I. PENGKAJIAN
a.
Data demografi
·
Nama :
·
Alamat :
·
Umur :
·
Jenis kelamin:
·
Tingkat pendidikan :
b.
Riwayat Keperawatan
·
Keluhan Utama :
batuk, nyeri dada, peningkatan produksi sputum, hemoptisis, sesak nafas. (PQRST)
·
Riwayat keluarga : penyakit keluarga, penyakit
keturunan dan alergi.
& pekerjaan
& pekerjaan
·
Riwayat Sosial : Merokok, pekerjaan, rekreasi,
keadaan lingkungan, factor-faktor allergen.
·
Keadaan lingkungan : kumuh, rawa – rawa, kota besar, Kebiasaan :
merokok, aktivitas.
3.
Pengkajian Fisik
1.
Pemeriksaan fisik
·
Batuk :
ada /tidak, nyeri saat batuk, sputum, sesak saat batuk
·
Jenis batuk :
produktif, non produktif, terus menerus atau tidak
·
Kapan
batuk timbul : pagi atau saat aktifitas.
·
Sputum
: warna, bau,
konsistensi:kental/cair, jumlah, darah &
berbusa.
·
Dispneu
(kesulitan bernafas) : kapan timbul, tingkat toleransi klien terhadap aktifitas.
Tingkatan dispneu yaitu:
Tingkat I : Dapat berjalan normal, tidak dapat naik tangga / gunung.
Tingkat II : Berjalan I mil tanpa terengah – engah namun tidak secepat normal
Tingkatan dispneu yaitu:
Tingkat I : Dapat berjalan normal, tidak dapat naik tangga / gunung.
Tingkat II : Berjalan I mil tanpa terengah – engah namun tidak secepat normal
Tingkat III :
Terengah – engah (100 m) atau setelah beberapa menit berjalan.
Tingkat IV : Terengah – engah untuk ADL (pakaian, makan, bicara).
Tingkat IV : Terengah – engah untuk ADL (pakaian, makan, bicara).
·
Hemoptisis : kapan saja, apa pencetusnya
·
Nyeri
dada : kapan timbul nyeri, apakah
mengikuti irama pernafasan
·
Wheezing : suara yang timbul akibat udara
melewati saluran yang kecil.
·
Warna
kulit : sianosis perifer atau sentral.
·
Udema
wajah : biasanya karena infeksi dan pembengkakan sinus.
·
Bentuk
dada : dada burung, sejak kapan mulainya.
·
Gangguan
muskuloskeletal : adakah penggunaan otot – otot tambahan,
kelemahan, nyeri otot.
·
Clubbing
nail : Kelainan pada kuku
·
Bau
nafas : pengeluaran zat sisa
metabolisme, jenis bau nafasnya, aseton, ureum dan alkohol.
·
Pola
nafas : eupnea (Neunatus : 30 –
60x/mnt; Bayi : 44x /mnt; Anak : 20 –
25x /mnt; ewasa : 15 – 20x /mnt) , takipnea, hiperventilasi, kussmaul,
cheyne stokes, biot.
·
Taktil
Fremitus : akan meningkat pada konsolidasi (ada masa) dan menuru pada Pneumothorak
dan pleural effusion.
2. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a. Inspeksi
1) Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi duduk.
2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
3) Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
4) Inspeksi
thorax poterior terhadap warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti : kyphosis,
scoliosis dan lordosis.
5) Catat jumlah, irama, kedalaman
pernafasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.
6) Observasi
type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau pernafasan diafragma, dan
penggunaan otot bantu pernafasan.
7)
Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan
fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang
memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas dan sering ditemukan
pada klien Chronic Airflow Limitation (CAL)/COPD
9) Kelainan pada bentuk dada : Barrel Chest; Funnel Chest (Pectus
Excavatum); Pigeon Chest (Pectus Carinatum); Kyphoscoliosis; Kiposis; Skoliosis.
10) Observasi kesimetrisan pergerakan
dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit
pada paru atau pleura.
11) Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang
dapat mengindikasikan obstruksi
jalan nafas.
b. Palpasi
·
Palpasi
thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti :
massa, lesi, bengkak.
·
Kaji
juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
·
Vocal
premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara.
c. Perkusi
·
Suara
perkusi normal :
Resonan (Sonor) à bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal.; Dullness à dihasilkan di atas bagian jantung atau paru; Tympany àmusikal, dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
Resonan (Sonor) à bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal.; Dullness à dihasilkan di atas bagian jantung atau paru; Tympany àmusikal, dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
·
Suara
Perkusi Abnormal :
Hiperresonan à bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang abnormal berisi udara. Flatness à sangat dullness dan oleh karena itu nadanya lebih tinggi. Dapat didengar pada perkusi daerah paha, dimana areanya seluruhnya berisi jaringan.
Hiperresonan à bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang abnormal berisi udara. Flatness à sangat dullness dan oleh karena itu nadanya lebih tinggi. Dapat didengar pada perkusi daerah paha, dimana areanya seluruhnya berisi jaringan.
d. Auskultasi
·
Suara
nafas normal :Bronchial; Bronchovesikular; Vesikular
·
Suara nafas tambahan :Wheezing; Ronchi; Pleural
friction rub; Crackles
d.
Pemeriksaan
laboratorium dan penunjang.
* Rontgen foto, Sputum BTA, Bronchoscopy, Analisa gas darah
* Rontgen foto, Sputum BTA, Bronchoscopy, Analisa gas darah
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan:
·
obstruksi jalan nafas akibat sekresi yang kental
atau benda asing
·
nyeri
abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada.
·
Obat-obatan
yang menekan reflek batuk dan pusat pernafasan
·
Hidrasi
yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yg kental
·
Immobilisasi
·
Penyakit
paru menahun yg memudahkan penumpukan sekresi.
Ditandai dengan : bunyi nafas
abnormal, batuk produktif tau non produktif, sianosis, sesak nafas, perubahan
pola nafas.
2. Pola Nafas tidak efektif berhubungan
dengan
·
tidak
adekuatnya pengembangan paru aibat : immobilisasi, obesitas dan nyeri.
·
Ggn
neuromuskular seperti : tetraplegia, trauma kepala, obat anestesia.
·
Obstruksi
jalan nafas akibat infeksi akut, alergi yg menyebabkan spasme atau
edema bronkial.
Ditandai dengan : dispneu, peningkatan
frek pernafasan, nafas dangkal, retraksi dada, pembesan jari (clubbing
fingger), pernafasan mll mulut, sianosis, orthopneu, vomitus, ekspansi paru
tidak elastik.atan
3. gangguan pertukaran gas berhubungan dengan:
·
disfungsi
CO akibat penyakti jantung
·
berkurangnya
volume darah akibat perdarahan, dehidrasi
·
keidakseimbangan
elektrolit seperti kelebihan potasium darah.
Ditandai dengan : aritmia jantung, td tidak
stabil, takikardi atau bradikardi, sianosis, lemah, distensi vena jugularis, O
urin berkurang, edema berbagai masalah pernafasan (orthopneu, dispneu, nafas
pendek, batuk)
IV. RENCANA KEPERAWATAN
1. Mempertahankan terbukanya jalan nafas
a. Pemasangan jalan nafas buatan
b. Latihan nafas dalam dan batuk efektif
c. Posisi yang baik : fowler atau semi fowler
d. Pengisapan lendir (suction)
e. Pemberian obat bronkhodilator.
2. Mobilisasi sekresi paru
a. Hidrasi
b. Humidifikasi
c. Postural drainage
3. Mempertahankan dan mempertahankan
pengembangan paru.
a. Latihan nafas
b. Pemasangan ventilasi mekanik
c.
Pemasangan chest tube atau shest drainage
4. Mengurangi/ mengoreksi hipoksia dan
kompensasi ubuh akibat hipoksia
a. Pemberian O2 mll nasal kanul, kateter,
simple mask, ETT.
5. meningkatkan transportasi gas dan cardiak
output
a. RJP
V. evaluasi
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data ulang
setelah melakukan implementasi dan data tersebut dibandingkan dengan tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar