Sebelum
membahas tentang perubahan-perubahan pada masa nifas baik fisiologis
maupun psikologis, maka kelompok akan menjelaskan terlebih dahulu
tentang pengertian nifas.
Masa nifas adalah suatu masa dimana
tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis terhadap proses
melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu, pengertian
masa nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat
dan anggota badan yang berhubungan dengan kehamilan / persalinan. (Ahmad
Ramli. 1989).
Dari dua pengertian di atas kelompok
menyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan
hingga pulihnya alat-alat kandungan dan anggota badan serta psikososial
yang berhubungan dengan kehamilan / persalinan selama 6 minggu.
Dalam
proses adaptasi pada masa post partum terdapat 3 (tiga) periode yang
meliputi “immediate puerperium” yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan,
“ early puerperium” yaitu setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan “late
puerperium” yaitu setelah 1 minggu sampai dengan 6 minggu post partum.
Perubahan fisiologis terjadi sejak hari pertama melahirkan. Adapun perubahan fisik yang terjadi adalah :
Sistem kardiovaskuler
Sebagai
kompensasi jantung dapat terjadi brandikardi 50 - 70 x/menit, keadaan
ini dianggap normal pada 24 - 48 jam pertama. Perubahan suhu yang
meningkat sampai dengan 38 Celsius sebagai akibat pemakaian tenaga dan
banyak berkeringat saat melahirkan. Peningkatan suhu tubuh lebih dari
38 Celsius menunjukan adanya tanda-tanda infeksi pada post partum
seperti mastitis, endometritits. Penurunan tekanan darah sistolik 20
mmHg pada saat klien merubah posisi dari berbaring ke duduk lebih
disebabkan oleh refleks ortostatik hipertensi.
Diaporesis Post partum
Klien
dapat mengeluarkan keringat yang banyak disertai perasaan menggigil.
Perasaan ini terjadi karena vasomotor yang tidak stabil.
Perubahan sistem urinarius
Selama
masa persalinan trauma pada kandung kemih dapat mengakibatkan edema dan
mengurangi sensitifitas kandung kemih. Perubahan ini dapat terjadi
sebagai akibat peregangan yang berlebihan dan pengosongan kandung kemih
yang tidak tuntas.
Bila klien lebih dari dua hari tidak dapat
buang air kecil, maka keadaan ini merupakan hal yang tidak normal.
Protein urin pada hari kedua adalah normal, karena kebutuhan protein
yang dikatalisis involusi uteri meningkat. Bila ini berlangsung sampai
dengan hari ke tujuh, menandakan adanya gejala preeklamsi.
Perubahan sistem gastro intestinal
Keadaan
gastro intestinal kembali berfungsi ke keadaan semula setelah satu
minggu post partum. Konstipasi terjadi akibat penurunan motilitas usus,
kehilangan cairan tubuh dan rasa tidak nyaman di daerah perineum,
penggunaan enema pada kala I dan penurunan tonus otot abdominal.
Keadaan muskuloskeletal
Pada
masa kehamilan otot abdomen meregang sedemikian rupa dikarenakan
pembesaran uterus yang mengakibatkan otot abdomen melemas dan kendor
sehingga teraba bagian otot-otot yang terpisah disebut diastasis recti
abdominis.
Perubahan sisten endokrin
Perubahan
sistem endokrin disini terjadi penurunan segera kadar hormon estrogen
dan progesteron. Hormon prolaktin pada masa laktasi akan meningkat
sebagai respon stimulasi penghisapan puting susu ibu oleh bayi. Pada
wanita yang tidak menyusui hormon estrogen dapat meningkat dan
merangsang pematangan folikel. Untuk itu menstruasi dapat terjadi 12
minggu post partum, pada klien menyusui dapat lebih lama (36 minggu).
Perubahan pada payudara
Payudara
dapat membengkak karena sistem vaskularisasi dan limfatik disekitar
payudara dan mengakibatkan perasaan tegang dan sakit. Pengeluaran air
susu ke duktus lactiferus oleh kontraksi sel-sel mioepitel tergantung
pada sekresi oksitosin dan rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi.
Perubahan uterus
Involusi
uterus terjadi segera setelah melahirkan. Tinggi fundus uteri pada saat
plasenta lahir 1 - 2 jam setinggi 1 jari di atas pusat, 12 jam setelah
melahirkan tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan sympisis, pada hari
ke sembilan uterus tidak teraba lagi. Bersama involusi uterus ini
teraba terdapat pengeluaran lochea. Lochea pada hari ke 1 - 3 berwarna
merah muda (rubra), pada hari ke 4 - 9 warna coklat / pink (serosa),
pada hari ke- 9 warna kuning sampai putih (alba).
Perubahan dinding vagina
Segera setelah melahirkan dinding vagina tampak edema, memar serta rugae atau lipatan-lipatan halus tidak ada lagi.
Pada
daerah perineum akan tampak goresan akibat regangan pada saat
melahirkan dan bila dilakukan episiotomi akan menyebabkan rasa tidak
nyaman.
ADAPTASI PSIKOLOGI PADA MASA POST PARTUM
I. Adaptasi Psikologi Ibu
Menjadi
orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa
transisi. Masa transisi pada post partum yang harus diperhatikan perawat
adalah :
1. Honeymoon adalah fase setelah anak lahir dan dan
terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah, anak. Kala ini dapat
dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan hal-hal romantis
masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang
baru.
2. “ Bonding Attachment ” atau ikatan kasih
•
Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. “Bonding” adalah suatu
istilah untuk menerangkan hubungan antara ibu dan anak. Sedangkan
“attachment” adalah suatu keterikatan antara orang tua dan anak. Peran
perawat penting sekali untuk memikirkan bagaimana hal tersebut dapat
terlaksana. Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan ikatan kasih tersebut.
Perubahan
psikologis pada klien post partum akan dikuti oleh perubahan psikologis
secara simultan sehingga klien harus beradaptasi secara menyeluruh.
Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat psikologis klien setelah melahirkan adalah :
“Taking In”
Suatu
periode dimana ibu hanya berorientasi pada kebutuhan diri sendiri,
tingkah laku klien pasif dengan berdiam diri, tergantung pada orang
lain. Ibu belum mempunyai inisiatif untuk kontak dengan bayinya. Dia
sangat membutuhkan orang lain untuk membantu, kebutuhannya yang utama
adalah istirahat dan makan. Selain itu ibu mulai menerima pengalamannya
dalam melahirkan dan menyadari bahwa hal tersebut adalah nyata. Periode
ini berlangsung 1 - 2 hari.
Menurut Gottible, ibu akan mengalami “proses mengetahui/menemukan “ yang terdiri dari :
1. Identifikasi
Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari fisik bagyi, gambaran tubuhnya untuk menyesuaikan dengan yang diharapkan atau diimpikan.
2. Relating (menghubungkan)
Ibu menggambarkan anaknya mirip dengan anggota keluarga yang lain, baik dari tingkah lakunya dan karakteristiknya.
3. Menginterpretasikan
• Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan.
Pada fase ini dikenal dengan istilah “ fingertip touch”
“ Taking Hold “
Periode
dimana terjadi perpindahan dari keadaan ketergantungan keadaan mandiri.
Perlahan-lahan tingkat energi klien meningkat merasa lebih nyaman dan
mulai berfokus pada bayi yang dilahirkan. Klien lebih mandiri, dan pada
akhirnya mempunyai inisiatif untuk merawat dirinya, mampu untuk
mengontrol fungsi tubuh, fungsi eliminasi dan memperhatikan aktifitas
yang dilakukannya setiap hari. Jika ibu merawat bayinya, maka ia harus
memperhatikan kualitas dan kuantitas dari produksi ASI. Selain itu, ibu
seharusnya tidak hanya mengungkapkan keinginannya saja akan tetapi harus
melakukan hal tersebut, misalnya keinginan berjalan, duduk, bergerak
seperti sebelum melahirkan. Disini juga klien sangat antusias merawat
bayinya. Pada fase ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan
pendidikan perawatan utnuk dirinya dan bayinya. Pada saat ini perawat
mutlak memberikan semua tindakan keperawatan seperti halnya menghadapi
kesiapan ibu menerima bayi, petunjuk-petunjuk yang harus diikuti tentang
bagaimana cara mengungkapkan dan bagaimana mengaturnya. Perawat harus
berhati-hati dalam memberikan instruksi dan tidak memaksakan kehendaknya
sendiri.
Apabila klien merasa tidak mampu berbuat seperti yang
diperbuat oleh perawat, maka perawat harus turun langsung membantu ibu
dalam melaksanakan kegiatan / tugas yang nyata (setelah pemberian
demonstrasi yang penting) dan memeberi pujian untuk setiap tindakan yang
tepat.
Bila ibu sudah merasakan lebih nyaman, maka ibu sudah
masuk dalam tahap ke- 2 “ maternal touch”, yaitu “total hand contact”
dan akhirnya pada tahap ke- 3 yang disebut “ enfolding”. Dan periode ini
berlangsung selama 10 hari.
“Letting Go”
Pada
fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri dan mulai disibukan
oleh tanggung jawabnya sebagai ibu. Secara umum fase ini terjadi ketika
ibu kembali ke rumah.
Pada fase ini ibu mengalami 2 perpisahan, yaitu :
• Mengerti dan menerima bentuh fisik dari bayinya
• Melepaskan peran ibu sebelum memiliki anak, menjadi ibu yang merawat anak.
“Post partum Blues”
Pada
fase ini , terjadi perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron yang
menurun, selain itu klien tidak siap dengan tugas-tugas yang harus
dihadapinya. Post partum blues biasanya terjadi 6 minggu setelah
melahirkan. Gejala yang tampak adalah menangis, mudah tersinggung,
gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur, dan cemas.
Bila
keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan klien tidak mampu
menyesuaikan dengan tuntutan tugasnya, maka keadaan ini dapat menjadi
serius yaitu keadaan post partum depresi.
II. Adaptasi Psikologis Ayah
Respon
ayah pada masa sesudah klien melahirkan tergantung keterlibatanya
selama proses persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah, ingin selalu
dekat dengan isteri dan anaknya, tetepi kadang-kadang terbentur dengan
peraturan rumah sakit.
III. Adaptasi Psikologis Keluarga
Kehadiran
bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran dan hubungan
dalam keluarga tersebut, misalnya anak yang lebih besar menjadi kakak,
orang tua menjadi kakek / nenek, suami dan isteri harus saling membagi
perhatian. Bila banyak anggoata yang membantu merawat bayi, maka keadaan
tidaklah sesulit dengan tidak ada yang membantu, sementara klien harus
ikut aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan membantu rumah tangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar