1. Pengertian
Urolithiasis adalah suatu keadaan dimana terdapat batu pada saluran kencing. Batu itu sendiri disebut kalkuli. Sudah lama dikenal dan ditemukan pada mumi dan mayat orang indian pada zaman 3000-5000 tahun SM. Juga dilaporkan bahwa batu saluran kencing ditemukan pada raja-raja Eropa pada abad pertengahan.
Persoalan pembentukan batu pada saluran kencing juga sudah lama dikenal yang dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor yang belum diketahui dengan jelas. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk terjadinya batu saluran kencing diperlukan 2 komponen yaitu matriks batu dan kristal. Kebanyakan batu mengandung kalsium , sementara sisanya mengandung amoniomagnesium fosfat atau strufit, asam urat, atau sistin.
2. Etiologi
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih. Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik;
Faktor intrinsik, meliputi:
a. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
b. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
c. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
a. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
b. Iklim dan temperature
c. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
e. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
3. Teori Terbentuknya Urolithiasis/Batu Ginjal
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.
4. Patofisiologi
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).
5. Gambaran Klinik dan Diagnosis Urolithiasis/Batu Ginjal
Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didaptkan demam/menggigil. Pemeriksaan sedimen urine menunjukan adanya lekosit, hematuria dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV. Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai penyebab timbulnya batu salran kemih (kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat dalam darah dan urine).
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radio-opak dan paling sering dijumpai di atara jenis batu lain. Batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen).
Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi opak atau batu non opak yang tidak tampak pada foto polos abdomen.
Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi opak atau batu non opak yang tidak tampak pada foto polos abdomen.
Ultrasongrafi dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV seperti pada keadaan alergi zat kontras, faal ginjal menurun dan pada pregnansi. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (tampak sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis atau pengkerutan ginjal.
6. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron , mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron , mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
1. Pengurangan nyeri
Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan: morphine atau mepedrine diberikan untuk mencegah syock dan sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air panas atau hangat diarea panggul dapat bermanfaat. Cairan diberika kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kendisi lain yang membutuhkan pembatasan cairan hal ini meningkatkan peningkatan tekanan hidrostatik pada ruang dibelakang batu sehingga mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin haluaran yang besar.
2. Pengangkatan Batu
Pemeriksaan sistoskopik dan paase kateter uretral kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruuksi , akan segera mengurangi tekanan-tekanan pada ginjal dan mengurangi nyeri.
3. Terapi Nutrisi dan Medikasi
Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk batu (misalnya Kalsium) efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien dengan batu renal paling sedikit harus minum 8 gelas/ hari untuk mempertahankan keenceran urin, kecuali ada kontraindikasi.
4. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)
Prosedur noninvasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal. Setelah batu pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan sepontan.
5. Metode Endurologi Pengangkatan Batu
Menggabungkan ketrampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengangkat batu ren tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan (nefrolitotomi perkutan) dan nefroskopi dimasukan ke traktus perkutan yang sudah dilebarkan kedalam parenkim ginjal, batu dapat diangkat dengan forceps atau jating, tergantung dari ukurannya
6. Ureteroskopi
ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses dengan memasukan suatu alat ureteroskop melalui sitoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser litotripsi elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.
7. Pelarutan Batu
Infus cairan kemolitik misalnya: agen pembuat basa (alkylating) dan pembuat asam (acidifying) untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternatif penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain yang menolak metode lain atau memiliki batu struvit.
8. Pembedahan (Operasi)
Sebelum ada lithotripsi pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan metodel terapi utama. Utuk saat ini bedah dilakukan pada 1-2 % pasien. Intervensi bedah dilakukan jika batu tersebut tidak berespon terhadap penaganan lain.
ASUHAN KEPERAWATAN
R ( 44 tahun ) dibawa ke IGD karena mengeluh sakit yang amat sangat pada daerah pinggang. Rasa sakit dirasakan hilang timbul, mula-mula dipinggang kemudian menjalar ke daerah suprapubis lalu ke daerah lipat paha sampai ke daerah genitalia. R kelihatan pucat, kulit teraba dingin, diaphoresis, keluhan mual (+), muntah (-),nyeri ketok pada kosto-vertebra (+), ginjal tidak teraba, blass penuh, suhu 38,5 C, N : 98 x/ menit, RR : 24 x/ menit, TD : 160/86 mmHg, dysuria (-), bakteriuria (-). Hasil USG : terdapat batu dengan ukuran 4-5 mm yang menyumbat sebagian urether kanan. Klien mengatakan sebelumnya ia merasa sehat sampai kemudian rasa sakit membangunkannya dari tidur. Ia adalah seorang karyawan perusahaan yang selalu dikejar deadline, bekerja di ruang ber AC, sering terlambat makan, jarang minum dan banyak duduk. Klien bercerita ayahnya dulu pernah dirawat karena menderita batu ginjal juga, sedangkan R menyatakan baru pertama kali ini diopname.
Dx medis : UROLITHIASIS
Berdasarkan kasus-kasus diatas, jawablah pertanyaan berikut :
1. Berdasarkan kasus diatas, identifikasi data focus yang ditemukan pada pasien !
2. Rumuskan diagnose keperawatan berdasarkan data focus tersebut !
3. Susun rencana keperawatan mencakup tujuan, intervensi keperawatan dan rasional!
4. Apa saja yang perlu diobservasi dan didokumentasikan pada pasien setelah tindakan keperawatan saudara lakukan !
1. ANALISA DATA
Nama Klien : Tn. R
Diagnosa Medis : Urolithiasis
No
|
Data Senjang
|
Masalah Keperawatan
|
Etiologi
|
Paraf
|
1.
|
DS :
- Klien mengatakan nyeri yang amat sangat pada daerah pinggang .
- Klien mengatakan nyeri hilang timbul mula-mula dipinggang kemudian menjalar ke daerah supra pubis lalu ke daerah lipat paha sampai daerah genitalia
DO :
- Nyeri ketok pada kosto vertebra.
- USG : terdapat batu dgn ukuran 4-5mm yang menyumbat sebagian ureter kanan
- Nadi : 96x/menit
- Klien pucat
|
Nyeri
|
Peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretral
| |
2.
|
DS :
-
DO :
- Diaphoresis
- Ginjal tidak teraba, blass penuh
- USG : terdapat batu dgn ukuran 4-5mm yang menyumbat sebagian ureter kanan
|
Gangguan eleminasi
|
Stimulasi kandung kemih oleh batu
|
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. R
Diagnosa Medis : Urolithiasis
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tanggal Ditemukan
|
Paraf
|
1.
|
Nyeri b.d peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretral .
|
10 Maret 2011
| |
2.
|
Gangguan eleminasi b.d stimulasi kandung kemih oleh batu
|
10 Maret 2011
|
3. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. R
Diagnosa Medis : Urolithiasis
No.
|
Diagnose
|
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Nyeri b.d peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretral .
|
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang sampai hilang, dengan kriteria hasil :
a). Nyeri berkurang sampai hilang.
b). Ekspresi wajah tidak meringis.
c). Suhu tubuh 36-37°C.
|
1. Catat lokasi lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran.
2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri.
3. Berikan tindakan nyaman.
4. Bantu/dorong dengan ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hari dalam toleransi jantung.
5. Berikan obat sesuai indikasi.
6. Berikan kompres hangat pada punggung.
|
1. Membantu mengevaluasi tempat obstruksidan kemajuan gerakan kalkulus.
2. Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesic sesuai waktu.
3. Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan meningkatkan koping.
4. Hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah statis urine dan membantu mencegah pembentukan batu selanjutnya.
5. Membantu menghilangkan nyeri.
6. Menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan reflex spasme.
|
2.
|
Gangguan eleminasi b.d stimulasi kandung kemih oleh batu .
|
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pola eliminasi urine klien normal dengan kriteria hasil :
a). Pola berkemih klien normal.
b). Hematuria mikroskopik (-).
|
1. Awasi input output dan karakteristik urine.
2. Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi.
3. Periksa semua urine. Catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium analisa.
4. Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran.
5. Ambil urine untuk kultur dan sensitifitas.
6. Berikan obat sesuai indikasi.
7. Irigasi dengan asam atau larutan alkalin sesuai indikasi.
|
1. Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi.
2. Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas syaraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.
3. Penemuan batu meningkatkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi.
4. Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.
5. Menentukan adanya ISK yang penyebab/gejala komplikasi.
6. Membantu mengurangi gangguan eliminasi.
7. Mengubah pH urine dapat membantu pelarutan batu dan mencegah pembentukan batu selanjutnya.
|
4. TINDAKAN/IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Dx
|
Tindakan/Implementasi Keperawatan
|
Paraf
|
1
|
1. Catat lokasi lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran.
2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri.
3. Berikan tindakan nyaman
4. Bantu/dorong dengan ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hari dalam toleransi jantung.
5. Berikan obat sesuai indikasi.
6. Berikan kompres hangat pada punggung.
| |
2
|
1. Awasi input output dan karakteristik urine.
2. Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi.
3. Periksa semua urine. Catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium analisa.
4. Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran.
5. Ambil urine untuk kultur dan sensitifitas.
6. Berikan obat sesuai indikasi.
7. Irigasi dengan asam atau larutan alkalin sesuai indikasi.
|
5. OBSERVASI & DOKUMENTASI
a. Observasi nyeri
b. TTV (Tanda-tanda Vital).
c. Skala nyeri.
d. Observasi intake / output cairan
e. Catat keluaran urine.
f. Memberikan informasi tentang proses penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
<http://masdanang.co.cc/?p=33> [diakses 11 Maret 2011]
<http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan_07.html>
[diakses 11 Maret 2011]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar