Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

LEPTOSPIROSIS

LEPTOSPIROSIS

A.     PENGERTIAN
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Leptospira yang pathogen.
Gejala leptospirosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya seperti influensa, meningitis, hepatitis, demam dengue, demam berdarah dengue dan demam virus lainnya.

B.     SEJARAH LEPTOSPIROSIS PADA MANUSIA
Penyakit ini menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah beriklim tropis dan sub tropis, dengan curah hujan yang tinggi dan kelembaban tinggi.
Di negara berkembang, dimana kesehatan lingkungannya kurang  diperhatikan terutama pembuangan sampah. Kuman leptospira akan mudah berkembang dan sehubungan dengan itu leptospirosis sering disebut sebagai penyakit pedesaan.
Case-fatality rates bervariasi < 5% sampai 30 %, tetapi angka ini masih diragukan, karena pencatan,pelaporan morbiditas dan mortalitas penyakit kurang baik.













International leptospirosis society menyatakan Indonesia sebagi negara insiden leptospirosis tinggi dan peringkat ke tiga di dunia untuk mortalitas, berdasarkan data semarang tahun 1998-2000. angka sebenarnya mungkin lebih tinggi, karena leptospirosis ditemukan juga di propinsi jawa barat, yogyakarta, lampung, sumatera selatan, bengkulu, riau, sumatera barat, sumatera utara, bali, kalimantan barat, kalimantan timur. Faine menduga kuman leptospirosis lebih lama hidup karena airnya bersifat basa. Sedangkan di jawa airnya bersifat asam, seharusnya kuman leptospira cepat mati.
Banjir besar di jakarta tahun 2002 dari data sementara 113 pasien leptospirosis diantaranya 20 meninggal.
Leptospirosis seringkali tidak terdiagnosis karena klinis tidaj spesifik dan sulit dilakukan konfirmasi diagnosis tanpa uji laboratorium.
Kejadian luar biasa leptospirosis dalam dekade terakhir di beberapa negara telah menjadikan leptospirosis sebagai salah satu penyakit yang termasuk the emergency infektion diseases. Mengingat hal tersebut diatas, akan bahaya leptospirosis sehingga perlu suatu buku pedoman tatalaksana kasus dan laboratorium leptospirosis di rumah sakit
Kuman leptospira yang bentuknya berpilin seperti spiral. Tipis, lentur dengan panjang 10-20 mikron dan tebal 0,1 mikron serta memiliki 2 lapisan membran. Kedua ujungnya memiliki kait berupa flagelum periplasmik dan berputar pada sumbu panjangnya. Organisme ini termasuk dalam ordo spirachaetales, family leptospiraceae, genus leptospira. Kuman lepr bersifat aerob dan tumbuh optimal pada suhu 28 – 30 derajat celsius.dan menghasilkan katalase dan oksidas. Media untuk pertumbuhannya adalah media dasar yang diperkaya dengan vitamin dan asam lemak rantai panjang sebagai sumber karbon dan garam amonium.
Kuman leptospira  memiliki 2 sistem klasifikasi dan sering menimbulkan








Gambar kuman leptospira dilihat dengan mikroskop elektron. (sumber: Chi KW, 2003 )
Keracunan. Sebelum tahun 1970, kuman leptospira dikelompokkan dalam spesies kuman leptospira interogans yang terdiri dari bifleksa complex. Sebagai kelompok kuman-kuman leptospira non patogen dan interrogans complex untuk pathogen. Tahun 1978 diterpkan klasifikasi secara serologi yang terdiri dari spesies patogen L Interrogans dan spesies non pathogen I biflexa. Tahun 1978 ditetapkan secara genetik yang disusun atas dasar kesamaan DNA sebesar  lebih dari 70% dan perbedaan kurang atau sama dengan 5%, yang mengklasifikasikan leptospira dalam berbagai genomospecies. Secara taksonomi klasifikasi klasifikasi genetik benar, tapi penerapannya sulit karena memerlukan teknologi molekuler.
Pengelompokkan serogroup tidak memiliki dasar taksonomi tapi dapat diterpkan untuk tujuan diagnosis dan epidemiologi. Serogrup dapat ditulis dengan awalan huruf besar misalnya serogrup isterohaemirhagiae termasuk genomospecies. Satu serogrup dapat dimiliki oleh beberapa genomospecies seperti Icterohaemorhagiae termasuk genonospecies L interogans sensu stricho, L noguchi maupun L kirschneri. Klasifikasi genomospecies dan korelasi dengan beberapa serogrup utama dapat dilihat pada tabel 3. pada klasifikasi serologi, serogrup L interogans seneu lato adalah icterohawmirrhagiae, hebdomadis, autumnalis, pyrogenes, manhao, bataviae, gryppotyphosa, canicola, australis, pomona, javanica, sejroe, panama, cynopteri, djasiman, sarmin, mini, tarasoovi, ballum, celledoni, lausiana, ranarum, manhao dan shermani.
Beberapa strain ditemukan di indonesia yaitu di bankinang I, van tienen, benyamin, binjae, 3522c, djasmin, hardjoprajitno, veldrat batavia 46, mankarso, hond HC, naam, Paijan, rachmat, salinem, sarmin, vleemuis,veldrat semaranga 173, sentot 90 c, k-21, 3705, x-47, 3859, dan azalia.

Sinomim.
Penyakit ini memiliki nama lain yaitu automal fever, canicola fever, haemorhagic jaunaice, Icteric leptospirosis , mud fever, redwater of claves, rice field fever, stutgard disease, swamp disease, swamp fever, swineherd’s disease, trench fever dan demam kemih tikus.



Tabel 3 klasifikasi genetik dan beberapa serogrup utama.
Spesies
Serogrup
L. alexanderi ( genomospecies 2)
Hebdomadis, Manhao
L. Borgpetersenii
Ballum, javanica, Sejroe, Tarassovi
L. Interrogans sensu stricto
Australis, autumnalis, canicola, icterohaemorrhagiae, panama,pyrogenes, sejroe
L. Kirchneri
autumnalis, grippotyphosa, icterohaemorrhagiae
L Noguchi
Australis, icterohaemorrhagiae
L. Santarosai
Hebdomadis, mini, pyrogenes, sejroe, tarassovi
L. Weilii
Celledoni, javanica, tarassovi
L. Fainei a
Hursstbridge
L. Inadoi a
Lyme, manhao
L. Meyeri a
Javanica, mini, sejroe
L. Biflexa sensu stricho b
andamana
L. Wolbachi b
Codice, semaranga
Turmeria parva b(dulu L. Parva)
Turneri
Laptonema illini b
Leptonema
Genomospecies 1a
Saprophytic serogrup ranarum
Genomospecies 3b
Saprophytic tentative serogrup holland
Genomospecies 4
Icterohaemorragiae
Genomospecies 5 b
Saprophytic serogrup ranarum
a : status patogen belum jelas
b : saprofit
sumber WHO, 2003




C.     EPIDEMIOLOGI
Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia maupun hewan dan digolongkan sebagai zoonosis. Leptospirosis adalah zoonosis bakterial berdasarkan penyebabnya, berdasarkan cara penularannya merupakan direct zoonosis karena tidak memerlukan vektor dan dapat juga digolongkan sebagai amfiksenosa karena jalur penularannya dapat dari hewan ke manusia dan sebaliknya.
Penularan leptospirosis pada manusia ditularkan oleh hewan yang terinfeksi kuman leptospira. Hewan pejamu kuman leptospira adalah hewan peliharaan seperti babi, lembu, kambing, kucing, anjing, kelompok unggas seperti beberapa hewan liar seperti tikus, bajing, ular dan lain-lain. Pejamu reservoa dan dikeluarkan melalui urin saat berkemih.
Manusia merupakan hospes insidentil seperti terlihat pada gambar 2:









Gambar siklus penularan leptospirosis
Sumber faine, 1999







BAB II
FAKTOR RESIKO

A. penularan penyakit leptospirosis
Penularan leptospirosis dapat secara langsung maupun tidak langsung.
a. Penularan langsung
-         Melalui darah, urin atau cairan tubuh lain yang mengandung kuman leptospira masuk kedalam tubuh
-         Dari hewan ke manusia merupakan penyakit akibat pekerjaan. Terjadi pada orang yang merawat hewan atau menangani organ tubuh hewan misalnya pekerja pemotong hewan atau seseorang  yang tertular dari hewan peliharaan
-         Dari manusia ke manusia meskipun jarang. Dapat terjadi melalui hubungan sexual pada masa konvalensi atau dari ibu penderita leptospirosis ke janin melalui sawar plasenta dan air susu ibu

b. Penularan tidak langsung
       Terjadi melalui genangan air, sungai, danau, selokan saluran air, dan lumpur yang tercemar urin hewan.

B. Faktor Resiko
Faktor – faktor resiko terinfeksi kuman leptospira bila kontak langsung / terpajan air dan rawa yang terkontaminasi.
1.      Kontak dengan air yang terkontaminasi kuman leptospira / urin tikus, saat banjir
2.      pekerjaan tukang perahu, rakit bambu pemulung
3.      mencuci atau mandi di sungai/ danau
4.      peternak, pemelihara hewan dan dokter hewan yang terpajan karena menangani ternak/ hewan, terutama saat memerah susu, menyentuh hewan mati, menolong hewan melahirkan atau kontak dengan bahan lain seperti plasenta, cairan amnion dan bila kontak dengan percikan infeksius saat hewan berkemih
5.      tukang kebun/ pekerja di perkebunan
6.      petani tanpa alas kaki di sawah
7.      pekerja potong hewan, tukang daging yang terpajan saat memotong hewan
8.      pembersih selokan
9.      pekerja tambang
10.  pemancing ikan,pekerja tambak udang/ ikan air tawar
11.  tentara,pemburu dan pendaki gunung, bila mengarungi permukaan air atau rawa
12.  anak-anak yang bermain di taman, genangan air hujan atau kubangan
13.  tempat rekreasi di air tawar: berenang, arung jeram dan olah raga air lain, trilomba juang ( triathlon), memasuki gua, mendaki gunung.
14.  petugas laboratorium yang sedang memeriksa spesimen kuman leptospira  dan zoonosis lainnya
15.  petugas kebersihan di rumah sakit dan paramedis dianggap mempunyai resiko tinggi terhadap penularan kuman leptospira.

Infeksi leptospirosis di indonesia umumnya dengan perantaraan tikus. Jenis rattus norvegicus ( tikus selokan), rattus diardii ( tikus rumah ), rattus exulans ( tikus kandang ) dan suncus marinus ( cecurut)

C.     Patogenesis
Patogenesis leptospirosis belum dimengerti sepenuhnya. Kuman leptospira masuk kedalam tubuh pejamu melalui luka iris/ luka abrasi pada kulit, konjunctiva atau mukosa utuh yang melapisi mulut, faring, osophagus, bronchus, alveolus dan dapat masuk melalui inhalasi droplet infeksi dan minum ait yang terkontaminasi.meski jarang dilaporkan penetrasi kuman leptospira melalui kulit utuh yang lama terendam air, saat banjir.
Infeksi melalui selaput lendir lambung jarang terjadi, karena ada asam lambung yang mematikan kuman leptospira.
Kuman leptospira yang tidak virulen gagal bermultiplikasi dan dimusnahkan oleh sistem kekebalan dari aliran darah setelah 1 atau 2 hari terinfeksi. Organisme virulen mengalami multiplikasi di darah dan jaringan dan kuman leptospira dapat diisolasi dari darah dan cairan cerebrospinal pada hari ke 4 sampai 10 perjalanan penyakit.



















Gambar patogenesis leptospirosis
Sumber : Gasem MH, 2003

Kuman leptospira merusak dinding pembuluh darah kecil sehingga menimbulkan vaskulitis disertai kebocoran dan ekstravasasi sel.
Patogenesis kuman leptospira yang penting adalah perlekatannya pada permukaan sel dan toksisitas selular. Lypopolysaccharide (LPS) pada kuman leptospira mempunyai aktifitas endotoksin yang berbeda dengan endotoksin bakteri gram negatif.dan aktifitas lainnya yaitu stimulasi perlekatan netrofil pada sel endotel dan trombosit. Sehingga terjadi agregasi trombosit disertai dengan trombositopenia.
Kuman leptospira mempunyai fosfolipase yaitu suatu hemolisin yang mengakibatkan lisisnya eritrosit dan membran sel lain yangmengandung fosfolipid.
Beberapa strain serovar ponama dan copenhageni mengaluarkan protein sitotoksin. In vivo, toksin ini mengakibatkan perubahan histopatologik berupa infiltrasi makrofag dan sel polimorfonuklear.
Organ utama yang terinfeksi kuman leptospira adalah ginjal dan hati. Didalam ginjal kuman leptospira bermigrasi ke interstisium, tubulus ginjal dan lumen tubulus.
Pada leptospirosis berat, vaskulitis akan menghambat sirkulasi mikro dan meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemia. Hipovolemia akibat dehidrasi dan perubahan permeabilitas kapiler salah satu penyebab gagal ginjal.
Iketerik disebabkan oleh kerusakan sel-sel hati yang ringan. Pelepasan bilrubin darah dari jaringan yang mengalami hemolisis intravaskuler, kolestasis intrahepatik sampai berkurang seksresi bilirubin.
Conjunctival suffision khususnya perikorneal terjadi karena dilatasipembuluh darah, kelainan ini sering dijumpai dan patogenesis pada stadium dini. Komplikasi lain berupa uvelitis, iritis dan iridosiklitis yang seing disertai kekeruhan vitreus dan lentikuler. Keberadaan kuman leptospira di aquaeous humor kadang menimbulkan uvelitis kronik berulang.
Kuman leptospira difagosit oleh sel-sel sistem retikulo endoteliel serta mekanisme pertahanan tubuh. Jumlah organisme semakin berkurang dengan meningkatnya kadar antibodi spesifik dalam darah. Kuman leptospira akan dieliminasi dari semua organ kecuali mata, tubulus peosksimal ginjal dan mungkin otak. Dimana kuman leptospira dapat menetap selama beberapa minggu atau bulan.


D.    Gambaran Hispatologi
Gambaran patologi leptospirosis ditandai dengan terjadinya vaskulitis kerusakan endotel dan infiltrasi inflamasi yang terdiri dari sel monosit, sel plasma, histiosit dan netrofil.
Gambaran histologi leptospirosis yang mencolok yaitu kerusakan hati, ginjal jantung dan paru
  1. Kerusakan hati akibat nekrosis sentribular yang disertai proliferasi sel kupffer
Sering ditemukan adanya disosiasi sel-sel hati, degenerasi sitoplasma, inti sel –sel parenkim mengecil dan infiltrasi mononukleus pada daerah portal
  1. Kerusakan ginjal lebih nyata dibandingkan dengan kerusakan hati yaitu edema dan perdarahan dimedula. Adanya gambaran nefritis intersisial yang berlanjut menjadi nekrosis tubulus pada kasus berat. Silinder protein , pigmen darah, eritrosit dan sisa sel tubulus dapat ditemukan di medula tubulus.
  2. Invasi otot rangka oleh kuman leptospira mengakibatkan timbulnya pembengkakan, vakuolisasi miofibril, nekrosis fokal, infiltrasi histiosit netrofil dan sel plasma misalnya pada otot gastroknemius
  3. Kerusakan pada jantung ditandai dengan ptekie  di endokardium dan epicardium, serabut otot sembab, disertai vakuolisasi degenerasi  dan infiltrasi sel radang. Pada beberapa kasus terjadi miokarditis toksik atau endokarditis akut.
  4. Kerusakan pada paru bervariasi dari inflamasi interstisial setempat disertai ekstravasasi hingga infiltrasi brokopneumonia

E.     Manifestasi Klinik
Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 7-12 hari dengan rerata 10 hari, menurut keparahan penyakit leptospirosis dibagi menjadi ringan, sedang dan berat.


BAB III
PEMBAGIAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS

A. Pembagian penyakit leptospirosis
Untuk pendekatan diagnosis klinik dan penanganannya beberapa ahli membagi menjadi leptospirosis antikterik dan leptospirosis ikterik
a.      Leptospirosis Anikterik
       Manifestasi klinik sebagian besar leptospirosis adalah anikterik. Diperkirakan mencapai 90% dari seluruh kasus leptospirosis di masyarakat. Bila ditemukan satu kasus leptospirosis berat, diperkirakan 10 kasus leptospirosis anikterik atau ringan. Perjalanan penyakit leptospirosis anikterik maupun ikterik umumnya bifasik karena mempunyai 2 fase / stadium yaitu fase septikemia dan fase imun, yang dipisahkan oleh periode asimtomatik.
       Ada juga yang membaginya menjadi 3 fase karena fase karena fase penyembuhan dianggap fase tersendiri
Leptospirosis timbul mendadak dengan gejala :
o   Demam ringan atau tinggi yang umumnya bersifat remitten
o   Nyeri kepala
o   Menggigil
o   Mialgia
o   Mual, muntah dan anoreksia
o   Nyeri kepala berat, mirip yang terjadi pada infeksi dengan disertai nyari retro-orbital dan fotofobia.
o   Nyeri otot tertama di daerah betis sehingga pasien sukar berjalan, punggung dan paha. Nyeri ini diduga akibat kerusakan otot sehingga kreatinin fosfokinesa akan meningkat dan pemeriksaan kreatini fosfokinase dapat membantu diagnosis klinik leptospirosis
o   Adanya conjumctival sufficien dan nyeri tekan didaerah betis. Limpadenopati, splenomegali, hepatomegali dan ruam makulopopular dapat ditemukan meskipun jarang.
o   Kelainan mata berupa uvelitis dan iridoksiklitis dapat dijumpai pada pasien leptospirosis anikterik maupun ikterik
Manifestasi klinik terpenting leptospirosis anikterik adalah meningitis aseptik yang tidak spesifik sehingga sering tidak terdiagnosis. Pleitositosis pada cairan cerebrospinal ditemukan pad 80% pasien, meskipun hanya 50% yang menunjukkan tanda dan gejala klinik meningitis aseptik.
Pada leptospirosis anikterik jarang diberi obat. Karena keluhan ringan, gejala akan hilang dalam kurun waktu 2 sampai 2minggu. Manifestasi kl menyerupai penyakit – penyakit demam akut lain, oleh karena itu pada setiap kasus dengan keluhan demam, harus selalu dipikirkan leptospirosis anikterik sebagai salah satu diagnosis bandingnya terutama didaerah endeminya.
Leptospirosis anikterik merupakan penyebab utama fever if unknown arigin di beberapa negara asia seperti thailand dan malaysia. Mortalitas pada leptospirosis anikterik hampir nol, meskipun pernah dilaporkan kasus leptospirosis yang meninggal akibat perdarahan masif paru dalam suatu wabah di cina.
Pada tes pembendungan dapat positif sehingga leptospirosis anikterik pada awalnya diduga sebagi pasien dengan infeksi dengue.

b.      leptospirosis ikterik
      pada leptospirosis ikterik demam dapat persisten dan fase imun menjadi tidak jelas atau nampak tumpang tindih dengan fase septikemia.
Keberadaan fase imun dipengaruhi oleh jenis serovar dan jumlah kuman leptospirosis yang meninfeksi. Status gizi pasien dan kesempatan memperoleh terapi yang tepat.
Pasien tidak mengalami kerusakan hepatoselular, bilirubin meningkat, kadar enzim transaminase serum hanya sedikit meningkat. Fungsi hati kembali normal setelah pasien sembuh. Komplikasi yang terjadi pada leptospirosis merefleksikan leptospirosis sebagai suatu penyakit multi sistem. Leptospirosis sering menyebabkan gagal ginjal akut. Ikterik dan manifestasi perdarahan yang merupakan gambaran klinik khas penyakit weil
Tabel perbedaan gambaran klinik leptospirosis anikterik dan ikterik
Sindroma, fase
Gambaran klinik
Spesimen laboratorium
Leptospirosis anikterik *
Fase leptospiremia (3-7 hari)


Fase imun (3-30 hari)

Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia. Nyeri perut, mual, muntah, conjunctival suffision
Demam ringan, nyeri kepala, muntah, meningitis aseptik

Darah, cairan serebrospinal


urin
Leptospirosis ikterik
Fase leptospiremia dan fase imun ( sering menjadi satu atau tumpang tindih )

Demam, nyeri kepala, mialgia , ikterik, gagal ginjal, hipotensi, manifestasi perdarahan, pneumonitis hemorrhagik, leukositosis

Darh, cairan cerebrospinal (mgg. I)
Urin (mgg II)
*antara fase leptospirosis dengan fase imun terdapat periode asimtomatik (1-3 hari)
suber : Gasem MH, 2003

Topenic purpura, kolesistitis akut, stenosis aorta, artritis reaktif, eritema nodosum, epidimitis, arterial cerebral yang mirip penyakit moyamoya dan sindroma guillin-barre
Kasus leptospirosis jarang dilaporkan pada anak. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak terdiagnosis atau karena manifestasi klinik yang berbeda dengan orang dewasa. Pada kasus yang berat dijumpai miokarditis, ruam deskuamasi yang menyerupai penyakit kawasaki, dengan perdarahan paru. Manifestasi klinik pada kasus ringan adalah demam dan gastroenteritis.
B. Diagnosis klinik dan diagnosis Banding
Langkah untuk menegakkan diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pola klinik leptospirosis di berbagai rumah sakit tidak sama, tergantung dari jenis kuman leptospira, kekebalan seseorang, kondisi lingkungan dan lain-lain.]
a.       Anamnesis
Pada anamnesis identitas pasien, keluhan yang dirasakan dan data epidemiologi penderita harus jelas karena berhubungan dengan lingkungan pasien.
Identitas pasien ditanyakan: nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis pekerjaan dan jangan lupa menanyakan hewan peliharaan maupun hewan liar di lingkungannya, karena berhubungan dengan leptospirosis.
Daftar tilik
Manifestasi klinik
Pekerjaan
Kontak dengan air
Kontak dengan hewan
o   Conjunctival suffision
o   Sakit kepala
o   Mialgia (paha dan betis )
o   Demam
o   Anoreksia
o   Malaise
o   Muntah
o   Diare
o   Gejala mirip influensa
o   Abnormalitas fungsi hati
o   Ikterik
o   Hemoptesis
o   Gagal hati
o   Gagal ginjal
o   Meningitis
o   Ruam kulit
o   Tanpa gejala
o   Meninggal
o   Diare
o   Lain-lain
o   Petani (padi/ tebu/ kelapa sawit)
o   Peternak
o   Pekerja lapangan :
-         Dengan hewan
-         Tambak ikan
-         Rumah potong hewan
-         Tukang daging
o   Kontak dengan air dalam 3 minggu terakhir
o   Dokter hewan
o   Tenaga medis
o   Prajurit
o   Pemulung
o   Lainnya (jelaskan)
o   Olahraga air
-         Berenang
-         Kano/ perahu
-         Arung jeram
o   Memancing di air tawar
o   Kontaminasi lain:
o   Kontak langsung
-         Sapi
-         Babi
-         Domba
-         Bebek
-         Anjing
-         Kucing
-         Tikus
-         cecurut
o   kontak tidak langsung
-         Lingkungan tercemar urin hewan sda


Biasa yang mudah terjadi pada usia produktif, karena kelompok ini lebih banyak aktif di lapangan. Tempat tinggal dari alamar dapat diketahui apakah tempat tinggal termasuk wilayah padat penduduk, banyak pejamu reservoar, lingkungan yang sering tergenang air maupun lingkungan kumuh.
Kemungkinan infeksi leptospirosis cukup besar pada musim hujan lebih-lebih karena dengan adanya banjir
Keluhan – keluhan khas yang dapat ditemukan yaitu demam mendadak, keadaan umum lemah tidak berdaya, mual,, muntah, nafsu makan menurun dan merasa mata makin lama bertambah kuning dan sakit hebat terutama di daerah betis.

b.      Pemeriksaan fisik
Gejala klinik menonjol yaitu ikterik, demam, mialgia, nyeri sendi serta  conjunctiva suffision.
Conjunctiva suffision dan mialgia merupakan gejala klinik yang paling sering ditemukan. Conjunctiva suffision bermanifestasi bilateral di palpebra pada hari ke 3 selambatnya hari ke 7 terasa sakit dan sering disertai perdarahan conjunctiva unilateral ataupun bilateral yang disertai fotofobia dan injeksi faring, faring terlihat merah dan bercak-bercak.
Mialgia dapat sangat hebat,pemijatan otot betis akan menimbulkan nyeri hebat dan hiperestesi kulit.
Kelainan fisik lain yang ditemukan yaitu hepatomegali, splenomegali, kaku kuduk, rangsang meningeal, hipotensi, ronki paru dan adanya difus hemoragi. Diastesis hemoragi timbul akibat proses vaskulitis, difus di kapiler disertai hipoprotrombinemia dan trombositopenia, uji pembendungan dapat positif. Perdarahan seing ditemukan pada leptospirosis ikterik dan manifestasi dan ruam kulit. Ruam kulit berwujud eritema makula, makulopapula ataupun urtikaria generalisata maupun setempat pada badan tulang kering atau tempat lain.

Tidak ada komentar: