PENGERTIAN
* Suatu kepribadian yang tak fleksibel / pola tingkah laku yang
maladaptive, yang mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosialnya.
Cara pemecahan masalah yang diselesaikannya kepada orang lain / lingkungan
social.
RENTANG RESPON SOSIAL
Respon adaptif respon
maladaptif
- Merenung - Kesendiriaan - Kesepian
- Otonomi - Manipulasi - Eksploitasi
- Bekerja sama - Bergantung pada orang lain - Menarik diri
- Interdependen - Curiga - Paranoia
Merenung : Respon individu untuk merenungi
(introspeksi) diri menentukan
langkah berikut.
Otonomi : Kemampuan individu untukmenentukan/menyampaikan
ide atau
perasaannya
dalam hubungan sosial.
Bekerja sama : Sesuatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu
mampu saling
memberi dan bekerja sama
Interdependen : Saling ketergantungan individu – orang
lain dalam membina
hubungan interpersonal sehingga ada kepuasan
satu sama lain.
Kesendiriaan : Individu kesulitan dalam membina hubungan
terbuka dengan
orang lain, individu cenderung menghindar dari
orang lain
Manipulasi : Menganggap orang lain sebagai
objek sehingga tak dapat
membina
hubungan sosial yang dalam.
Dependen : Individu. gagal mengembangkan
rasa percaya diri untuk berfungsi
dan
berinterkasi secara sukses, individu sangat bergantung pada
orang lain
sehingga orang laincenderung menolaknya karena
capek harus
memenuhi kebutuhannya
Curiga : Individu sukar mempercayai
orang lain.
Kesepian : Individu merasa dirinya
terpisah dari orang lain, merasa tidak
mampu mencapai
keakraban/keintiman, orang lain atau dirinya
tidak puas
dengan hubungan yang ada.
Eksploitasi : Individu sudah mengatur
lingkungan dan kegiatannya untuk
menyendiri
Menarik diri ; Individu tidak mau atau putus
kontak dengan orang lain atau
Lingkungan
Paronoia : Individu tidak saja tidak mau
atau putus kontak dengan orang lain
atau lingkungan
juga curiga orang lain akan mencelakakan
dirinya
PENGKAJIAN
Faktor predisposisi
1). Faktor Tumbuh Kembang
Pengalaman pertama memiliki kedekatan dengan orang
lain terjadi dalam keluarga. Kurangnya stimulasi atau perhatian ibu,
menyebabkan kurangnya perasaan aman dan bayi gagal mengembangkan dasar-dasar
percaya kepada orang lain. Perlakuan ini membuat anak curiga pada orang lain
dan terbawa sampai dewasa.
Pada umur 3-18 bulan, fase perkembangan ego
balita, dimana ibu memperkenalkan dunia realita kepada anak dimana anak
mengenal statusnya, kepentingan orang lain, ada yang harus mengalah sehingga
kemampuan ini menjadi dasar dia empati pada orang lain dan keberadaan orang
lain.
Pada umur 18 bulan – 3 tahun, fase anak mengalami
pengembangan otonomi. Bila anak tidak diberikan kesempatan dan dukungan pada
saat ini, maka anak akan ketergantungan pada orang lain, selalu takut pada
orang lain. Bila tidak diberi batasan atau anak terlalu bebas, maka anak akan
tidak mudah menghargai hak dan perasaan orang lain, dan ini akan menghalangi
kemampuan untuk menjalin hubungan yang intim dengan orang lain. Pada masa ini
juga anak belajar untuk berpisah sementara dengan orang tuanya dan percaya itu
bagian dari kehidupan sehari-hari. Selama berpisah anak akan mandiri dalam
mengatasi perasaannya dan akan berusaha mengurus dirinya. Anak juga belajar
bahwa ada orang baik dan ada orang yang jahat. Kemampuan ini akan menolong anak
dalam mengatasi perasaannya dan belajar sesuatu dari lingkungan dan
pengalamannya.
Pada masa sekolah, anak-anak belajar norma-norma
yang harus dia patuhi. Oleh karena itu dia harus diberikan norma-norma yang
realistik dan konsisten sehingga dia bisa berpikir secara logika dan tidak
mudah mengalami kebingungan.
2). Komunikasi dalam
keluarga
Komunikasi dalam keluarga yang bisa mengakibatkan
individu mengalami masa skizoferenia adalah double-bind-theory, yaitu
pembicaran yang diperlihatkan orang tua pada anaknya tetapi tidak jelas
maksudnya. Misalnya : Orang tua mengatakan sayang pada anaknya, tetapi nadanya
marah terus. Orang tua bilang anaknya selalu acuh padanya, tetapi pada saat
anak akan bicara, orang tuanya mengabaikan.Situasi ini mengakibatkan anak
merasa selalu salah, dan menolak untuk intim dengan orang lain.
Komunikasi dalam keluarga juga bisa terganggu bila
dalam keluarga itu ada konflik terus menerus, ada penyakit kronis, anggota
keluarga pendiam semua. Gangguan komunikasi bisa terjadi pada salah satu
anggota keluarga bila dia selalu disalahkan atau diisolasi.
3). Sosial budaya
Keluarga mengalami isolasi karena keluarga itu
mengalami masalah sosial seperti keluarga korban politik, korupsi, keluarga
pelaku kejahatan, keluarga yang anggota keluarganya mengalami penyakit yang
ditakuti masyarakat. Individu juga bisa mengalami isolasi sosial karena
kecacatan, sudah tua, miskin, selalu disalahkan, dianggap pembawa bencana dan
sebagainya.
4). Biologis
Sesorang mengalami gangguan hubungan sosial karena
berasal dari keturunan yang mengalami skizoferenia dengan gejala suka
menyendiri. Bisa juga disebabkan karena klien mengalami kerusakan otak sejak
lahir atau karena trauma dan penyakit
Faktor Presipitasi
1). Stresor sosial budaya
Seseorang bisa mengalami kesulitan dalam
berhubungan dengan orang lain dimulai ketika keluarganya tidak stabil seperti
perpisahan karena perceraian atau kematian. Bisa juga karena orang itu berpisah
dari keluarganya karena harus merantau.
2). Faktor hormonal
Teori Dopamin : Pada
klien skizoferenia, dopamin meningkat
Teori norefinefrin :
Pada klien skizoferenia, hormon ini meningkat
Teori indolamin :
metabolisme indolamin serotonin yang terganggu akan mengakibatakan
skizoferenia.
GABA (gamma-aminobutyric acid) : Dikatakan bila hormon GABA meningkat makan dopamin juga akan meningkat
Faktor endokrin : Gangguan
pada fungsi pituitari, seperti hormon FSH dan LH (yang menurun)
3). Hipotesa Virus.
Virus yang bisa merusak otak atau adanya virus HIV
sehingga timbul skizoferenia.
.
4). Model biologika
lingkungan sosial.
Tubuh akan menggambarkan ambang toleransi individu.
terhadap stress, pada saat terjadinya interaksi dengan stresor di lingkungan
sosial. Skizoferenia terjadi bila kemampuan fisik dan stres sangat berat
sedangkan dukungan dari lingkungan baik lingkungan fisik dan mental tidak ada.
5). Stresor psikologik
Individu mengalami skizoferenia karena kecemasan
yang berat dan terbatasnya kemampuan untuk menyelesaikan kecemasan.
Tingkah Laku
Beberapa tingkah laku spesifik pada kondisi pasien dengan kesulitan
hubungan sosial.
1). Tngkah laku karena CURIGA :
- Tak mampu mempercayai orang lain.
- Bermusuhan (Hospitalitasi)
- Mengisolasi diri dalam lingkungan sosial.
- Paranoia.
2). Tingkah laku karena halusinasi atau waham
·
Halusinasi
bisa mengakibatkan klien takut pada orang lain sehingga mengisolasikan diri
·
Waham
curiga mengakibatkan klien tidak mau bergaul dengan orang lain
3). Tingkah laku karena manipulasi
- Ekspresi perasaan yang tak langsung dengan tujuan.
- Memperlakukan orang lain sebagai obyek untuk kepentingannya
- Kurang asertif
- Mengisolasi diri dalam hubungan sosial.
- Harga diri menurun
- Sangat tergantung dengan orang lain.
4). Tingkah laku karena kepribadian borderline.
- Percobaan bunuh diri yang maulatif
- Tak tahan dengan kesendirian
- Suasana hati murung ( marah, depresi)
- Tingkah laku impulsif
- Prestasi menurun
- Ambivalensi dalam hubungan dengan orang lain.
5). Tingkah laku karena menarik diri
- Kurang Spontan, apatis
- Ekspresi wajah tidak berseri
- Tak memperhatikan kebersihan diri
- Komunikasi verbal menurun atau tidak sama sekali
- Mengisolasi diri
- Tak sadar dengan lingkungan disekitarnya
- Asupan makanan/ minuman terganggu
- Retensi urine/feces
- Energi energi menurun sehingga aktifitas menurun
- Harga diri menurun, merasa tidak berguna
- Postur tubuh berubah, misal : Sikap foetus.
- Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
- Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
- Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
- Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
- Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
- Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Koping Mekanisme
- Rejeksi : menolak berhubungan dengan orang lain
- Reaksi formasi : menurut dengan orang lain agar tidak dimarahi atau ditolak
- Regresi : perilaku mundur dengan selalu mengambek atau menarik diri
- Proyeksi : menyalahkan orang lain, terutama pada kilen yang selalu curiga atau manipulasi
- Displacement : mengalihkan kesalahan atau kemarahan kepada benda atau orang lain.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Isolasi sosial
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain.
1. Tindakan Keperawatan untuk pasien
a.
Tujuan : setelah tindakan keperawatan, pasien mampu
1)
Membina
hubungan saling percaya
2)
Menyadari
penyebab isolasi sosial
3)
Berinteraksi
dengan orang lain
b.
Tindakan
1)
Membina
hubungan saling percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya, adalah
:
·
Mengucapkan
salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
·
Berkenalan
dengan pasien : perkenalkan nama dan nama panggilan yang saudara sukai, serta
tanyakan nama dan nama panggilan pasien
·
Menanyakan
perasaan dan keluhan pasien sat ini
·
Buat
kontrak asuhan : apa yang saudara akan lakukan bersama pasien, berapa lama akan
dikerjakan, dan tempatnya dimana
·
Jelaskan
bahwa saudara akan merahasiakan
·
Sikap
empati terhadap psien
·
Penuhi
kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial
kadang-kadang perlu waktu yang lama dan interaksi yang singkat dan sering,
karena tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain.Untuk itu saudara
sebagai perawat harus konsisten bersikap terapeutik kepada pasien. Selalu
penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan . Pendekatan yang
konsisten akan membuahkan hasil. Bila pasien sudah percaya dengan saudara
program asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan.
2)
Membina
Pasien Menyadari Perilaku Isolasi Sosial
Mungkin perilaku isolasi sosial yang pasien alami dianggap sebagai perilaku
yang normal oleh pasien. Agar pasien
menyadari bahwa perilaku tersebut perlu diatasi maka hal yang pertama dilakukan
adalah menyadarkan pasien bahwa isolasi sosial merupakan masalah dan perlu
diatasi. Berikut ini langkah-langkah tindakan yang dapat saudara terapkan untuk
menyadarkan pasien akan masalah isolasi sosialnya :
·
Tanyakan
pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
·
Tanyakan
apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
·
Diskusikan
keuntungan bila pasien memiliki banyak
teman dan bergaul akrab dengan mereka
·
Diskusikan
kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain
·
Jelaskan
pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien
3) Melatih Paisen Berinteraksi dengan Orang
Lain Secara Beratahap
Saudara tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam
berinteraksi dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam
jangka waktu yang lama. Untuk itu saudara dapat melatih pasien berinteraksi
secara bertahap. Mula-mula jalinlah hubungan yang betul-betul saling percaya
dengan pasien. Mungkin pasien hanya akan akrab dengan saudara pada awalnya,
tetapi setelah itu saudara harus membiasakan pasien untuk bisa berinteraksi
secara bertahap dengan orang-orang disekitarnya.
Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat saudara lakukan
sebagai berikut :
·
Jelaskan
kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
·
Berikan
contoh cara berbicara dengan orang lain
·
Beri
kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan dihadapan Saudara
·
Mulailah
bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/ anggota keluarga
·
Bila
pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua,
tiga, empat orang, dan seterusnya.
·
Beri
pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien
·
Siap
mendengarkan ekspresi perasaan psien setelah berinteraksi dengan orang lain.
Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan
terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat Saudara lakukan
sebagai berikut:
·
Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara
berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan di hadapan Saudara
·
Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan
satu orang (pasien, perawat atau keluarga)
·
Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan,
tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
·
Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi
yang telah dilakukan oleh pasien.
·
Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien
setelah berinteraksi dengan orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan
keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap
semangat meningkatkan interaksinya.
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain,
dan mengajarkan pasien berkenalan
SP 2 Pasien : Mengajarkan
pasien berinteraksi secara bertahap
(berkenalan dengan orang pertama -seorang perawat-)
SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan
orang kedua-seorang pasien)
2.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
a. Tujuan : setelah tindakan keperawatan
keluarga mampu merawat psien isolasi sosial di rumah.
b. Tindakan : Melatih Keluarga Merawat Pasien
Isolasi sosial
Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien utnuk dapat membantu
pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu
bersama-sama dengan pasien sepanjang hari.
Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah
meliputi:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2) Menjelaskan tentang:
- Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
- Penyebab isolasi sosial.
- Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:
-
Membina
hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli dan tidak
ingkar janji.
-
Memberikan
semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama
dengan orang lain yaitu dengan tidak mencela kondisi pasien dan memberikan
pujian yang wajar.
-
Tidak
membiarkan pasien sendiri di rumah.
-
Membuat
rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.
3) Memperagakan cara
merawat pasien dengan isolasi sosial
1) Membantu keluarga mempraktekkan
cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan yang dihadapi.
2) Menyusun perencanaan pulang
bersama keluarga
SP 1
Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga
tentang masalah
isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara
merawat
pasien
dengan isolasi sosial
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien
dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan
pasien
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
EVALUASI
- Evaluasi kemampuan Pasien
·
Pasien
menjelaskan kebiasan interaksi .
·
Pasien
menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang lain.
·
Pasien
menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain.
·
Pasien
menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain.
·
Pasien
memperagakan cara berkenalan dengan orang lain.
·
Pasien
bergaul/berinteraksi dengan perawat, keluaraga, tetangga.
·
Pasien
menyampaikan perasaan setelah interaksi
dengan orang tua..
·
Pasien
mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain.
·
Pasien
mengunakan obat dengan patuh.
- Evaluasi kemampuan Keluarga
·
Keluarga
menyebutka masalah isolasi sosial dan akibatnya.
·
Keluarga
menyebutkan penyebab dan proses terjadinya isolasi sosial.
·
Keluarga
membantu pasien berinteraksi dengan orang lain .
·
Keluarga
melibatkan pasien melakukan kegiatan di rumah tangga.
PERKEMBANGAN HUBUNGAN
DENGAN ORANG LAIN.
BAYI Kebutuhan bio – psiko – sos
Dependen
Berhubungan konsisten
+ : Hubungan selagi percaya
- : Hubungan tak selagi
percaya gangguan hubungan sosial.
KANAK – KANAK SEKOLAH
Mulai independen Kasih
sayang meningkat
Mulai ada konflik Teman Berhubungan
konsisten
Peraturan
Hubungan sosia +
Pra remaja – remaja
dependen Pada teman
Independen Pada orang tua
interindependen Keseimbangan
antara tuntutan teman dan tekanan orang tua
Dewasa muda :Mandiri + Interindependen dapat ambil keputusan sendiri ditambah saaran
dan pendapat orang lain.
Dewasa tengah : Interindependen dan dapat membantu
orang lain untuk mandiri, hubungan
interindepednden dengan anak
Dewasa tua : Kehilangan >>>
Dependen meningkat, independen ( - ) hubungan
berubah nenek – cucu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar