A. Pengertian
Menurut Rampengan,1990 : Thypus
adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus dengan gejala demam satu
minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran.
Menurut FKUI, 1985 : Thypus adalah
penyakit infeksi akut yang biasa mengenai saluran pencernaan dan gejala
yang biasa ditimbulkan adalah demam yang tinggi lebih dari 1 minggu,
gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.
B. ETIOLOGI
Penyabab
penyakit ini adalah Salmonella typhi, Salmonella para typhii A, dan
Salmonella paratyphiiB. Basil gram negatif, bergerak dengan rambut
getar, tidak berspora, mempunyai 3 macam antigen yaitu antigen O,
antigen H, dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat
(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
Kuman tumbuh pada suasana aerob pada suhu 15 – 41°C (optimum 37°C) dan pH pertumbuhan 6 – 8.
C. TANDA DAN GEJALA
Masa
inkubasi rata-rata 2 minggu dan gejalanya seperti cepat lelah, malaise,
anoreksia, sakit kepala, rasa tidak enak di perut, dan nyeri seluruh
badan. Demam berangsur-angsur naik selama minggu pertama. Demam terjadi
terutama pada sore dan malam hari (febris remitten). Pada minggu 2 dan 3
demam terus menerus tinggi (febris kontinue) dan kemudian turun
berangsur-angsur.
Gangguan gastrointestinal, bibir kering dan
pecah-pecah, lidah kotor-berselaput putih dan pinggirnya hiperemis,
perut agak kembung dan mungkin nyeri tekan, bradikardi relatif, kenaikan
denyut nadi tidak sesuai dengan kenaikan suhu badan (Junadi, 1982).
D. PATOFISIOLOGI
Infeksi
masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, infeksi terjadi
pada saluran pencernaan. Basil di usus halus melalui pembuluh limfe
masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan
limfa sehingga membesar dan disertai nyeri. Basil masuk kembali ke dalam
darah (bakterimia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama kedalam
kelenjar limfoid usus halus menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada
mukosa usus. Tukak dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Jika
kondisi tubuh dijaga tetap baik, akan terbentuk zat kekebalan atau
antibodi. Dalam keadaan seperti ini, kuman typhus akan mati dan
penderita berangsur-angsur sembuh.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menegakkan diagnosa penyakit typhus perlu dilakukan pemeriksaan yaitu pemeriksaan laboratorium:
1. Darah tepi
- Terdapat gambaran leukopenia
- limfositosis relatif dan
- ameosinofila pada permulaan sakit
- mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan
Hasil pemeriksaan ini berguna untuk membantu menentukan penyakit dengan cepat.
2. Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan
positif apabila terjadi reaksi aglutinasi. Apabila titer lebih dari
1/80, 1/ 160, dst, semakin kecil titrasi menunjukkan semaki berat
penyakitnya.
G. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan
a. Kloramfenikol
b. Kotrimoksasol
c.
Bila terjadi ikterus dan hepatomegali: selain kloramfenikkol, diterapi
dengan Ampisilin 100 mg/kgBB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis.
2. Perawatan
a.
Penderita dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan
pengobatan. Klien harus tetap berbaring sampai minimal 7 hari bebas
demam atau 14 hari untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus
atau perforasi usus.
b. Pada klien dengan kesadaran menurun,
diperlukan perubahan2 posisi berbaring untuk menghindari komplikasi
pneumonia hipostatik dan dekubitus.
3. Diet
a. Pada mulanya
klien diberikan bubur saring kemudian bubur kasar untuk menghindari
komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus.
b. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian makanan padat secara dini yaitu nasi, lauk
pauk yang rendah sellulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat
diberikan dengan aman kepada klien.
H. PROGNOSIS
Umumnya
prognosis typhus pada klien adalah baik, asal klien cepat berobat.
Mortalitas pada klien yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi tidak
baik bila terdapat gambaran klinik yang berat seperti:
• Demam tinggi (hipertireksia) atau febris continue
• Kesadaran sangat menurun
• Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, perforasi.
I. PENCEGAHAN
a. Dengan mengetahui cara penyebaran penyakit, maka dapat dilakukan pengendalian.
b.
Menerapkan dasar-dasar hygiene dan kesehatan masyarakat, yaitu
melakukan deteksi dan isolasi terhadap sumber infeksi. Perlu
diperhatikan faktor kebersihan lingkungan.
c. Pembuangan sampah
dan klorinasi air minum, perlindungan terhadap suplai makanan dan
minuman, peningkatan ekonomi dan peningkatan kebiasaan hidup sehat serta
mengurangi populasi lalat (reservoir).
d. Memberikan pendidikan
kesehatan dan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan tinja) secara berkala
terhadap penyaji makanan baik pada industri makanan maupun restoran.
e. Sterilisasi pakaian, bahan, dan alat-alat yang digunakan klien dengan menggunakan antiseptik. Mencuci tangan dengan sabun.
f.
Deteksi karier dilakukan dengan tes darah dan diikuti dengan
pemeriksaan tinja dan urin yang dilakukan berulang-ulang. Klien yang
karier positif dilakukan pengawasan yang lebih ketat yaitu dengan
memberikan informasi tentang kebersihan personal.
2.4 ASUHAN KEPERAWATAN THYPUS
I. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi
nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan
diagnosa medik.
b. Keluhan utama
Perasaan tidak enak badan,
pusing, nyeri kepala, lesu dan kurang bersemangat, nafsu makan berkurang
(terutama selama masa inkubasi).
c. Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.
d. Riwayat penyakit dahulu Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
f. Riwayat psikososial dan spiritual
Biasanya
klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan. Gangguan dalam
beribadat karena klien tirah baring total dan lemah.
g. Pola-pola fungsi kesehatan
Pola nutrisi dan metabolisme
Klien
akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan
sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
Pola eliminasi
Eliminasi
alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine
menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan
suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus,
sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas
klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak
terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.
h. Data Fokus
• Mata : konjungtiva anemis
• Mulut : lidah khas (selaput putih kotor, ujung dan tepi kemerahan), nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah.
• Hidung : kadang terjadi epistaksis
• Abdomen: perut kembung (meteorismus), hepatomegali, splenomegali, nyeri tekan.
• Sirkulasi: bradikardi, gangguan kesadaran
• Kulit : bintik-bintik kemerahan pada punggung dan ekstremitas.
i. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah tepi
Didapatkan
adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi gangguan
absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan penghancuran sel
darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit
antara 3000 – 4000 /mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan
oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin. Aneosinofilia yaitu hilangnya
eosinofil dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium panas
yaitu pada minggu pertama. Limfositosis umumnya jumlah limfosit
meningkat akibat rangsangan endotoksin. Laju endap darah meningkat.
Pemeriksaan urine
Didaparkan
proteinuria ringan ( < 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan
lekosit dalam urine. Pemeriksaan tinja Didapatkan adanya lendir dan
darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan perforasi. Pemeriksaan
bakteriologis Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman
salmonella dan biakan darah tinja, urine, cairan empedu atau sumsum
tulang. Pemeriksaan serologis Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen
dan antibodi (aglutinin ). Adapun antibodi yang dihasilkan tubuh akibat
infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H. Apabila titer antibodi
O adalah 1 : 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi peningkatan
titer antibodi yang progresif (lebih dari 4 kali). Pada pemeriksaan
ulangan 1 atau 2 minggu kemudian menunjukkan diagnosa positif dari
infeksi Salmonella typhi. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan ini untuk
mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat demam tifoid.
II. Diagnosa Keperawatan Dari analisa data yang diperoleh maka
diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus demam tifoid dengan masalah
peningkatan suhu tubuh adalah sebagai berikut : a) Peningkatan suhu
tubuh sehubungan dengan proses infeksi kuman Salmonella typhi b)
Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan
pengeluaran cairan yang berlebihan. c) Gangguan rasa nyaman (kebutuhan
tidur dan istirahat) sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh. d)
Potensial terjadinya gangguan intregitas kulit sehubungan dengan
peningkatan suhu tubuh. e) Potensial terjadinya infeksi sehubungan
dengan pemasangan infus. III. Intervensi Perencanaan berisi suatu
tujuan pelayanan keperawatan dan rencana tindakan yang akan digunakan
itu untuk mencapai tujuan, kriteria hasil dan rasionalisai berdasarkan
susunan diagnosa keperawatan diatas, maka perencanaan yang dibuat
sebagai berikut : a. Diagnosa keperawatan I Peningkatan suhu tubuh
sehubungan dengan proses infeksi 1) Tujuan : suhu tubuh turun sampai
batas normal 2) Kriteria hasil : a) Suhu tubuh dalam batas normal 36 –
37 0C b) Klien bebas demam 3) Rencana tindakan a) Bina hubungan baik
dengan klien dan keluarga. b) Berikan kompres dingin dan ajarkan cara
untuk memakai es atau handuk pada tubuh, khususnya pada aksila atau
lipatan paha. c) Peningkatan kalori dan beri banyak minuman (cairan) d)
Anjurkan memakai baju tipis yang menyerap keringat. e) Observasi
tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut nadi f) Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian obat-obatan terutama anti piretik. 4) Rasional a)
Dengan hubungan yang baik dapat meningkatkan kerjasama dengan klien
sehingga pengobatan dan perawatan mudah dilaksanakan. b) Pemberian
kompres dingin merangsang penurunan suhu tubuh. c) Air merupakan
pangatur suhu tubuh. Setiap ada kenaikan suhu melebihi normal, kebutuhan
metabolisme air juga meningkat dari kebutuhan setiap ada kenaikan suhu
tubuh. d) Baju yang tipis akan mudah untuk menyerap keringat yang
keluar. e) Observasi tanda-tanda vital merupakan deteksi dini untuk
mengetahui komplikasi yang terjadi sehingga cepat mengambil tindakan.
f) Pemberian obat-obatan terutama antibiotik akan membunuh kuman
Salmonella typhi sehingga mempercepat proses penyembuhan sedangkan
antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh. b. Diagnosa keperawatan II
Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan
pengeluaran cairan yang berlebihan. 1) Tujuan : pengeluaran cairan
normal. 2) Kriteria hasil : a) Mukosa mulut dan bibir tetap basah,
turgor kulit normal. b) Tanda-tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah,
pernafasan) dalam batas normal. 3) Rencana tindakan a) Monitor intake
atau output tiap 6 jam b) Beri cairan (minum banyak 2 – 3 liter perhari)
dan elektrolit setiap hari. c) Masukan cairan diregulasi pertama kali
karena adanya rasa haus. d) Hindarkan sebagian besar gula alkohol,
kafein. e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan secar
intravena. 4) Rasional : a) Pemenuhan cairan (input) dan koreksi
terhadap kekurangan cairan yang keluar serta deteksi dini terhadap
keseimbangan cairan. b) Cairan yang terpenuhi dapat membantu metabolisme
dalam keseimbangan suhu tubuh. c) Haluaran cairan di regulasi oleh
kemampuan ginjal untuk memekatkan urine. d) Gula, alkohol dan kafein
mengandung diuretik meningkatkan produksi urine dan menyebabkan
dehidrasi. e) Sebagai perawat melakukan fungsinya (independen)
sebaik-baiknya. c. Diagnosa keperawatan III Gangguan rasa nyaman
(kebutuhan istirahat dan tidur) sehubungan dengan peningkatan suhu
tubuh. 1) Tujuan : kebutuhan rasa nyaman (istirahat dan tidur)
terpenuhi. 2) Kriteria hasil : a) Klien dapat/mampu mengekspresikan
kemampuan untuk istirahat dan tidur. b) Kebutuhan istirahat dan tidur
tidak terganggu. 3) Rencana tindakan a) Pertahankan tempat tidur yang
hangat dan bersih dan nyaman. b) Kebersihan diri (cuci mulut, gosok gig,
mandi sebagian). c) Mengkaji rutinitas istirahat dan tidur klien
sebelum dan sesudah masuk rumah sakit. d) Kurangi atau hilangkan
distraksi lingkungan atau kebisingan. e) Batasi pengunjung selama
peroide istirahat dan tidur. f) Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi (antipiretik). 4) Rasional : a) Tempat tidur yang
nyaman dapat memberi kenyamanan dalam masa istirahat klien. b)
Kebersihan diri juga dapat memberikan rasa nyaman dan dapat membantu
kenyamanan klien dalam istirahat dan tidur. c) Dapat memantau gangguan
pola tidur dan istirahat yang dirasakan. d) Lingkungan yang tidak
tenang, bagi klien akan cepat menambah beban atau penderitaannya. e)
Pengunjung yang banyak akan mengganggu istirahat dan tidur klien. f)
Antipiretik dapat menurunkan suhu yang tinggi sehingga kebutuhan
istirahat dan tidur klien terpenuhi atau gangguan yang selama ini
dialami akan berkurang. d. Diagnosa keperawatan IV Potensial
terjadinya infeksi sehubungan dengan pemasangan infus. 1) Tujuan : tidak
terjadi infeksi pada daerah pemasangan infus. 2) Kriteria hasil : a)
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi b) Infeksi tidak terjadi. 3) Rencana
tindakan a) Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang tanda-tanda
infeksi. b) Lakukan pemasangan infus secara steril dan jangan lupa
mencuci tangan sebelum dan sesudah pemasangan. c) Cabut infus bila
terdapat pembengkakan atau plebitis. d) Observasi tanda-tanda infeksi di
daerah pemasangan infus. 4) Rasional : a) Klien dapat mengetahui
tanda-tanda infeksi dn melaporkan segera bila terasa sakit di daerah
pemasangan infus. b) Dengan cara steril adalah tindakan preventif
terhadap kemungkinan terjadinya infeksi. Mencegah atau menghindari
kondisi yang lebih buruk lagi akibat infeksi. c) Dengan observasi yang
dilakukan akan dapat mengetahui secara dini gejala atau tanda-tanda
infeksi dan keadaan umum klien. e. Diagnosa keperawatan V Potensial
terjadi gangguan integritas kulit sehubungan dengan peningkatan suhu
tubuh 1) Tujuan : tidak terjadi gangguan intregitas kulit. 2) Kriteria
hasil : a) Tidak terdapat tanda-tanda gangguan integritas kulit
(kemerahan, lecet). b) Tidak terjadi luka lecet. 3) Rencana tindakan a)
Tingkatkan latihan rentang gerak dan mengangkat berat badan jika
mungkin. b) Ubah posisi tubuh tiap 2 jam sekali. c) Anjurkan menjaga
kulit tetap bersih dan kering. d) Jaga suhu dan kelembaban lingkungan
yang berlebihan. 4) Rasional : a) Memperbaiki sirkulasi darah dan
mengurangi penekanan yang berlebihan. b) Merubah posisi tidur dapat
memperbaiki sirkulasi darah dan mengurangi penekanan yang berlebihan di
daerah yang menonjol. c) Menjaga kulit tetap bersih dan kering dapat
mengurangi masuknya penyakit yang menyebabkan infeksi. d) Panas tubuh /
demam dengan kelembaban lingkungan yang baik akan turun sesuai keadaan
lingkungannya serta dapat mencegah terjadinya infeksi. IV. Evaluasi a.
Suhu tubuh klien kembali normal b. Frekuensi pernafasan kembali normal
c. Kulit klien tidak teraba panas d. Klien dapat beraktivitas BAB III
PENUTUP 3.1 Kesimpulan Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi
pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi
lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan
parasit yang patogen. Factor yang menyebabkan gastroenteritis adalah
infeksi, malabsorbsi, makanan dan psikologis. Thypus adalah suatu
penyakit infeksi pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau
lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran. Penyabab penyakit ini adalah Salmonella typhi,
Salmonella para typhii A, dan Salmonella paratyphiiB. Masa inkubasi
rata-rata 2 minggu dan gejalanya seperti cepat lelah, malaise,
anoreksia, sakit kepala, rasa tidak enak di perut, dan nyeri seluruh
badan. Demam berangsur-angsur naik selama minggu pertama. Demam terjadi
terutama pada sore dan malam hari (febris remitten). 3.2 Saran
Selalu gunakan tahap proses keperawatan dengan baik dan benar dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan. DAFTAR PUSTAKA 1. Mansjoer,
Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran
UI. Media Aescullapius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar