Pengalaman berkbaung dan kehilangan
adalah penting dan normal dalam kehidupan manusia, dalam proses tumbuh
kembangnya. Mengatakan selamat berpisah kepada tempat, orang, cita-cita, benda
yang disayangi, kesehatan tubuh, kemudaan, kecantikan atau keindahan tubuh.
Kehilangan mungkin direncanakan, diduga, atau terjadi tiba-tiba, proses yang
mengiringi biasanya tidak menyenangkan atau menyakitkan
Kehilangan
: Suatu keadaan aktual/ potensial, dimana terjadi perubahan nilai yang bermakna
dari individu, perubahan itu dari ada menjadi tidak ada Kematian merupakan
kehilangan yang menetap/permanen. Kematian bisa bersifat aktual atau masih
potensial. Berkabung : perasaan subyektif yang merupakan reaksi normal dari
kehilangan
Jenis kehilangan
a. Menurut
Stuart – Sundeen (1999)
1.
Aktual/nyata
Bersifat
nyata, dapat diidentifikasikan orang lain, mudah diidentifikasi, variabel menilai
kehilangan mudah diukurr. Misalnya kehilangan kaki atau tangan
2. Tipe dipersepsikan :
•
Bersifat tersamar, kurang dapat
diidentifikasi orang lain, penerimaan berhubungan dengan kondisi fisik yang
mengalami, maksudnya : bila dalam keadaan sehat, mudah beradaptasi terhadap
kehilangan. Variabel menilai kehilangan tak jelas tergantung dari kepribadian/
kondisi psikis orang tersebut, dapat juga diidentifikasi
Ada dua
jenis kehilangan yang di persepsikan, yaitu 2 :
1. Maturational loss
Misal : Seseorang anak yang pertama kali kesekolah.
2. Situational loss
Misal : - Tiba – tiba ditinggal mati.
- Orang yang menopouse yang tidak dapat punya anak.
- Orang kehilangan harga diri.
b. Menurut
Videback (2001) yang mengutip Teori Maslow
1.
Kehilgan fisiologis : kehilangan organ
dan fungsi sistem-sistem tubuh
2.
Kehilangan rasa aman : kehilangan
keamanan karena adanya kekerasan, perang, bencana. Kehilangan rasa aman karena
merasa terancam, ditipu atau dikhianati teman.
3.
Kehilangan rasa memiliki : perubahan
hidup bisa karena kelahiran, perkawinan, perceraian, penyakit. Bila hubungan
berubah maka individu banyak mengalami kehilangan peran, perasaan dicintai atau
mencintai
4.
Kehilangan harga diri : bisa kehilangan
harga diri bila individu kehilangan peran dalam bekerja atau saat berinteraksi
dengan orang lain. Individu tersebut mengalami perubahan nilai terhadap
dirinya.
5.
Kehilangan aktualisasi diri : tujuan
hidup tidak tercapai karena adanya faktor internal atau eksternal yang
menghalangi. Perubahan tujuan atau rencana mungkin akan memberikan perasaan
sedih tetapi juga dapat menimbulkan perasaan sedih tetapi juga dapat menimbulkan
ide atau kreatrifitas baru. Misalnya : kehilangan kesempatan melanjutkan
sekolah.
SUMBER
KEHILANGAN
1. Kehilangan aspek diri
·
Respon individu sangat tergantung bagian
tubuh yang hilang.
·
Misalnya : luka bakar di wajah lebih menyedihkan daripada
di punggung. Ronaldo takut pada cidera kaki, Tukul takut pada cidera mulut.
·
Kehilangan “ Body Image “ Merupakan
tingkatan kehilangan yang sangat mempengaruhi individu.
·
Kehilangan “ self image “ mempengaruhi
individu dalam “ peran sosial “. Misal : menjadi janda atau pensiunan.
·
Persepsi negatif dari lingkungan dapat,
merupakan pencetus kehilangan aspek diri. Misalnya : dicap anak korupter ketika
ayahnya terbukti korupsi.
·
Pertumbuhan dan perkembangan juga dari dan
mempengaruhi aspek kehilangan.
Aspek kehilangan
berdasarkan tumbang :
·
Bayi :
Perubahan dari lingkungan intra uterin ke ekstra uterin, bayi mulai mengekspresikan diri secara taktil dan
stimulus pendengarnya dan mulai membutuhkan “ sentuhan “ dari orang tua.
·
Pre sekolah : Membutuhkan penjelasan tentang bagian–bagian tubuhnya yang
tidak sesuai dengan orang lain, pemisahan diri sendiri dengan orang lain,
misalnya karena punya adik baru..
·
Sekolah
: Perubahan dari lingkungan rumah
ke lingkungan sekolah, membutuhkan kontak dan umpan balik dari teman
kelompoknya, kegagalan dapat membentuk self image yang salah/ negatif.
·
Dewasa : Kehilangan keluarga akibat
perceraian, rumah, keuangan sehingga dapat mempengaruhi kondisi psikis
individu.
·
Lansia : Kehilangan bentuk fisik,
pekerjaan, kehilangan variasi hidup
yang membuat individu merasa frustasi. Tingkatan kehilangan paling membutuhkan support adalah meninggalnya pasangan hidup.
2. Kehilangan
cinta/orang yang dicintai
Tingkatan
kehilangan yang sulit untuk diidentifikasi orang lain dan sulit dialihkan.
Respon individu yang sentimentil akan menunjukkan sikap yang tidak rasional.
3. Kehilangan
objek luar.
·
Kehilangan objek mati : Misal :
kehilangan uang Rp 100.000 bagi
orang Kaya, biasa saja, tetapi bagi orang miskin bisa sakit
·
Kehilangan objek hidup : misal :
Binatang kesayangan yang dijadikan teman,
seperti anjing, kelinci mati, bisa membuat seseorang menjadi depresi atau marah
4. Kehilangan
kehidupan (didiagnosa sakit berat, umurnya tidak lama)
•
Kehilangan kehidupan merupakan
kehilangan permanen.
•
Kematian secara umum selalu
menimbulkan rasa cemas dan takut.
•
Ada yang persepsikan sangat
traumatik, terutama pada
orang–orang tertentu, misal : Orang miskin, seseorang yang hidup sebatang kara.
.
5. Kehilangan
lingkungan yang biasa
·
Misalnya : Pindah rumah/sekolah
·
Anak umur 6 – 7 th merasa sangat
kehilangan saat berkumpul di sekolah bersama orang lain, begitu juga seorang
mahasiswa yang untuk pertama kali pisah dengan orang tua/lingkungan keluarga.
·
Lingkungan baru sering dianggap sebagai
ancaman terhadap keamanan individu.
Respon terhadap
kehilangan tergantung dari beberapa faktor antara lain:
1. Arti
kehilangan
2. Umur
3. Kultur
4. Keyakinan
5. Jenis kelamin
6. status sosial
ekonomi
Reaksi
Kehilangan : Kesedihan / duka cita (Grieving )
Grieving
·
Respon normal dari kehilangan yang
merupakan respon emosional secara subjektif, masih memakai koping yang positif.
Bereavement
·
Perasaan / tindakan yang mengikuti
kehilangan yaitu :
- Helplessness : Ketidak berdayaan.
- Loneliness : Kesepian
- Hopelessness : Keputusasaan
- Sadness :
Kesedihan
- Guilty :
Kesalahan / bersalah
- Anger :
Kemarahan
Mourning
·
Proses mengikuti kehilangan melalui
keadaan dukacita / berkabung.
Enam.
Karakteristik grieving :
1.
Seseorang akan menunjukkan reaksi shock
dan ketidakpercayaan.
2.
Seseorang akan merasa sangat sedih dan
perasaannya kosong/ hampa saat teringat sesuatu yang hilang.
3.
Ketidaknyamanan seperti sesak napas,
dada tertekan, tercekik, nafaas pendek, menangis.
4.
Selalu membayangkan sesuatu yang hilang.
5.
Mengekspresikan perasaan berdosa.
6.
Mudah marah/ tersinggung.
Seseorang yang
tak mampu mengekspresikan perasaannya/grieving yang bekepanjangan akan
mengakibatkan depresi.
Reaksi
kehilangan berdasarkan tingkatan grieving.
SCHULZ ( 1970
) PHASE INTIAL
PHASE INTERMEDIATE
PHASE RECOVERY
ENGEL ( 1964 ) SHOCK/ DISBELIEF
DEVELOPING
AWARENESS
RESTITUTION
RESOLVING THE LOSS
IDEALIZATION OUT
COME
KUBLER – ROSS : SHOCK / DISEBELIEF
DENIAL
ANGER
BERGAINING
DEPRESSION
ACCEPTANCE
|
PHASE
|
PENGKAJIAN
|
INTERVENSI
|
|
SHOCK /DISBELIEF
|
-
Terlihat tanda-tanda
menerima secara
intelektual
- menolak secara
emosional
|
- Observasi klien dan
lingkungan agar tidak
membahayakan klien
|
|
DEVELOPING AWARENESS
|
-
Mulai menyadari
adanya kehilangan
- Reaksinya : marah,
menangis, merasa
bersalah
|
- Komunikasi terapeutik
- Beri dukungan fisik dan
mental
- Arahkan ke realita.
|
|
RESTITUTION
|
- Mulai kontak dengan
lingkungan
- Mau ikut acara ritual
|
- Bantu berinteraksi dengan
lingkungan
|
Respon pada
proses kehilangan
|
Respon
|
Tanda dan gejala
|
|
Respon kongnitif
|
•
Adanya
perubahan pada asumsi dan keyakinan
•
Bertanya
dan mencoba mencari arti dari kehilangan
•
Tetap
berusaha mempertahankan yang hilang itu ada
•
Yakin
nanti di surga bakal bertemu lagi
•
Menerima
kematian dengan wajar, bila sudah teratasi
|
|
Respon emosional
|
•
Marah,
sedih, cemas, berduka
•
Bersalah,
tidak peka pada lingkungan
•
Emosi
mudah berubah
•
Murung,
kesepian
•
Berusaha
untuk hidup sehat atau tetap berhubungan dengan orang atau obyek yang hilang
•
Depresi,
apatis
•
Merasa
mandiri dan percaya diri bila sudah mampu mengatasinya
|
|
Respon Spiritual
|
•
Marah
pada Tuhan, diri sendiri, pasangan hidup, tim kesehatan
•
Kehilangan
keyakinan
•
Putus
asa, merasa diri tidak berarti
•
Bila
sudah teratasi akan semakin religius
|
|
Respon Prilaku
|
•
Bersifat
otomatis
•
Sering
menangis
•
Gelisah,
sering mencari-cari obyek atau orang atau bagian tubuh yang hilang
•
Peka,
menghindari tempat atau kegiatan yang mengingatkan pada obyek yang hilang
•
Memakai
obat atau alkohol
•
Mencoba
bunuh diri atau menyakiti orang lain
•
Bila
sudah teratasi, orang ini akan mencari kegiatan baru
|
|
Respon fisiologis
|
•
Sakit
kepala, insomnia, nafsu makan turun, berat badan turun, lemass, palpitasi, diare,
mudah sakit
|
IMPLIKASI
KEPERAWATAN PADA RESPON KEHILANGAN
|
PRILAKU
|
IMPLIKASI KEP
|
|
SHOCK AND DISBELIEF
-Respon fisik : otot lemas, teramor, pusing, kulit merah, dingin, lembab,
diaforesis, ajekreksia, tidak nyaman.
DENIAL
Individu menghindari kenyataan dengan
:
- tidak membuat keputusan.
- melakukan kegiatan yang tidak perlu
- tidak menerima pengobatan.
- mencari bukti – bukti bahwa
kehilangan tidak ada atau tidak/akan
terjadi.
- gembira dibuat – buat
- mood berubah –ubah
- Individu menghindari sumber-sumber
informasi
akurat, atau menolak bantuan/
perhatian
orang lain.
ANGER
- individu marah kepada keluarga, tim
kesehatan, Tuhan.
- Janda / duda marah pada almarhum
- Individu menjaadi menuntut dan
menuduh.
- Kemarahan bisa menimbulkan rasa bersa-
Lah, cemas dan akhirnya HDR
- Individu iri pada orang yang tidak
kehilangan.
- Individu mungkin enggan berbagi rasa
dan pikiran.
BARGAINING
- Individu mau berbuat apa saja untuk me-
nghindari kehilangan atau agar progno-
sa berubah.
- Individu mulai tawar- menawar dengan-
Tuhan.
- Individu menerima bentuk baru terapi.
DEPRESI
- Realita kehilangan sudah diterima.
- Bingung, motivasi menurun, hilang
ketetarikan, tidak bisa
mengambil
keputusan, menangis, murung.
- Menarik diri dari hubungan orang lain
dan kegiatan.
- Individu diam, merasa kesepain.
- Teringat masa lalu dan obyek yang hilang
- Individu malas berdandan.
- Individu bisa suicide, koping destruktif
mi num obat berlebihan.
ACCEPTANCE
- Individu menerima kehilangan
dan kematian dan mulai
menyusun rencana.
- Individu mampu “ cur – hat “
- Klien marasa lebih baik.
- Kenangan masa lalu muncul,
tetapi tidak terlalu
menyedihkan
lagi.
- Masa baik menggantikan masa buruk.
- Hidup mulai stabil.
|
•
Berikan
pernyataan penguatan,
perhatikan makanan, minuman, keamanan
•
Observasi
keadaan fisik supaya tidak sakit
•
Perhatikan
lingkungan supaya tidak membahayakan individu
•
Tetap memberi / membuka realita
dengan memberi bukti-bukti
•
Dengarkan tanpa terlibat proses
pengingkaran
•
Tetap memperhatikan kebutuhan
fisiknya
•
Temani klien tanpa
mendiskusikan alasan/penyebab
prilakunya, kecuali bila diminta
•
Beri bimbingan antisipasi tentang perasaan, bahwa itu adalah wajar.
•
Jangan “ dimasukkan hati “, jangan mencoba memotong, bawa ke tempat tenang dulu
•
Dengarkan
dulu, baru beri jawaban, bila tidak tahan, tinggalkan
•
Hindari
sebisa mungkin faktor penyebab marah
•
Alihkan marah pada hal positif
•
Beri
informasi agar mudah mengambil keputusan
•
Beri bantuan spiritual
•
Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan
•
Berikan
dukungan dan empati
•
Temani
pada saat menangis,
•
Beri sentuhan
yang menenangkan
•
Komunikasi
dengan “ care “
•
Mendengarn
aktif
•
Kaji
apakah ada resiko meyakini diri atau orang lain.
•
Rujuk ke
dokter jiwa.
•
Biarkan
“ curhat “ baik secara verbal, menulis, melukis, tape.
•
Biarkan
dan beranikan klien mengenang masa lalu
•
Beri
informasi/bantuan sesuai yang di inginkan.
•
Terima
perasaannya.
•
Bantu
dalam menyusun rencana masa depan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar