mengontrol halusinasi dengar: seperti bergabung dengan orang lain utnuk bercakap-cakap, nonton TV, mengikuti kegiatan TAK aktifitas group.
Bimbing klien pada kegiatan yang disukai
Psikofarmaka
Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping yang timbul.
Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
Terapi Lingkungan
Sediakan alat penunjuk waktu : jam dinding, kelender.
Beri tanda/nama di ruangan klien
Panggila klien sesuai nama panggilan yang disukai klien
Petugas memakai papan nama.
Kenalkan nama setiap beriteraksi dengan klien
Dampingi klien dalam kegiatan kelompok secara bertahap
Tingkatkan respon klien pada realita dengan cara menunjukan kelender, jam, nama ruang.
Pendidikan Kesehatan :
Mendiskusikan bersama klien tentang faktor pencetus timbulnya halusinasi.
Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat jika timbul halusinasi
Beri informasi pada klien termpat klien minta bantuan apabila sulit mengendalikan diri saat halusinasi timbul.
Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi, cara mengatasi, situasi yang menimbulkan halusinasi serta fasilitas yang dapat digunakan apabila mengalami kesulitan.
Diagnosa keperawatan 2:
Isolasi sosial sehubungan dengan menarik diri
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak menarik diri dan berinteraksi dengan orang lain
Rencana tindakannya:
Psikoterapeutik
Bina hubungan saling percaya
Dengarkan apa yang diungkapkan oleh klien
Lakukan kontak yang sering dan singkat
Support dan anjurkan klien untuk berkomunikasi dengan perawat bila ada sesuatu yang dipikirkan.
Berikan reinforcement positif
Dorong klien untuk melihat hal-hal yang positif tentang dirinya.
Kegiatan sehari-hari (ADL)
Batasi klien untuk tidak melamun / menyendiri dengan cara libatkan klien dalam aktifitas rutin di ruangan, misalnya menyiapkan makanan, menyapu, merapikan tempat tidur, mencuci piring.
Psikofarmaka
Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping yang timbul.
Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
Dampingi klien saat minum obat
Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.
Terapi Lingkungan
Anjurkan klien untuk berkenalan dengan orang lain, satu kali tiap hari.
Diskusikan cara berinteraksi lebih lanjut.
Temani klien dengan berada di samping klien mulai dari diam sampai berkomunikasi verbal sederhana, bertahap sesuai dengan kemampuan klien.
Libatkan klien dalam berinteraksi kelompok yang dilakukan secara bertahap dari kelompok yang kecil sampai kelompok yang besar.
Libatkan klien dalam kegiatan aktifitas kelompok (TAK: Sosialisi)
Sediakan sarana informasi dan hiburan seperti majalah, surat kabar, TV.
Pendidikan Kesehatan
Libatkan keluarga untuk selalu untuk selalu kontak dengan klien, misalnya keluarga mengunjungi klien minimal satu seminggu.
Mengajarkan klien cara berkenalan pada klien lain.
Diskusikan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri
Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang cara merawat klien dengan menarik diri
Anjurkan pada keluarga mengikutisertakan klien dalam keluarga dan lingkungan masyarakat.
Berikan penjelasan pentingnya minum obat secara teratur pada klien dan keluarga.
Diagnosa Kepererawatan 3
Potensial amuk sehubungan dengan tidak tahu cara mengungkapkan marah ayng konstruktif.
Tujuan jangka panjang :
Klien tidak amuk
Rencana tindakannya:
Psikoterapeutik
Berespon terhadap respon verbal dan nonverbal klien dengan sikap yang tenang dan tidak mengancam
Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan marah.
Anjurkan klien untuk mengungkapkan cara-cara mengekspresikan marah yang dilakukan selama ini.
Kegiatan sehari-hari (ADL)
Anjurkan klien untuk makan makanan yang telah disajikan.
Anjurkan klien untuk menyalurkan energi dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat seperti mengepel lantai, membersihkan got, merapihkan tempat tidur, membersihkan kamar mandi, bersihkan taman, dan lain-lain.
Buat jadwal bersama klien tantang kegiatan yang disenangi.
Psikofarmaka
Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping yang timbul.
Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
Dampingi klien saat minum obat
Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.
Terapi Lingkungan
Siapkan ruangan yang akan dipakai untuk perawatan klien
Pindahkan alat-alat yang membahayakan klien dan lingkungannya. seperti benda tajam, dan alat pecah belah.
Orientasi klien pada sarana yang tersedia untuk menyalurkan energi yang berlebihan pada dirinya.
Pendidikan Kesehatan
Diskusikan dengan klien tentang cara-cara mengungkapkan marah yang destruktif
Diskusikan dengan klien tentang cara-cara mengungkapkan marah yang konstruktif
Diskusikan dengan klien tentang tanda-tanda marah yang destruktif
Anjurkan klien untuk mengungkapkan cara marah yang konstruktif
Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda marah
Ajarkan cara mengarahkan klien agar mengungkapkan marah secara konstruktif.
Anjurkan keluarga untuk menciptakan lungkungan rumah yang baik untuk mengendalikan klien marah.
Diagnosa Keperawatan 4
Gangguan perawatan diri sehubungan dengan kurangnya minat
Tujuan Jangka Panjang:
Klien mampu memelihara kebersihan dirnya
Rencana tindakan
Psikoterpeutik
kaji perasaan klien dan pengetahuan tentang kebersihan diri
Berikan dukungan yang posisif terhadap hal-hal yang dicapai oleh klien
Support secara terus menerus agar mempertahankan dan meningkatkan kebersihan dirinya.
Beri reinforcement positif terhadap hal-hal yang telah dilakukan klien
Kegiatan sehari-hari (ADL)
Buat jadwal bersama klien tentang perawatan diri : mandi, gosok gigi, cuci rambut, potong kuku.
Bersama kliem menyiapkan alat-alat kebersihan diri.
Psikofarmaka
Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping yang timbul.
Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
Dampingi klien saat minum obat
Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.
Terapi lingkungan
Libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok (TAK: Kebersihan diri)
Orientasikan klien pada fasilitas / sarana untuk kebersihan diri, seperti : kamar mandi, lemari pakaian, washtafel, jemuran handuk.
kolaborasi dengan perawat ruangan dan keluarga untuk mengadakan kebersihan diri: handuk, sabun, sikat gigi, odol, guntuing kuku, dan lain-lain.
Bersama klien menciptakan suasana lingkungan yang bersih.
Berikan gambar-gambar / poster, lukisan yang mendukung klien untuk kebersihan diri, seperti: Bersih itu sehat, sudah rapikah anda, gambar cara menggosok gigi yang benar.
Pendidikan kesehatan
Diskusikan dengan klien tujuan kebersihan diri
Diskusikan cara-cara kebersihan diri, antara lain : mandi dua kali dengan sabun, ganti pakaian setiap hari, sikat gigi dengan odol, mencuci rambut dua sampai tiga kali seminggu, potong kuku kalau panjang.
Diskusikan cara mandi yang benar.
Anjurkan klien ganti baju setiap hari
Kaji pengetahuan klien tentang kebersihan diri.
Diskusikan dengan keluarga tentang kebersihan diri, arti bersih, tanda-tanda bersih, tujuan kebersihan diri
Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara menjaga kebersihan diri.
Diagnosa Keperawatan 5
Potensial kambuh sehubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah
Tujuan Jangka Panjang :
Klien tidak kambuh
Recana tindakannya :
Psikoterapeutik:
Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
Kaji persepsi keluarga tentang perilaku maldaptif klien
Ajak klien untuk mengunjungi sanak keluarga lainnya.
Libatkan seluruh anggota keluarga untuk menerima klien apa adanya
Libatkan klien dalam pertemuan keluarga.
Libatkan klien dalam aktifitas kegiatan di rumah sesuai dengan kemampuan klien
Buat jadwal bersama klien (kegiatan yang dapat dilakukan klien)
Kegiatan sehari-hari (ADL)
Libatkan klien dalam aktifitas kegiatan di ruangan sesuai dengan kemampuannya.
Buatlah jadwal tentang kegiatan yang dapat dilakukan klien di rumah
Psikofarmaka
Diskusikan dengan klien dan keluarganya tentang terapi obat serta efek samping yang timbul.
Berikan obat-obatan dengan prinsip lima benar.
Dampingi klien saat minum obat
Yakinkan bahwa obat telah diminum oleh klien.
Berikan reinforcement posistif, bila klien minum obat dengan teratur.
Lakukan pencatatan setelah pemberian obat.
Terapi Lingkungan
Libatkan klien dan keluarga dalam menyiapkan kamar klien
Batasi peralatan rumah tangga yang dapat menimbulkan stimulus bagi klien untuk amuk.
Hindarkan barang-barang yang berbahaya seoerti; berang dari kaca, benda tajam
Menyiapkan sarana untuk kebersihan diri
Ciptakan suasana rumah yang memungkinkan klien menyendiri.
Pendidikan Kesehatan
Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian keluarga tentang klien dan sikap keluarga terhadap tingkah laku klien yang maladaptif.
Diskusikan tentang harapan keluarga pada prilaku maladaptif klien.
Diskusikan bersama keluarga tentang pentingnya membesuk klien saat klien dirawat di rumah sakit.
Jelaskan pada keluarga tentang permasalahan klien yang timbul saat ini.
Diskusikan dengan keluarga dalam membuat perencanaan cara merawat klien apabila klien pulang ke rumah meliputi jadwal kegiatan yang dapat dilakukan oleh klien, seperti memelihara kebersihan diri, merapihkan tempat tidur, dan lain-lain.
Anjurkan keluarga untuk memberikan reinforcement positif bila klien melakukan kegiatan
Ajarkan keluarga untuk penanganan awal bila timbul keluhan
Anjurkan pada keluarga untuk kontrol secara teratur sesuai dengan jadwalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar