Tolong Klik Disini Untuk Membantu Saya Membeli Roti Setiap Harinya!

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KATARAK

Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pads retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Springhouse Co). Derajad disabilitas yang ditimbulkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas keburaman. Intervensi diindikasikan jika visus menurun sampai Batas klien tidak dapat menerima perubahan dan merugikan atau memengaruhi gaya hidup klien (yaitu visus 5/15). Katarak biasanya memengaruhi kedua mata tetapi masing-masing berkembang secara independen. Perkecualian, katarak traumatik biasanya unilateral dan katarak kongenital biasanya stasioner.

Tindakan operasi mengembalikan pandangan pada kurang lebih 95% klien (Springhouse Co). Tanpa pembedahan, katarak yang terjadi dapat menyebabkan kehilangan pandangan komplet. Katarak terbagi menjadi jenis menurut perkembangan (katarak kongenital) dan menurut proses degeneratif (katarak primer dan katarak komplikata).



Indikasi operasi katarak,
• Pada bayi (< 1 tahun), jika fundus tidak terlihat. • Pada umur lanjut: - Indikasi klinis: Jika timbul komplikasi glaukoma atau uveitis, meskipun visus masih baik untuk bekerja. Operasi dilakukan setelah keadaan tenang. - Indikasi visual: Katarak matur dengan visus 1/300 atau 1/- dengan catatan LP baik segala arah. Operasi untuk perbaikan visus. - Indikasi sosial: Pekerjaan Katarak Kongenital Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, diabetes melitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, galaktosemia. Ada pula yang menyertai kelainan bawaan pada mata itu sendiri seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma, keratokonus, ektopia lentis, megalokornea, heterokronia iris. Kekeruhan dapat dijumpai dalam bentuk arteri hialoidea yang persisten, katarak polaris anterior, posterior, katarak aksialis, katarak zonularis, katarak stelata, katarak totalis dan katarak kongenita membranasea: Komplikasi katarak Pada hordeolum yang besar dapat disertai selulitis dari palpebra atau orbita sehingga keadaan umumnya lebih terganggu. 1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang/alergi. 2. Claukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan. Katarak Primer Katarak primer, menurut umur ada tiga golongan yaitu katarakjuve (umur <20 tahun), katarak presenilis (umur sampai 50 tahun) katarak senilis (umur >50 tahun). Katarak primer dibagi menjadi stadium:


Stadium Insipien
Jenis katarak ini adalah stadium paling dini. Visus belum tergangu dengan koreksi masih bisa 5/5-5/6. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda.

Stadium Imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa, terutama terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Shadowtest positif. Saat ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang menyebabkan lensa menjadi cembung sehingga indeks refraksi berubah dan mata menjadi miopia. Keadaan ini disebut intumesensi. Cembungnya lensa akan mendorong iris ke depan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi sempit dan menimbulkan komplikasi glaukoma.

Stadium Matur
Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukuran normal kembali. Saat ini lensa telah keruh seluruhnya sehingga semua sinar yang masuk pupil dipantulkan kembali. Shadow test negatif. Di pupil tampak lensa seperti mutiara.

Stadium Hipermatur (Katarak Morgagni)
Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nukle lensa turun karena daya beratnya. Melalui pupil, nukleus terbaya sebagai setengah lingkaran di bagian bawah dengan warna berbe dari yang di atasnya yaitu kecoklatan. Saat ini juga terjadi kerusak kapsul lensa yang menjadi lebih permeabel sehingga isi korteks daK keluar dan lensa menjadi kempis yang di bawahnya terdapat nukle lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni.

Katarak Komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari penyakit lain. Penyebab katarak jenis ini adalah:
• Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa, glaukoma, ablasio retina yang sudah lama, uveitis, miopia maligna.
• Penyakit sistemik, diabetes melitus, hipoparatiroid, sindrom Down, dermatitis atopik.
• Trauma, trauma tumpul, pukulan, benda asing di dalam mata, terpajan panas yang berlebihan, sinar-X, radioaktif, terpajan sinar matahari, toksik kimia.
Merokok meningkatkan risiko berkembangnya katarak, demikian pula dengan peminum berat. Kadang-kadang katarak terjadi lagi setelah operasi jika kapsul lensa ditinggalkan utuh selama operasi katarak (deWit, 1998).

PATOFISIOLOGI
Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan densitasnya. Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi sentral serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi di korteks, serat lensa ditekan menuju sentral. Serat-serat lensa yang padat lama-lama menyebabkan hilangnya transparansi lensa yang tidakterasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak di atas menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang di berbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh/buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterpretasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi cokelat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna.



INTERVENSI BEDAH
Jenis pembedahan untuk katarak mencakup extracapsular cataract extractie (ECCE) dan intracapsular cataract extractie ICCE).

Extracapsular Cataract Extractie (ECCE)
Korteks dan nukleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk mencegah prolaps vitreus, untuk melindung retina dari sinar ultravio¬let dan memberikan sokongan untuk implantasi lensa intraokuler. ECCE paling sering dilakukan karena memungkinkan dimasukkannya lensa intraokuler ke dalam kapsul yang tersisa. Setelah pembedahan diperlukan koreksi visus lebih lanjut. Visus biasanya pulih dalam 3 bulan setelah pembedahan. Teknik yang sering digunakan dalam ECCE adalah fakoemulsifikasi, jaringan dihancurkan dan debris diangkat melalui pengisapan (suction).

Intracapsular Cataract Extractie (ICCE)
Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya. Keuntungan dari prosedur adalah kemudahan prosedur ini dilakukan, sedangkan kerugiannya mata berisiko tinggi mengalami retinal detachment dan mengangkat struktur penyokong untuk penanaman lensa intraokuler. Salah satu teknik ICCE adalah menggunakan cryosurgery, lensa dibekukan dengan probe superdingin dan kemudian diangkat.

Perawatan Preoperasi
Perawatan Preoperasi Rutin
• Fungsi retina harus baik yang diperiksa dengan tes proyeksi sinar.
• Tidak boleh ada infeksi pada mata/jaringan sekitar.
• Tidak boleh ada glaukoma. Pada keadaan glaukoma, pembuluh darah retina telah menyesuaikan diri dengan TIO yang tinggi. Jika dilakukan operasi, pada waktu kornea dipotong, TIO menurut pembuluh darah pecah dan menimbulkan perdarahan hebat. Juga dapat menyebabkan prolaps dari isi bulbus okuli seperti iris, badan kaca dan lensa.
• Periksa visus.
• Keadaan umum harus baik: tidak ada hipertensi, tidak ada diabetes melitus (kadar gula darah <150 mg/dl), tidak ada batuan menahun dan penyakit jantung seperti dekompensasi kordis.
• 2 - 3 hari sebelum operasi, mata diberi salep.
• 1 hari sebelum operasi, mata ditetesi homatropin 3x1 tetes.
• Sore hari bulu mata dicukur, yakinkan klien bahwa bulu mata akan tumbuh lagi. Kerjakan transchanal spoeling (uji Anel). Uji Anel negatif merupakan kontraindikasi mutlak untuk operasi intraokulasi karena kuman dapat masuk ke dalam mata.
• Beri salep antibiotik, jika perlu luminal tablet.
• Anjurkan mandi dan keramas sebelum operasi.
• Kirim ke kamar operasi dengan pakaian operasi.
• Premedikasi di kamar operasi.
• Injeksi luminal dan mata ditetesi pantokain tiap menit selama menit.

Beri kesempatan Klien yang Cemas untuk Menceritakan Kehilangan Pandangan
Review Prosedur Anestesi Lokal dan Retrobulbar yang Biasanya Sering Digunakan
Berikan Premedikasi Sesuai Program
• Asetazolamid/metazolamid untuk menurunkan TIO.
• Obat-obat simpatomimetik, misalnya fenilefrin untuk vase konstriksi dan midriasis.
• Parasimpatolitik untuk menyebabkan paralisis dan menyebabkan otot siliaris tidak dapat menggerakkan lensa.




Perawatan Pascaoperasi
Pascaoperasi boleh minum saja, 2 jam pascaoperasi makan makanan lunak. Pertahankan posisi semi-Fowler atau sesuai advis. Enam jasa pascaoperasi kepala baru boleh bergerak dan tidur miring ke arah mata yang tidak dioperasi.

Laporkan adanya drainase pada balutan kepada dokter bedah/dokter mata. Lakukan kompres dingin jika mata gatal. Kurangi/batasi klien untuk batuk, membungkuk, bersin, mengangkat benda berat lebih dari 7,5 kg dan tidur/berbaring pada sisi operatif (karena akan menigkatkan TIO). Rekomendasikan kacamata pada siang hari dan pelindung mata pada malam hari.

Antibiotik seperti gentamisin sesuai program, yang diberikan segera setelah pembedahan subkonjungtiva, demikian juga salep antibiotik dan steroid; keduanya digunakan untuk beberapa hari setelah operasi. Berikan analgesik sesuai program.

Lakukan observasi dan melaporkan komplikasi pembedahan, yaitu:
• Peningkatan TIO, ditandai nyeri parah, mual dan muntah.
• Infeksi.
• Perdarahan ruang mata anterior ditandai dengan perubahan pandangan.
• Terbentuknya membran sekunder atau katarak sekunder, ditandai dengan lensa belakang menjadi keruh.
• Retinal detachment, ditandai dengan tampaknya titik hitam, peningkatan jumlah floaters atau sinar kilat dan hilangnya sebagian/ seluruh lapang pandang.

Pilihan rehabilitasi bergantung pada keparahan masalah, umur klien dan jenis pembedahan. Pilihan rehabilitasi meliputi sebagai berikut.

Kacamata (aphakic spectacles)
Setelah ekstraksi katarak, mata klien tak mempunyai lensa yang disebut afakia dengan tanda COA dalam, iris tremulans, pupil hitam. Keadaan ini harus dikoreksi dengan lensa sferis (+)10D supaya dapat melihatjauh. Koreksi ini harus diberikan 3 bulan pascaoperasi, sebab sebelum 3 bulan keadaan refraksi masih berubah-ubah karena keadaan luka belum tenang dan astigmatismenya tidak tetap. Lensa mengubah bayangan sebanyak 25-33% dan menyebabkan distorsi sehingga garis vertikal seperti pintu tampak melengkung, menyebabkan pandangan perifer hilang, kedua mata tidak berfungsi bersama, sehingga terjadi diplopia jika hanya satu mata yang dioperasi, dan merupakan pilihan yang tidak mahal.

Lensa kontak
Keuntungan pilihan ini adalah ukuran bayangan hanya 7% lebih besar daripada ukuran normal, sehingga kedua mata berfungsi bersama. Lapang pandang tidak berubah/konstriksi. Kerugiannya dapat terjadi lakrimasi, perlu ketrampilan untuk memasang dan melepas, potensial infeksi dan abrasi kornea, implantasi lensa intraokuler, distorsi bayangan minimal 1-3%, segera kembali ke binokular vision. Kerugiannya risiko tinggi komplikasi, kemungkinan penolakan lensa
dan biaya mahal.

Proses Keperawatan
Pengkajian
Anamnesis
• Umur, katarak bisa terjadi pada semua umurtetapi umumnya pada usia lanjut.
• Riwayat trauma,trauma tembus ataupun tidak tembus dapat merusak kapsul lensa.
• Riwayat pekerjaan, pada pekerja laboratorium atau yang berhubungan dengan bahan kimia atau terpapar radioaktif/sinar-X.
• Riwayat penyakit/masalah kesehatan yang ada: beberapa jenis katarak komplikata terjadi akibat penyakit mata yang lain dan peyakit sistemik.
• Riwayat penggunaan obat-obatan
• Aktifitas Istirahat: Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
• Neurosensori : Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut ).
Tanda :Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata.
• Nyeri / Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala

Pemeriksaan Fisik
• Klien mengeluhkan penurunan pandangan bertahap dan tidak nyeri.
• Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda.
• Klien juga melaporkan melihat glare/halo di sekitar sinar lampu saat berkendaraan di malam hari, kesulitan dengan pandangan malam, kesulitan untuk membaca, sering memerlukan perubahan kacamata dan gangguan yang menyilaukan serta penurunan pandangan pada cuaca cerah. Klien juga memberikan keluhan bahwa warna menjadi kabur atau tampak kekuningan atau kecoklatan. Perlu peningkatan cahaya untuk membaca.
• Jika klien mengalami kekeruhan sentral, klien mungkin melaporkan dapat melihat lebih baik pada cahaya suram daripada terang, karena katarak yang terjadi di tengah dan pada saat pupil dilatasi klien dapat melihat melalui daerah di sekitar kekeruhan.
• Jika nukleus lensa terkena, kemampuan refraksi mata (ke¬mampuan memfokuskan bayangan pada retina) meningkat. Kemampuan ini disebut second sight, yang memungkinkan klien membaca tanpa lensa.
• Katarak hipermatur dapat membocorkan protein lensa ke bola mata, yang menyebabkan peningkatan. Tekanan intraokuler dan kemerahan pada mata.
• Kaji visus, terdapat penurunan signifikan.
• Inspeksi dengan penlightmenunjukkan pupil putih susu dan pada katarak lanjut terdapat area putih keabu-abuan di belakang pupil.

Pada pengkajian ini akan didapatkan kecemasan dan ketakutan kehilangan pandangan.

Diagnosis dan Intervensi Keperawatan
Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan pada lensa mata.
Tujuan, klien akan:
• Mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk mem¬proses rangsangan visual dan mengomunikasikan pembatasan pandangan.


Intervensi keperawatan:
• Kaji dan dokumentasikan ketajaman penglihatan (visus) dasar. Rasional: Menentukan seberapa bagus visus klien.
• Dapatkan deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien. Rasional: Memberikan data dasar tentang pandangan akurat klien dan bagaimana hal tersebut me¬mengaruhi perawatan.
• Adaptasikan lingkungan dengan kebutuhan visual klien denga cara:
- Orientasikan klien pada lingkungan. Rasional: Memfasilitasi kebebasan bergerak dengan aman.
- Letakkan alat-alat yang sering digunakan dalam pandangai klien (seperti call light, TV control, teko, tisu). Rasional Mengembangkan tindakan independen dan meningkatkai keamanan.
- Berikan pencahayaan yang paling sesuai bagi klien. Rasional Meningkatkan penglihatan klien. Lokasi katarak akai memengaruhi apakah cahaya gelap atau terang yang lebih baik.
- Cegah glare (sinar yang menyilaukan). Rasional: Mencegat distres. Katarak akan memecah sinar lampu yang akar menyebabkan distres.
- Letakkan barang-barang pada tempat yang konsisten Rasional: Menguatkan atau mendorong penggunaan memor sebagai pengganti penglihatan.
- Gunakan mated dengan tulisan besar dan kontras (mis tulisan hitam pada kertas putih). Rasional: Memfasilitasi membaca.
- Cegah penggunaan warna biru, hijau dan ungu pada materi cetakan/tulisan. Rasional: Menguningnya lensa akan me¬mantulkan warna-warna tersebut dan menyebabkan tulisan tersebut hilang atau menjadi bayangan abu-abu.
- Gunakan sistem "jarum jam" untuk mengorientasikan klien tentang lokasi makanan pada plate. Rasional: Membantu klien makan
• Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang disukai klien. Rasional: Meningkatkan stimulasi.
• Beritahu klien bentuk-bentuk rangsangan alternatif (radio, TV dan percakapan). Rasional: Meningkatkan stimulasi. Saat pandangan menjadi terbatas, beberapa klien mengganti dengan stimulasi yang lain seperti radio dan TV untuk membaca.
• Berikan sumber rangsangan sesuai permintaan.Rasional : Meningkatkan stimulasi.
• Rujuk klien ke pelayanan yang memberikan bantuan seperti buku percakapan dll. Rasional: Meningkatkan stimulas
• Kolaborasi: pembedahan

Diagnosis Tambahan
Takut yang berhubungan dengan kehilangan pandangan komplet, jadwal pembedahan, atau ketidakmampuan mendapatkan pandangan.

Risiko cedera yang berhubungan dengan komplikasi pascaoperasi sepen`i perdarahan, dan peningkatan tekanan intraokuler.

Tujuan:
• Tidak terjadi perdarahan intra okuler dan tidak ada peningkatan tekanan intraokuler.

Intervensi keperawatan:
• Ajarkan tanda dan gejala komplikasi yang harus dilaporkan pada dokter dengan segera, meliputi meningkatnya nyeri mata, keluarnya diskar purulen, penurunan visus, demam, me¬ningkatnya nyeri dahi.
• Instruksikan klien untuk tidak mengejan saat defekasi; dorong untuk menggunakan susu magnesium atau pencahar untuk mencegah hal ini sesuai kebutuhan.
• Cuci tangan secara tepat sebelum meneteskan obat mata atau mengganti balutan; beritahu klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum menyentuh daerah mata.
• Demonstrasikan cara menggunakan pelindung (shield) untuk tidur.
• Instruksikan klien untuk mencegah pergerakan cepat atau mendadak dan membungkuk.
• Instruksikan untuk segera minum obat jika mual dan muntah.
• Ingatkan klien untuk tidak berbaring pada sisi yang sakit.
• Dorong klien untuk mencari bantuan untuk ambulasi saat pandangan kabur.

Risiko cedera yang berhubungan dengan penurunan visus, umum atau berada pada lingkungan yang tidak dikenal.

Tujuan:
• Klien tidak mengalami cedera atau gangguan visual akibatjatur
- Klien mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan risiko cedera (jatuh).
- Klien mampu mengidentifikasi dan menyingkirkan benda-benda berbahaya dari lingkungan.
- Klien melaporkan tidak mengalami cedera (jatuh).
- Klien mampu mencegah aktivitas yang meningkatkan risiko cedera.
- Klien mampu menggunakan peralatan untuk mencegal cedera.

Intervensi keperawatan:
• Beritahu klien bahwa penutupan mata dengan bebat dan/atau shield menyebabkan pandangan monokuler, yang akar mengubah kedalaman persepsi dan mempersempit lapang pandang. Rasional: Meningkatkan kepatuhan klien. Klien akar lebih mungkin melakukan intervensi jika rasional diberikan.
• Kurangi risiko bahaya dari lingkungan klien. Rasional: Mencegat cedera.
- Kunci roda brankar atau tempat tidur.
- Berikan pencahayaan yang adekuat.
- Turun dari tempat tidur dari sisi mata yang tidak sakit dan tempat tidur berada dalam posisi rendah.
- Pasang pengaman tempat tidur.
- Singkirkan benda-benda yang mudah jatuh (seperti tempat sampah, tisu, kursi tanpa sandaran) atau benda berbahaya dari area yang dilewati klien untuk ambulasi.
- Letakkan alat-alat seperti bel pemanggil, tisu, telepon atau pengontrol di tempat yang mudah dijangkau klien pada sisi yang tidak terpengaruh.
- Dorong klien untuk menggunakan pegangan kamar mandi jika mungkin.
- Bersihkan lantai dari objek kecil seperti peniti, pensil, jarum.
• Beritahu klien untuk mengubah posisi secara perlahan. Rasional: Mencegah pusing.
• Beritahu klien agar tidak meraih benda untuk stabilitas saat ambulasi. Rasional: Mencegah jatuh akibat perubahan kedalaman persepsi. Benda/objek mungkin tidak terletak di tempat seperti yang dilihat klien. Meraih yang berlebihan akan mengubah pusat gravitasi yang akan menyebabkan klien jatuh.
• Dorong klien untuk menggunakan peralatan adaptif (tongkat, walker) untuk ambulasi sesuai kebutuhan. Rasional: Mem¬berikan sumber stabilitas.
• Beritahu klien untuk naik dan turun 1 kali dalam satu waktu. Rasional: Meningkatkan rasa keseimbangan.
• Tekankan pentingnya menggunakan pelindung mata saat melakukan aktivitas beresiko tinggi seperti ambulasi pada malam hari dan saat berada di tengah anak-anak atau binatang peliharaan. Rasional: Mencegah cedera.

Isolasi sosial yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan, takut, cedera, penurunan kemampuan me¬ngendalikan komunitas atau takut malu. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan vi¬sual, ketidakmampuan akibat pascaoperasi.

Tujuan:
• Keluarga memberikan bantuan dalam penatalaksanaan peng¬obatan dan perawatan mata pascaoperasi.

Intervensi keperawatan:
• Jelaskan rutinitas pre- dan pascaoperasi pada klien. Libatkan keluarga dalam semua penjelasan yang berhubungan dengan perawatan pascaoperasi; berikan kartu dosis obat untuk di rumah dan jadwal pengobatan pascaoperasi.
• Beritahu klien dan keluarga tentang obat-obat mata yang digunakan di rumah dan cara penggunaannya, cara membalut dan memasang shield mata secara tepat; cara mengganti balutan tanpa menekan mata; pentingnya cuci tangan dan tidak menggosok mata serta pentingnya tindak lanjut dengan dokter.

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif, yang ditandai dengan :
• Pertanyaan/pernyataan salah konsepsi
• Tak akurat mengikuti instruksi
• Terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan :
• Klien menunjukkan pemahaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.
Kriteria Hasil :
• Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
• Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.
• Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan - penglihatan berawan.
• Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
• Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien.
• Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, dll.
• Dorong aktifitas pengalihan perhatian.
• Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang aktifitas seksual, tentukan kebutuhan tidur menggunakan kacamata pelindung.
• Anjurkan klien tidur terlentang.
• Dorong pemasukkan cairan adekuat.

Daftar Pustaka

Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta . EGC
Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta. EGC
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC

Tidak ada komentar: