BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang Masalah
Dalam kehidupan social setiap manusia memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam berhubungan social, ada yang pintar bergaul dan ada juga
yang menutup diri dari kehidupan social.
Dalam makalah ini, penulis lebih memfokuskan pada orang-orang
dan factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan social
(isolasi social ) dan bagaimana mengatasinya.
Tinjauan teori yang
didapat dari makalah ini adalah menarik diri atau isolasi social adalah
perilaku/ sikap menghindari interaksi dengan orang lain, induvidu merasa bahwa
ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempumyai kesempatan untuk berbagi rasa,
pikiran, prestasi atau kegagalan.
1.2.
Tujuan
Pembelajaran
Tujuan
umum dari makalah ini adalah memperoleh gambaran tentang penerapan asuhan
keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan masalah utama isolasi sosial.
Tujuan khusus dari makalah ini adalah:
a. Mahasiswa
mengetahui gajala-gejala awal yang terpenting dari gangguan jiwa dengan masalah
utama isolasi sosial.
b. Mahasiswa
mengetahui penanganan dari gangguan jiwa dengan masalah utama isolasi sosial.
c. Mahasiswa
dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan jiwa
dengan masalah utama isolasi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
Isolasi adalah keadaan dimana individu
atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat
kontak ( Carpenito, 1998 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
Perilaku menarik diri merupakan percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain. (Rawlins, 1993, dikutip Budi Anna Keliat).
2.2. RENTANG RESPONS SOSIAL
Gangguan hubungan
sosial terdiri atas :
Isolasi Sosial
adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan sebagai
hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang
mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan
untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau
ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia.
Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna.
Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang
lain. Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman
ditengah orang banyak. (Mary C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998;
hal 252).
Kerusakan Interaksi
sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi
dalam suatu kualitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas interaksi
sosial yang tidak efektif.
2.3. FAKTOR PREDISPOSISI DAN
PRESIPITASI
Faktor predisposisi terjadinya perilaku
menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu
tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan dan meresa tertekan.
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).
2.4. TANDA DAN GEJALA
2.4.1. Data Subjektif :
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif
adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”,
“tidak tahu”.
2.4.2. Data Objektif :
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan
:
·
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
·
Menghindari
orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya
pada saat makan.
·
Komunikasi
kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain /
perawat.
·
Tidak
ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
·
Berdiam
diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
·
Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi
jika diajak bercakap-cakap.
·
Tidak
melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah
tangga sehari-hari tidak dilakukan.
·
Posisi
janin pada saat tidur.
2.5. KARAKTERISTIK PERILAKU
• Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.
• Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
• Kemunduran secara fisik.
• Tidur berlebihan.
• Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
• Banyak tidur siang.
• Kurang bergairah.
• Tidak memperdulikan lingkungan.
• Kegiatan menurun.
• Immobilisasai.
• Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
• Keinginan seksual menurun.
2.6. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
I. Deskripsi
Tanggapan atau deskripsi tentang isolasi
yaitu suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (towsend, 1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain.
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain.
II.
Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian
kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang
dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan
tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
- Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,
tangggal
MRS , informan, tangggal pengkajian, No
Rumah klien dan alamat klien.
2. Keluhan
Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri
(menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri
dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari –
hari , dependen
3. Faktor
predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang
tua ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang ,
tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , dituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , dituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
a. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi,
suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluh fisik yang dialami oleh klien.
b.
Aspek Psikososial
- Genogram yang menggambarkan tiga generasi
- Konsep diri
c. citra tubuh :
Menolak melihat dan
menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh .
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh .
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
d. Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar
menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan .
e. Peran
Berubah atau berhenti
fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus sekolah, PHK.
f. Ideal diri
Mengungkapkan keputus
asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
g. Harga diri
Perasaan malu terhadap
diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan hubungan sosial ,
merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.
Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan
hubungan sosial
dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam
masyarakat.
Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
f. Status Mental
Kontak mata klien
kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai
pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang
lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam
hidup.
g. Kebutuhan persiapan pulang.
1) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan
alat makan.
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian.
3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian
klien terlihat rapi
4) Klien dapat melakukan istirahat dan
tidur , dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah
5) Klien dapat menjalankan program
pengobatan dengan benar
h.
Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat
masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang lain( lebih
sering menggunakan koping menarik diri).
i.
Aspek Medik
Terapi yang diterima
klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor, therapy okopasional, TAK
, dan rehabilitas.
III. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi
atau penilaian pola respons baik aktual maupun potensial (Stuart and Sundeen,
1995)
Masalah keperawatan yang sering muncul
yang dapat disimpulkan dari pengkajian adalah sebagai berikut :
- Isolasi sosial : menarik diri
- Gangguan konsep diri: harga diri rendah
- Resiko perubahan sensori persepsi
- Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain
- Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.
- Intoleransi aktifitas.
- Kekerasan resiko tinggi.
Diagnosa Keperawatan
- Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
- Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
- Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu : koping defensif.
IV. Rencana
Tindakan Keperawatan
Diagnosa : Resiko
perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
Tujuan umum
:
Tidak terjadi
perubahan sensori persepsi.
Tujuan khusus : klien dapat
- Membina hubungan saling percaya.
- Menyebutkan penyebab menarik diri.
- Menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
- Melakukan hubungan sosial secara bertahap, klien – perawat, klien – kelompok, klien – keluarga.
5.
Mengungkapkan
perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
6. Memberdayakan
sistem pendukung.
- Menggunakan obat dengan tepat dan benar.
Tindakan keperawatan :
1.1
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada
setiap pertemuan (topik yang akan dibicarakan, tempat berbicara, waktu bicara).
1.2
Berikan perhatian dan penghargaan : temani klien waktu tidak menjawab, katakan
“saya akan duduk disamping anda, jika ingin mengatakan sesuatu saya siap
mendengarkan”. Jika klien menatap
wajah perawat katakan “ada yang ingin anda katakan?”.
1.3 Dengarkan
klien dengan empati : berikan kesempatan bicara (jangan di buru-buru),
tunjukkan perawat mengikuti pembicaraan klien.
2.1.
Bicara dengan klien penyebab tidak mau bergaul dengan
orang lain.
2.2
Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
3.1. Diskusikan keuntungan
bergaul dengan orang lain.
3.1
Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien untuk bergaul.
4.1
Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin perawat yang
sama).
4.2 Motivasi /
temani klien untuk berinteraksi / berkenalan dengan klien / perawat lain. beri
contoh cara berkenalan.
4.3 Tingkatkan
interaksi klien secara bertahap (satu klien, dua klien, satu perawat, dua
perawat, dan seterusnya).
4.4
Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok, sosialisasi.
4.5
Bantu klien melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan interaksi.
4.6
Fasilitas hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik.
5.1
Diskusikan dengan klien setiap selesai interaksi/kegiatan.
5.2
Beri pujian akan keberhasilan klien.
V. Evaluasi
Kriteria
evaluasi :
1.1
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menyebutkan nama,
mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan
masalah yang dihadapi.
2.1
Klien dapat dapat menyebutkan penyebab menarik diri berasal dari diri sendiri,
orang lain dan lingkungan.
3.1 Klien
dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian dalam berhubungan dengan orang lain.
4.1 Klien
dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap : K – P, K – P – K, K –
P – Kel, K – P – Kelompok.
5.1 Klien
dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk
diri sendiri dan orang lain.
6.1
Keluarga dapat berpartisipasi dalam merawat klien menarik diri.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini
adalah menarik diri membutuhkan komunikasi terapeufik yang digunakan sebagai
landasan untuk membina huibungan saling percaya sehingga menggali semua
permasalahannya.
3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada pasien dengan
gangguan isolasi social adalah :
Adanya bina hubungan saling percaya,
berikan perhatian dan penghargaan.
dengarkan klien dengan empati, bicara dengan
klien penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
Daftar Pustaka
Townsend M. C,
(1998). Diagnosa
Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan ,
Jakarta : EGC.
Anna Budi Keliat, SKp. (2000). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik
Diri, Jakarta ;
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia..
Stuart and
Sundeen, ”Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa”, alih bahasa
Hapid AYS, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar