Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

LAPORAN PENDAHULUAN UROLITHIASIS

  1. Pengertian

Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).

 

  1. Insidens dan Etiologi

Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik)

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik, meliputi:
1.      Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2.      Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3.      Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
1.      Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
2.      Iklim dan temperatur
3.      Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4.      Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
5.      Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih

Beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih adalah:

1.      Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2.      Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3.      Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.

Komposisi Batu

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
           
Batu Kalsium

Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:
1.      Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2.      Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
3.      Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.
4.      Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
5.      Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium ddengan oksalat.

Batu Struvit

Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.

Batu Urat

Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.




3.         Patofisiologi
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal)



















Gambaran Klinik dan Diagnosis

Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didaptkan demam/menggigil.
Pemeriksaan sedimen urine menunjukan adanya lekosit, hematuria dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV. Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai penyebab timbulnya batu salran kemih (kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat dalam darah dan urine).
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radio-opak dan paling sering dijumpai di atara jenis batu lain. Batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen).
Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi opak atau batu non opak yang tidak tampak pada foto polos abdomen.
Ultrasongrafi dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV seperti pada keadaan alergi zat kontras, faal ginjal menurun dan pada pregnansi. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (tampak sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis atau pengkerutan ginjal.


Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.

Pencegahan
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalahupaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10 tahun.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
1.      Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari
2.      Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3.      Aktivitas harian yang cukup
4.      Medikamentosa

Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:

1.      Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
2.      Rendah oksalat
3.      Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria
4.      Rendah purin
5.      Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II

FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

 

Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1.         Aktivitas/istirahat:
Gejala:
-            Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk
-            Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
-            Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama)

2.         Sirkulasi
Tanda:
-            Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
-            Kulit hangat dan kemerahan atau pucat

3.         Eliminasi
Gejala:
-            Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
-            Penrunan volume urine
-            Rasa terbakar, dorongan berkemih
-            Diare
Tanda:
-            Oliguria, hematuria, piouria
-            Perubahan pola berkemih

4.         Makanan dan cairan:
Gejala:
-            Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
-            Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
-            Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda:
-            Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
-            Muntah

5.         Nyeri dan kenyamanan:
Gejala:
-            Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
-            Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
-            Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit

6.         Keamanan:
Gejala:
-            Penggunaan alkohol
-            Demam/menggigil

7.         Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
-            Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis
-            Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
-            Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

 

1.                  Tes Diagnostik

Lihat konsep medis.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler.
  2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
  3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
  4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler.

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1.   Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10) dan penyebarannya. Perhatiakn tanda non verbal seperti: peningkatan TD dan DN, gelisah, meringis, merintih, menggelepar.



2.   Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kepada staf perawatan setiap perubahan karakteristik nyeri yang terjadi.


3.   Lakukan tindakan yang mendukung kenyamanan (seperti masase ringan/kompres hangat pada punggung, lingkungan yang tenang)

4.   Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik.

5.   Batu/dorong peningkatan aktivitas (ambulasi aktif) sesuai indikasi disertai asupan cairan sedikitnya 3-4 liter perhari dalam batas toleransi jantung.

6.   Perhatikan peningkatan/menetapnya keluhan nyeri abdomen.



7.   Kolaborasi pemberian obat sesuai program terapi:
a.       Analgetik
b.      Antispasmodik
c.       Kortikosteroid



8.   Pertahankan patensi kateter urine bila diperlukan.
Membantu evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf dan pembuluh darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan gelisah, takut/cemas.
Melaporkan nyeri secara dini memberikan kesempatan pemberian analgesi pada waktu yang tepat dan membantu meningkatkan kemampuan koping klien dalam menurunkan ansietas.

Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot.



Mengalihkan perhatian dan membantu relaksasi otot.


Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine dan mencegah pembentukan batu selanjutnya.

Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasiurine ke dalam area perrenal, hal ini merupakan kedaruratan bedah akut.



Analgetik (gol. narkotik) biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan kolik ureter dan meningkatkan relaksasi otot/mental.
Menurunkan refleks spasme, dapat menurunkan kolik dan nyeri.

Mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk membantu gerakan batu.

Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan risiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi.

Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1.   Awasi asupan dan haluaran, karakteristik urine, catat adanya keluaran batu.

2.   Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi yang terjadi.




3.   Dorong peningkatan asupan cairan.


4.   Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran.

5.   Pantau hasil pemeriksaan laboratorium  (elektrolit, BUN, kreatinin)
6.   Berikan obat sesuai indikasi:
-      Asetazolamid (Diamox), Alupurinol (Ziloprim)

-      Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), Klortalidon (Higroton)

-      Amonium klorida, kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika)

-      Agen antigout mis: Alupurinol (Ziloprim)

-      Antibiotika

-      Natrium bikarbonat




-      Asam askorbat

7.   Pertahankan patensi kateter tak menetap (uereteral, uretral atau nefrostomi).
8.   Irigasi dengan larutan asam atau alkali sesuai indikasi.

9.   Siapkan klien dan bantu prosedur    endoskopi.
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi. Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi
Batu saluran kemih dapat menyebabkan peningkatan eksitabilitas saraf sehingga menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila batu mendekati  pertemuan uretrovesikal.
Peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, debris dan membantu lewatnya batu.
Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.
Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit menjukkan disfungsi ginjal

Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk menurnkan pembentukan batu asam.

Mencegah stasis urine ddan menurunkan pembentukan batu kalsium.

Menurunkan pembentukan batu fosfat


Menurnkan produksi asam urat.


Mungkin diperlukan bila ada ISK

Mengganti kehilangan yang tidak dapat teratasi selama pembuangan bikarbonat dan atau alkalinisasi urine, dapat mencegah pemebntukan batu.

Mengasamkan urine untuk mencegah berulangnay pembentukan batu alkalin.
Mungkin diperlukan untuk membantu kelancaran aliran urine.

Mengubah pH urien dapat membantu pelarutan batu dan mencegah pembentukan batu selanjutnya.
Berbagai prosedur endo-urologi dapat dilakukan untuk mengeluarkan batu.



Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.   Awasi asupan dan haluaran


2.   Catat insiden dan karakteristik muntah, diare.



3.   Tingkatkan asupan cairan 3-4 liter/hari.


4.   Awasi tanda vital.


5.   Timbang berat badan setiap hari.


6.   Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan elektrolit.

7.   Berikan cairan infus sesuai program terapi.

8.   Kolaborasi pemberian diet sesuai keadaan klien.



9.   Berikan obat sesuai program terapi      (antiemetik misalnya Proklorperasin/ Campazin).


Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan ginjal.

Mual/muntah dan diare secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena saraf ganglion seliaka menghubungkan kedua ginjal dengan lambung.

Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis, juga dimaksudkan sebagai upaya membilas batu keluar.

Indikator hiddrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi.

Peningkatan BB yang cepat mungkin berhubungan dengan retensi.

Mengkaji hidrasi dan efektiviatas intervensi.

Mempertahankan volume sirkulasi (bila asupan per oral tidak cukup)

Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas saluran cerna, mengurangi iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi.

Antiemetik mungkin diperlukan untuk menurunkan mual/muntah.




Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL

1.   Tekankan pentingnya memperta-hankan asupan hidrasi 3-4 liter/hari.


2.   Kaji ulang program diet sesuai indikasi.
-      Diet rendah purin
-      Diet rendah kalsium
-      Diet rendah oksalat
-      Diet rendah kalsium/fosfat


3.   Diskusikan program obat-obatan, hindari obat yang dijual bebas.



4.   Jelaskan tentang tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik (nyeri berulang, hematuria, oliguria)

5.   Tunjukkan perawatan yang tepat terhadap luka insisi dan kateter bila ada.


Pembilasan sistem ginjal menurunkan kesemapatan stasis ginjal dan pembentukan batu.

Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan tipe batu yang ditemukan.






Obat-obatan yang diberikan bertujuan untuk mengoreksi asiditas atau alkalinitas urine tergantung penyebab dasar pembentukan batu.

Pengenalan dini tanda/gejala berulangnya pembentukan batu diperlukan untuk memperoleh intervensi yang cepat sebelum timbul komplikasi serius.

Meningkatakan kemampuan rawat diri dan kemandirian.

ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP TN. R DENGAN PENYAKIT UROTHILIASIS
A.  Pengkajian
1.       Identitas Klien
Nama   : Tn R
Umur    : 44 tahun

Dx Medis : Urolithiasis

2.       Riwayat Penyakit Sekarang
a.       Keluhan Utama : Nyeri
b.       Riwayat Penyakit Sekarang
R dibawa ke IGD karena mengeluh sakit yang amat sangat pada daerah pinggang. Klien menyatakan sebelumnya ia merasa sehat sampai kemudian rasa sakit membangunkan dari tidur Rasa sakit dirasakan hilang timbul mula-mula dipinggang kemudian menjalar kedaerah suprapubis lalu kedaerah lipat paha sampai kedaerah genetalia. . R kelihatan pucat, kulit teraba dingin, diaphoresis, keluhan mual (+), muntah (-), nyeri ketok pada kosto-vetebra (+), ginjal tidak teraba, blass penuh
c.       Riwayat Penyakit Keluarga
Klien bercerita ayahnya dulu pernah dirawat karena menderita batu ginjal juga

3.       Pemeriksaan Fisik
Suhu     : 38.5oc
N         : 98 x/menit
RR       : 24 x/menit
TD       : 160/86 mmHg

Eliminasi                : disuria (-), stranguria (-), frekuensi(+). Urinalisis menunjukan hematuri mikroskopik (+), piuria(-), proteinuria (-), bakteriuria (-).
Aktifitas                : Klien adalah seorang karyawan perusahaan yang selalu dikejar deadline, bekerja diruang AC, sering terlambat makan, jarang minum dan banyak duduk.

4.       Pemeriksaan Diagnostik
Hasil USG           : terdapat batu dengan ukuran 4-5 mm yang menyambat sebaian ureter kanan.








Analisa Data
No
Data Senjang
Masalah Keperawatam
Etiologi
1
DS :-        Klien mengeluh sakit yang amat sangat pada daerah pinggang. Rasa sakit dirasakan hilang timbul mula-mula dipinggang kemudian menjalar kedaerah suprapubis lalu kedaerah lipat paha sampai kedaerah genetalia
-          Klien menyatakan sebelumnya ia merasa sehat sampai kemudian rasa sakit membangunkan dari tidur
DO : -     Pucat
-          kulit teraba dingin
-          keluhan mual (+)
-           nyeri ketok pada kosto-vetebra (+)
-           N : 98 x/menit
-          TD : 160/86 mmHg
Nyeri

adanya penyumbatan obstruksi ureter
2.
DS : Klien mengatakan ayahnya dulu pernah dirawat karena menderita batu ginjal juga

DO :-  blass penuh
-          frekuensi(+)
-          Hasil USG : terdapat batu dengan ukuran 4-5 mm yang menyambat sebaian ureter kanan
-          Diaphoresis
Perubahan eliminasi urine
stimulasi kandung kemih oleh batu ginjal

3.
DS :Klien mengatakan sering terlambat makan, jarang minum
DO :-  keluhan mual (+)
-          diaphoresis
-           suhu 38.5oc
-          Urinalisis menunjukan hematuri mikroskopik (+)
Kekurangan volume cairan
dieresis pascaobstruksi



DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.       Nyeri berhubungan dengan adanya penyumbatan obstruksi ureter
2.       Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu ginjal
3.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dieresis pascaobstruksi


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN terhadap Tn. R

no
Diagnose
Criteria hasil
Intervensi
Rasional
1.
Nyeri berhubungan dengan adanya penyumbatan obstruksi ureter
Setelah dilakukan asuha keperawatan selama 3x24 jam klien dapat diharapkan melaporkan nyeri hilang dngan spasme terkontrol dengan criteria evaluasi :
·         Tampak rileks
·         Mampu tidur/ istirahat dengan tepat
a. Kaji dan catat lokasi, intensitas (skala 0-10) dan penyebarannya. Perhatikan tanda-tanda verbal : tekanan darah, nadi, gelisah, merintih

b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri
c. Berikan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan seperti pijatan punggung, lingkungan nyaman, istirahat
d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi dan aktifitas terapeutik
e. Dorong/bantu dengan ambulasi sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 l/hari dalam toleransi jantung
f. Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi :
- narkotik
- antispasmmodik
- kortikosteroid


g. Berikan kompres hangat pada punggung

a.membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus yang menyebabkan nyeri




b. membantu dalam meningkatkan kemampuan koping pasien dan dapat menurunkan ansietas


c. meningkatkan relaksasi, eningkatkan tegangan otot dan meningkatkan koping



d. mengrahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot


e.       hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine , dan membantu mencegah pembentukan batu selanjutnya


f.diberikan pada episode akut untuk menurunkan kolik uretra dan meningkatkan relaksasi otot atau mental
 menuru kan reflek spasme dapat menurunkan kolik dan nyeri
g.menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan reflex spasme
2.
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu ginjal
Setelah dilakukan asuha keperawatan selama 3x24 jam klien dapat diharapkan klien berkemih dengan normal dan pola biasanya dengan criteria hasil tidak mengalami tanda obstruksi
a.       awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine

b.       tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi


c.       dorong pemasukan cairan


d.       periksa semua urine. Catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa.

e.       kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi

f. siapkan pasien atau bantu untuk prosedur  endoskopi
a. memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi


b. kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera


c. peningkatan hidrasi menggilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
d. penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi piliha terapi.



e.menurunkan pembentukan batu fosfat


f. kalkulus pada reter distal dan tengah mungkin di gerakkan oleh sistoskop endoskopi dengan penangkapan batu dalam kantung kateter
3.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dieresis pascaobstruksi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 diharapkan klien mempertahan kan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan dengan tanda vital stabil dengan criteria hasil suhu normal
a.    Awasi masukan dan pengeluaran





b.   Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 liter / hari dalam toleransi jantung


c.    Awasi tanda vital, evaluasi nadi, pengisian kapilar, turgor kulit dan membrane mukosa
d. Awasi Hb/Ht, elektrolit, serta berikan cairan IV



e.    Berikan diet tepat, cairan jernih, makan lembut sesuai toleransi.




f.      kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi yaitu antiemetik
a.    Membandingkan keluaran aktual dan yang di antisipasi membantu dalam evaluasi adanya / derajat stasis / kerusakan ginjal.
b.       Mempertahankan keseimbangan cairan untuk hemostasis juga tindakan “mencuci’” yang dapat membilas batu keluar
c.    Indicator hidrasi atau volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi


d.    Untuk mengkaji dan keefektifan / kebutuhan intervensi serta mempertahankan volume sirkulasi

e.    Makan-makanan mudah cerna menurunkan aktifitas GI/iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi
f.                        Menurunkan mual atau muntah


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TERHADAP Tn. R
No.
Implementasi
paraf
Evaluasi
Paraf
1.
a.    Kaji dan catat lokasi, intensitas (skala 0-10) dan penyebarannya. Perhatikan tanda-tanda verbal : tekanan darah, nadi, gelisah, merintih

b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri
c. Berikan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan seperti pijatan punggung, lingkungan nyaman, istirahat.
d. Dorong meningkatkan pemasukan cairan.
f. Periksa semua urine. Catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa.

g.    Berikan diet tepat, cairan jernih, makan lembut sesuai toleransi.




h.    kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi yaitu antiemetik





S : klien mengatakan nyeri berkurang
O : klien rileks, N : 76 x/menit
     TD : 120/80 mmHg
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

2.
a.       awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine.
b.       tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi.
c.        Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi dan aktifitas terapeutik.
d.       Dorong/bantu dengan ambulasi sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 l/hari dalam toleransi jantung.
e.       Awasi tanda vital, evaluasi nadi, pengisian kapilar, turgor kulit dan membrane mukosa.
f.        Awasi Hb/Ht, elektrolit, serta berikan cairan IV




S : klien mengatakan mual berkurang dan untuk mengurangi nyeri klien di anjurkan oleh perawat untuk merubah posisi agar nyeri berkurang
O : klien melakukan perubahan posisi seperti miring kanan atau kiri saat merasakan nyeri
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

3.
a.       Awasi masukan dan pengeluaran.
b.       Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 liter / hari dalam toleransi jantung.
c.        Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi :
- narkotik
- antispasmmodik
- kortikosteroid.
d.       Berikan kompres hangat pada punggung.
e.       kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi.
f.         siapkan pasien atau bantu untuk prosedur  endoskopi


S: klien mengatakan minum air putih 7 gelas per hari (1 gelas = 250cc) dan buang air kecil 4 kali sehari dengan setiap kali buang air kecil 350 cc
O : klien tampak rileks dan nyaman setelah pemberian obat
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi


ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP TN. R DENGAN PENYAKIT UROTHILIASIS
B.  Pengkajian
5.       Identitas Klien
Nama   : Tn R
Umur    : 44 tahun
Dx Medis : Urolithiasis

6.       Riwayat Penyakit Sekarang
d.       Keluhan Utama : Nyeri
e.       Riwayat Penyakit Sekarang
R dibawa ke IGD karena mengeluh sakit yang amat sangat pada daerah pinggang. Klien menyatakan sebelumnya ia merasa sehat sampai kemudian rasa sakit membangunkan dari tidur Rasa sakit dirasakan hilang timbul mula-mula dipinggang kemudian menjalar kedaerah suprapubis lalu kedaerah lipat paha sampai kedaerah genetalia. . R kelihatan pucat, kulit teraba dingin, diaphoresis, keluhan mual (+), muntah (-), nyeri ketok pada kosto-vetebra (+), ginjal tidak teraba, blass penuh
f.        Riwayat Penyakit Keluarga
Klien bercerita ayahnya dulu pernah dirawat karena menderita batu ginjal juga

7.       Pemeriksaan Fisik
Suhu     : 38.5oc
N         : 98 x/menit
RR       : 24 x/menit
TD       : 160/86 mmHg

Eliminasi                : disuria (-), stranguria (-), frekuensi(+). Urinalisis menunjukan hematuri mikroskopik (+), piuria(-), proteinuria (-), bakteriuria (-).
Aktifitas                : Klien adalah seorang karyawan perusahaan yang selalu dikejar deadline, bekerja diruang AC, sering terlambat makan, jarang minum dan banyak duduk.

8.       Pemeriksaan Diagnostik
Hasil USG           : terdapat batu dengan ukuran 4-5 mm yang menyambat sebaian ureter kanan.


Analisa Data
No
Data Senjang
Masalah Keperawatam
Etiologi
1
DS :-        Klien mengeluh sakit yang amat sangat pada daerah pinggang. Rasa sakit dirasakan hilang timbul mula-mula dipinggang kemudian menjalar kedaerah suprapubis lalu kedaerah lipat paha sampai kedaerah genetalia
-          Klien menyatakan sebelumnya ia merasa sehat sampai kemudian rasa sakit membangunkan dari tidur
DO : -     Pucat
-          kulit teraba dingin
-          keluhan mual (+)
-           nyeri ketok pada kosto-vetebra (+)
-           N : 98 x/menit
-          TD : 160/86 mmHg
Nyeri

adanya penyumbatan obstruksi ureter
2.
DS : Klien mengatakan ayahnya dulu pernah dirawat karena menderita batu ginjal juga

DO :-  blass penuh
-          frekuensi(+)
-          Hasil USG : terdapat batu dengan ukuran 4-5 mm yang menyambat sebaian ureter kanan
-          Diaphoresis
Perubahan eliminasi urine
stimulasi kandung kemih oleh batu ginjal

3.
DS :Klien mengatakan sering terlambat makan, jarang minum
DO :-  keluhan mual (+)
-          diaphoresis
-           suhu 38.5oc
-          Urinalisis menunjukan hematuri mikroskopik (+)
Kekurangan volume cairan
dieresis pascaobstruksi



DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.       Nyeri berhubungan dengan adanya penyumbatan obstruksi ureter
2.       Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu ginjal
3.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dieresis pascaobstruksi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN terhadap Tn. R

no
diagnosa
Criteria hasil
Intervensi
Rasional
1.
Nyeri berhubungan dengan adanya penyumbatan obstruksi ureter
Setelah dilakukan asuha keperawatan selama 3x24 jam klien dapat diharapkan melaporkan nyeri hilang dngan spasme terkontrol dengan criteria evaluasi :
·         Tampak rileks
·         Mampu tidur/ istirahat dengan tepat
f.  Kaji dan catat lokasi, intensitas (skala 0-10) dan penyebarannya. Perhatikan tanda-tanda verbal : tekanan darah, nadi, gelisah, merintih

b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri
c. Berikan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan seperti pijatan punggung, lingkungan nyaman, istirahat
d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi dan aktifitas terapeutik
e. Dorong/bantu dengan ambulasi sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 l/hari dalam toleransi jantung
f. Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi :
- narkotik
- antispasmmodik
- kortikosteroid


g. Berikan kompres hangat pada punggung

a.membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus yang menyebabkan nyeri




g. membantu dalam meningkatkan kemampuan koping pasien dan dapat menurunkan ansietas


h. meningkatkan relaksasi, eningkatkan tegangan otot dan meningkatkan koping



i.   mengrahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot


j.         hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine , dan membantu mencegah pembentukan batu selanjutnya


f.diberikan pada episode akut untuk menurunkan kolik uretra dan meningkatkan relaksasi otot atau mental
 menuru kan reflek spasme dapat menurunkan kolik dan nyeri
g.menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan reflex spasme
2.
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu ginjal
Setelah dilakukan asuha keperawatan selama 3x24 jam klien dapat diharapkan klien berkemih dengan normal dan pola biasanya dengan criteria hasil tidak mengalami tanda obstruksi
f.        awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine

g.       tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi


h.       dorong pemasukan cairan


i.         periksa semua urine. Catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa.

j.         kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi

f. siapkan pasien atau bantu untuk prosedur  endoskopi
a. memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi


c. kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera


c. peningkatan hidrasi menggilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
d. penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi piliha terapi.



e.menurunkan pembentukan batu fosfat


f. kalkulus pada reter distal dan tengah mungkin di gerakkan oleh sistoskop endoskopi dengan penangkapan batu dalam kantung kateter
3.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dieresis pascaobstruksi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 diharapkan klien mempertahan kan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan dengan tanda vital stabil dengan criteria hasil suhu normal
i.      Awasi masukan dan pengeluaran





j.     Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 liter / hari dalam toleransi jantung


k.    Awasi tanda vital, evaluasi nadi, pengisian kapilar, turgor kulit dan membrane mukosa
l.   Awasi Hb/Ht, elektrolit, serta berikan cairan IV



m.  Berikan diet tepat, cairan jernih, makan lembut sesuai toleransi.




n.     kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi yaitu antiemetic
g.    Membandingkan keluaran aktual dan yang di antisipasi membantu dalam evaluasi adanya / derajat stasis / kerusakan ginjal.
h.       Mempertahankan keseimbangan cairan untuk hemostasis juga tindakan “mencuci’” yang dapat membilas batu keluar
i.      Indicator hidrasi atau volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi


j.      Untuk mengkaji dan keefektifan / kebutuhan intervensi serta mempertahankan volume sirkulasi

k.    Makan-makanan mudah cerna menurunkan aktifitas GI/iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi
l.                         Menurunkan mual atau muntah

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TERHADAP Tn. R
No.
Implementasi
paraf
Evaluasi
Paraf
1.
b.    Kaji dan catat lokasi, intensitas (skala 0-10) dan penyebarannya. Perhatikan tanda-tanda verbal : tekanan darah, nadi, gelisah, merintih

b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri
c. Berikan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan seperti pijatan punggung, lingkungan nyaman, istirahat.
d. Dorong meningkatkan pemasukan cairan.
f. Periksa semua urine. Catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa.

o.    Berikan diet tepat, cairan jernih, makan lembut sesuai toleransi.




p.    kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi yaitu antiemetik





S : klien mengatakan nyeri berkurang
O : klien rileks, N : 76 x/menit
     TD : 120/80 mmHg
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

2.
g.       awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine.
h.       tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi.
i.          Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi dan aktifitas terapeutik.
j.         Dorong/bantu dengan ambulasi sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 l/hari dalam toleransi jantung.
k.       Awasi tanda vital, evaluasi nadi, pengisian kapilar, turgor kulit dan membrane mukosa.
l.         Awasi Hb/Ht, elektrolit, serta berikan cairan IV




S : klien mengatakan mual berkurang dan untuk mengurangi nyeri klien di anjurkan oleh perawat untuk merubah posisi agar nyeri berkurang
O : klien melakukan perubahan posisi seperti miring kanan atau kiri saat merasakan nyeri
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

3.
g.       Awasi masukan dan pengeluaran.
h.       Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 liter / hari dalam toleransi jantung.
i.          Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi :
- narkotik
- antispasmmodik
- kortikosteroid.
j.         Berikan kompres hangat pada punggung.
k.       kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi.
l.          siapkan pasien atau bantu untuk prosedur  endoskopi


S: klien mengatakan minum air putih 7 gelas per hari (1 gelas = 250cc) dan buang air kecil 4 kali sehari dengan setiap kali buang air kecil 350 cc
O : klien tampak rileks dan nyaman setelah pemberian obat
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi


ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP TN. R DENGAN PENYAKIT UROTHILIASIS
C.  Pengkajian
9.       Identitas Klien
Nama   : Tn R
Umur    : 44 tahun

Dx Medis : Urolithiasis

10.   Riwayat Penyakit Sekarang
g.       Keluhan Utama : Nyeri
h.       Riwayat Penyakit Sekarang
R dibawa ke IGD karena mengeluh sakit yang amat sangat pada daerah pinggang. Klien menyatakan sebelumnya ia merasa sehat sampai kemudian rasa sakit membangunkan dari tidur Rasa sakit dirasakan hilang timbul mula-mula dipinggang kemudian menjalar kedaerah suprapubis lalu kedaerah lipat paha sampai kedaerah genetalia. . R kelihatan pucat, kulit teraba dingin, diaphoresis, keluhan mual (+), muntah (-), nyeri ketok pada kosto-vetebra (+), ginjal tidak teraba, blass penuh
i.         Riwayat Penyakit Keluarga
Klien bercerita ayahnya dulu pernah dirawat karena menderita batu ginjal juga

11.   Pemeriksaan Fisik
Suhu     : 38.5oc
N         : 98 x/menit
RR       : 24 x/menit
TD       : 160/86 mmHg

Eliminasi                : disuria (-), stranguria (-), frekuensi(+). Urinalisis menunjukan hematuri mikroskopik (+), piuria(-), proteinuria (-), bakteriuria (-).
Aktifitas                : Klien adalah seorang karyawan perusahaan yang selalu dikejar deadline, bekerja diruang AC, sering terlambat makan, jarang minum dan banyak duduk.

12.   Pemeriksaan Diagnostik
Hasil USG           : terdapat batu dengan ukuran 4-5 mm yang menyambat sebaian ureter kanan.
Analisa Data
No
Data Senjang
Masalah Keperawatam
Etiologi
1
DS :-        Klien mengeluh sakit yang amat sangat pada daerah pinggang. Rasa sakit dirasakan hilang timbul mula-mula dipinggang kemudian menjalar kedaerah suprapubis lalu kedaerah lipat paha sampai kedaerah genetalia
-          Klien menyatakan sebelumnya ia merasa sehat sampai kemudian rasa sakit membangunkan dari tidur
DO : -     Pucat
-          kulit teraba dingin
-          keluhan mual (+)
-           nyeri ketok pada kosto-vetebra (+)
-           N : 98 x/menit
-          TD : 160/86 mmHg
Nyeri

adanya penyumbatan obstruksi ureter
2.
DS : Klien mengatakan ayahnya dulu pernah dirawat karena menderita batu ginjal juga

DO :-  blass penuh
-          frekuensi(+)
-          Hasil USG : terdapat batu dengan ukuran 4-5 mm yang menyambat sebaian ureter kanan
-          Diaphoresis
Perubahan eliminasi urine
stimulasi kandung kemih oleh batu ginjal

3.
DS :Klien mengatakan sering terlambat makan, jarang minum
DO :-  keluhan mual (+)
-          diaphoresis
-           suhu 38.5oc
-          Urinalisis menunjukan hematuri mikroskopik (+)
Kekurangan volume cairan
dieresis pascaobstruksi



DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.       Nyeri berhubungan dengan adanya penyumbatan obstruksi ureter
2.       Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu ginjal
3.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dieresis pascaobstruksi


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN terhadap Tn. R

no
diagnosa
Criteria hasil
Intervensi
Rasional
1.
Nyeri berhubungan dengan adanya penyumbatan obstruksi ureter
Setelah dilakukan asuha keperawatan selama 3x24 jam klien dapat diharapkan melaporkan nyeri hilang dngan spasme terkontrol dengan criteria evaluasi :
·         Tampak rileks
·         Mampu tidur/ istirahat dengan tepat
k. Kaji dan catat lokasi, intensitas (skala 0-10) dan penyebarannya. Perhatikan tanda-tanda verbal : tekanan darah, nadi, gelisah, merintih

b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri
c. Berikan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan seperti pijatan punggung, lingkungan nyaman, istirahat
d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi dan aktifitas terapeutik
e. Dorong/bantu dengan ambulasi sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 l/hari dalam toleransi jantung
f. Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi :
- narkotik
- antispasmmodik
- kortikosteroid


g. Berikan kompres hangat pada punggung

a.membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus yang menyebabkan nyeri




l.   membantu dalam meningkatkan kemampuan koping pasien dan dapat menurunkan ansietas


m.                    meningkatkan relaksasi, eningkatkan tegangan otot dan meningkatkan koping



n. mengrahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot


o.       hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine , dan membantu mencegah pembentukan batu selanjutnya


f.diberikan pada episode akut untuk menurunkan kolik uretra dan meningkatkan relaksasi otot atau mental
 menuru kan reflek spasme dapat menurunkan kolik dan nyeri
g.menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan reflex spasme
2.
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu ginjal
Setelah dilakukan asuha keperawatan selama 3x24 jam klien dapat diharapkan klien berkemih dengan normal dan pola biasanya dengan criteria hasil tidak mengalami tanda obstruksi
k.       awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine

l.         tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi


m.     dorong pemasukan cairan

n.       periksa semua urine. Catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa.

o.       kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi

f. siapkan pasien atau bantu untuk prosedur  endoskopi
a. memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi


d. kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera

c. peningkatan hidrasi menggilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
d. penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi piliha terapi.



e.menurunkan pembentukan batu fosfat


f. kalkulus pada reter distal dan tengah mungkin di gerakkan oleh sistoskop endoskopi dengan penangkapan batu dalam kantung kateter
3.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dieresis pascaobstruksi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 diharapkan klien mempertahan kan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan dengan tanda vital stabil dengan criteria hasil suhu normal
q.    Awasi masukan dan pengeluaran





r.    Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 liter / hari dalam toleransi jantung


s.    Awasi tanda vital, evaluasi nadi, pengisian kapilar, turgor kulit dan membrane mukosa
t.  Awasi Hb/Ht, elektrolit, serta berikan cairan IV



u.    Berikan diet tepat, cairan jernih, makan lembut sesuai toleransi.



v.     kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi yaitu antiemetik
m.  Membandingkan keluaran aktual dan yang di antisipasi membantu dalam evaluasi adanya / derajat stasis / kerusakan ginjal.
n.       Mempertahankan keseimbangan cairan untuk hemostasis juga tindakan “mencuci’” yang dapat membilas batu keluar
o.    Indicator hidrasi atau volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi


p.    Untuk mengkaji dan keefektifan / kebutuhan intervensi serta mempertahankan volume sirkulasi

q.    Makan-makanan mudah cerna menurunkan aktifitas GI/iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi
r.                        Menurunkan mual atau muntah


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TERHADAP Tn. R
No.
Implementasi
paraf
Evaluasi
Paraf
1.
c.    Kaji dan catat lokasi, intensitas (skala 0-10) dan penyebarannya. Perhatikan tanda-tanda verbal : tekanan darah, nadi, gelisah, merintih

b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri
c. Berikan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan seperti pijatan punggung, lingkungan nyaman, istirahat.
d. Dorong meningkatkan pemasukan cairan.
f. Periksa semua urine. Catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa.

w.  Berikan diet tepat, cairan jernih, makan lembut sesuai toleransi.

x.    kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi yaitu antiemetik



S : klien mengatakan nyeri berkurang
O : klien rileks, N : 76 x/menit
     TD : 120/80 mmHg
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

2.
m.     awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine.
n.       tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi.
o.        Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi dan aktifitas terapeutik.
p.       Dorong/bantu dengan ambulasi sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 l/hari dalam toleransi jantung.
q.       Awasi tanda vital, evaluasi nadi, pengisian kapilar, turgor kulit dan membrane mukosa.
r.        Awasi Hb/Ht, elektrolit, serta berikan cairan IV


S : klien mengatakan mual berkurang dan untuk mengurangi nyeri klien di anjurkan oleh perawat untuk merubah posisi agar nyeri berkurang
O : klien melakukan perubahan posisi seperti miring kanan atau kiri saat merasakan nyeri
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

3.
m.     Awasi masukan dan pengeluaran.
n.       Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 liter / hari dalam toleransi jantung.
o.        Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi :
- narkotik
- antispasmmodik
- kortikosteroid.
p.       Berikan kompres hangat pada punggung.
q.       kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi.
r.         siapkan pasien atau bantu untuk prosedur  endoskopi


S: klien mengatakan minum air putih 7 gelas per hari (1 gelas = 250cc) dan buang air kecil 4 kali sehari dengan setiap kali buang air kecil 350 cc
O : klien tampak rileks dan nyaman setelah pemberian obat
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi


























DAFTAR PUSTAKA

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta

Purnomo, BB ( 2000), Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

Tidak ada komentar: