Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

ASUHAN KEPERAWATAN STENOSIS PILORUS

Definisi Stenosis Pilorus

Pylorus Hipertrofi Stenosis Kongenital (Congenital Hypertrophyc Pyloric Stenosis (CHPS)) adalah salah satu kelainan bedah anak yang menyebabkan muntah pada neonatus. Terjadi pada 2-3 per 1000 kelahiran. Kelainan berupa hipertrofi otot sirkuler pilorus yang terbatas (jarang berlanjut ke otot gaster). Hal ini menyebabkan penyempitan kanal pylorus oleh kompresi lipatan-lipatan longitudinal dari mukosa dan pemanjangan pylorus.Obstruksi apertura gastrik menyebabkan muntah yang nonbilious dan menyemprot. Muntah merupakan tanda kegagalan proses pengosongan lambung yang mengakibatkan dehidrasi yang makin berat, gangguan elektrolit,gangguan keseimbangan asam basa, penurunan berat badan dan dapat berlanjut syok. Salah satu penyebab CHPS diduga karena gangguan koordinasi antara gerakan peristaltik gaster dan relaksasi pilorus1-3



2.1.2 Etiologi
2.1.3 Patofisiologi
2.1.4 Manifestasi Klinik
Gejala CHPS adalah muntah proyektil mulai umur 2-3 minggu, dan tidak berwarna hijau ( nonbilious vomiting). Bayi senantiasa menangis sesudah muntah dan akan muntah kembali setelah makan. Hal ini disebabkan karena obstruksi pylorus.Terkadang dijumpai muntah berwarna hijau dan dapat pula muntahan bercampur darah oleh karena adanya iritasi pada mukosa lambung. Penurunan berat badan yang disertai dengan penurunan turgor kulit merupakan tanda adanya dehidrasi1,7
Konstipasi merupakan gejala yang sering muncul karena sedikitnya jumlah cairan yang melalui pilorus menuju usus halus. Anak juga tampak gelisah dan terus menangis.


Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Contour dan peristatik lambung terlihat di perut bagian atas, teraba adanya tumor di daerah epigastrium atau hipokondrium kanan. Keadaan ini mudah terlihat dan teraba waktu bayi diberikan minum sewaktu pemeriksaan4,7,8
Gejala lain yang perlu diperhatikan adalah bayi selalu rewel dengan kesan lapar dan selalu ingin minum lagi setelah muntah,muntah dapat bercampur darah hingga berwarna kecoklatan akibat perdarahan kecil karena gastritis dan pecahnya pembuluh darah kapiler lambung, pada stadium lanjut bayi dalam keadaan dehidrasi, manutrisi, hipokalemi dan alkalosis hipokloremik. Pemeriksaan radiologi yaitu dengan barium meal maka akan tampak saluran pilorus kecil dan memanjang yang disebut “string sign“
Pada fluoroskopi tampak pengosongan lambung terlambat, lambung tampak membesar dan jelas terlihat gambaran peristaltik dan pada pemeriksaan ultrasonografi, tampak gambaran dougnat sign atau target bull eye sign1,7,8
Diagnosis banding kelainan ini adalah Pilorospasme, namun pilorospasme akan hilang setelah anak diberi spasmolitikum dan prolaps mukosa lambung. Terapi dilakukan setelah perbaikan keadaan umum. Selanjutnya dilakukan pembilasan lambung dengan larutan NaCl fisiologis untuk mengeluarkan sisa barium. dilakukan juga koreksi untuk keadaan dehidrasi, hipokalemi, hipokloremi dan alkalosisnya. Transfusi darah dan atau plasma/albumin diberikan bila terdapat anemi atau defisiensi protein serum
Gejala CHPS adalah muntah proyektil mulai umur 2-3 minggu, dan tidak berwarna hijau ( nonbilious vomiting). Bayi senantiasa menangis sesudah muntah dan akan muntah kembali setelah makan. Hal ini disebabkan karena obstruksi pylorus.Terkadang dijumpai muntah berwarna hijau dan dapat pula muntahan bercampur darah oleh karena adanya iritasi pada mukosa lambung. Penurunan berat badan yang disertai dengan penurunan turgor kulit merupakan tanda adanya dehidrasi1,7
Konstipasi merupakan gejala yang sering muncul karena sedikitnya jumlah cairan yang melalui pilorus menuju usus halus. Anak juga tampak gelisah dan terus menangis.

2.1.5 Pengobatan
Operasi dilakukan setelah persiapan pra bedah tercapai dan pembedahan yang dilakukan adalah pyloromiotomi (Fredet-Ramstedt). Setelah pembedahan, bayi sekali-kali muntah dan sembuh sempurna terjadi setelah 2-3 hari pasca bedah. Untuk mencegah terjadinya keadaan yang berulang residif, piloromiotomi harus dilakukan tuntas dengan cara seluruh bagian otot pylorus yang hipertropi dibelah, termasuk sebagian otot di bagian proksimal.1,7,9,10
Perawatan post operasi berupa: mempertahankan selang nasogastrik selama 24-48 jam post operasi, intake oral dapat dimulai 6 jam setelah operasi secara sedikit-sedikit setelah 24 jam boleh intake penuh diperbolehkan, dan fungsi pengosongan lambung normal dalam 7 hari Komplikasi pasca operasi dapat terjadi perdarahan, perforasi dan infeksi luka operasi. Perforasi duodenum atau lambung merupakan penyulit yang berbahaya sebab adanya suatu kebocoran enterik dapat menyebabkan nyeri, peregangan perut, demam dan peritonitis, bahkan dapat terjadi sepsis, kolaps vaskuler dan kematian. Jika terjadi perforasi harus dilakukan perbaikan dan diberi antibiotika. Pada CHPS piloromiotomi merupakan pilihan utama. Apabila dikerjakan dengan tepat maka prognosisnya baik dan tidak akan timbul kekambuhan1,2,7

Tidak ada komentar: